Anda di halaman 1dari 19

0192J – Perilaku Organisasi 

LECTURE NOTES

Emotions and Moods

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

LEARNING OUTCOMES

LO3: Describe emotion and mood, and understand the important of of personality, value,
perception and individual decision in the workplace

OUTLINE MATERI :
- What are emotions and moods
- Emotional labor
- Affective events theory
- Emotional Intelligence
- OB applications of emotions and moods

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

ISI

„ Beberapa definisi. Afek (affect) adalah sebuah istilah umum yang mencakup beragam
perasaan yang dialami orang. Afek adalah sebuah konsep yang meliputi baik emosi
maupun suasana hati. Emosi (emotion) adalah perasaan-perasaan intens yang ditujukan
kepada seseorang atau sesuatu. Kita menunjukkan emosi ketika merasa senang mengenai
sesuatu, marah kepada seseorang, atau pun takut terhadap sesuatu. Suasana hati (mood)
adalah perasaan-perasaan yang cenderung kurang intens dibandingkan emosi dan sering
kali (meskipun tidak selalu) tanpa rangsangan kontekstual. Suasana hati biasanya tidak
ditujukan pada seseorang atau suatu kejadian. Emosi dapat berubah menjadi suasana hati
ketika kehilangan fokus pada kejadian atau obyek yang mencetuskan perasaan tersebut.
Membedakan antara afek, emosi dan suasana hati dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Hubungan antara afek, emosi dan suasana hati

Afek
Didefinisikan sebagai beragam perasaan yang dialami orang.
Afek dapat dialami dalam bentuk emosi atau suasana hati

Emosi
Suasana Hati
ƒ Disebabkan oleh kejadian spesifik
ƒ Penyebabnya seringkali umum dan tidak jelas
ƒ Sangat cepat (dalam durasi detik atau menit)
ƒ Berakhir lebih lama dari emosi (jam/satu hari)
ƒ Bersifat spesifik dan banyak (banyak emosi
ƒ Lebih umum (dua dimensi utama – afek positif
spesifik seperti kemarahan, rasa takut,
dan afek negatif – yang terdiri atas berbagai
kesedihan, kebahagiaan, rasa jijik, rasa
emosi spesifik)
terkejut)
ƒ Biasanya tidak diindikasikan oleh ekspresi
ƒ Biasanya disertai oleh ekspresi wajah yang
yang jelas
jelas
ƒ Bersifat kognitif
ƒ Bersifat berorientasi tindakan

Sumber: St.P.Robbins dan Timothy A.Judge. (halaman 133).

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

„ Kumpulan dasar emosi. Dalam penelitian kontemporer, psikolog telah mencoba


mengidentifikasi emosi-emosi dasar dengan mempelajari berbagai ekspresi wajah. Salah
satu masalah adalah beberapa emosi terlalu kompleks untuk secara mudah diekspresikan
melalui wajah. Contohnya adalah cinta. Banyak orang menganggap cinta sebagai hal
paling universal dari semua emosi, tetapi tidaklah mudah untuk mengekspresikan emosi
cinta hanya melalui wajah. Selain itu tiap budaya memiliki norma yang mengatur
ekspresi emosi, sehingga bagaimana kita mengalami sebuah emosi tidak akan sama
dengan bagaimana kita menunjukkannya. Saat ini banyak perusahaan yang menawarkan
program manajemen kemarahan untuk melatih orang menahan atau bahkan
menyembunyikan perasaan-perasaan tersembunyi mereka. Cukup banyak peneliti masih
setuju pada enam dasar emosi dasar universal – rasa marah, takut, sedih, bahagia, benci,
dan terkejut – dengan sebagian besar emosi lainnya berada di bawah keenam kategori
tersebut. Beberapa peneliti bahkan mengurutkan keenam emosi tersebut dalam sebuah
rangkaian kesatuan: bahagia – terkejut – takut – sedih – marah – benci.

„ Beberapa aspek emosi. Ada beberapa aspek fundamental lainnya dari emosi, yaitu: 1)
Biologi emosi. Semua emosi berasal dari dalam sistem limbik otak, yang kira-kira
berukuran sebesar kacang walnut dan terletak dekat batang otak kita. Orang-orang
cenderung merasa paling bahagia (melaporkan lebih banyak emosi positif dibandingkan
emosi negatif) ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Ketika sistem limbik
memanas, emosi-emosi negatif seperti rasa marah dan bersalah mendominasi emosi-
emosi yang positif seperti kegembiraan dan kebahagiaan. Secara keseluruhan sistem
limbik memberikan sebuah lensa di mana kita dapat menginterpretasikan kejadian-
kejadian. Ketika sistem tersebut aktif kita melihat hal-hal dalam sebuah cahaya negatif.
Ketika tidak aktif kita menginterpretasikan informasi secara lebih positif. Sistem limbik
yang lebih aktif terdapat pada orang-orang depresi, khususnya ketika mereka
memperoleh informasi negatif. Para wanita cenderung memiliki sistem limbik yang lebih
aktif dibandingkan pria; 2) Intensitas. Setiap orang memberikan respons yang berbeda-
beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian
menjadi penyebab perbedaan tersebut. Pada saat lain perbedaan tersebut timbul sebagai
hasil dari persyaratan pekerjaan. Setiap orang memiliki kemampuan bawaan yang
bervariasi untuk mengekspresikan intensitas emosional. Oleh karena itu kita sering

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

melihat orang yang hampir tidak pernah menunjukkan perasaan mereka. Sebaliknya kita
mungkin melihat orang yang suka meledak-ledak emosinya; 3) Frekuensi dan durasi.
Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak
hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya, tetapi
juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya; 4) Apakah
emosi membuat kita irasional? Dari beberapa pengamatan dinyatakan bahwa
rasionalitas dan emosi saling bertentangan, dan jika menampilkan emosi, kemungkinan
kita akan bertindak secara irasional. Pengarang Lois Frankel menyarankan agar para
wanita menghindari bersikap emosional di tempat kerja sebab hal tersebut dapat
merugikan karena memengaruhi penilaian orang lain terhadap kompetensi mereka.
Demonstrasi atau pengalaman emosi kemungkinan akan membuat kita terlihat lemah,
rapuh atau irasional. Namun, penelitian yang ada tidak sependapat dan semakin
memperlihatkan bahwa emosi sebenarnya penting terhadap pemikiran rasional. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa emosi sangat penting terhadap pemikiran rasional; 5)
Apakah fungsi emosi itu? Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu
untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangatlah berguna karena
memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan penting agar dapat bertahan
hidup. Sebagai contoh, rasa benci (sebuah emosi) memotivasi kita untuk menghindari
benda-benda berbahaya (seperti makanan busuk). Kegembiraan memotivasi kita untuk
menghadapi situasi yang membutuhkan energi dan inisiatif. Teori Darwin tersebut
didukung para peneliti yang berfokus pada psikologi evolusioner (evolutionary
psychology), yang mengatakan bahwa kita harus mengalami emosi – apakah positif atau
negatif – karena hal ini berguna terhadap suatu tujuan.

„ Suasana hati sebagai afek positif dan negatif. Salah satu cara mengklasifikasikan emosi
adalah berdasarkan apakah hal tersebut positif atau negatif. Bila emosi dikategorikan
menjadi dua kelompok positif dan negatif, maka akan menjadi keadaan suasana hati
karena sekarang emosi dipandang secara lebih umum dan bukan mengisolasi satu emosi
tertentu. Rasa senang adalah sebuah emosi spesifik yang merupakan penanda murni dari
afek positif tinggi, sementara kebosanan adalah sebuah penanda murni dari afek positif
rendah. Demikian pula gelisah adalah sebuah penanda murni dari afek negatif tinggi,
sementara rileks adalah sebuah penanda murni dari afek negatif rendah. Afek positif dan

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

negatif memainkan peran pada pekerjaan (dan di luar pekerjaan) dalam arti bahwa hal-hal
ini memberi warna pada persepsi kita, dan persepsi tersebut dapat menjadi realita yang
sesungguhnya. Emosi-emosi negatif lebih mungkin diinterpretasikan menjadi suasana
hati negatif. Orang-orang memikirkan kejadian yang menciptakan emosi-emosi negatif
kuat lima kali lebih lama dibandingkan yang mereka lakukan terhadap kejadian yang
menciptakan emosi positif kuat. Jadi kita harus menganggap orang lebih siap untuk
mengingat pengalaman negatifnya daripada yang positif. Penelitian benar-benar
menunjukkan bahwa terdapat sebuah penyeimbang positivitas (positivity offset) yang
berarti bahwa pada posisi nol masukan (ketika tidak ada hal khusus yang terjadi),
kebanyakan individu mengalami suatu suasana hati yang sedikit positif. Jadi bagi
kebanyakan orang, suasana hati positif sedikit lebih umum terjadi dibandingkan susana
hati negatif.

„ Sumber-sumber Emosi dan Suasana Hati. 1) Kepribadian. Kepribadian memberikan


kecenderungan kepada orang untuk mengalamai suasana hati dan emosi tertentu. Sebagai
contoh, beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah
dibandingkan orang lain. Orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa
pun. Dengan perkataan lain, suasana hati dan emosi memiliki sebuah komponen ciri pada
mereka – sebagian besar orang mempunyai kecenderungan tetap untuk mengalami
suasana hati dan emosi tertentu lebih sering dibandingkan orang lain. Sebagai contoh,
pelatih basket Texas Tech, Bobby Knight. Ia memperoleh reputasi buruk karena sering
mengucapkan kata-kata kasar dan marah kepada para pemain, ofisial, penggemar dan
media. Tetapi CEO Microsoft, Bill Gates, yang dikenal dengan sifatnya yang relatif
menjaga jarak, tidak emosional, dan analitis. Ia jarang sekali menampilkan kemarahan.
Beberapa orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami emosi apa pun secara lebih
intens. Orang-orang seperti ini memiliki intensitas afek (affect intensity) yang tinggi, atau
perbedaan individual dalam hal seberapa kuat individu mengalami emosi mereka.
Sebagian besar orang mungkin merasa agak sedih pada satu film atau sedikit tertawa
pada yang lainnya, seseorang dengan intensitas afek yang tinggi akan menangis seperti
bayi pada sebuah film sedih dan tertawa terbahak-bahak pada sebuah komedi. 2) Hari
dalam seminggu dan waktu dalam sehari. Sebagian besar orang berada di tempat kerja
atau sekolah pada hari Senin hingga Jumat. Dengan demikian sebagian besar orang akan

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

memanfaatkan akhir minggu untuk bersantai dan bersenang-senang. Orang-orang


cenderung berada dalam suasana hati teburuk (afek negatif tertinggi) dan (afek positif
terendah) di awal minggu dan berada dalam suasana hati terbaik (afek positif tertinggi
dan afek negatif terendah) di akhir minggu. Bagaimana dengan waktu dalam sehari?
Orang-orang biasanya berada dalam semangat yang lebih rendah pada awal pagi. Seiring
berjalannya waktu, suasa hati cenderung meningkat dan kemudian menurun pada malam
hari. Tidak peduli jam berapa orang tidur di malam hari atau bangun di pagi hari, tingkat
afek positif cenderung memuncak sekitar titik tengah antara bangun tidur dan pergi tidur.
Tetapi afek negatif memperlihatkan sedikit fluktuasi di sepanjang hari. Oleh karena itu
bagi perilaku organisasional, untuk meminta bantuan seseorang atau menyampaikan
berita buruk, mungkin bukanlah ide yang bagus pada hari Senin pagi. Intensitas kita di
tempat kerja mungkin akan lebih positif dari menjelang tengah hari dan seterusnya, dan
juga mendekati akhir minggu. 3) Cuaca. Banyak orang percaya bahwa suasana hati
mereka berhubungan dengan cuaca. Tetapi bukti menunjukkan bahwa cuaca memiliki
sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, “Berlawanan
dengan pandangan budaya yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak
melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah (atau, sebaliknya,
melaporkan suasana hati yang lebih buruk pada hari gelap dan hujan). Korelasi ilusif
menjelaskan mengapa orang-orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan
meningkatkan suasana hati mereka. Korelai ilusif (illusory correlation) adalah
kecenderungan orang yang mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak
memiliki sebuah korelasi. 4) Stres. Seperti yang dibayangkan, stress memengaruhi emosi
dan suasana hati. Murid-murid mempunyai tingkat rasa takut yang lebih tinggi sebelum
ujian dilakukan, tetapi rasa takut mereka hilang setelah ujian berakhir. Di tempat kerja
kejadian sehari-hari yang menimbulkan stres (surat elektronik yang tidak menyenangkan,
tenggat waktu yang tidak masuk akal, hilangnya kesempatan penjualan besar, teguran
dari atasan dan seterusnya) juga pengaruh dari stres yang tertumpuk dari waktu ke waktu
secara negatif memengaruhi suasana hati. Tingkat stres dan ketegangan yang menumpuk
di tempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan
mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. 5) Aktivitas sosial. Bagi sebagian besar
orang, aktivitas sosial meningkatkan suasana hati positif dan memiliki pengaruh sedikit

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

terhadap suasana hati negatif. Orang-orang dengan suasana hati positif mencari interaksi
sosial, dan interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik.
Jenis aktivitas sosial ternyata juga berpengaruh terhadap suasana hati. Penelitian
mengungkapkan bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik (berski atau berjalan kaki
dengan teman), informal (pergi ke sebuah pesta), atau makan bersama orang lain lebih
diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan
kejadian-kejadian formal (menghadiri sebuah rapat) atau yang bersifat duduk terus-
menerus (menonton TV dengan teman). 6) Tidur. Kualitas tidur memengaruhi suasana
hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup,
melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan
ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit atau kualitas tidur
yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut
memperburuk pengambilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.
Sebuah penelitian menyatakan bahwa kurang tidur pada malam sebelumnya juga
memperburuk kepuasan kerja seseorang pada hari berikutnya. 7) Olah raga. Penelitian
secara konsisten menunjukkan bahwa olah raga meningkatkan suasana hati positif. Terapi
olah raga berpengaruh paling kuat terhadap mereka yang mengalami depresi. Walau olah
raga berpengaruh secara konsisten terhadap suasana hati tetapi tidak terlalu kuat. 8) Usia.
Suatu penelitian atas orang-orang yang berusia 28 hingga 94 tahun mengungkapkan
bahwa emosi negatif tampaknya semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia
seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati prositif tinggi bertahan lebih lama
dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat. 9) Gender. Bukti yang ada
menegaskan adanya perbedaan antara pria dan wanita dalam reaksi emosional dan
kemampuan untuk membaca emosi orang lain. Dalam perbandingan antar gender, wanita
menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria; mereka mengalami
emosi secara lebih intens; dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif mau pun
negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. Tidak seperti pria, wanita juga menyatakan
lebih nyaman dalam mengekspresikan emosi.Wanita juga mampu membaca petunjuk
nonverbal dan paralinguistik secara lebih baik dibandingkan pria.

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

„ Batasan-batasan eksternal pada emosi. 1) Pengaruh-pengaruh organisasional.


Perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri jasa seperti hotel, taman hiburan,
restoran, biro perjalanan dan lain-lain, akan sulit menerima karyawan yang sulit
tersenyum dan tidak terlihat bahagia. Sebagai contoh, buku pegangan McDonald’s
menyatakan bahwa pegawai gerainya harus menunjukkan sikap tulus, antusiasme,
percaya diri, dan memiliki rasa humor. Ekspresi dari emosi-emosi negatif seperti rasa
takut, gelisah, dan marah cenderung tidak dapat diterima kecuali dalam kondisi yang
benar-benar spesifik. Lagipula ekspresi-ekspresi dari emosi yang intens, apakah negatif
atau positif cenderung tidak dapat diterima karena manajemen menganggapnya dapat
merusak kinerja tugas rutin. 2) Pengaruh-pengaruh budaya. a) Tingkat seberapa besar
orang mengalami emosi bervariasi dalam setiap budaya. Sebagai contoh, di Cina orang
meyatakan bahwa mereka mengalami lebih sedikit emosi positif dan negatif
dibandingkan orang-orang dalam budaya lainnya, dan apa pun emosi yang mereka alami
adalah kurang dibandingkan pada budaya lain. Dibandingkan dengan orang Cina daratan,
orang Taiwan lebih menyerupai orang Amerika Serikat dalam pengalaman mereka
terhadap emosi. b) Secara umum orang-orang di seluruh dunia menginterpretasikan
emosi negatif dan positif dengan cara yang sama. Kita semua memandang emosi negatif
seperti kebencian, ketakutan, dan kemarahan sebagai hal yang berbahaya dan destruktif.
Sebaliknya kita semua juga menginginkan adanya emosi-emosi positif seperti
kegembiraan, cinta, dan kebahagiaan. Tetapi beberapa budaya menghargai lebih tinggi
emosi tertentu. Sebagai contoh, orang Amerika Serikat menghargai antusiasme,
sementara orang Cina menganggap emosi-emosi negatif lebih berguna dan konstruktif
dibandingkan orang Amerika Serikat. c) Norma untuk ekspresi emosi berbeda-beda
dalam setiap budaya. Sebagai contoh, orang muslim menganggap senyum sebagai
pertanda daya tarik seksual, sehingga kaum muslimah diajarkan agar tidak tersenyum
kepada pria. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada negara-negara kolektivitas,
kemungkinan orang lebih percaya bahwa emosi yang ditunjukkan menimbulkan kaitan
antara mereka dengan orang yang mengekspresikan emosi tersebut. Sedangkan orang
dalam budaya individualistis tidak menganggap bahwa ekspresi emosional orang lain
diarahkan kepada mereka.

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

„ Kerja Emosional. Kerja emosional adalah situasi di mana seorang karyawan


mengekspresikan emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi
antar personal di tempat kerja. Konsep kerja emosional muncul dari penelitian atas
pekerjaan terkait pelayanan. Misalnya, perusahaan penerbangan mengharapkan
pramugari mereka untuk gembira; kita mengharapkan pemimpin upacara pemakaman
untuk sedih; dan dokter untuk secara emosional netral. Tantangan sebenarnya adalah
ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi, sementara pada saat yang sama
mengalami emosi yang lain. Perbedaan ini disebut disonansi emosional (emotional
dissonance), dan hal ini dapat berakibat sangat buruk pada karyawan. Jika dibiarkan,
perasaan-perasaan yang terkungkung dari frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya
dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental. Semakin pentingnya
kerja emosional sebagai sebuah komponen dari kinerja pekerjaan yang efektif
menyebabkan pemahaman akan emosi memperoleh relevansi yang semakin besar dalam
bidang PO.

„ Emosi yang dirasakan versus emosi yang ditampilkan. Kerja emosional menimbulkan
dilema bagi karyawan. Akan dapat membantu kita, khususnya dalam pekerjaan jika kita
dapat memisahkan emosi menjadi yang dirasakan atau yang ditampilkan. Emosi yang
dirasakan (felt emotion) adalah emosi sebenarnya seorang individu. Sedangkan emosi
yang ditampilkan (displayed emotion) adalah emosi yang diharuskan organisasi untuk
ditampilkan oleh pekerja dan dipandang sesuai dalam pekerjaan tertentu. Emosi ini
bukanlah pembawaan, melainkan dipelajari. Manajer yang efektif belajar untuk bersikap
serius ketika memberikan evaluasi kinerja negatif seorang karyawan dan berusaha
menyembunyikan kemarahan ketika mereka dilewati untuk promosi. Untuk menunjukkan
emosi palsu menuntut kita untuk benar-benar menahan emosi yang kita rasakan. Dengan
perkataan lain, individu harus “berpura-pura” untuk mempertahankan pekerjaannya.
Berpura-pura di permukaan (surface acting) adalah menyembunyikan perasaan terdalam
seseorang dan menghilangkan ekspresi-ekspresi emosional sebagai respons terhadap
aturan-aturan penampilan. Contohnya, ketika seorang pekerja tersenyum kepada
pelanggan meski pun saat itu ia tidak ingin melakukannya. Berpura-pura secara
mendalam (deep acting) adalah berusaha mengubah perasaan mendalam seseorang

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

berdasarkan aturan-aturan penampilan. Contohnya, seorang penyedia layanan kesehatan


yang berusaha untuk secara tulus merasakan empati terhadap pasiennya.

„ Apakah pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara emosional dibayar lebih tinggi? Hasil
penelitian menemukan bahwa hubungan antara tuntutan kognitif dan bayaran cukup kuat,
sementara hubungan antara tuntutan emosional dan bayaran tidak. Mereka menemukan
bahwa tuntutan-tuntutan emosional memiliki pengaruh, tetapi hanya pada pekerjaan-
pekerjaan yang juga telah menuntut secara kognitif – pekerjaan-pekerjaan seperti
pengacara dan perawat. Tetapi, pekerja-pekerja pengasuh anak dan pelayan (pekerjaan-
pekerjaan dengan tuntutan emosional tinggi tetapi memiliki tuntutan kognitif yang
rendah), menerima kompensasi yang kecil untuk tuntutan emosional. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa untuk pekerjaan-pekerjaan yang menuntut secara kognitif,
tuntutan emosional yang semakin besar akan dibayar lebih baik. Tetapi untuk pekerjaan-
pekerjaan yang tidak menuntut secara kognitif, tuntutan emosional yang semakin besar
akan dibayar lebih buruk.

„ Teori peristiwa afektif (affective events theory - AET). Emosi dan suasana hati adalah
suatu bagian penting dari kehidupan kita khususnya kehidupan pekerjaan kita.
Pertanyaannya adalah bagaimana emosi dan suasana hati kita memengaruhi kinerja dan
kepuasan kerja kita? Teori peristiwa afektif dapat meningkatkan pemahaman kita atas
hubungan tersebut. Teori peristiwa afektif adalah sebuah model yang menyatakan bahwa
peristiwa-peristiwa di tempat kerja menyebabkan reaksi-reaksi emosional di bagian
karyawan, yang kemudian memengaruhi sikap dan perilaku di tempat kerja. Teori ini
diawali dengan mengenali bahwa emosi adalah sebuah respons terhadap peristiwa dalam
lingkungan kerja, yaitu meliputi semua hal yang melingkupi pekerjaan tersebut –
beragam tugas dan tingkat otonomi, tuntutan pekerjaan, dan persyaratan pekerjaan untuk
mengekspresikan kerja emosional. Lingkungan ini dapat menciptakan peristiwa-peristiwa
kerja yang dapat berupa percekcokan, kegembiraan, atau keduanya. Peristiwa-peristiwa
kerja tersebut memicu reaksi emosi positif atau negatif. Tetapi kepribadian dan suasana
hati karyawan memengaruhi mereka untuk merespons peristiwa trersebut dengan
intensitas yang lebih besar atau lebih kecil.

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

„ Kecerdasan Emosional. Kecerdasan emosional (emotional intelligence – EI)) adalah


kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengolah petunjuk-petunjuk dan
informasi emosional. Orang-orang yang mengenal emosi-emosi mereka sendiri dan
mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi lebih efektif dalam
pekerjaan mereka. EI terdiri atas lima dimensi yaitu: 1) Kesadaran diri – sadar atas apa
yang kita rasakan; 2) Manajemen diri – kemampuan mengelola emosi dan dorongan-
dorongan kita sendiri; 3) Motivasi diri – kemampuan bertahan dalam menghadapi
kemunduran dan kegagalan; 4) Empati – kemampuan merasakan apa yang dirasakan
orang lain; dan 5) Keterampilan sosial – kemampuan menangani emosi-emosi orang lain.

„ Kasus mendukung EI. Berikut ini disampaikan argumen kelompok yang mendukung EI,
yaitu: 1) Daya tarik intuitif – orang-orang yang dapat mendeteksi emosi orang lain,
mengendalikan emosi mereka sendiri, dan menangani interaksi sosial dengan baik akan
mempunyai kaki yang kuat untuk berdiri dalam dunia bisnis; 2) EI meramalkan kriteria
yang penting – terdapat bukti yang memperkuat bahwa EI tingkat tinggi memengaruhi
kinerja seseorang menjadi lebih baik dalam pekerjaannya. Satu penelitian menemukan
bahwa EI telah dapat meramalkan kinerja karyawan dalam sebuah pabrik di Cina. Sebuah
penelitian lainnya menemukan bahwa kemampuan untuk mengenal emosi pada ekspresi
wajah orang lain dan untuk “mencuri dengar” secara emosional (mengambil sinyal-sinyal
halus mengenai emosi orang lain) dapat meramalkan peringkat rekan kerja terhadap
seberapa berharga orang-orang tersebut untuk organisasi mereka. Sebuah temuan dari 59
penelitian mengindikasikan bahwa secara keseluruhan EI berhubungan secara moderat
dengan kinerja pekerjaan; 3) EI berbasis biologis – satu penelitian telah menunjukkan
bahwa orang-orang dengan kerusakan pada bagian otak yang mengatur pemrosesan
emosional (luka-luka dalam area korteks prefrontal) mempunyai nilai yang secara
signifikan lebih rendah pada ujian-ujian EI.

„ Kasus menentang EI. Berikut adalah argumen kelompok yang menentang EI, yaitu: 1) EI
adalah sebuah konsep yang samar – sebagian besar dari kita tidak akan menganggap
bahwa menjadi sadar diri dapat memotivasi diri, atau memiliki empati merupakan
masalah kecerdasan. Seperti dikatakan seorang pengamat, “konsep “EI sekarang telah
menjadi sangat luas dan komponen-komponennya sangat beragam sehingga hal tersebut

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

bahkan bukan lagi merupakan sebuah konsep kecerdasan.”; 2) EI tidak dapat diukur –
banyak kritik telah menimbulkan pertanyaan mengenai pengukuran EI. Secara umum
ukuran-ukuran EI sangat beragam, dan para peneliti belum menjadikan hal ini sebagai
subyek penelitian yang teliti seperti hal ini telah mengukur kepribadian dan kecerdasan
umum; 3) Validasi EI masih dipertanyakan – beberapa kritik menyatakan bahwa karena
berhubungan sangat dekat dengan kecerdasan dan kepribadian, setelah Anda
memasukkan faktor-faktor tersebut, EI tidak memiliki sesuatu yang unik untuk
ditawarkan. EI tampaknya sangat berhubungan dengan ukuran-ukuran kepribadian,
khususnya stabilitas emosional, tetapi belum terdapat cukup riset mengenai apakah EI
menambahkan wawasan melampaui ukuran-ukuran kepribadian dan kecerdasan umum
dalam meramalkan kinerja pada pekerjaan.

„ Aplikasi-aplikasi PO terhadap Emosi dan Suasana Hati. Dalam bagian ini kita menilai
bagaimana sebuah pemahaman atas emosi dan suasana hati dapat meningkatkan kita
untuk menjelaskan dan meramalkan berbagai aspek seperti dijelaskan sebagai berikut.

„ Seleksi. Sampai hari ini para pemberi kerja telah mempertimbangkan EI sebagai sebuah
faktor dalam merekrut karyawan. Bahkan semakin banyak pemberi kerja mulai
menggunakan ukuran-ukuran EI untuk mempekerjakan orang. Sebuah investigasi
lanjutan menemukan bahwa calon karyawan yang akan direkrut yang mempunyai nilai
EI tinggi kemungkinan akan 2,6 kali lebih berhasil dibandingkan mereka yang tidak.

„ Pengambilan keputusan. Dengan adanya data obyektif yang sama kita harus mengetahui
bahwa orang-orang dapat membuat pilihan yang berbeda ketika mereka marah dan
tertekan dibandingkan ketika mereka sedang tenang. Para peneliti PO masih terus
memperdebatkan peran emosi dan suasana hati negatif dalam pengambilan keputusan.
Orang-orang yang tertekan (mereka yang secara kronis mengalami suasana hati buruk
atau emosi-emosi negatif seperti kesedihan) membuat penilaian-penilaian yang lebih
akurat dibandingkan orang-orang yang tidak tertekan. Tetapi bukti-bukti terkini telah
menyatakan bahwa orang-orang yang tertekan membuat keputusan-keputusan yang lebih
buruk dibandingkan orang-orang yang bahagia. Hal ini dikarenakan orang-orang yang
tertekan lebih lambat dalam memroses informasi dan cenderung menimbang semua
kemungkinan pilihan daripada hanya pilihan yang lebih mungkin diambil. Emosi positif

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah serta memahami dan menganalisis


informasi baru.

„ Kreativitas. Menurut penelitian, orang-orang yang berada dalam suasana hati yang baik
lebih kreatif dibandingkan orang-orang yang berada dalam suasana hati yang buruk.
Mereka menghasilkan lebih banyak ide, orang lain berpikir bahwa ide mereka orisinil,
dan mereka cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan kreatif terhadap
masalah. Tampaknya orang-orang yang mengalami suasana hati atau emosi positif lebih
fleksibel dan terbuka dalam pemikiran mereka, yang dapat menjelaskan mengapa mereka
lebih kreatif. Para pengawas harus secara aktif mencoba untuk menjaga para
karyawannya agar tetap bahagia karena hal ini akan menciptakan lebih banyak suasana
hati positif, yang pada gilirannya membuat orang-orang menjadi lebih kreatif.

„ Motivasi. Persepsi dan perhitungan karyawan terhadap peristiwa-peristiwa kerja penuh


dengan kandungan emosional yang secara signifikan memengaruhi seberapa besar usaha
yang mereka keluarkan. Ketika kita melihat orang yang sangat termotivasi dalam
pekerjaan mereka, mereka berkomitmen secara emosional. Orang-orang yang terlibat
dalam pekerjaan mereka “menjadi tenggelam secara fisik, kognitif, dan emosional dalam
pengalaman aktivitas untuk mengejar sebuah tujuan. Satu penelitian telah menegaskan
pentingnya suasana hati dan emosi pada motivasi. Penelitian yang pertama meminta dua
kelompok orang untuk memecahkan sejumlah teka-teki kata-kata. Satu kelompok
melihat sebuah klip video yang lucu, yang dimaksudkan untuk menempatkan kelompok
tersebut dalam suasana hati yang baik sebelum disuruh untuk memecahkan teka-teki
tersebut. Kelompok yang lain tidak diperlihatkan klip tersebut dan langsung mulai
mengerjakan pemecahan teka-teki. Kelompok dengan suasana hati positif melaporkan
esptektasi yang lebih tinggi untuk dapat memecahkan teka-teki tersebut, berusaha lebih
keras, dan sebagai hasilnya dapat memecahkan teka-teki.

„ Kepemimpinan. Para pemimpin yang efektif mengandalkan daya tarik emosional untuk
membantu menyampaikan pesan-pesan mereka. Bahkan ekspresi emosi dalam pidato
sering kali merupakan elemen penting yang membuat kita menerima atau menolak pesan
seorang pemimpin. Para eksekutif perusahaan mengetahui pentingnya kandungan
emosional jika menginginkan para karyawan untuk memercayai visi mereka atas masa

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

depan perusahaan mereka dan menerima perubahan. Jadi ketika para pemimpin yang
efektif ingin menerapkan perubahan-perubahan yang signifikan, mereka mengandalkan
”pembangkitan, pembangunan, dan mobilisasi emosi.

„ Konflik antar personal. Ketika konflik timbul di antara rekan kerja, dapat dipastikan
bahwa emosi akan terlibat. Sebenarnya keberhasilan seorang manajer saat mencoba
menyelesaikan konflik terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen
emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan
emosi mereka. Manajer yang mengabaikan elemen-eloemen emosional dalam konflik
serta hanya berfokus pada hal-hal yang bersifat rasional dan berkaitan dengan tugas,
kemungkinan tidak dapat menyelesaikan konflik tersebut.

„ Negosiasi. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa negosiator yang berpura-pura


marah memiliki keuntungan atas lawan mereka. Alasannya karena ketika seorang
negosiator menunjukkan kemarahan, lawan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut
telah menyerahkan semua yang ia dapat, dan dengan demikian lawan menyerah.

„ Pelayanan pelanggan. Keadaan emosional seorang pekerja memengaruhi pelayanan


pelanggan yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan
pelanggan. Pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan membuat karyawan
menuntut banyak hal karena mereka sering berada dalam situasi disonansi emosional.
Selain itu emosi karyawan dapat juga berpindah kepada pelanggan. Penelitian
mengindikasikan adanya efek kesesuaian antara emosi karyawan dan pelanggan, sebuah
efek yang oleh praktisi PO disebut sebagai penularan emosional (emotional contagion),
yaitu proses di mana emosi seseorang berpengaruh terhadap emosi orang lain.
Penjelasannya adalah bahwa ketika seseorang mengalami emosi-emosi positif lalu
tertawa dan tersenyum pada kita, kita mulai meniru perilaku orang tersebut. Jadi ketika
karyawan mengekspresikan emosi-emosi positif para pelanggan cenderung merespons
secara positif.

„ Sikap kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai hari
baik di tempat kerja cenderung berada dalam suasana hati yang lebih baik di rumah pada
malamnya. Selain itu orang-orang yang mengalami hari yang buruk cenderung berada

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

dalam suasana hati yang buruk setelah mereka berada di rumah. Bukti yang ada juga
menyatakan bahwa orang-orang yang mengalami hari penuh tekanan di tempat kerja
cenderung kesulitan untuk rileks setelah mereka pulang ke rumah.

„ Perilaku menyimpang di tempat kerja. Emosi-emosi negatif juga dapat membawa


sejumlah perilaku menyimpang di tempat kerja. Iri hati adalah sebuah emosi yang terjadi
ketika kita membenci seseorang karena memiliki sesuatu yang tidak kita miliki tetapi
sangat kita inginkan – seperti penugasan kerja yang lebih baik, kantor yang lebih besar,
atau gaji yang lebih tinggi. Hal-hal tersebut dapat berujung pada perilaku menyimpang
yang tidak baik.

„ Bagaimana para manajer memengaruhi suasana hati. Secara umum kita dapat
meningkatkan suasana hati orang-orang dengan memutarkan sebuah klip video yang lucu
untuk mereka, memberi mereka sekantung kecil permen, atau bahkan menyuruh mereka
mencicipi minuman yang enak. Para manajer dapat menggunakan humor dan memberi
karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang
dilaksanakan dengan baik. Selain itu, riset mengindikasikan bahwa ketika para pemimpin
berada dalam suasana hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif dan
sebagai hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama. Memilih anggota tim yang positif
dapat berefek menular seiring suasana hati positif ditularkan dari anggota tim ke anggota.

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

SIMPULAN
„ Emosi dan suasana hati adalah mirip karena keduanya bersifat afektif. Tetapi dua hal ini
juga berbeda – suasana hati adalah lebih umum dan kurang kontekstual dibandingkan
emosi. Selain itu berbagai peristiwa juga membawa perbedaan. Waktu dalam sehari dan
hari dalam seminggu, peristiwa yang penuh tekanan, aktivitas-aktivitas sosial, pola tidur,
seluruhnya adalah faktor-faktor yang memengaruhi emosi dan suasana hati.

„ Para manajer perlu memahami pentingnya peran emosi dan suasana hati para karyawan
termasuk rekan kerja setingkat agar mereka dapat lebih bekerja di tempat kerja. Para
manajer yang memahami peran emosi dan suasana hati akan secara signifikan
meningkatkan kemampuan mereka untuk menjelaskan dan meramalkan perilaku rekan
kerja mereka.

„ Emosi dan suasana hati dapat mengganggu kinerja, khususnya emosi-emosi negatif.
Itulah sebabnya sebagian organisasi berusaha untuk mengeluarkan emosi dari tempat
kerja. Tetapi sebaliknya, emosi dan suasana hati juga dapat meningkatkan kinerja melalui
dua cara. Pertama, emosi dan suasana hati dapat meningkatkan tingkat rangsangan,
memotivasi karyawan untuk bekerja lebih baik. Kedua, kerja emosional mengungkap
bahwa perasaan-perasaan tertentu dapat menjadi bagian dari persyaratan sebuah
pekerjaan. Jadi misalnya kemampuan untuk secara efektif mengelola emosi dalam posisi-
posisi kepemimpinan, penjualan, dan pelayanan pelanggan kemungkinan adalah hal yang
penting agar dapat berhasil dalam posisi-posisi tersebut. Pada saat yang sama, organisasi
yang menghindari penampilan emosi-emosi positif, atau mendorong karyawan untuk
menekan emosi-emosi negatif akan menemukan bahwa keduanya dapat merugikan
angkatan kerja mereka.

„ Ada yang membedakan emosi dan suasana hati yang fungsional dan disfungsional di
tempat kerja. Sejumlah analisis telah menyatakan bahwa variabel penghubung yang
penting adalah kompleksitas tugas seorang individu. Semakin kompleks tugas tersebut,
seorang pekerja harus menjadi semakin tidak emosional untuk tidak mengganggu kinerja.
Sementara rangsangan emosional dengan tingkat minimal mungkin dibutuhkan untuk
kinerja yang baik, rangsangan tingkat tinggi akan mengganggu kemampuan untuk

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

berfungsi, khususnya jika pekerjaan tersebut membutuhkan proses-proses kalkulatif dan


kognitif yang teliti. Karena tren terhadap pekerjaan telah menjadi semakin kompleks, kita
dapat melihat mengapa organisasi-organisasi semakin menaruh perhatian pada peran
emosi – khususnya emosi-emosi yang intens di tempat kerja.

     
0192J – Perilaku Organisasi 
 

DAFTAR PUSTAKA

1. Stephen P. Robbins and Timothy A.Judge. (2013). Organization Behaviour. 15.


Pearson Education Limited. Essex. ISBN: 978-0-273-76529-5, Chapter 4.

     

Anda mungkin juga menyukai