Anda di halaman 1dari 5

RANGKUMAN

A. Pendahuluan
1. Pengertian
Penyakit gagal ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal mengalami
penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali dalam hal penyaringan
pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan dan zat kimia tubuh seperti sodium
dan kalium didalam darah atau produksi urin. Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan
kearah yang semakin buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana
fungsinya. Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut
dan gagal ginjal kronis (Anonim, 2010).
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni Gagal Ginjal Akut (acute renal failure =
ARF) dan Gagal Ginjal Kronik (chronic renal failure = CRF).
a) Gagal Ginjal Akut
Gagal ginjal akut adalah hilangnya fungsi ginjal secara mendadak dan hampir lengkap
akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi tublar dan glomerular (Brunner &
Suddarth,2000).
Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang meningkat.

Penyakit gagal ginjal akut adalah suatu penyakit dimana ginjal tidak dapat lagi
menjalankan fungsinya sebagai organ pembuangan, ginjal secara relatif mendadak tidak dapat
lagi memproduksi cairan urine yang merupakan cairan yang mengandung zat-zat yang sudah
tidak diperlukan oleh tubuh dan harus dikeluarkan dari tubuh .Gagal ginjal akut biasanya disertai
oliguria (pengeluaran kemih <400ml/ hari). (Price and Wilson, 1995 : 885).
b) Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik adalah kemunduran fungsi ginjal yang progresif dan irreversibel
dimana terjadi kegagalan kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseibangan
metabolik,caira dan elektrolit yang mengakibatkan uremia atau azotemia. (Brunner &
Suddarth,2000)
Kegagalan ginjal menahun merupakan suatu kegagalan fungsi ginjal yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama,sehingga tidak dapat menutupi
kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit. (Purnawan Junadi,1989)

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan menurunnya fungsi ginjal yang
bersifat kronik, progresif dan menetap berlangsung. Beberapa tahun pada keadaan ini ginjal
kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan cairan tubuh dalam keadaan
asupan diet normal (Rindiastuti, 2006). Penderita yang berada pada stadium akhir untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya diperlukan terapi penganti yaitu hemodialisis (HD),
peritoneal dialysis mandiri berkesinambungan Continuos Ambulatory Peritoneal dialysis
(CAPD) atau transplantasi ginjal ( Wilson &amp; Price;1994 dalam Rindiastuti;2006). Penyakit
ginjal tahap akhir biasanya ditandai dengan test klirens kreatinin rendah. Penderita dengan test
klirens kreatinin &lt;15 ml/menit dianjurkan untuk menjalani terapi pengganti, salah satunya
adalah dengan dialisis. Tindakan dialisis merupakan salah satu cara untuk mempertahankan
kelangsungan hidup pasien bertujuan menurunkan kadar ureum, kreatinin dan zat toksik lainnya
dalam darah (Anonim, 2010). Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang
menderita penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri.
Penyakit gagal ginjal lebih sering dialamai mereka yang berusia dewasa, terlebih pada kaum
lanjut usia.

2. Mekanisme Kerja
Perjalanan umum gagal ginjal progresif dapat dibagi menjadi 3 stadium:
a. Stadium I
Penurunan cadangan ginjal (faal ginjal antar 40 % &ndash; 75 %). Tahap inilah yang
paling ringan, dimana faal ginjal masih baik. Pada tahap ini penderita ini belum merasasakan
gejala-gejala dan pemeriksaan laboratorium faal ginjal masih dalam masih dalam batas
normal. Selama tahap ini kreatinin serum dan kadar BUN (Blood Urea Nitrogen) dalam
batas normal dan penderita asimtomatik. Gangguan fungsi ginjal mungkin hanya dapat
diketahui dengan memberikan beban kerja yang berat, sepersti tes pemekatan kemih yang
lama atau dengan mengadakan test GFR yang teliti.

b. Stadium II
Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % &ndash; 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada
stadium ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan
garam, gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu
faal ginjal. Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah
penderita masuk ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang
berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan
konsentrasi BUN ini berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini
kadar kreatinin serum mulai meningkat melebihi kadar normal.

Insufiensi ginjal (faal ginjal antar 20 % &ndash; 50 %). Pada tahap ini penderita dapat
melakukan tugas tugas seperti biasa padahal daya dan konsentrasi ginjaL menurun. Pada stadium
ini pengobatan harus cepat daloam hal mengatasi kekurangan cairan, kekurangan garam,
gangguan jantung dan pencegahan pemberian obat obatan yang bersifat menggnggu faal ginjal.
Bila langkah langkah ini dilakukan secepatnya dengan tepat dapat mencegah penderita masuk
ketahap yang lebih berat. Pada tahap ini lebih dari 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak.
Kadar BUN baru mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini
berbeda beda, tergantung dari kadar protein dalam diit.pada stadium ini kadar kreatinin serum
mulai meningkat melebihi kadar normal.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang terutama menyerang
tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3 liter / hari. Biasanya
ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5 % &ndash; 25 % . faal ginjal
jelas sangat menurun dan timbul gejala gejala kekurangan darah, tekanan darah akan naik,
aktifitas penderita mulai terganggu.
c. Stadium III
Uremi gagal ginjal (faal ginjal kurang dari 10 %). Semua gejala sudah jelas dan penderita
masuk dalam keadaan diman tak dapat melakukan tugas sehari hair sebaimana mestinya.
Gejal gejal yang timbul antara lain mual, munta, nafsu makan berkurang., sesak nafas,
pusing, sakit kepala, air kemih berkurang, kurang tidur, kejang kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadum akhir timbul pada sekitar 90 % dari massa
nefron telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin
sebesar 5-10 ml / menit atau kurang.

Pada keadaan ini kreatinin serum dan kadar BUN akan meningkat dengan sangat
mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita mulai merasakan gejala
yang cukup parah karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis caiaran dan
elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri (pengeluaran kemih) kurang dari 500/
hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses penyakit mula mula menyerang tubulus
ginjal, Kompleks menyerang tubulus gijal, kompleks perubahan biokimia dan gejala gejala yang
dinamakan sindrom uremik mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal
ginjal, penderita pasti akan menggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi
ginjal atau dialisis.

3. Gejala
Tanda-tanda dari gagal ginjal sebenarnya tidak kelihatan secara bersamaan. Dengan
pemeriksaan laboratorium, dapat diketahui dengan lebih cermat dan akurat apakah tanda-tanda
itu mengarah pada kemungkinan gagal ginjal.

Beberapa tanda atau gejala gagal ginjal umum yang perlu diketahui (Anonim, 2010):

a. Kencing terasa kurang dibandingkan dengan kebiasaan sebelumnya.


b. Kencing berubah warna, berbusa, atau sering bangun malam untuk kencing.
c. Sering bengkak di kaki, pergelangan, tangan, dan muka. Antara lain karena ginjal tidak
bisa membuang air yang berlebih.
d. Lekas capai atau lemah, akibat kotoran tidak bisa dibuang oleh ginjal.
e. Sesak napas, akibat air mengumpul di paru-paru. Keadaan ini sering di salah artikan
sebagai asma atau kegagalan jantung.
f. Napas bau karena adanya kotoran yang mengumpul di rongga mulut.
g. Rasa pegal di punggung.
h. Gatal-gatal, utamanya di kaki.
i. Kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah

Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal lainnya yang dialami penderita secara
akut antara lain : nyeri pinggang hebat (kolik), kencing sakit, demam, kencing sedikit, kencing
merah /darah, sering kencing. Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih /
Lekosit, Bakteri (Anonim, 2010). Sedangkan tanda dan gejala yang mungkin timbul oleh adanya
gagal ginjal kronik antara lain : Lemas, tidak ada tenaga, nafsu makan, mual, muntah, bengkak,
kencing berkurang, gatal, sesak napas, pucat/anemi. Kelainan urin: Protein, Eritrosit, Lekosit.
Kelainan hasil pemeriksaan Lab. lain: Creatinine darah naik, Hb turun, Urin: protein selalu
positif (Anonim, 2010).

B. Intervensi dan penatalaksanaan


1. Pengobatan
Terapi nutrisi pada penderita gagal ginjal dapat digunakan sebagai terapi pendamping
(komplementer ) utama dengan tujuan mengatasi racun tubuh, mencegah terjadinya infeksi dan
peradangan, dan memperbaiki jaringan ginjal yang rusak. Caranya adalah diet ketat rendah
protein dengan kalori yang cukup untuk mencegah infeksi atau berkelanjutannya kerusakan
ginjal. Kalori yang cukup agar tercapai asupan energi yang cukup untuk mendukung kegiatan
sehari&ndash; hari, dan berat badan normal tetap terjaga (Anonim, 2010). Keberhasilan
penatalaksanaan pengaturan pola konsumsi pangan pada penderita gagal ginjal dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Faktor yang dimaksud antara lain motivasi atau keyakinan sembuh
terhadap program pengobatan yang diberikan. Sedangkan menurut Mechenbaum (1977) dikutip
dari Rindiastuti (2006), faktor penting dalam mencapai kepatuhan pasien yaitu melalui dukungan
sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman, dan uang.
Pengaturan diet pada penyakit gagal ginjal yang menjalani hemodialisis sedemikian kompleks,
pengaturan diet tersebut sangat sukar untuk di patuhi oleh pasien sehingga memberikan dampak
terhadap status gizi dan kualitas hidup penderita (Rindiastuti, 2006).
Penanganan serta pengobatan gagal ginjal tergantung dari penyebab terjadinya kegagalan
fungsi ginjal itu sendiri. Pada intinya, tujuan pengobatan adalah untuk mengendalikan gejala,
meminimalkan komplikasi dan memperlambat perkembangan penyakit. Sebagai contoh, pasien
mungkin perlu melakukan diet penurunan intake sodium, kalium, protein dan cairan. Bila
diketahui penyebabnya adalah dampak penyakit lain, maka dokter akan memberikan obat-obatan
atau therapy misalnya pemberian obat untuk pengobatan hipertensi, anemia atau mungkin
kolesterol yang tinggi (Tim Vitahealth, 2008). Seseorang yang mengalami kegagalan fungsi
ginjal sangat perlu dimonitor pemasukan (intake) dan pengeluaran (output) cairan, sehingga
tindakan dan pengobatan yang diberikan dapat dilakukan secara baik. Dalam beberapa kasus
serius, Pasien akan disarankan atau diberikan tindakan pencucian darah {Haemodialisa
(dialysis)}. Kemungkinan lainnya adalah dengan tindakan pencangkokan ginjal atau
transplantasi ginjal (Tim Vitahealth, 2008) .

C. Evaluasi
Cara untuk mengetahui pasien memiliki penyakit ginjal adalah dengan melihat riwayat
mediknya. Pemeriksaan fisik sering tidak terdeteksi sampai gejala klinis jelas, kecuali jika ada
hipertensi. Walaupun kebanyakan pasien sekarang sudah dilakukan pemeriksaan darah secara
rutin preopertif. Urinalisis merupakan pemeriksaan screening yang cukup memadai untuk
identifikasi penyakit ginjal pada pasien yang tidak memiliki riwayat abnormalitas
genitourinarius. Jika di perkirakan ada penyakit ginjal, pemeriksaan lebih lanjut mungkin di
perlukan. Beberapa tes laboratorium untuk mengevaluasi fungsi ginjal mungkin diperlukan.

D. Penyampain informasi penyakit


1. Menyampaikan apa saja Penyebab gagal ginjal antara lain:
a. Diabetes militus
b. Hipertensi
c. Lupus
d. Penggunaan obat tertentu dalam jangka panjang
e. Obstruksi saluran kemih berkepanjangan.
2. Pencegahan gagal ginjal
a. Pola makan sehat, mengurangi makan makanan yang mengandung garam berlebih
b. Hindari rokok dan minuman keras
c. Olahraga teratur
d. Minum banyak air putih
e. Jangan menahan buang air kecil

Anda mungkin juga menyukai