NIM : 1907156
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Seperti yang ditunjukkan Anderson dalam sebuah artikel yang ditulis di tahun 1972:
“Kemampuan untuk mereduksi segala sesuatu menjadi hukum-hukum dasar yang sederhana
tidaklah mengakibatkan kemampuan untuk berangkat dari hukum-hukum itu dan
merekonstruksi alam semesta. Nyatanya, semakin banyak yang dikatakan oleh para fisikawan
partikel elementer pada kita tentang sifat-sifat hukum dasar, semakin tidak relevan hukum-
hukum itu terhadap masalah-masalah yang sangat nyata yang dihadapi bidang-bidang ilmu
lainnya, apalagi terhadap masyarakat.”
“Teori relativitas adalah satu contoh yang baik atas karakter dasar perkembangan modern
ilmu teoritik. Hipotesis yang dipakainya untuk berangkat semakin hari semakin abstrak dan
tercerai dari pengalaman. Seorang ilmuwan teoritik semakin hari semakin diharuskan untuk
menuntun dirinya dengan pertimbangan-pertimbangan yang murni matematika dan formal
dalam pencariannya atas sebuah teori, karena pengalaman fisik dari pelaku percobaan
tidaklah dapat mengangkatnya ke dalam wilayah abstraksi yang tertinggi.
b. Epistemologi
Epistomologi ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pada abad ke-5 SM, muncul keraguan
terhadap kemungkinan kemampuan manusia mengetahui realitas. Mereka adalah
kaum sophis. Sikap kaum sophis yang skeptis inilah yang mengawali munculnya
epistomologi.
Metode empiris yang telah dibuka oleh Aristoteles mendapat sambutan yang baik
pada zaman Renaisans dengan tokoh utamanya Francis Bacon (1561–1626). Dua di antara
karya-karyanya adalah “The Advancement of Learning” (1606) dan “Novum Organum”
(Organum baru). Filsafat Bacon mempunyai peran penting dalam induksi dan sistematisasi
prosedur ilmiah. Menurut Russel, dasar filsafatnya sepenuhnya bersifat praktis, yaitu untuk
memberi kekuasaan kepada manusia atas alam melalui penyelidikan ilmiah. Bacon
melakukan ushanya dengan menegaskan tujuan pengetahuan. Menurutnya, pengetahuan tidak
akan mengalami perkembangan dan tidak akan bermakna kecuali ia mempunyai kekuatan
yang dapat membantu manusia meraih kehidupan yang lebih baik
Sementara menurut Descrates (1596-1650 M), persoalan dasar dalam filsafat
pengetahuan bukan bagaimana kita tahu, tetapi mengapa kita dapat membuat kekeliruan?
Prosedur yang disarankan oleh Descrates untuk mencapai kepastian adalah keraguan metodis
universal, keraguan ini bersifat universal karena direntang tanpa batas atau sampai keraguan
ini membatasi dirinya. Artinya usaha meragukan itu akan berhenti bila ada sesuatu yang tidak
dapat diragukan lagi.
c. Aksiologi
Aksiologi berasal dari axios yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi
aksiologi merupakan teori tentang nilai. Menurut Jujun S. Suriasumantri arti aksiologi yang
terdapat dalam bukunya yang berjudul “Filsafat Sebuah Pengantar Populer” bahwa aksiologi
diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Sedangkan, menurut Bramel aksiologi terbagi dalam tiga bagian. Pertama, moral
conduct yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yakni etika.
Kedua, esthetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan keindahan.
Ketiga, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan filsafat sosial politik.
Di dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan, aksiologi disamakan dengan value
and valuation. Ada tiga bentuk value and valuation. Nilai digunakan sebagai kata benda
abstrak. Dalam pengertian yang lebih sempit seperti, baik, menarik, dan bagus. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas mencangkupi sebagai tambahan segala bentuk kewajiban,
kebenaran, dan kesucian. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika sebuah nilai
atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti
nilainya, nilai dia. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai.
Nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, member nilai, dan dinilai. Menilai
umumnya sinonim dari evaluasi.
6. Kemukakan esensi pemikiran filosofi dari berbagai aliran (paham) isu metafisika
dan isu epistemologi.
Jawaban:
Aliran-aliran / faham-faham dalam metafisika
1. Monisme: hakikat kenyataan dilihat dari kuantitasnya adalah tunggal.
2. Dualisme: hakikat kenyataan dilihat dari kuantitasnya adalah terdiri dua
3. bagian/unsur (misal hylemorfisme/bentuk dan materi)
4. Pluralisme: hakikat kenyataan adalah terdiri dari banyak unjur/jamak
5. Idealisme: hakikat kenyataan adalah ide-ide (misal filsafat Plato)
6. Realisme : hakikat kenyataan adalah yang nampak.
Aliran-aliran / faham-faham dalam epistemologi
1. Rasionalisme: pengetahuan diperoleh lewat proses menalar
2. Empirisisme; pengetahuan diperoleh melalui persepsi inderawi
1. Aliran Rasionalisme adalah paham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason)
adalah alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan menguji pengetahuan.
Rasionalisme mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan cara berpikir, yaitu
dengan menggunakan kaidah-kaidah logis atau kaidah-kaidah logika. Descartes,
Spinoza, dan Leibnis adalah tokoh-tokoh besar dalam aliran rasionalisme.
Rasionalisme terbagi menjadi dua macam, yaitu dalam bidang agama dan dalam
bidang filsafat. Dalam bidang agama lawan rasionalisma adalah autoritas, sedangkan
dalam bidang filsafat lawan rasionalisme adalah empirisme. Rasionalisme dalam
bidang agama biasanya mengkritik mengenai ajaran agama, rasionalisme dalam
nidang filsafat berguna sebagai teori pengetahuan rasionalisme berpendapat bahwa
sebagian dan bagian penting pengetahuan dating dari penemu akal, seperti pemahanan
mengenai logika matematika.
2. Aliran idealisme Tokoh aliran idealism adalah Plato (427-374 SM), Ia adalah murid
sokrates. Aliran filsafat merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan
jiwa. Menurutnya, cita adalah gambaran asli yang semata-mata bersifat rohani dan
jiwa terletak diantara gambaran asli (cita) dengan bayangan dunia yang ditangkap
oleh Panca indra. Karena pandangannya yang idealis itulah idealism e sering dianggap
sebagai lawan dari aliran realisme.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu reaksi terhadap kondisi perubahan
terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya Athena lama. Ia merumuskan
kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna dan abadi (eternal). Dan sudah terukti,
bahwa dunia eksistensi keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan
demikian kebenaran tidak bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna
dan berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat
disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika,
bahwa 6+6= 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar dan bahkan di waktu yang akan datang pasti akan tetap benar.
3. Empirisisme adalah suatu doktrin filsafat yang menekankan peranan pengalaman
dalam memperoleh pengetahuan serta pengetahuan itu sendiri dan mengecilkan
peranan akal. Dua ciri pokok empirisisme Teori makna yang dinyatakan sebagai asal
usul, idea atau konsep. Yang pada Abad Pertengahan dirumuskan sebagai Nihil est in
intellectu quod non prius fuerit in sensu yang artinya tidak ada sesuatu di dalam
pikiran kita selain didahului oleh pengalaman (Encyclopedia Americana: 10).
Pernyataan tersebut merupakan tesis Locke yang terdapat dalam bukunya , An Essay
Concerning Human Understanding, yang dikeluarkan tatkala ia menentang ajaran idea
bawaan (innate idea) pada orang-orang rasionalis. Menurut Locke,; jiwa (mind) itu
tatkala orang dilahirkan, keadaannya kosong, laksana kertas putih (tabula rasa) yang
belum ada tulisan di atasnya dan setiap idea yang diperolehnya mestilah datang
melalui pengalaman inderawi atau pengetahuan itu datang dari observasi yang kita
lakukan terhadap jiwa (mind) kita sendiri dengan alat yang oleh Locke disebut
innersense (pengindera dalam).
David Home mempertegas teori ini dalam pembukaan bukunya Treatise of Human
Nature (1793) dengan cara membedakan idea dan kesan (impression). Semua idea
yang kita miliki datang dari kesan-kesan dan kesan itu mencakup penginderaan,
passion dan emosi.
Melalui karyanya Descartes menyanggah orang-orang Rasionalis yang membedakan
dua fungsi akal; pertama fungsi diskursif yang menjadikan kita mampu membuat
kongklusi dari premis; dan kedua fungsi intuitif yang menjadikan kita mampu
menangkap kebenaran teakhir dan menangkap konsep secara langsung. Memang
banyak pengetahuan yang kita peroleh lewat pengalaman indera tetapi banyak pula
idea lainnya, seperti idea tentang jiwa, substansi materi yang harus ditangkap
dengan cara a priori yaitu meggunakan intuisi rasional.
Pada abad ke-20, kaum empirisis menggunakan teori makna untuk menentukan
apakah suatu konsep diterapkan dengan benar atau tidak, bukan asal usul
pengetahuan. Charles Sanders Pierces menggunakn empirisisme secara pragmatis
dalam kalimat “Tentukanla apa pengaruh konsep itu pada praktek yang dapat
dipahami, kemudian konsep tentang pengaruh itu, itulah konsep tentang obyek
tersebut.”
Teori makna dan empirisme selalu harus dipahami lewat penafsiran pengalaman. oleh
karena itu, bagi orang empiris jiwa dapat dipahami sebagai gelombang pengalaman
kesadaran, materi sebagai pola (pattern) jumlah yang dapat diindera dan hubungan
kausalitas sebagai urutan peristiwa yang sama.