Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PADA TN.

B DENGAN GAGAL GINJAL


AKUT DIAGNOSA DIRUANG ICU DIRUMAH SAKIT TAHUN 2021

1. Definisi/pengertian
Gagal ginjal akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam meberikan darah dari bahan- bahan racun, yang menyebabkan
penimbunan limbah metabolic didalam darah ( misalnya urea ). Gagal ginjal
akut merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi
ginjal secara mendadak dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolic
( Ayu, 2010 ).
Gagal ginjal akut merupakan suatu keadaan dimana ginjal mengalami
gangguan dalam melaksanakan fungsi- fungsi vital ( Bonez, 2011 ).
2. Etiologi
Etiologi pada gagal ginjal akut dibagi menjadi 3 kelompok utama berdasarkan
pathogenesis gagal ginjal akut, yakni penyakit yang menyebabkan hipoperfusi
ginjal tanpa menyebabkan gangguan pada parenkim ginjal ( AKI prarenal,-
55% ),penyakit yang secara langsung menyebabkan gangguan pada parenkim
ginjal ( AKI renal/intrinsic,-40% ),penyakit yang terkait dengan obstruksi
saluran kemih ( AKI pascarenal, -5% ). Angka kejadian penyebab gagal ginjal
akut sangan tergantung dari tempat terjadinya gagal ginjal akut.
Klasifikasi etiologi gagal ginjal akut
a. Gagal ginjal akut prarenal
a) Hypovolemia
1) Kehilangan cairan pada ruang ketiga, ekstravaskular
2) Kerusakan jaringan ( parenkim ), hipoalbuminemia, obstruksi usus
3) Kehilangan darah
4) Kehilangan cairan keluar tubuh : melalui saluran cerna ( muntah,
diare, drainase ), melalui saluran kemih ( diuretic, hipoadrenal,
diuresis osmotik ), melalui kulit ( luka bakar )
b) Penurunan curah jantung
1) Penyebab miokard : infrak, kardiomiopati
2) Penyebab perikard : tamponade
3) Penyebab vascular pulmonal : emboli pulmonal
4) Aritmia
5) Penyebab katup jantung
c) Perubahan rasio resistensi vascular ginjal sistemik
Penurunan resistensi vascular perifer : sepsis, sindrom hepatorenal, obat
dalam dosis berlebihan
b. Gagal ginjal akut renal/intrinsik
a) Obstruksi renovaskular : obstruksi a. renalis ( plak aterosklerosis,
thrombosis, emboli, diseksi aneurisma, vaskulitis ), obstruksi v.renalis (
thrombosis kompresi ).
b) Penyakit glomerulus atau mikrovaskular ginjal : glomerulonephritis,
vaskulitis
c) Nekrosis tubular akut ( acute tubular necrosis, ATN )
1) Iskemia ( serupa gagal ginjal aku prarenal )
2) Toksin
3) Eksogen ( radiokontras, siklosporin, antibiotic, kemoterapi, pelarut
organik, asetaminofen ), endogen ( rabdomiolisis, hemolisis, asam
urat, oksalat, myeloma )
d) Nefritis interstitial : alergi ( antibiotic, OAINS, diueretik, kaptopril ),
infeksi ( bakteri, viral, jamur ), infiltasi ( limfoma, leukemia,
sarkoidosis ), idiopatik.
e) Obstruksi dan deposisi intratubular : protein myeloma, asam urat,
oksalat, asiklovir, metotreksat, sulfonamide.
f) Rejeksi alograf ginjal
c. Gagal ginjal akut pasca renal
a) Obstruksi ureter : batu, gumpalan darah, papilla ginjal, keganasan,
kompresi ekstrenal
b) Obstruksi leher kandung kemih : kandung kemih neurogenic,
hipertrofi prostat, batu, keganasan, darah
c) Obstruksi uretra : striktur, katup kongenital, fimosis
3. Manifestasi klinis/ tanda dan gejala
a. Pasien tampak sangat menderita dan mual muntah, diare
b. Kulit dan membrane mukosa kering akibat dehidrasi dan nafas mungkin
berbau urine ( fetouremik )
c. Manifestasi system saraf ( lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang ).
d. Perubahan pengeluaran produksi urine sedikit, dapat mengandung darah
e. Anoreksia ( disebabkan oleh akumulasi produk sisa nitrogen )
f. Sakit dan nyeri pada tulang dan sendi ( karena kehilangan kalsium dari
tulang ).
g. Kelelahan ( akibat anemia )
h. Hipertensi, peningkatan BB dan edema ( M. Nurs Salam, 2006 ).
5. Pemeriksaan penunjang
a. Kreatinin dan BUN serum keduanya tinggi karena beratnya gagal ginjal.
b. Klirens kreatinin menunjukkan penyakit ginjal tahap akhir bila berkurang
s/d 90%
c. Elektrolik serum menunjukkan peningkatan kalium, fasfor, kalsium,
magnesium dan produk fasfor – kalium dengan natrium serum rendah.
d. Gas darah arter ( GDA ) menunjukkan asidosis, metabolic ( nilai PH,
kaderbikarbonat dan kelebihan basa dibawah rentang normal ).
e. HB dan haematokrit dibawah rentang normal
f. Jumlah sel darah merah dibawah rentang normal
g. Kadar alkalin fosfat mungkin tinggi bila metabolism tulang dipengaruhi
( Engran Balbarra ).
6. Penatalaksanaan medik
a. Pembatasan diet natrium dan cairan
b. Farmakoterapi
c. Terapi IV untuk memperbaiki syok ( bila syok menyebabkan kegagalan )
d. Dialisa
7. Asuhan keperawatan
a. Pengkajian : Pengkajian merupakan dasar pertama atau langkah awal dari
proses keperawatan secara keseluruhan dan merupakan suatu proses yang
sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien. Pada tahap ini
semua data dan informasi tentang klien yang dibutuhkan, dikumpulkan dan di
analisa untuk menentukan diagnosa keperawatan. Adapun langkah-langkah
dalam pengkajian ini adalah sebagai berikut :
1) Identitas klien, meliputi nama, umur, berat badan, jenis kelamin, alamat
rumah, suku bangsa, agama dan nama orang tua.
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama : biasanya klien dengan diagnosa GGA kencing terasa
sesak, mual dan muntah
b. Analisa data
No Data fokus Etiologi Masalah
1. DS : pasien mengatakan nyeri Retensi urine Resiko perfusi renal
pada bagian perut kanan atas, tidak efektif ( Kode : D.
BAB BAK normal Total care naik 0016 )
DO : klu tampak meringis
TTV : Tekanan kapiler
TD : 108/63 mmHg naik
N : 102x/menit
SPO2 : 98x/menit Volume interstitial
R : 23x/menit naik

Edema ( kelebihan
volume cairan )

Suplai O2
kejaringan menurun

Metabolic anareob

Asam laktat naik

Fatigue ( nyeri sendi


).
2. DS : pasien mengatakan mual Penurunan GFR Defisit nutrisi kurang
dan muntah dari kebutuhan tubuh
DO : pasien tampak lemas Sekresi urine ( Kode : D. )
menurun

Peningkatan kadar
BUN, kreatinin,
ureum, dan
ammonia

Azotemia

Rangsangan nervous
vagus

Hipotalamus

Mual dan muntah

Anoreksia
3. DS : pasien mengatakan Kehilangan fungsi Intoleransi aktivitas
lemas, pusing ginjal ( kode. D )
DO : klu tampak lemah
Produksi entropaetin

Stimulusasi eritrosit
sum-sum tulang ( - )

Anemia

Suplai oksigen dan


nutrisi ke sel
jaringan berkurang

Penurunan
pembentukan ATP

Kelemahan otot dan


tungkai
c. Intervensi keperawatan
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia ( SIKI )
Indonesia ( SDKI ) Indonesia ( SLKI )
1. Risiko perfusi renal tidak efektif Tupan : Pencegahan syok( I.02068)
b.d disfungsi ginjal, vaskulitis Setelah dilakukan tindakan Tindakan
yang d.d hipoksia, sepsis, keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
merokok, asidosis metabolic yang perfusi renal meningkat. Perfusi 1. Monitor status kardiopulmonal ( frekuensi dan
b.d penyakit ginjal ( kode : D. renal ( Kode : L.02013 ) kekuatan nadi, frekuensi napas, TD, MAP )
0016 ) Tupen : 2. Monitor status oksigenasi ( oksimetri nadi, AGD )
Setelah dilakukan tindakan 3. Monitor status cairan ( masukan dan haluaran, turgor
keperawatan 1x24 jam diharapkan kulit, CRT )
perfusi renal dapat teratasi. Dengan 4. Monitor tingkat kesadaran dan respin pupil
kriteria hasil : 5. Periksa riwayat alergi
1. Jumlah urine meningkat 6. Terapeutik
2. Nyeri abdomen menurun 7. Berika oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen
3. Distensi abdomen menurun >94%
4. Tekanan arteri rata-rata 8. Pasang jalur IV
meningkat 9. Pasang kateter urine untuk menilai produksi urine
5. Keseimbangan asam dan basa 10. Lakukan skintest untuk mencegah reaksi alergi
membaik Edukasi
1. Jelaskan penyebab/faktor risiko syok
2. Jelaskan tanda dan gejala awal syok
3. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
4. Anjurkan melapor jika menemukan/merasakan tanda
dan gejala awal syok
5. Anjurkan untuk menghindari alergi
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian IV
2. Defisit nutrisi kurang dari Tupan : Manajemen nutrisi ( Kode : I. 03119 )
kebutuhan tubuh yang b.d Setelah dilakukan tindakan Tindakan
ketidakmampuan mengabsorpsi keperawatan 2x24 jam diharapkan Observasi
nutrien yang d.d BB menurun nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 1. Identifikasi status nutrisi
minimal 10% dibawah rentah teratasi 2. Identifikasi makanan yang disukai
ideal, bising usus hiperaktif,, Tupen : 3. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
nafsu makan berkurang, Setelah dilakukan tindakan 4. Monitor asupan makanan
membrane mukosa pucat, yang di keperawatan 1x24 jam diharapkan 5. Monitor BB
b.d infeksi ( Kode : D.0019 ). nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Terapeutik
teratasi dengan kriteria hasil : 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
Status Nutrisi ( L.03030 ) 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
meningkat 4. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah
2. Nyeri abdomen menurun konstipasi
3. Berat abdan membaik 5. Berikan suplemen makanan
4. Dan indek masa tubuh ( IMT ) Edukasi
membaik 1. Anjurkan posisi diet
5. Frekuensi dan nafsu makan 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
membaik Kolaborasi
6. Bising usus membaik 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
7. Membrane mukosa membaik kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Konseling nutrisi ( Kode : I. 03094 )
Tindakan
Observasi
1. Identifikasi kebiasaan makan dan perilaku makan yang
akan diubah
2. Identifikasi kemajuan modifikasi diet yang secara
mandiri
3. Monitor intake dan output cairan nilai haemoglobin,
tekanan darah, kenaikan bb dan kebiasaan membeli
makanan
Terapeutik
1. Bina hubungan terapeutik
2. Sepakati lama waktu pemberian konseling
3. Tetapkan tujuan jangka pendek dan jangka panjang
yang realisis
4. Gunakan standar nutrisi sesuai program diet dalam
mengevaluasi kecukupan asupan makanan
5. Pertimbangkan faktor – faktor yang mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan gizi
Edukasi
1. Informasikan perlunya modifikasi diet ( penambahan
BB )
2. Jelaskan program gizi dan persepsi pasien terhadap diet
yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Rujuk para ahli gizi
3. Intoleransi aktivitas b.d Tupan : Manajemen Energi ( I. 05178 )
kelemahan yang d.d pasien Setelah dilakukan tindakan Tindakan
mengeluh lelah, frekuensi jantung keperawatan 1x24 jam diharapkan Observasi
meningkat > 20% dari kondisi toleransi aktivitas teratasi. 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
istirahat, dyspnea setelah Tupen : mengakibatkan kelelahan
beraktivitas, merasa lemah, Setelah dilakukan tindakan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
tekanan darah berubah >20% dari keperawatan 2x24 jam diharapkan 3. Monitor pola dan jam tidur
kondisi istirahat yang di b.d intoleransi aktivitas dapat teratasi 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
gangguan metabolik ( Kode : D. dengan Kriteria hasil : Toleransi melakukan aktivitas
0056 ) aktivitas ( L. 05047 ) Terapeutik
1. Frekuensi nadi meningkat 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus
2. Keluhan lelah menurun 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif/ dan aktif
3. Dyspnea saat beraktivitas 3. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur jika tidak dapat
menurun berpindah/ berjalan
4. Dyspnea setelah aktivitas Edukasi
menurun 1. Anjurkan tirah baring
5. Tekanan darah, EKG Iskemia, 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
warna kulit, frekuensi napas 3. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
membaik. 4. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
Tingkat Keletihan ( L. 05046 ) kelelahan tidak berkurang.
1. Sianosis menurun Kolaborasi
2. Gelisah menurun 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
3. Selera makan membaik asupan makanan
4. Pola napas membaik Manajemen program latihan ( I. 05179 )
5. Pola istirahat membaik Tindakan
Observasi
1. Identifikasi pengetahuan dan pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
2. Identifikasi jenis aktivitas fisik
3. Identifikasi kemampuan pasien dalam aktivitas
4. Monitor tanda vital sebelum dan setelah latihan
Terapeutik
1. Motivasi untuk memulai/melanjutkan aktivitas fisik
2. Motivasi menjadwalkan program aktivitas fisik dan
regular menjadi rutin
3. Berikan reinforcement jika aktivitas sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan bersama
Edukasi
1. Jelaskan manfaat aktivitas fisik
2. Anjurkan teknik pernapasan yang tepat selama aktivitas
fisik
3. Ajarkan teknik latihan sesuai kemampuan
4. Ajarkan menghindari cidera saat aktivitas fisik
5. Ajarkan latihan pemanasan dan pendinginan yang tepat.
8. Daftar pustaka
Selphi Cristiani ( 2010 ). Laporan pendahuluan asuhan keperawatan gagal
ginjal akut. Dalam id.scribd.com ( diakses pada tanggal 2 mei 2021 ).

Mona Martin ( 2019 ). BAB II TINJUAN PUSTAKA


http://repository.ump.ac.id/3939/3/Mona%20Martin%20BAB
%20II.pdf
T Indriana ( 2017 ). Acute Kidney Injury ( AKI ). Dalam
http://simdos.unud.ac.id ( diakses pada tanggal 4 mei 2021 ).

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan


Indikiator Diagnostik, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan
Tindakan Keperawatan, Edisi : 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai