TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LEUKIMIA
2.1.1 Definisi
ditandai oleh produksi secara tak normal (transformasi maligna) dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam
Leukimia dibagi menjadi empat tipe utama yaitu leukimia mieloid akut
(LMA), leukimia limfositik akut (LLA), leukimia mieistik kronik (LKM), serta
ditandai dengan infiltrasi pada bone marrow (sumsum tulang), darah dan jaringan
lainnya oleh sel proliferatife, klonal dan tidak normal dari sistem hematopoietic.
Pertumbuhan sel darah putih yang tidak normal tersebut mempengaruhi sel darah
(Arnauld c, 2004).
4
2.1.2 Etiologi
Penyebab leukimia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
a. Host
- Faktor Genetik
Leukimia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih banyak
dari pada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan leukimia akut.
Leukimia akut juga meningkat pada penderita dengan kelainan congenital. Pada
Kemungkinan untuk mendapat leukimia pada saudara kandung penderita naik 2-4
kali.
b. Agent
- Virus
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukimia. HTLV (virus leukimia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukimia/limfoma sel T.
- Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukimia. Angka kejadian LMA jelas sekali meningkat setelah sinar radioaktif
digunakan.
5
- Zat Kimia
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukimia. Benzena telah lama dikenal
merupakan zat leukomogenik untuk AML. Paparan benzene kadar tinggi dapat
- Merokok
AML.
c. Lingkungan (pekerjaan)
2.1.3 Epidemiologi
Kejadian AML berbeda dari satu Negara dengan Negara lainnya, hal ini
berkaitan dengan cara diagnosis dan pelaporannya. AML mengenai semua kelompok
ada sekitar 19.950 kasus baru AML dan sekitar 10.430 kematian karena AML pada
tahun 2016, sebagian besar pada dewasa. Di Australia setiap tahunnya terdapat
kurang lebih 3.200 orang dewasa dan 250 anak-anak yang didiagnosis dengan
leukimia. Dari total tersebut 900 orang dewasa diantaranya dan 50 anak terdiagnosis
dengan AML. Jumlah insiden terjadinya AML meningkat terutama pada orang-orang
6
Data di Indonesia sangat terbatas, pernah dilaporkan insidens AML di
Jogjakarta adalah 8 per satu juta populasi. Penyakit ini meningkat progresif sesuai
usia, puncaknya pada usia ≥ 65 tahun. Usia rata-rata pasien saat didiagnosis AML
sekitar 67 tahun. AML sedikit lebih sering dijumpai pada pria. AML yang lebih
banyak terjadi pada orang dewasa. Namun AML juga merupakan jenis leukimia yang
sering ditemukan pada anak-anak. Risiko terjadinya. AML meningkat 10 kali lipat
dari usia 30-34 tahun sampai dengan usia 65-69 tahun. Pada orang yang berusia lebih
suatu kondisi keluarnya sel darah merah ke kulit dan selaput lendir, purpura atau
ekimosis, yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukimia akut pada saat didiagnosis.
Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa
hidung, ginggiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam jiwa biasanya
terjadi pada saluran cerna dan sistem saraf pusat, selain itu juga pada paru, uterus dan
ovarium. 4 Manifestasi perdarahan ini muncul sebagai akibat dari berbagai kelainan
mengancam jiwa adalah Leukimia Promielositik Akut (AML-M3 atau APL) yaitu
suatu subtipe leukemia mielositik akut yang ditandai dengan translokasi resiprokal
kromosom 15 dan 17(9). Perdarahan yang terjadi pada Leukimia Promielositik Akut
7
Manifestasi oral (pembengkakan gingival dan perdarahan gingival dan oral)
disebabkan oleh leukimia. Pembengkakan gingival merupakan tanda oral yang paling
sering ditemukan pada pasien yang tidak ditangani. Namun, Hou dkk menemukan
bahwa perdarahan gingival merupakan tanda oral awal pada leukimia akut dan
kronik. Sel mukosa oral merupakan indeks mitotiknya yang tinggi, sering mengalami
mudah terkena mucositis dan xerostomia. Selain itu, infeksi oportunistik yang
disebabkan oleh penurunan granulosit normal. Diantara infeksi oportunistik yang ada
pada kavitas oral, yang paling sering ialah candidiasis oleh karena penggunaan anti
biotik spectrum luas, kemoterapi, kebersihan mulut yang jelek, malnutrisi, dan
keadaan kesehatan umum yang buruk. Infeksi viral yang paling sering pada leukimia
ialah herpes simpleks, yang memperlihatkan evolusi atipikal dan lama, dan biasanya
berlokasi pada bibir, palatum dan lidah. Infeksi bakterial yang disebabkan oleh
kontaminasi sekunder dari lesi yang ada biasanya disebabkan oleh organisme gram
dan immunosupresi. Perdarahan seperti itu bersifat spontan, khususnya jika pasien
2.1.5 Diagnosis
sumsum tulang. Proses pendiagnosisan AML didasarkan pada hasil hitung darah
pengolahan citra yang didasarkan pada bentuk morfologi sel darah putih. Penelitian
8
ini bertujuan untuk membantu proses identifikasi AML M1 dan AML M2 sebagai
diagnosis awal. Metode pengolahan citra yang digunakan meliputi YCbCr color
space, thresholding, operasi morfologi, chain code, dan bounding box, sedangkan
citra AML M1 dan 30 citra AML M2. Identifikasi tipe AML menunjukkan tingkat
akurasi sebesar 73.33%. Sedangkan akurasi identifikasi jenis sel sebesar 54.92%.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah metode Naïve Bayes Classifier dapat
digunakan untuk membantu proses identifikasi jenis sel dominan pada AML M1 dan
adalah protokol kemoterapi LMA yang terdiri dari fase induksi, fase konsolidasi dan
etoposid, diikuti fase konsolidasi selama 42 minggu dan 2 blok fase intensifikasi
dengan sitosin arabinos dosis tinggi. Interval antara fase adalah 4 minggu. Pasien
dianggap remisi apabila hasil aspirasi sumsum tulang setelah menjalani 1 blok fase
9
induksi, jumlah sel blas menunjukkan kurang dari 5%. Apabila sel blas >5%
dianggap gagal remisi. Angka remisi yang rendah kemungkinan terkait dengan jenis
protokol yang diberikan, faktor prognostik, dan pemberian kemoterapi yang tidak
sesuai jadwal. Faktor prognostik untuk menilai kemungkinan gagal remisi pada LMA
adalah pasien yang saat didiagnosis memiliki jumlah trombosit <20.000/μL, jenis
kelamin laki-laki, LMA M5, hepatomegali, dan sel blast >15% pada 14 hari pasca
Pengobatan LMA digunakan dua protokol yang berbasis pada cytarabine dan
dimodifikasi, dan lama pengobatannya. Protokol ADE yang digunakan, sejak tahun
1999 sampai pertengahan 2005. Semua pasien yang menggunakan protokol ini
meninggal dengan waktu pengamatan paling lama 1,4 tahun. Dengan berbagai
Sembilan puluh satu pasien menggunakan protokol ini. Pengamatan yang dilakukan
selama hampir 5 tahun terhadap 88 pasien yang masuk kriteria inklusi menghasilkan
EFS sebesar 3,7%. Secara statistik p=0,005, terdapat perbedaan yang bermakna di
antara 2 protokol yang diterapkan. Penyebab kematian tahun pertama tersebut bisa
10