Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH AUDIT II

SIKLUS PENGELUARAN

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3

MEGAWATI MULUKI C 301 17 073


KRISMAN SINURAT C 301 17 080
ST. KHADIJA C 301 17 081
ANJELI C 301 17 082
PUTRI ALVIONITA C 301 17 083
SITI MASLIKATU ROHMAH C 301 17 097
WAYAN SUKMAWATI C 301 17 100
TRIWINDASARI C 301 17 113
KHAERATI C 301 17 115
NURUL IZZAH.M C 301 17 121

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2019

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan nikmat yang tidak terhingga, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah Siklus Pengeluaran.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas rutin. Selain itu, makalah ini
juga merupakan output dari mata kuliah Audit II yang telah dipelajari dalam
proses belajar mengajar di kampus.

Telah disadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, diharapkan adanya kritik dan saran dari pihak pembaca demi
penyempurnaan penulisan yang akan datang.

Palu, 04 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Sifat Siklus Pengeluaran ........................................................................................... 3
2.2 Tujuan Audit ............................................................................................................. 4
2.3 Materialitas ............................................................................................................... 7
2.4 Risiko Bawaan .......................................................................................................... 7
2.5 Strategi Audit ............................................................................................................ 8
2.6 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pembelian................................ 10
2.7 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pengeluaran Kas...................... 16
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan masyarakat tentang informasi keuangan yang andal
menyebabkan timbulnya profesi akuntan publik. Profesi ini berkembang sejalan
dengan perkembangan kebutuhan masyarakat tentang jasa pihak yang kompeten
dan dapat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggung jawaban keuangan
yang disajikan oleh manajemen kepada pihak luar perusahaan. Untuk menilai
kewajaran pertanggungjawaban keuangan diperlukan pengetahuan yang disebut
auditing. Pengetahuan auditing menjadikan orang kompeten untuk menilai
kewajaran pertanggungjawaban keuangan sehingga memungkinkan orang yang
terjun dalam profesi akuntan publik mampu menghasilkan jasa yang menjadikan
masyarakat keuangan dapat memperoleh informasi keuangan yang andal.
Informasi keuangan yang andal bagi masyarakat keuangan dalam mengambil
keputusan pengalokasian sumber daya ekonomi secara efektif dan efisien.
Sehubungan dengan uraian-uraian diatas maka diperlukan perencangan program
audit terhadap siklus kegiatan perusahaan. Pengujian pengendalian ditujukan oleh
akuntan publik untuk menguji efektifitas pengendalian dengan kliennya.
Pengujian pengendalian disesuaikan dengan penggolongan siklus kegiatan
perusahaan. Pada kesempatann kali ini hal yang akan dibahas ialah mengenai
materi tentang audit terhadap siklus pengeluaran pengujian pengendalian.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam rumusan masalah ini kelompok kami akan merumuskan tentang:
1. Bagaimana sifat siklus pengeluaran?
2. Apa saja tujuan audit?
3. apa itu materialitas?
4. Apa itu risiko bawaan?
5. Bagaimana strategi audit?
6. Bagaimana Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pembelian?

1
7. Bagaimana Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pengeluaran
Kas ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sifat siklus pengeluaran
2. Mengetahui tujuan audit
3. Mengetahui materialitas
4. Mengetahui risiko bawaan
5. Mengetahui strategi audit
6. Mengetahui Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pembelian
7. Mengetahui Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pengeluaran
Kas

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sifat Siklus Pengeluaran


Siklus pengeluaran meliputi berbagai keputusan dan proses yang perlu
untuk memperoleh barang dan jasa yang diperlukan dalam kegiatan operasional
bisnis perusahaan. Siklus pengeluaran dimulai dengan adanya permintaan
pembelian dari berbagai fungsi dan departemen yang ada dalam perusahaan, dan
diakhiri dengan pembayaran atas pembelian. Siklus itu berkaitan dengan
pembelian persediaan, aktiva tetap, barang dan jasa, biaya dibayar di muka dan
pembayaran atas pembelian tersebut. Dua kelas transaksi utama dalam siklus ini
adalah transaksi pembelian dan pengeluaran kas.

Pembayaran gaji dan upah, dan pembelian surat berharga organisasi lain
serta surat berharga perusahaan yang dibeli kembali perusahaan (treasury stock),
sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam siklus pengeluaran. Meskipun demikian,
pembahasan kedua item tersebut dilakukan terpisah dengan siklus pengeluaran .
Pembayaran gaji dan upah akan dibahas pada pembahasan siklus jasa personalia.
Pembelian surat berharga organisasi lain maupun surat berharga perusahaan yang
dibeli kembali perusahaan (treasury stock), akan dibahas dalam pembahasan
siklus investasi dan pendanaan.

Kedua kelas transaksi ini mempengaruhi berbagai rekening berikut:

a. Persediaan barang dagang.

b. Persediaan bahan baku, bahan pembantu, dan suku cadang.

c. Biaya dibayar di muka, misalnya sewa dibayar di muka atau asuransi.

d. Aktiva tetap, misalnya gedung dan mesin-mesin.

e. Aktiva lain-lain.

f. Utang dagang

3
g. Retur dan potongan pembelian.

h. Berbagai biaya misalnya biaya depresiasi dan harga pokok penjualan.

i. Kas.

Skope Aktivitas Siklus Pengeluaran

Fungsi Bisnis Aktivitas Jurnal Dokumen/Catatan


yang Terkait

Sumber daya • Pembelian • Pembelian • Permintaan


didapatkan dari • Penerimaan • Account Pembelian
vendor/supplier • Pencatatan Distribution • Order
dan menimbulkan • Pembayaran (ter- • Biaya yang dibayar Pembelian
adanya utang masuk otorisasi di muka dan biaya • Laporan
dan penyiapan yang terutang Penerimaan
Utang kepada check) • Penyesuaian • Faktur
vendor/supplier • Pengeluaran Kas • Memo Debit
dibayar • Vouchers
• Cek

Risiko bawaan dan risiko deteksi berkaitan dengan semua rekening ini .
Pengujian substantif dititikberatkan pada rekening properti, aktiva tetap, dan
peralatan serta utang dagang .

2.2 Tujuan Audit


Tujuan audit siklus pengeluaran adalah untuk memperoleh bukti mengenai
masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus
pengeluaran. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan
keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.

Asersi Keberadaan atau Keterjadian

Berkaitan dengan asersi keberadaan atau keterjadian, auditor menekankan


pada apakah seluruh saldo utang dagang dan aktiva tetap benar-benar eksis atau

4
ada pada tanggal neraca. Di samping itu, asersi ini juga menekankan pada apakah
seluruh transaksi pembelian dan pengeluaran kas yang tercatat benar-benar terjadi
dan bukan rekaan manajemen semata. Berikut rincian tujuan audit asersi
keberadaan atau keteriadian:

a. Utang dagang tercatat sesuai jumlah yang menjadi kewajiban perusahaan


pada tanggal neraca.

b. Aktiva tetap tercatat sesuai aset yang dapat digunakan pada tanggal neraca.

c. Transaksi pembelian tercatat sesuai barang, aset produksi, dan jasa yang
diterima selama periode di bawah audit.

d. Pengeluaran kas tercatat sesuai pembayaran yang dibuat selama periode


kepada pemasok atau kreditur.

Asersi Kelengkapan

Asersi kelengkapan menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang


semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan
disajikan. Berikut rincian tujuan audit asersi kelengkapan:

a. Utang dagang termasuk semua jumlah yang menjadi kewajiban


perusahaan pada pemasok pada tanggal neraca.

b. Saldo properti, aktiva tetap dan perlengkapan termasuk pengaruh semua


transaksi dan kejadian selama satu periode.

c. Pembelian dan pengeluaran kas tercatat termasuk semua transaksi yang


terjadi selama satu periode.

Asersi Hak dan Kewajiban

Berkaitan dengan asersi hak dan kewajiban, auditor berusaha memastikan


apakah perusahaan mempunyai hak kepemilikan yang sah atas aktiva tetap, dan
apakah perusahaan mempunyai kewajiban yang sah atas utang dagang. Berikut
rincian tujuan audit asersi hak dan kewajiban:

5
a. Utang dagang adalah kewajiban legal perusahaan pada tanggal neraca.

b. Perusahaan memiliki dan berhak atas semua properti, aktiva tetap, dan
perlengkapan pada tanggal neraca.

Asersi Penilaian dan Pengalokasian

Berkaitan dengan asersi penilaian dan pengalokasian, auditor akan


berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo biaya, utang dagang, dan
aktiva tetap telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat.
Auditor akan memastikan apakah saldo tersebut diperoleh melalui penilaian sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berterima umum. Berikut rincian tujuan audit
asersi penilaian atau pengalokasian:

a. Utang dagang ditetapkan atau dinilai pada jumlah yang tepat sesuai jumlah
yang wajib dibayar.

b. Properti, aktiva tetap dan peralatan ditetapkan atau dinilai sesuai cost
dikurangi akumulasi depresiasi.

c. Saldo biaya tercatat sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Asersi Pelaporan dan Pengungkapan

Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi tersebut di atas, auditor


perlu menghimpun bukti mengenai apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah
tepat diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan dalam neraca. Berikut rincian
tujuan audit asersi pelaporan dan pengungkapan:

a. Utang dagang dan aktiva tetap tepat diidentifikasi dan diklasifiksikan


dalam neraca.

b. Pengungkapan dilakukan secara tepat sesuai metode depresiasi yang


dipakai perusahaan, kondisi pokok kontrak leasing modal, dan aktiva tetap
sebagai jaminan utang.

6
Auditor menggunakan tiga tipe prosedur audit untuk menemukan bukti yang
diperlukan untuk mencapai tujuan spesifik audit tersebut, yaitu:

a. Prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur pengendalian intern

b. Pengujian pengendalian.

c. Pengujian substantive.

2.3 Materialitas
Transaksi-transaksi dalam siklus pengeluaran ini seringkali lebih
mempengaruhi laporan keuangan daripada kombinasi berbagai siklus lainnya.
Kesalahan dalam membedakan pengeluaran untuk aktiva dan pengeluaran sebagai
biaya akan menyebabkan laporan keuangan salah saji material.

Berbagai rekening seperti persediaan, properti, aktiva tetap, peralatan dan


sejumlah biaya utama, dapat material secara individual. Auditor berusaha mencari
untuk mencapai tingkat risiko yang lebih mudah karena transaksi dalam siklus
pengeluaran yang merupakan sumber salah saji material dalam laporan keuangan.

2.4 Risiko Bawaan


Dalam menaksir risiko bawaan siklus pengeluaran, auditor perlu
mempertimbangkan faktor-fakor yang mempengaruhi asersi dalam siklus
pengeluaran. Faktor-faktor yang mungkin berpengaruh meliputi:

• Tekanan untuk menyatakan lebih rendah (understate) beban operasional untuk


menampakkan target laba yang telah ditentukan padahal dalam kenyataannya
target tersebut tidak tercapai.

• Tekanan untuk menyatakan lebih rendah besarnya utang dagang untuk


menunjukkan kinerja modal kerja yang lebih baik.

Risiko bawaan siklus pengeluaran pada banyak perusahaan adalah tinggi.


Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus
pengeluaran ini, antara lain:

7
a. Volume transaksi yang selalu tinggi.
b. Pembelanjaan dan pengeluaran tanpa otorisasi yang dapat terjadi.
c. Pembelian aset yang tak perlu.
d. Masalah akuntansi yang berkembang misalnya apakah cost (harga perolehan)
dikapitalisasi atau dianggap biaya.

Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya


salah saji. Semakin tinggi volume transaksi semakin tinggi kemungkinan
kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Di samping itu, ada kemungkinan juga
bahwa perusahaan melakukan pembelian aset yang tidak perlu Aset yang dibeli
tetapi tidak berguna sebenarnya harus di-write off dari neraca. Sering terjadi
perusahaan masih tetap mencantumkan aktiva yang tidak berguna dalam neraca
senilai aktiva tersebut apabila berguna. Masalah akuntansi mengenai penentuan
apakah harga perolehan aktiva dikapitalisasi atau dianggap sebagai biaya,
mengakibatkan tingginya kemungkinan kesalahan perlakuan pengeluaran kas.

Dalam perusahaan yang relatif mapan, penaksiran risiko pihak


manajemen mendorong untuk disusunnya kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern untuk mengurangi risiko salah saji yang mungkin terjadi
dalam pemrosesan pencatatan dan mengurangi pelaporan transaksi dalam siklus
pengeluaran. Meskipun demikian, keberadaan dan efektivitas pengendalian untuk
masing-masing kelas transaksi untuk pembelian dan pengeluaran kas mungkin
berbeda-beda. Selanjutnya auditor juga perlu menyadari keterbatasan dari
pengendalian internal. Keterbatasan tersebut bisa diakibatkan oleh adanya
pelanggaran oleh pihak manajemen, kolusi, kesalahpahaman, dan
ketidakmampuan untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang selalu berubah.

2.5 Strategi Audit


Tingginya risiko bawaan siklus pengeluaran menyebabkan banyak
perusahaan memprioritaskan atau memperluas struktur pengendalian intern siklus
pengeluaran untuk mencegah dan mendeteksi salah saji. Prioritas ini signifikan
mengurangi risiko pengendalian asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan,
penilaian dan pengalokasian yang berkaitan dengan transaksi dan rekening siklus

8
pengeluaran. Jadi strategi audit yang sering dipakai adalah Pendekatan Tingkat
Risiko Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah. Dalam strategi Pendekatan
Tingkat Risiko Pengendalian yang Ditetapkan Lebih Rendah, auditor lebih banyak
mengandalkan pengujian pengendalian, Logika pemikiran yang mendasari
penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian
intern klien sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka
auditor perlu menguji kelayakan-kelayakannya tersebut. Auditor akan menguji
apakah struktur pengendalian intern tersebut memang layak diyakini
efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian
pengendalian.

Pada struktur pengendalian internal yang lemah, diasumsikan tidak


menggunakan laporan penerimaan barang yang akurat , klien menunda pencatatan
pembelian sampai pengeluaran kas terjadi, dan karena jangka waktu kas, tagihan
biasanya dilunasi beberapa bulan setelah tanggal jatuh tempo. Ketika auditor
berhadapan dengan kondisi seperti ini, berarti terdapat penyajian yang terlalu
rendah atas utang. Sehingga pengujian yang lebih mendalam dari detail utang
sangat diperlukan. Tingkat efektivitas pengendalian sangat berpengaruh terhadap
pelaksanaan pengujian berkaitan dengan risiko.

Seperti siklus pendapatan, pengendalian umumnya tidak mengurangi


risiko pengendalian untuk asersi hak dan kewajiban. Auditor dapat menggunakan
kombinasi strategi risiko kontrol yang dipertimbangkan lebih rendah dan
primarily substantive approach. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan dalam
memilih strategi audit adalah pertimbangan cost benefit. Dilakukan tidaknya
pengujian pengendalian tergantung pertimbangan cost benefit. Auditor perlu
membandingkan biaya melakukan pengujian pengendalian intern, dengan
penghematan yang diperoleh dengan berkurangnya pengujian substantif akibat
pengutamaan pengujian pengendalian.

9
2.6 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pembelian
Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit atas transaksi
pengeluaran kas dana digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang
berkaitan dengan:

1. Review kinerja. Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja


sesungguhnya dari transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran kas
dibandingkan dengan anggaran atau prakiraan pengeluaran kas periode
sebelumnya. Pelaksanaan rekonsiliasi bank secara independen merupakan
salah satu bentuk review kinerja dari transaksi pengeluaran kas.

2. Pengolahan informasi. Dua pengelompokan untuk aktivitas pengendalian


jenis ini adalah pengendalian umum dan pengendalian aplikasi.
Pengendalian umum ini terkait dengan pengendalian atas operasional dari
transaksi pengeluaran kas, pengembangan dan pemeliharaan sistem
aplikasi. Sedang pengendalian aplikasi berlaku untuk pengolahan aplikasi
secara individual untuk masing-masing transaksi tersebut. Pengendalian
ini membantu menetapkan bahwa transaksi pengeluaran kas adalah sah,
diotorisasi dengan semestinya dan diolah dengan lengkap dan akurat.
Pengendalian yang dapat dilakukan dalam sistem pengeluaran kas adalah:

a. Penggunaan cek bernomor urut tercetak.

b. Penandatanganan cek harus diawasi atau mengendalikan pengiriman


atau penyerahan cek kepada pemasok.

c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai dan harus
dicegah penandatangan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan
jumlah rupiah.

d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang


dikeluarkan dengan sekumpulan voucher yang diproses untuk
pembayara.

10
e. Voucher dan dokumen pendukungnya dicap atau ditandai saat cek
yang ditandatangani . a

f. Penandatanganan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap-


tiap cek sesuai voucher baik dalam nama, maupun jumlah uang yang
harus dibayarkan.

3. Pengendalian fisik. Aktivitas ini mencakup keamanan fisik aktiva yang


dikelola yakni kas, termasuk penjagaan memadai seperti fasilitas yang
terlindungi dari akses yang tidak dikehendaki.
Salah satu bentuk dari pengendalian fisik dari kas yang dipegang adalah
dengan menempatkannya pada deposit box.

4. Pemisahan tugas. Pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda


untuk memberikan otorisasi transaksi pengeluaran kas, pencatatan
transaksi pengeluaran kas, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang
dikelola yang dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau
kesempatan orang untuk berbuat curang. Pemisahan tugas ini diharapkan
dapat memunculkan adanya pengecekan independen antar fungsi meliputi:

a. Pengecekan independen oleh supervisor akuntansi atas kesesuaian


jumlah yang dijurnal dan di-posting dengan ringkasan cek yang
diterima dari bagian keuangan.

b. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara


membandingkan secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas
dengan tanggal pada tembusan cek.

c. Adanya pemisahan tugas pelaksana dengan pencatat transaksi


pengeluaran kas.

Dokumen dan Catatan

Dalam transaksi pembelian , dokumen dan catatan yang dipakai adalah:

11
a. Permintaan pembelian, merupakan dokumen permintaan yang dibuat
oleh karyawan yang berwenang, dan dikirimkan kepada departemen
pembelian untuk membeli barang dan jasa.

b. Order pembelian, yaitu dokumen yang dibuat dan dikirimkan departemen


pembelian kepada perusahaan lain yang menyatakan bahwa perusahaan
ingin membeli barang dan jasa yang termaksud. Dokumen ini berisi
deskripsi, kuantitas, dan informasi lain mengenai barang atau jasa tersebut.
Dokumen ini sering digunakan untuk mengindikasikan adanya otorisasi
pembelian.

c. Laporan penerimaan barang, yaitu dokumen yang dibuat atas setiap


barang yang diterima dari pemasok . Dokumen ini berisi deskripsi barang,
kuantitas yang diterima, tanggal penerimaan, dan informasi lain mengenai
barang atau jasa tersebut. Berdasar dokumen ini, perusahaan mengakui
adanya utang dagang .

d. Faktur (invoice) dari pemasok, dokumen ini berisi data deskripsi dan
kuantitas barang yang diterima, harga termasuk biaya pengangkutan dan
asuransi, termin potongan harga, dan tanggal penagihan. Dokumen ini
digunakan untuk menagih pelanggan dan berfungsi juga sebagai dokumen
dasar penjurnalan penjualan. Dokumen ini sangat penting karena
menyatakan jumlah yang terutang kepada pemasok.

e. Voucher, yaitu dokumen yang mengindikasikan nama pemasok, jumlah


terutang, dan tanggal pembayaran atas pembelian yang telah diterima.
Dokumen ini sering digunakan sebagai otorisasi pencatatan utang,
otorisasi pembayaran utang serta pencatatan pelunasan utang.

f. Ringkasan voucher, dokumen ini digunakan untuk melaporkan total


jumlah voucher yang diolah dalam suatu kelompok atau batch, atau yang
diolah selama satu hari tersebut.

12
g. Register voucher, yaitu suatu jurnal untuk mencatat utang yang timbul
dari pembelian. Pencatatan ini dilakukan berdasarkan voucher.

h. Laporan pelanggan bulanan dari pemasok , yaitu dokumen atau laporan


yang dari pemasok yang menyatakan saldo awal utang dagang perusahaan,
transaksi-transaksi yang dilakukan pada bulan tersebut lengkap dengan
tanggal dan jumlah setiap transaksi, pembayaran kas yang diterima, dan
saldo akhir utang dagang. Data tersebut adalah berdasar pencatatan atau
anggapan pemasok, bukan perusahaan klien.

i. Buku pembantu utang dagang, yaitu buku pembantu untuk mencatat


pembelian individual, pengeluaran kas atau pembayaran, dan total saldo
untuk masing-masing pemasok. Total jumlah rupiah seluruh rekening
pemasok harus sama dengan total jumlah yang dinyatakan dalam buku
besar maupun neraca.

j. Arsip voucher belum dibayar , arsip ini berfungsi sebagaimana layaknya


buku pembantu utang dagang seperti tersebut di atas Perbedaannya adalah
pada pendekatan pengelolaan utang dagang. Pada arsip voucher ini, utang
dagang dikelola berdasar tanggal kapan utang harus dilunasi, sedangkan
buku pembantu utang dagang berdasar rekening setiap pemasok.

k. Arsip voucher yang sudah dibayar, arsip ini digunakan untuk


menampung voucher yang sudah dibayar. Dengan demikian, apabila
voucher sudah dibayar, maka voucher tersebut dipindahkan dari arsip
voucher belum dibayar ke arsip voucher yang sudah dibayar.

Apabila perusahaan menggunakan sistem pengolahan data elektronis, maka


terdapat juga beberapa elemen berikut:

a. File order pembelian. File itu digunakan sebagai tempat pemasukan data
order pembelian. Sedangkan hard copy atau print out order pembeliannya
dapat dicetak berdasar data dalam file ini, dan kemudian dikirimkan
kepada pemasok.

13
b. File transaksi pembelian. Apabila barang yang dibeli sudah diterima,
maka data masukkan ke dalam file ini. Pemasukan data tersebut akan
secara meng-update file master utang dagang, file persediaan, dan file
buku besar.

c. File master utang dagang, yaitu file komputer yang berisi data mengenai
utang yang belum dibayar .

Fungsi

Fungsi yang terlibat adalah:

a. Fungsi permintaan barang atau jasa.


b. Penyiapan order pembelian.
c. Penerimaan barang.
d. Penyimpanan barang.
e. Penyiapan vocher pembayaran.
f. Pencatatan utang.

Fungsi permintaan barang atau jasa

Permintaan pembelian dapat dilakukan oleh bagian gudang untuk


menambah jumlah persediaan. Permintaan pembelian dapat juga dilakukan oleh
berbagai bagian atau departemen lainnya yang memerlukan suatu barang atau jasa,
misalnya bagian keuangan yang memerlukan komputer. Permintaan pembelian
tersebut dilakukan dengan mengisi formulir permintaan pembelian. Formulir ini
biasanya tidak bernomor arut karena permintaan tersebut dapat dilakukan oleh
berbagai departemen. Setiap permintaan harus ditandatangani oleh supervisor
yang mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan anggaran pengeluaran.

Fungsi penyiapan order pembelian

Departemen pembelian mempurnyai wewenang untuk melakukan


pembelian Departemen pembelian melakukan pembelian berdasar permintaan
pembelian yang telah diotorisasi secara tepat. Pembelian dilakukan dengan

14
membuat order pembelian. Lembar order pembelian yang asli dikirimkan kepada
pemasok. Sedangkan tembusannya diberikan pada departemen penerima barang
yang dibeli tersebut, bagian gudang, dan bagian utang.

Fungsi penerimaan barang

Bagian penerimaan barang menerima tembusan order pembelian dari


bagian pembelian. Kemudian pada saat barang yang dipesan tiba, karyawan
bagian ini menginspeksi dan menghitung barang, serta membandingkannya
dengan order Partbelian. Setelah itu, bagian itu membuat laporan penerimaan
barang. Lembar laporan yang asli dikirim ke bagian utang, sedang tembusannya
dikirim ke bagian gudang bersamaan dengan penyerahan barang tersebut.

Fungsi penyimpanan barang

Fungsi penyimpanan barang dipegang oleh bagian gudang. Penyimpanan


barang harus dilakukan dalam gudang yang terkunci dengan pengendalian dan
pembatasan akses yang memadai. Gudang harus dijaga keamanannya misalnya
dengan menugaskan beberapa satpam untuk menjaga gudang.

Fungsi penyiapan voucher pembayaran

Fungsi ini dipegang oleh departemen atau bagian utang (voucher payable).
Bagian ulang menerima beberapa dokumen dari departemen lainnya, yaitu:
a. Tembusan order pembelian dari departemen pembelian.
b. Laporan penerimaan barang dari bagian penerimaan.
c. Faktur pemasok dan remittance advice dari pemasok.

Karyawan bagian ini membandingkan dan melihat kesesuaian antara


ketiga dokumen tersebut. Pembandingan tersebut bertujuan untuk memastikan
bahwa utang yang akan dibayar benar-benar atas pembelian barang yang sudah
diterima perusahaan. Di samping itu, juga untuk memastikan bahwa pembayaran
dilakukan hanya atas pembelian barang yang dipesan dengan menggunakan order
pembelian. Bagian ini berfungsi untuk menentukan apakah utang yang diklaim
benar-benar menjadi kewajiban perusahaan untuk membayar.

15
Fungsi pencatatan utang

Pada sistem manual, tembusan voucher yang belum dibayar yang disetujui,
dikirimkan bersama ringkasan voucher harian kepada departemen akunting untuk
dicatat dalam register voucher dan buku besar. Supervisor akunting harus
memeriksa kesesuaian kedua dokumen tersebut. Supervisor akunting harus
memonitor bahwa apakah pencatatan telah dilakukan secara tepat pada waktunya
(tepat waktu).

2.7 Pertimbangan Aktivitas Pengendalian - Transaksi Pengeluaran Kas


Pengendalian yang dapat dilakukan untuk prosedur ini, adalah:

a. Penggunaan cek bernomor urut

b. Penandatangan cek harus mengawasi atau mengendalikan pengiriman ata


penyerahan cek kepada pemasok.

c. Cek yang diserahkan harus berisi jumlah rupiah yang sesuai, dan harus
dicegah penandatanganan dan penyerahan cek yang tidak menyebutkan
jumlah rupiah.

d. Pengecekan independen terhadap persetujuan total cek yang dikeluarkan


dengan sekumpulan voucher yang diproses untuk pembayaran.

e. Voucher dan dokumen pendukungnya dicap atau ditandai saat cek


ditandatangani.

f. Penandatangan cek yang berwenang harus memastikan bahwa tiap-tiap


cek sesuai voucher baik dalam nama, maupun jumlah uang yang harus
dibayarkan.

g. Pengecekan independen oleh supervisor akunting atas kesesuaian jumlah


yang dijurnal dan diposting, dengan ringkasan cek yang diterima dari
bagian keuangan.

16
h. Pengecekan independen atas ketepatan pencatatan dengan cara
membandingkan secara periodik tanggal jurnal pengeluaran kas derngan
tanggal pada tembusan cek.

i. Pelaksanaan rekonsiliasi bank secara independen.

Dokumen dan Catatan

Dalam transaksi pengeluaran kas, dokumen dan catatan yang dipakai


adalah:

a. Cek, yaitu suatu formulir yang dapat digunakan perusahaan untuk


memerintahkan bank membayar sejumlah uang kepada nama yang
tercantum pada cek atau pembawa cek. Untuk itu, perusahaan harus
memiliki rekening giro di bank yang bersangkutan.

b. Ringkasan cek, yaitu dokumen yang digunakan untuk melaporkan total


jumlah cek yang telah dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu alaupun
dalanm suatu kelompok cek tertentu.

c. File transaksi pengeluaran kas, yaitu file komputer yang berisi informasi
pengeluaran kas termasuk pembayaran kepada pemasok. File ini,
digunakan untuk memasukkan data pengeluaran kas. Pemasukan data ini
dapat secara otomatis digunakan untuk meng-update file utang dagang
sehubungan dengan berkurangnya utang dagang akibat pengeluaran kas
untuk melunasi utang. Di samping itu, file master buku besar juga di-
update secara otomatis.

d. Jurnal pengeluaran kas, catatan akuntansi ini digunakan untuk merekam


pengeluaran kas melalui cek kepada pemasok atau pihak lain. Register
check kadang dipakai untuk menggantikan fungsi jurnal pengeluaran kas
tersebut.

Fungsi

Fungsi yang terlibat adalah:

17
a. Fungsi pembayaran utang.

b. Fungsi pencatatan pengeluaran kas.

Fungsi Pembayaran Utang

Bagian atau departemen utang pada umumnya bertanggung jawab untuk


menentukan atau memastikan bahwa voucheryang belum dibayar, diproses
sebagaimana mestinya. Pembayaran harus dilakukanı pada tanggal batas waktu
pembayaran. Hal ini dimaksudkan untuk memanfaatkan potongan harga seoptimal
mungkin. Semua pembayaran harus menggunakan cek.

Bagian utang menyiapkan cek untuk melakukan pembayaran. Kemudian,


cek tersebut dimintakanı tanda tangan ke bendahara, manajer keuangan, atau
kepala bagian keuangan. Bendahara atau manajer keuangan menelaah voucher,
dan memeriksa kesesuaian cek dengan ringkasan cek. Apabila terdapat kesesuaian
jumlah, maka bendahara atau manajer keuangan dapat menandatangani cek untuk
pembelanjaan tersebut. Selanjutnya bagian keuangan mengirimkan tembusan cek
dan ringkasan cek kepada bagian akunting. Sedangkan cek yang asli diserahkan
kepada pemasok dengan disertai remittance advice.

Fungsi Pencatatan Pengeluaran Kas

Pada sistem manual, personel akunting menjurnal pengeluaran kas atas cek
yang dikeluarkan. Personel tersebut tidak boleh terlibat atau berpartisipasi dalam
transaksi pembelian, dan penyiapan serta pengeluaran cek.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Umumnya transaksi besar yang membentuk siklus pengeluaran dalam
perusahaan terdiri dari :

1. Transaksi pembelian
2. Transaksi pengeluaran kas

Terdapat beberapa tujuan dari audit siklus pengeluaran dari kelompok


transaksi atau saldo, dari kategori asersi-asersi. Asersi-asersi tersebut adalah
eksistensi atau kejadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian dan alokasi,
penyajian dan pengungkapan.

Pemahaman tentang bisnis dan industri klien akan memudahkan kita untuk
menilai seberapa besar tingkat materialitas, risiko intern, dan risiko prosedur
analitis dari siklus pengeluaran. Ada beberapa hal yang dipertimbangkan untuk
mengevaluasi aktivitas pengendalian dalam transaksi pembelian dan pengeluaran
kas yaitu dokumen dan catatan umum, fungsi –fungsi pembelian atau pengeluaran
kas, sistem untuk transaksi pembelian atau pengeluaran kas, serta pemahaman dan
penilaian risiko pengendaliannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Totok Budisantoso. 2014. Auditing 2: Dasar-Dasar Prosedur


Pengauditan Laporan Keuangan Edisi 3.Yogyakarta: UPP AMP YKPN

20

Anda mungkin juga menyukai