Anda di halaman 1dari 8

OLEH :

KELOMPOK 10

RASDAWATI (PO714251191051)

RIKA ANDRIANI (PO714251191053)

SALSA ALYA WULANDARI (PO714251191055)

RAHMADANA (PO714251191049)

POLITEKNIK KEMENKES
MAKASSAR 2019
1

A. Pengertian Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik adalah bagian dari sistem saraf untuk merasakan
rangsangan eksternal. Sistem saraf somatik bertanggung jawab untuk semua
kontraksi otot secara sadar Sistem saraf somatik adalah bagian dari sistem saraf
yang bertanggung jawab untuk gerakan tubuh secara sadar dan untuk merasakan
rangsangan eksternal. Semua panca indera dikendalikan oleh sistem ini. Sistem
saraf somatik adalah sub-bagian dari sistem saraf perifer.

Sistem saraf memiliki dua komponen utama: sistem saraf pusat, yang terdiri
dari otak dan sumsum tulang belakang, dan sistem saraf perifer, yang terdiri dari
semua jaringan saraf lain di tubuh. Sistem saraf perifer pada gilirannya terdiri dari
sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom. Sistem saraf somatik bertanggung
jawab untuk semua kontraksi otot secara sadar dan pengolahan informasi sensorik,
sedangkan bagian lain dari sistem saraf perifer mengontrol proses tubuh yang tak
sadar.

Sistem saraf somatik menginervasi semua organ sensorik,


termasuk mata, telinga, lidah, dan kulit, serta semua otot rangka, dan otot-otot yang
melekat pada tulang dan digunakan untuk gerakan sadar. Dalam gerakan, Sistem
saraf somatik membawa impuls dari otak ke otot yang akan dipindahkan, sedangkan
kapasitas sensorik, Sistem saraf somatik membawa impuls dari organ sensorik ke
otak. Oleh karena itu ada dua bagian, atau anggota badan, dari sistem saraf somatik
yaitu, aferen dan eferen. Aferen, atau sensorik, neuron yang membawa impuls dari
organ indra ke dalam sistem saraf pusat, sedangkan eferen, atau motorik, neuron
yang membawa impuls dari sistem saraf pusat ke otot. Neuron dalam bekerja
langsung dari otak atau sumsum tulang belakang ke otot atau rasa organ. Sel tubuh
terletak di sistem saraf pusat, dan akson, sepanjang impuls elektrokimia melakukan
perjalanan ke atau dari badan sel, berakhir di otot, kulit, atau organ akal.
2

Tidak ada sel perantara atau sinapsis, menunjukkan di mana satu neuron
berkomunikasi dengan yang lain di seluruh gap kecil. Sistem saraf otonom berbeda
secara struktural dari sistem saraf somatik yakni ada dua neuron yang
menghubungkan sistem saraf pusat ke organ target, bukan hanya satu.

Sementara sebagian besar gerakan otot yang dikendalikan oleh Sistem saraf
somatik bersifat sadar, beberapa tidak. Gerakan-gerakan tidak sadar dari otot
rangka dikenal sebagai busur refleks. Dalam busur refleks, otot bergerak dalam
menanggapi rangsangan tanpa kontrol sadar atau kegiatan di otak. Gerakan-gerakan
ini terjadi ketika jalur aferen dan eferen yang terlibat hanya pergi sepanjang
sumsum tulang belakang, tanpa bepergian jauh ke dalam sistem saraf pusat. Contoh
dari busur refleks yang menarik tangan kembali setelah menyentuh sesuatu
yang panas.
3

1. Fungsi Sistem Saraf Somatik

Sistem saraf somatik mengandung saraf aferen yang menuju saraf CNS dan
eferen yang bertanggung jawab untuk mengirimkan sinyal dari CNS ke seluruh
tubuh. Otak dan sumsum tulang belakang memproses input dari berbagai sumber
dan mengintegrasikannya sebelum menyusun tanggapan. Tanggapan ini
menentukan lokasi dan kekuatan kontraksi otot di berbagai bagian tubuh. Oleh
karena itu, fungsi utama dari sistem saraf somatik adalah untuk menghubungkan
CNS dengan organ-organ dan otot-otot lurik untuk memungkinkan gerakan dan
perilaku yang kompleks.

Selain itu, Sistem saraf somatik juga memediasi subset respon otot tak sadar
yang disebut busur refleks. Busur refleks menghasilkan kontraksi otot yang sangat
cepat sebagai respons terhadap stimulus, dengan intervensi minimal dari otak.
Sementara dorongan untuk sebagian besar kontraksi otot sadar berasal dari otak
atau batang otak, tindakan refleks dapat terjadi hanya dengan neuron sensorik dan
motorik tunggal yang bersinaps di sumsum tulang belakang. Tanggapan motor
praktis ‘terprogram’ untuk stimulus tertentu. Respons spontan terhadap
rangsangan ligamen patela di lutut adalah contoh dari respons refleks. Contoh lain
termasuk penarikan segera tangan saat menyentuh kompor panas atau perubahan
cepat dalam postur ketika kaki menginjak di atas batu tajam.

2. Letak Sensorik/Reseptor

 Exteroseptor : perasaan tubuh permukaan (kulit), seperti sensasi nyeri, suhu,


dan raba
 Proprioseptor : perasaan tubuh dalam, seperti pada otot, sendi, dan tendo.
 Interoseptor : perasaan tubuh pada alat-alat viscera atau alat-alat dalam,
seperti jantung, lambung, usus, dll.
4

3.Tipe Atau Jenis Stimulus, Sensorik/Reseptor


Mekanoreseptor

Kelompok reseptor sensorik untuk mendeteksi perubahan tekanan,


memonitor tegangan pada pembuluh darah, mendeteksi rasa raba atau sentuhan.
Letaknya di kulit, otot rangka, persendn dna organ visceral. Contoh reseptornya :
corpus Meissner (untuk rasa raba ringan), corpus Merkel dan badan Paccini (untuk
sentuhan kasar dan tekanan).

Thermoreseptor

Reseptor sensoris unuk mendeteksi perubahan suhu. Contohnya : bulbus


Krause (untuk suhu dingin), dan akhiran Ruffini (untuk suhu panas).

Nociseptor

Reseptor sensorik untuk mendeteksi rasa nyeri dan merespon tekaan yang
dihasilkan oleh adanya kerusakan jaringan akibat trauma fisik maupun kimia.
Contoh reseptornya berupa akhiran saraf bebas (untuk rasa nyeri) dan corpusculum
Golgi (untuk tekanan).

Chemoreseptor

Reseptor sensorik untuk mendeteksi rangsang kimiwa, seperti : bu-bauan


yang diterima sel reseptor olfaktorius dalam hidung, rasa makanan yang diterima
oleh sel reseptor pengecap di lidah, reseptor kimiawi dalam pembuluh darah untuk
mendeteksi oksigen, osmoreseptor untuk mendeteksi perubahan osmolalitas cairan
darah, glucoreseptor di hipotalamus mendeteksi perubahan kadar gula darah.

Photoreseptor
5

Reseptor sensorik untuk mendeteksi perbahan cahaya, dan dilakukan oleh


sel photoreceptor (batang dan kesrucut) di retina mata.

4. Gangguan sistem saraf sensorik

 sistem Somatosensorik

sistem somatosensorik. Sistem ini adalah bagian dari sistem sensorik.


Dengan adanya sistem ini, Anda akan menyadari apabila ada rangsangan dari
Berbicara mengenai fungsi saraf sensorik, ada yang disebut dengan luar.
Rangsangan tersebut berupa sentuhan, gerakan, getaran, tekanan, perubahan
posisi, rasa nyeri dan suhu, yang diterima dari kulit, otot, dan sendi.

Perjalanan rangsangan ini untuk sampai ke otak melalui proses yang


panjang. Bagian saraf tulang belakang juga ikut serta dalam hal ini. Saraf tulang
belakang terdiri dari serabut-serabut saraf yang meneruskan sinyal rangsangan
ke otak, sehingga tubuh dapat mengolah informasi dari sensasi akibat
rangsangan tersebut, lalu memberikan respons terhadapnya.

 Menerima Rangsang Nyeri Melalui Nosiseptor

Munculnya rasa nyeri juga bagian dari fungsi saraf sensorik. Bagian tubuh
yang menerima rasa nyeri disebut nosiseptor. Jika kulit Anda bersentuhan
dengan benda panas atau dingin, sensasi tersebut akan diterima oleh saraf
sensorik. Begitu juga dengan rasa perih jika kulit tergores benda yang kasar atau
tajam.

Cara kerja sel nosiseptor ini unik. Aktivitasnya bisa berbeda-beda setiap
waktu. Cara sel dalam menerima atau mengolah rangsangan juga berbeda-beda.
Hal ini membuat sakit yang Anda rasakan juga berbeda baik sensasi yang
dirasakan maupun kualitasnya. Ada rasa sakit yang masih bisa tertahan dan
dapat diabaikan, ada yang hanya terasa sakit sedikit, ada juga yang rasanya tak
tertahankan.
6

 Mati Rasa Akibat Gangguan Fungsi Saraf Sensorik

Sistem saraf tepi yang terganggu, dapat menyebabkan gangguan pada fungsi
saraf sensorik. Kondisi ini dikenal sebagai neuropati perifer, yaitu sebuah
kondisi di mana terjadi gangguan pada jalannya rangsang tubuh, sehingga Anda
tidak mampu merasakan maupun memberikan tanggapan terhadap rangsang
yang ada. Fungsi saraf sensorik pada otot yang terganggu bisa menyebabkan
otot terasa lemas, seperti tidak bertenaga. Sementara, pada kulit, menjadi tidak
lagi peka terhadap sentuhan, suhu, atau rasa sakit.

Gejalanya berupa tungkai kaki atau tangan yang mengalami mati rasa,
kesemutan, atau justru terasa nyeri seperti terbakar, atau tertusuk-tusuk.
Keluhan pada neuropati perifer biasanya timbul perlahan seiring berjalannya
waktu. Mula-mula Anda mungkin akan merasa tangan atau kaki terasa lemas,
lalu berlanjut menjadi sulit untuk melakukan gerakan koordinasi, seperti
memegang benda, mengancingkan pakaian, atau berjalan. Bahkan dapat
menimbulkan gangguan keseimbangan dan juga munculnya luka-luka yang
tidak disadari.

Sebenarnya penyebab terjadinya neuropati perifer tidak diketahui dengan


pasti. Namun, cukup sering terjadi pada penderita diabetes. Hal ini masuk akal,
sebab kondisi gula tinggi dalam waktu yang lama memang dapat merusak
fungsi saraf, termasuk fungsi saraf sensorik. Pada kondisi lain, neuropati perifer
juga bisa dialami saat mengonsumsi minuman mengandung alkohol secara
berlebihan, mengonsumsi obat-obatan, maupun akibat adanya tekanan atau
cedera pada saraf, misalnya akibat kecelakaan, stroke, atau tumor.

Dengan mengetahui fungsi saraf sensorik bagi tubuh, dan gejala-gejala


pada gangguan fungsi saraf sensorik, maka Anda dapat menjadi lebih waspada.
Sehingga diharapkan, Anda dapat segera memeriksakan diri ke dokter apabila
mengalami keluhan seperti yang sudah dijelaskan.
7

Anda mungkin juga menyukai