Anda di halaman 1dari 3

Krisna Cahyaning Putri

EPIDEMIOLOGIC STUDY (slide 1-12)


Rancangan study epidemiologi antara lain : deskriptif,
analitik, observational dan ekperimental.

Pembagiannya bisa menjadi 2 : deskriptif study dan analitikal


study yang dilihat dari sisi apakah penelitiannya mencari
hubungan, menjawab faktor-faktor atau melihat distribusi
kejadian penyakit, kejadian kematian di populasi.

Deskriptif : hanya mempelajari distribusi dari suatu penyakit/


kejadian dalam 1 populasi.

Analitical study : mempelajari faktor-faktor yang


mempengaruhi/ menyebabkan distribusi suatu penyakit/
kematian terjadi seperti itu
(faktor/sebabnya/determinannya).

Contoh penelitian deskriptif study : misalnya meneliti kejadian Anemia yang terjadi pada remaja putri.
Dicari berapa prevalensinya, proporsinya dari kejadian anemia tersebut. Kalo penelitian analitik, dicari
faktor-faktor yang mmepengaruhi kejadian anemia pada remaja puteri. Misalnya dipengaruhi oleh
faktor menstruasi, hormone, dan diet.
Penelitian analitik adalah metode untuk mengetahui determinan
atau faktor resiko kejadian penyakit. Selain itu juga untuk melihat
treatment efficacy atau prevention efectiveness. Misalnya
penelitian community trial atau clinical trial yang memberi
intervensi bisa berupa treatment, pencegahan (studi analitik).
Tujuan analitikal study untuk melihat determinan/faktor resiko,
meliihat hubungan antar variabel atau melihat efektifitas study
(teratment) sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan agar tidak sampai terjadi suatu outcome/penyakit.

Contoh : solusi untuk memberikan tablet Fe pada remaja dengan


anemia. Biasanya intervensi terbentuk dari study analitik.

Hasil dari deskriptif study karena mempelajari distribusi


(mempelajari suatu penyakit/kejadian berdasarkan
who,where,when)→ hasilnya bisa digunakan untuk membuat
hipotesis dalam study analitik. Contoh hasil penelitian deskriptif:
ternyata kejadian dengue tinggi pada bulan maret,april. Kita buat
hipotesis : kejadian dengue dipengaruhi oleh perubahan
cuaca/musim/iklim. Kejadian dengue sering terjadi pada musim
peralihan hujan & kering.

Hipotesis anemia : kejadian anemia berhubungan dengan sosial


ekonomi/ sosial ekonomi merupakan faktor resiko terjadinya
anemia. 1
Krisna Cahyaning Putri

Hasil penelitian analitik, datanya bisa digunakan untuk penelitian deskriptif yang lebih lanjut. Atau bisa
membentuk hipotesis baru yang lain. Mungkin dulu penelitiannya crossectional, selanjutnya bisa cohort
atau case control.

Epidemiologic study bisa dibagi menjadi deskriptif


atau explenation/analitical study. Dimana yang
deskriptif dibagi menjadi crossectional atau
longitudinal study.

Yang analitik bisa eksperimental dan


observational. Yang observational bisa dibagi lagi
menjadi crossectional, cohort dan case control.

Yang crossectional descriptive menghasilkan


prevalensi. Longitudinal bisa menghasilkan
insiden. Dimana keduanya bisaa menghasilkan
proporsi

Studi analitik yang eksperimental, akan menguji intervensi pengobatan, upaya pencegahan tertentu,
atau paparan media. Jadi intervensi tidak selalu karena efektifitas obat.

Contoh :

1. Researcher measure the occurrence of incontinentia following per vaginam deliveries.


(penelitian : deskriptif)
2. Researcher measure length of cure (days) following post operation of section caesarian
(penelitian : deskriptif)
3. Researcher measure association between length of cure (days) after stroke and early
mobilization (penelitian : analitik)
4. Researcher measure benefits of immunization compare to biologic methods to reduce the
incidence of dengue fever (penelitian : analitik karena membandingkan imunisasi dengan
metode biologis/ 3R (kontrol nyamuknya, Pemberantasan sarang nyamuk apakah lebih efektif
dibandingkan imunisasinya.)

Deskriptif : menghitung besaran dari masalah


atau kejadian entah itu kematian/penyakit.
Berdasarkan who,when,where. Untuk
membentuk hipotesis

Analitik : mengetahui faktor resiko,


menggunakan kelompok pembanding, case
control (kasus yang sakit&tidak sakit), cohort
(ada yang punya faktor resiko, tidak ada faktor
resiko), mencari hubungan, untuk menguji
hipotesis.

2
Krisna Cahyaning Putri

BASED ON time measurements, Variable, and study objectives


CROSS SECTIONAL

Merupakan studi Observasional, dimana bisa deskriptif atau analitik. Studi crossectional bagus untuk
penelitian penyakit yang kronis. Karena dalam penelitian crossectional menghitung prevalensi. Dan
prevalensi bagus untuk ngitung penyakit kronis karena tidak cepat mengalami perubahan. Perjalanan
penyakitnya panjang, jadi bisa diukur sekali sehingga kita bisa langsung dapet angkanya. Sedangkan
kalau penyakit akut, bisa menyebabkan hasilnya underesstimate/ overesstimate/ salah estimasi real
kejadinnya. Dalam penelitian crossectional analitik kita bisa mendapatkan angka prevalens ratio =
prevalensi suatu penyakit pada populasi yang beresiko dibagi dengan prevalensi penyakit yang tidak
beresiko. Inget Ratio : pembilang tidak ada dalam penyebut! Deskriptif crosectional, mucul dari data
prevalen.

Ini salah satu penyebab penyakit akut tidak baik dalam


study crossectional. Bagus untuk penyakit kronis (garis
yang panjang-panjang). Kemungkinan akan tertangkap
dengan crossectional study. Sedangkan yang pendek-
pendek banyak yang loss.

Study crossectional kalo dilihat dari time,


pengukurannya hanya 1 kali saja baik study
descriptif maupun analitik. Jadi subjek tidak diukur
secara berulang. Contoh : occurance of pharesis
(lumpuh) diukur sekali. Occurance of stroke : diukur
sekali (descriptive crossectional) yang muncul
angka prevalen dari stroke. Mengukur hemoglobin
level pada sekali pengukuran, kita cari rata-rata &
mediannya dari hb. Itu disebut studi crossectional
descriptive.

Anda mungkin juga menyukai