Anda di halaman 1dari 8

Nama : Nurul Fajri Saminan

NIM : 1907156
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

1. Jelaskan makna filsafat.


Jawaban:
Filsafat mempunyai makna sebagai cinta kebijaksanaan dan cinta pengetahuan
(Djamaris,2011 dan Rapar, 1995), pengetahuan mempunyai makna tinggi yaitu hikmah.
Filsafat juga mempunyai makna bahwa setiap orang yang mendapatkan cinta dan
pengetahuan adalah sebuah hikmah yang besar bagi dirinya, karena dapat memahami
hakikat sebuah pengetahuan, sehingga mejadikan dirinya seseorang yang bijaksana
dalam mencari kebenaran melalui pengamatan-pengamatan. Seperti halnya yang
dilakukan oleh para Sains, untuk membutktikan sesuatu ilmu melalui pengamatan-
pengamatan atau eksperimen-eksperimen.

2. Kemukakan gagasan-gagasan filusuf Yunani klasik yang relevan dengan kajian


sains.
Jawaban:
Filusuf Yunani Klasik Yang relevan dengan kajian sains yaitu:
Kajian sains adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya untuk memperoleh kebenaran,
makna, tujuan, serta nilai-nilai pengetahuan tersebut.
a. Thales ( 624-545 SM)
Ia mengemukakan bahwa asas pertama alam semesta itu adalah air.
b. Anaximenes (585-528 SM)
Gejala alam yang sangat berpengaruh untuk pertama kali adalah udara.
c. Heraklitus (535-475 SM)
Konjektur api sebagai elemen material alam semesta
d. Empedokles (495-435 SM)
Akar sesuatu yang membentuk realita alam ada empat elemen dasar permanen yaitu;
api, udara, tanah, dan air.

Seperti yang ditunjukkan Anderson dalam sebuah artikel yang ditulis di tahun 1972:
“Kemampuan untuk mereduksi segala sesuatu menjadi hukum-hukum dasar yang sederhana
tidaklah mengakibatkan kemampuan untuk berangkat dari hukum-hukum itu dan
merekonstruksi alam semesta. Nyatanya, semakin banyak yang dikatakan oleh para fisikawan
partikel elementer pada kita tentang sifat-sifat hukum dasar, semakin tidak relevan hukum-
hukum itu terhadap masalah-masalah yang sangat nyata yang dihadapi bidang-bidang ilmu
lainnya, apalagi terhadap masyarakat.”
“Teori relativitas adalah satu contoh yang baik atas karakter dasar perkembangan modern
ilmu teoritik. Hipotesis yang dipakainya untuk berangkat semakin hari semakin abstrak dan
tercerai dari pengalaman. Seorang ilmuwan teoritik semakin hari semakin diharuskan untuk
menuntun dirinya dengan pertimbangan-pertimbangan yang murni matematika dan formal
dalam pencariannya atas sebuah teori, karena pengalaman fisik dari pelaku percobaan
tidaklah dapat mengangkatnya ke dalam wilayah abstraksi yang tertinggi.

3. Apa peranan filsafat bagi manusia?


Jawaban:
Filsafat membebaskan manusia dari berfikir yang tidak sistematis dan tidak jernih dan
cara berfikir yang tidak kritis dalam menerima kebenaran-kebenaran semu. Filasafat
membimbing manusia untuk mengembangkan cara berfikir menyeluruh, kritis, analitis dan
logis.
“Ketidaktahuan adalah kutukan dari Tuhan, pengetahuan adalah sayap yang akan
membawa kita terbang ke surga” Williams Shakespeare.
Filsafat bagi manusia untuk menjaga peradaban kehidupan, apabila manusia berhenti
berfilsafat itu artinya manusia berhenti berfikir, ketika manusia sudah berhenti berfikir, maka
sudah hancur seluruh peradaban di bumi ini. Setiap perkembangan ilmu pengetahuan yang
dihasilkan dari filsafat akan memunculkan peradaban baru
“Kalau hidup hanya sekedar hidup, kera dihutan juga hidup. Kalau kerja hanya
sekedar kerja, kerbau disawah juga bekerja”. Seperti itu lah Buya Hamka menggambarkan
manusia, hidup jangan hanya sekedar hidup saja, tapi hidup juga harus berfikir bagaimana
cara menjalani hidup yang baik. Berfikir sering kali diartikan oleh orang kebanyakan adalah
suatu cara orang berfilsafat, berfilsafat didorong oleh keinginan untuk memahamkan apa
yang telah kita ketahui dan untuk mengetahui apa yang belum kita ketahui. Menurut Jons
Manedi (2015) peranan filsafat bagi manusia:
Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang telah mencapai derajat sempurna
dibandingkan dengan makhluk ciptaan Allah lainnya, termasuk diantaranya malaikat, jin,
binatang dan lain-lain. Diantara kesempurnaan itu terlihat dari ciri-ciri manusia yang
memiliki jasmani (fisik) yang terdiri dari kapur, air dan tanah yang bagus, ruh yang berfungsi
untuk menggerakkan jasmani dan jiwa yang didalamnya ada rasa dan perasaan, yang terdiri
dari 3 unsur :
 Syahwat (Lawwamah) darah hitam, yang dipengaruhi oleh sifat Jin, seperti rakus,
pemalas, dan serakah.
 Ghodob (Ammarah) darah merah, yang dipengaruhi oleh sifat setan, seperti sombong dan
merusak.
 Natiqoh (Muthmainah) darah putih, yang dipengaruhi oleh sifat malaikat, seperti
bijaksana, tenang, berbudi luhur.
Otak merupakan alat dalam menjalankan dan mengendalikan jiwa yang didalamnya
terdapat tiga bagian, yaitu : Akal (timbangan) antara hak dan yang bathil, Pikir (hitungan)
tentang untung dan rugi, Zikir (ingatan) tentang menghambbakan diri kepada sang pencipta.

4. Spesifikasi lingkup kajian dalam domain ontologi, epistemologi, dan aksiologi.


Jawaban:
a. Ontologi
Ontos ( keberadaan) logos (ilmu) yang berfokus pada hakekat kebenaran. Ontologi
mempersoalan bagaimanakah kita menerangkan hakikat dan segala yang ada ini? Pertama
kali orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Pertama, kenyataan yang berupa
materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan).
Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berusaha untuk menjawab “apa” yang
menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan merupakan ilmu mengenai esensi
benda-benda. Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = Being, Logos = Logic. Jadi
Ontologi adalah the theory of beung qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan).
Louis O.Kattsoff dalam “Elements of Filosophy” mengatakan, Ontologi itu mencari
ultimate reality dan menceritakan bahwa di antara contoh pemikiran ontologi adalah
pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa airlah yang menjadi ultimate substance yang
mengeluarkan semua benda. Jadi asal semua benda hanya satu saja yaitu air. Noeng Muhadir
dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan, Ontologi membahas tentang yang ada yang
universal, menampilkn pemikiran semesta universal. Menurut Jujun S. Suriasumantri dalam
“Pengantar Ilmu dan Perspektif” mengatakan, Ontologi membahas apa yang ingin kita
ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai
teori tentang “ada”.

b. Epistemologi
Epistomologi ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pada abad ke-5 SM, muncul keraguan
terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas. Mereka adalah
kaum sophis. Sikap kaum sophis yang skeptis inilah yang mengawali munculnya
epistomologi.
Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang baik
pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561–1626). Dua di antara
karya-karyanya adalah “The Advancement of Learning” (1606) dan “Novum Organum”
(Organum baru). Filsafat Bacon mempunyai peran penting dalam induksi dan sistematisasi
prosedur ilmiah. Menurut Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk
memberi kekuasaan kepada manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon
melakukan ushanya dengan menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak
akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai kekuatan
yang dapat membantu manusia meraih kehidupan yang lebih baik
Sementara menurut Descrates (1596-1650 M), persoalan dasar dalam filsafat
pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan?
Prosedur yang disarankan oleh Descrates untuk mencapai kepastian adalah keraguan metodis
universal, keraguan ini bersifat universal karena direntang tanpa batas atau sampai keraguan
ini membatasi dirinya. Artinya usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak
dapat diragukan lagi.
c. Aksiologi
Aksiologi berasal dari axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi
aksiologi merupakan teori tentang nilai. Menurut Jujun S. Suriasumantri arti aksiologi yang
terdapat dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Sebuah Pengantar Populer” bahwa aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Sedangkan, menurut Bramel aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral
conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
Ketiga, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Di dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan value
and valuation. Ada tiga bentuk value and valuation. Nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti, baik, menarik, dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencangkupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran, dan kesucian. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika sebuah nilai
atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya, nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai.
Nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai, dan dinilai. Menilai
umumnya sinonim dari evaluasi.

5. Kemukakan perbedaan karakteristik metode-metode filsafat


Jawaban:
Metode-metode filsafat
1. Metode scorates yakin bahwa pengetahuan akan kebenaran objektif tersimpan dalam
jiwa setiap orang. Oleh sebab itu, Scorates menggunakan metode dialog dengan
orang-orang, yang dari dialognya itu ia melihat kebenaran-kebenaran individual yang
bersifat universal. Ia meletakkan dasar berfikir induktif dan dialektika (tesis-antitesis-
sintesi).
Sokrates tidak meninggalkan tulisan. Ia hanya dikenal dalam kesaksian beberapa
pengarang lain: Xenophon, Aristophanes, Aristoteles. Dan terutama ia muncul sebagai
tokoh pembicara dan karya-karya Plato. Maka ada sarjana yang berpendapat bahwa
Sokrates tak pernah hidup. Memang sekarang sulit dibedakan gagasan Sokrates dan
Plato. Namun ada persetujuan umum bahwa metode dan ajaran Sokrates dengan
paling tepat ditemukan dalam dialog-dialog Plato yang lebih dahulu. Mereka disebut:
“dialog-dialog sokratis”: yaitu Apologia, Kriton, Euthyphron, Lakhes, Ion,
Protagoras, KharmidesLysis, dan PoliteiaI. Para filsuf sebelum Sokrates terutama
peneliti kosmos. Sokrates mulai mengarahkan pemikiran filosofis kepada
manusia,terutama pada bidang etis. (Surajiyo, 2014).
2. Metode Plato yakin bahwa mengelaborasi metode dialog dengan membaginya
kedalam tiga fase, yaitu: fase dialog awal sebagai penyelidikan (inquiry), fase dialog
pertengahan sebagai spekulasi pemikiran, dan fase dialog akhir yang disebut fase
kritik, penilaian dan aplikasi.
Plato hanya memperluaskan metode sokrates, mulai dalam dialog-dialog yang disebut
“dialog tengah”. Tujuan metode ini ialah membuka pemahaman tentang hakikat yang
tak terubahkan. Seperti ada dalam masing-masing hal/benda/manusia. Namun
pemahaman itu diberikannya latar belakang lebih ’idealistis’ Dengan ajarannya
mengenai ide-ide.
3. Metode Aristoteles menyatakan ada dua metode yang dapat dipakai untuk menarik
kesimpulan yang benar, yaitu metode induktif dan metode deduktif. Induksi berangkat
dari pengamatan, sedangkan deduksi terlepas dari pengamatan. Menurut Aristoteles
baik indukssi maupun deduksi menggunakan logika.

6. Kemukakan esensi pemikiran filosofi dari berbagai aliran (paham) isu metafisika
dan isu epistemologi.
Jawaban:
Aliran-aliran / faham-faham dalam metafisika
1. Monisme: hakikat kenyataan dilihat dari kuantitasnya adalah tunggal.
2. Dualisme: hakikat kenyataan dilihat dari kuantitasnya adalah terdiri dua
3. bagian/unsur (misal hylemorfisme/bentuk dan materi)
4. Pluralisme: hakikat kenyataan adalah terdiri dari banyak unjur/jamak
5. Idealisme: hakikat kenyataan adalah ide-ide (misal filsafat Plato)
6. Realisme : hakikat kenyataan adalah yang nampak.
Aliran-aliran / faham-faham dalam epistemologi
1. Rasionalisme: pengetahuan diperoleh lewat proses menalar
2. Empirisisme; pengetahuan diperoleh melalui persepsi inderawi
1. Aliran Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan menguji pengetahuan.
Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir, yaitu
dengan menggunakan kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Descartes,
Spinoza, dan Leibnis adalah tokoh-tokoh besar dalam aliran rasionalisme.
Rasionalisme terbagi menjadi dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam
bidang filsafat. Dalam bidang agama lawan rasionalisma adalah autoritas, sedangkan
dalam bidang filsafat lawan rasionalisme adalah empirisme. Rasionalisme dalam
bidang agama biasanya mengkritik mengenai ajaran agama, rasionalisme dalam
nidang filsafat berguna sebagai teori pengetahuan rasionalisme berpendapat bahwa
sebagian dan bagian penting pengetahuan dating dari penemu akal, seperti pemahanan
mengenai logika matematika.
2. Aliran idealisme Tokoh aliran idealism adalah Plato (427-374 SM), Ia adalah murid
sokrates. Aliran filsafat merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh Panca indra. Karena pandangannya yang idealis itulah idealism e sering dianggap
sebagai lawan dari aliran realisme.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan
kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terukti,
bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan
demikian kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna
dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat
disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 6+6= 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
3. Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman
dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan
peranan akal. Dua ciri pokok empirisisme Teori makna yang dinyatakan sebagai asal
usul, idea atau konsep. Yang pada Abad Pertengahan dirumuskan sebagai Nihil est in
intellectu quod non prius fuerit in sensu yang artinya tidak ada sesuatu di dalam
pikiran kita selain didahului oleh pengalaman (Encyclopedia Americana: 10).
Pernyataan tersebut merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya , An Essay
Concerning Human Understanding, yang dikeluarkan tatkala ia menentang ajaran idea
bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Menurut Locke,; jiwa (mind) itu
tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih (tabula rasa) yang
belum ada tulisan di atasnya dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang
melalui pengalaman inderawi atau pengetahuan itu datang dari observasi yang kita
lakukan terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut
innersense (pengindera dalam).
David Home mempertegas teori ini dalam pembukaan bukunya Treatise of Human
Nature (1793) dengan cara membedakan idea dan kesan (impression). Semua idea
yang kita miliki datang dari kesan-kesan dan kesan itu mencakup penginderaan,
passion dan emosi.
Melalui karyanya Descartes menyanggah orang-orang Rasionalis yang membedakan
dua fungsi akal; pertama fungsi diskursif yang menjadikan kita mampu membuat
kongklusi dari premis; dan kedua fungsi intuitif yang menjadikan kita mampu
menangkap kebenaran teakhir dan menangkap konsep secara langsung. Memang
banyak pengetahuan yang kita peroleh lewat pengalaman indera tetapi banyak pula
idea lainnya, seperti idea tentang jiwa, substansi materi yang harus ditangkap
dengan cara a priori yaitu meggunakan intuisi rasional.
Pada abad ke-20, kaum empirisis menggunakan teori makna untuk menentukan
apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan asal usul
pengetahuan. Charles Sanders Pierces menggunakn empirisisme secara pragmatis
dalam kalimat “Tentukanla apa pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat
dipahami, kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang obyek
tersebut.”
Teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. oleh
karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman
kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera dan hubungan
kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.

Anda mungkin juga menyukai