Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dengan banyaknya pelayanan Rumah sakit yang ada sekarang ini
dan berkembangnya pelayanan kesehatan saat ini serta semakin
banyaknya pelayanan kesehatan yang tersedia bagi masyarakat,
diperlukan suatu peningkatan pelayanan kesehatan agar dapat baersaing
dalam memberikan pelayanan yang bermutu. Oleh karena itu, Ruang
Perinatologi merupakan salah satu bagian pelayanan kesehatan yang
harus bisa memberikan tindakan medis yang aman, efektif dengan
memberdayakan Sumber Daya Manusia yang kompeten dan profesional
dalam menggunakan peralatan, obat-obatan yang sesuai dengan standar
therapy di Indonesia
Pelayanan di Ruang Perinatologi meliputi :
Perawatan BBLR , ikterus, bayi dengan masalah minum/muntah, bayi
yang lahir dengan infeksi intra uterin, bayi yang lahir dengan tindakan
vakum ekstraksi, Sectio Caesarea dan bayi dengan kelahiran sungsang
yang bermasalah/sulit.
Dalam rangka menyelenggarakan pelayanan kesehatan tersebut di
atas, maka disusunlah pedoman pelayanan Ruang Perinatologi. Pedoman
ini adalah pedoman minimal dan dapat dikembangkan kapanpun seiring
dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umun
Tujuan meningkatkan mutu pelayanan di Ruang Perinatologi
2. Tujuan khusus
a. Memiliki standar ketenagaan di Ruang Perinatologi
b. Memiliki standar fasilitas di Ruang Perinatologi
c. Memiliki tata laksana di Ruang Perinatologi
d. Memiliki standar logistik di Ruang Perinatologi
e. Memiliki standar keselamatan pasien di Ruang Perinatologi
f. Memiliki standar keselamatan kerja di Ruang Perinatologi
g. Memiliki standar pengendalian mutu di Ruang Perinatologi

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Pelayanan dan asuhan untuk kasus perinatologi diberikan pada bayi
baru lahir sampai dengan usia 28 hari.
 Untuk perawatan bayi baru lahir non infeksisus (bayi sehat)
dilakukan dalam box penghangat bayi yang ber label Non
Infeksius (warna hijau).
 Untuk perawatan bayi baru lahir infeksius (bayi sakit) dilakukan
perawatan dalam box penghangat bayi yang ber label infeksius
(warna kuning)

D. Batasan Operasional
Batasan Operasional Pelayanan Neonatus yang diberikan di Ruang
Perinatologi Rumah Sakit Ibu dan Anak Soerya didasarkan pada 2
(dua) Level, yaitu :
1. Pelayanan Keperawatan Neonatus level I
Yaitu Perawatan Neonatus sehat:
Pelayanan Neonatus Dasar dan bayi beresiko rendah yang
memerlukan Asuhan Keperawatan Dasar minimal, dimana
perawatan bayi utamanya dilakukan oleh ibu.
Kriteria bayi baru lahir normal sehat:
 Persalinan normal/tindakan tanpa komplikasi
 Nilai Apgar 5 menit > 7
 Berat lahir 2500 gram – 4000 gram
 Usia kehamilan 37 minggu – 41 minggu
 Tanpa kelainan congenital
 Tanpa resiko penyakit

Rawat gabung/rawat bersama ibunya sampai pulang.

2. Pelayanan Keperawatan Neonatus level II


Yaitu perawatan neonates khusus/perawatan bayi sakit sedang
dan diharapkan pulih secara cepat yang memerlukan observasi
dan pengobatan yang memiliki asuhan keperawatan normal.
Kriteria:
 BBLR < 1000 gram tanpa komplikasi
 BBL > 4000 gram/makrosomia
 Gangguan napas ringan sedang
 Infeksi lokal/infeksi ringan sedang
 Kelainan bawaan ringan sampai sedang yang bukan keadaan
gawat
 Penyakit komplikasi lain tanpa memerlukan perawatan
intensive

Rawat di ruang Perinatologi

E. Dasar Hukum
Dasar hukum yang mendasari penyusunan pedoman Instalasi
Rawat Inap adalah :
1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 159b/88 tentang Rumah
Sakit;
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 436/93 tentang
berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standar Pelayanan
Medis;
6. Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Kemenkes RI
Nomor YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit
dan Sarana Kesehatan Lainnya;
7. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan mengeluarkan
Standar Akreditasi Rumah Sakit Nomor tentang Standar Akreditasi
Rumah Sakit;
BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Kualifikasi sumber daya manusia di Ruang Perinatologi adalah :
1. SMF Anak
Kompetensi Minimal Yang Yang Harus Dimiliki Dokter Neonatus:
a. Pelatihan pelayanan dasar neonatus untuk spesialis neonatus
b. Pelatihan pelayanan Lanjut Neonatus untuk spesialis neonatus
c. Pelatihan pelayanan Dasar Neonatus untuk Residen
d. Pelatihan pelayanan Lanjut Neonatus untuk Residen
e. On the job training untuk spesialis neonates
2. Kepala Ruangan
a. Pendidikan D III Keperawatan dengan masa kerja minimal 5
tahun
b. Pendidikan S1 Keperawatan dengan masa kerja minimal 2
tahun
c. Memiliki sertifikat pelatihan Manajemen Bangsal dan Pelatihan
perinatolgi
d. Memiliki kompetensi yang baik dalam menegakkan diagnose
keperawatan, maupun mengambil keputusan klinis dan terampil
dalam melakukan tindakan Keperawatan
e. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 5 tahun
3. Ketua Tim
a. Pendidikan minimal D III Keperawatan/Kebidanan
b. Memiliki kompetensi yang baik dalam menegakkan diagnose
keperawatan mampu mengambil keputusan klinis dan terampil
dalam melakukan tindakan Keperawatan
c. Sertifikat minimal Kegawatdaruratan Neonatus, Teknik Resusitasi
Neonatus dan Manajemen Laktasi
d. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 2 tahun
4. Clinical Instruktur/CI
a. Pendidikan minimal D III Keperawatan
b. Memiliki kompetensi yang baik dalam melakukan tindakan
Keperawatan
c. Sertifikat minimal Kegawatdaruratan Neonatus, Teknik Resusitasi
Neonatus dan Manajemen Laktasi
d. Pengalaman bekerja sebagai pelaksana minimal 3 tahun
e. Memiliki sertifikat pelatihan Clinical Instruktur/CI
5. Pelaksana
a. Pendidikan minimal D III Keperawatan/Kebidanan dengan masa
kerja minimal 2 tahun
b. Sertifikat minimal Kegawatdaruratan Neonatus, Teknik Resusitasi
Neonatus dan Manajemen Laktasi
c. Bersedia bekerja dengan sistem shift
d. Dapat melakukan bantuan hidup dasar

B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi Ketenagaan di Ruang Perinatologi adalah :
1. Dokter Spesialis Anak
2. Seorang dokter umum sebagai dokter jaga
3. Satu perawat untuk 2-3 tempat tidur/pasien dalam satu shift

C. Pengaturan Jaga
Pengaturan Jaga di Ruang Perinatologi adalah sebagai berikut :
1. Tenaga medis :
a. Dokter Spesialis Anak berjaga secara on call
b. Dokter Umum berjaga secara on site, dalam 24 jam terbagi
menjadi 3 waktu dinas, yaitu Dinas Pagi, Sore dan Malam. Dokter
Umum merangkap sebagai dokter IGD dan dokter jaga ruangan.

2. Tenaga Perawat/Bidan
a. Terdiri dari Bidan dan Perawat di ruangan yang berjaga secara on
site, dalam 24 jam terbagi menjadi 3 waktu dinas, yaitu Dinas
Pagi, Sore dan Malam.
b. Pembagian waktu jam dinas yaitu
1) Dinas Pagi dari jam 07.00 - 14.00
2) Dinas Sore dari jam 14.00 - 22.00
3) Dinas Malam dari jam 22.00 - 07.00
c. Pengaturan jadwal dinas Perawat atau Bidan di ruangan
dilakukan oleh Kepala Ruangan
d. Apabila ada pegawai yang mengalami sakit atau ada anggota
keluarga yang meninggal, serta musibah maka penjadwalan dinas
diatur kembali oleh Kepala ruangan, dan tidak ada penggantian
dinas.

BAB III
STANDART FASILITAS

MEMBUAT ALUR RUANG BAYI (BELUM)

1. Alur Dokter, Perawat, Staf masuk ruang perinatologi


a. Akan bertugas
1) Dokter masuk ke ruang perinatologi memakai scorth
2) Perawat, masuk ke ruang perinatologi memakai scorth
3) Staf, masuk ke ruang perinatologi memakai scorth
b. Setelah selesai tugas
Dokter, Perawat, staf ke luar melalui alur yang sama
2. Alur Pasien
a. Pasien masuk Ruang Perinatologi
1) Pasien masuk Ruang Perinatologi dari IGD/Rawat jalan/Ruang
operasi/ Kamar bersalin/ Ruang Nifas, melalui administrasi.
2) Pasien mendapatkan Nomor Rekam Medis
3) Serah terima & orientasi di pos perawat (Nurse Station)
4) Pasien diganti dengan alat tenun Rumah Sakit
5) Pasien selanjutnya dirawat lebih lanjut di Ruang Perinatologi
b. Pasien meninggalkan Ruang Perinatologi
1) Pasien rawat gabung dengan ibunya di Ruang Nifas
2) Pasien pulang ke rumah setelah sehat
3) Pasien dibawa pulang oleh keluarganya tanpa persetujuan dari
dokter / Pulang Paksa
4) Pasien dirujuk ke Rumah Sakit yang lebih lengkap fasilitasnya,
atau
5) Pasien meninggal dikirim ke kamar jenazah
B. Standar Fasilitas Gedung
PR (HARUS SAMA DENGAN RAWAT INAP)

A. Sarana Dan Prasarana


Unsur Yang Harus Ada:
1. Akses langsung bagi pasien agar cepat dan mudah menuju ruang
neonates.
2. Lokasi kamar bersalin berdekatan dengan ruang operasi
3. Lokasi ruang perinatologi berdekatan dengan kamar bersalin dan
ruang ibu nifas.
4. Tersedia ruang penunggu pasien
5. Tata ruang perinatal:
a. Tersedia area bayi baru lahir normal
b. Tersedia ruang tindakan/IGD kedaruratan
c. Tersedia ruang isolasi
d. Tersedia ruang khusus keperawatan neonates
e. Tersedia ruang intensive keperawatan neonates
f. Tersedia ruang menyusui
g. Tersedia ruang persiapan pembuatan susu formula/ASI dan
sterilisator
h. Tersdia ruang penyimpanan alat
i. Tersedia ruang pemeliharaan/mencuci alat
6. Struktur Fisik
1. Spesifikasi Ruang:
a) Setiap ruang tidak boleh kurang dari 15-20 meter
b) Lantai harus porselen atau plastic
c) Dinding harus di cat dengan bahan yang bias dicuci atau
dilapis keramik
2. Kebersihan
Ruang harus bersih dan bebas debu, kotoran, sampah atau
limbah Rumah Sakit
3. Pencahayaan
a) Ruangan harus terang dengan cahaya alam atau listrik
b) Semua jendela harus diberi kawat nyamuk agar serangga
tidak bisa masuk
c) Listrik harus berfungsi baik, kabel dan steker listrik tidak
membahayakan dan semua lampu berfungsi baik dan kokoh
d) Tersedia lampu darurat
e) Harus ada tersedia ada cukup lampu untuk setiap neonatus
4. Ventilasi
a) Ventilasi, termasuk jendela harus cukup
b) Suhu ruangan harus di jaga 24 – 26 derajat
c) Pendingin ruangan harus dilengkapi filter (sebaiknya anti
bakteri)
5. Wastafel
a) Wastafel harus dilengkapi dengan dispenser sabun, atau
desinfektan yang dikendalikan dedngan siku atau kaki
b) Kran dan dispenser harus di pasang pada ketinggian yang
sesuai dari lantai dan dinding
c) Tidak boleh ada saluran air yang terbuka
d) Sikat dan handuk steril harus digantung di meja steinles di
sebelah wastafel
e) Pasokan air panas harus cukup dan dilengkapi pemanas air
yang di pasang kokoh di dinding, pipa ledeng sesuai dan
tidak ada kawat yang terbuka.
f) Harus ada anduk untuk mengeringkan tangan, berupa kain
bersih, kering atau tissue.
6. Mebel dan Perlengkapan
a) Semua mebel harus ada dalam jumlah minimal yang tertulis
dengan kondisinya.
b) Mebel harus bersih bebas debu, kotoran, bercak, cairan dan
lain – lain.
c) Plastik/ kain harus utuh tidak ada lubang atau robekan.
d) Permukaan metal harus bebas karat atau bercak.
e) Mebel harus kokoh tidak ada bagian yang longgar atau tidak
stabil.
f) Permukaan yang dicat harus utuh bebas dari goresan besar.
g) Roda mebel harus lengkap dan berfungsi baik
7. Bahan – bahan
Semua bahan harus berkualitas tinggi dan jumlahnya cukup
untuk memenuhi kebutuhan unit
8. Obat – obatan
Semua obat – obatan harus tersedia dalam jumlah cukup untuk
memenuhi kebutuhan unit

B. Persyaratan Khusus
1. Perletakan ruangannya secara keseluruhan perlu adanya
hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan
dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan.
2. Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan
perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat
secara linen/lurus (memanjang).
3. Konsep Rawat Inap yang disarankan “Rawat Inap Terpadu
(Integramated Care)” untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan
ruang.
4. Apabila Ruang Rawat Inap tidak berada pada lantai dasar, maka
harus ada tangga landai (Ramp) atau Lift Khusus untuk mencapai
ruangan tersebut
5. Bangunan Ruang Rawat Inap harus terletak pada tempat yang
tenang (tidak bising), aman dan nyaman tetapi tetap memiliki
kemudahan aksesibilitas dari sarana penunjang rawat inap.
6. Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ruangan.
7. Alur petugas dan pengunjung dipisah.
8. Masing-masing ruang Rawat Inap 4 spesialis dasar mempunyai
ruang isolasi
9. Lantai harus kuat dan rata tidak berongga, bahan penutup lantai,
mudah dibersihkan, bahan tidak mudah terbakar.
10. Pertemuan dinding dengan lantai disarankan berbentuk lengkung
agar memudahkan pembersih dan tidak menjadi tempat sarang
debu/kotoran
11. Plafon harus rapat dan kuat, tidak rontok dan tidak menghasilkan
debu/kotoran lain
12. Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan seperti:
a. Pasien yang menderita penyakit menular
b. Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti
penyakit tumor, genggramein, diabetes, dsb)
c. Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam
ruangan)
13. Nurse Station perawat harus terletak di pusat blok yang dilayani
agar perawat dapat mengawasi pasiennya secara efektif,
maksimum melayani 25 tempat tidur.

BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Admisi Pasien Rawat Inap


Pasien yang masuk rawat inap sebelum masuk ruangan oleh tenaga
keperawatan harus dilakukan serah terima pasien meliputi:
1. Identitas pasien
Identitas pasien merupakan hal yang sangat penting ditanyakan
kepada petugas yang mengoperkan dan mengklarifikasi
kebenarannya kepada pasien dan keluarga pasien itu sendiri, dengan
tujuan memperoleh data awal dan sudah terjalin komunikasi antara
petugas dan pasien.
2. General consent
General consent perlu dilihat dalam status pasien dan ditanyakan
kepada petugas atas kelengkapan general consent, yaitu terdapat
tanda tangan keluarga pasien sebagai penanggungjawan serta
bersedia dengan peraturan serta pelayanan yang akan diberikan.
General consernt perlu juga di klarifikasi kepada pasien atau
keluarga pasien atas penandatangan yang sudah dilakukan oleh
keluarga pasien
3. Kelanjutan therapy
Kelanjutan therapy yang yang harus kita perhatikan adalah terapy
yang sudah diberikan dan therapy apa saja yang akan dilakukan
pada saat operan dilakukan sehingga tidak memperburuk kondisi
pasien saat masuk ruangan rawat inap.
4. Edukasi yang sudah dilakukan
Tindakan edukasi dapat dilihat dalam status pasien atas edukasi
yang sudah dilakukan oleh petugas sebelumnya dan dapat
diklarifikasi kembali kepada petugas yang mengoperkannya. Dengan
tujuanm agar petugas dapat merencanakan kegiatan edukasi yang
sifatnya pasien atau keluarga memahaminya
5. Analisa keselamatan pasien
Sebelum pasien masuk ruangan petugas diharuskan memeriksa
gambaran umum pasien, dimulai dari fisik apakah ada kelemahan,
dari struktur anatomi sehingga resiko pasien jatuh, dapat
terhindarkan
6. Orentasi
Setiap pasien yang masuk rawat inap diharuskan mengenal kondisi
ruangan , petugas yang bertanggung jawab pada saat jaga staf yang
bertugas di anjurkan mengorentasikan pasien atau keluarga pasien
dengan menjelaskan tempat-tempat pasien yang mesti diketahui
dalam rangka kebutuhan dasar pasien selama dirawat, seperti, toilet,
tempat cuci tangan, bel bila terjadi kedaruratan, dan alat yang
terpasang pada pasien kegunaan dan hal yang harus dihindari, dst

B. Asesmen Pasien Ulang


Setelah pasien tenang di tempat tidur maka petugas melakukan
asesmen ulang dengan tujuan memahami pelayanan apa yang dicari
oleh pasien, memilih pelayanan yang terbaik bagi pasien, menetapkan
diagnose awal, memahami respon pasien terhadap pengobatan
sebelumnya. Adapun persiapan dari petugas terdiri dari:
1. Alat pemeriksaan fisik; stetoskop, penlight, replek hammer, tensi
meter, pengukur suhu tubuh, dan peralatan khusus bila pasien
dinyatakan berindikasi diagnosis tertentu misal kekurangan cairan
dan elektrolit maka perlu penambahan pemeriksaan dengan
membawa timbang badan
2. Status pasien / rekam medis terutama format asesmen berisi :
a. Identitas pasien
b. Nomer rekam medis
c. Riwayat penyakit
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikologis
f. Sosial
g. Ekonomi
3. Langkah – langkah yang harus dilakukan
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga
b. Lakukan komunikasi dengan dua arah, usahakan posisi petugas
sejajar dengan pasien
c. Verifikasi ulang nama pasien, dan setiap penyampaian diawali
dengan nama pasien tersebut
d. Lakukan dalam asesmen pasien dengan senyaman mungkin
e. Bila kasusnya pasien dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
usahaka komunikasi dengan penuh empati
f. Setiap pelaksanaan asismen pada pasien statu pasien dibawa dan
langsung diisikan di depan pasien
g. Semua data hasil asismen simpan dalam status pasien

C. Penegakan Diagnosa
1. Setelah data diperoleh berupa data subyektif dan data obyektif
2. Lakukan pemeriksaan penunjang diagnosis dengan merujuk ke
laboratorium dan radiologi
3. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi lakukan sesuai dengan
diagnose awal (lihat PPK sesuai kasus yang ditangani)
4. Setiap mengirim spesemen lakukan dengan prosedur yang berlaku
(lihat panduan pelayanan yang terintergramasi)
5. Untuk tenaga perawat dapat ditegagkan diagnose asuhan dengan
melihat respon pasien yang terjadi pada saat itu dan resiko terjadi
pada waktu yang akan datang ( lihat pada standar asuhan kasus
pasien tersebut)
6. Untuk tenaga gizi dapat dilihat pada asuhan gizi dan
7. Tenaga farmasi dapat dilihat pada panduan viste apoteker
8. Setelah data terkumpul, baik data hasil pemeriksaan bersifat
subyektif maupun obyektif maka lakukan analisa sehingga diagnose
dapat ditegagkan

D. Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan lakukan dengan pola : spesifik,
mesureable, actual, realita dan time ( SMART)
1. Medis
a. perencanaan pemberian therapi lakukan dengan mengacu pada
PPK
b. Setiap perencanaan asuhan dokumentasikan dalam clinical
pathway
c. Catat pula dalam dalam rekam medis yaitu catatan
perkembangan yang terintergramasi
d. Catatan Medis dalam bentuk SOAP (S; Data Subyektif, O; data
Obyektf,A; asesmen/ diagnose dan P; planning)
e. Pengisian SOAP dilakukan setiap visite
f. Minimal visite 1x24 jam sehingga dapat diketahui dan dimonitor
perkembangan pasien tersebut
2. Keperawatan
a. Perencanaan asuhan mengacu pada standar asuhan 10 penyakit
terbanyak
b. Bila tidak tersedia dalam 10 penyakit terbanyak lakukan dengan
melihat respon pasien
c. Perencanaan asuhan didokumentasikan pada rekam medis
master perencanaan asuhan keperawatan sesuai diagnose yang
ditemukan
d. Perencanaan dibuat untuk 1x24 jam yang disusun oleh kepala
Tim, atau tenaga keperawatan lain yang ditunjuk
3. Gizi
a. Perencanaan dibuat dalam lembaran catatan perkembangan yang
terintergramasi
b. Menyusun perencanaan mengacu kepada permintaan atau
intruksi dokter dan hasil asesmen
4. Farmasi/Apoteker
a. Perencanaan apoteker didokumntasikan pada rekam medis
catatan perkembangan yang terintergramasi
b. Acuan perencanaan mengacu pada pemberian therapy/obat yang
diajukan dokter dan hasil visite

E. Implementasi
1. Medis
Implementasi yang dilakukan oleh tenaga medis di ruangan rawat
inap adalah tindakan yang tidak dapat di limpahkan kepada tenaga
perawat atau bidan, karena belum memiliki sertifikat dalam tindakan
tersebut atau implementasi yang sifatnya memberikan bimbingan
kepada tenaga perawat.
Jenis tindakan yang harus dilakukan oleh dokter;
a. Tindakan insisi vena untuk penanganan pemasangan kedaruratan
cairan
b. Pemasangan infuse lewat tulang rawan
c. Memberikan inform consent terkait tindakan operasi
d. Konsul kepada sub spesilis atau konsulen dalam bidang khusus
2. Keperawatan
Implementasi yang dilakukan oleh tenaga perawat dan bidan adalah
tindakan yang bersifat kolaborasi/pelimpahan wewenang maupun
asuhan mandiri
Jenis tindakan yang kolaboratif dalam bidang:
a. Oksigenisasi
1) Pemasangan kanul oksigen
2) Pemasangan masker oksigen
3) Tindakan suction
b. Cairan dan elektrolit
1) Pemasangan infuse
2) Pemasangan tranfusi darah
c. Nutrisi
1) Pemasangan NGT
2) Suntik IM.IV, Subkutan
d. Eliminasi
1) Pemasangan Kateter
2) Huknah

Tindakan mandiri dalam keperawatan

a. Oksigenisasi
1) Membersihkan jalan napas dengan menggunakan lidi woten
2) Membantu batuk efektif
b. Cairan dan elektrolit
1) Mengobservasi intake dan output
2) Membantu member minum
c. Nutrisi
1) Membantu memberikan makan lewat mulu
2) Membantu meberikan makanan cair lewat NGT
d. Eliminasi
1) Membantu BAK di tempat tidur
2) Membantu BAB ditempat Tidur
3) Membantu mobilisi fisik ke toilet
e. Personal Hygine
1) Membantu memandikan di tempat tidur
2) Menseka
3) Membantu cuci rambut
4) Membantu Potong kuku
5) Membantu Oral higine
f. Perawatan luka (lihat pada panduan perawatan luka)
g. Pemberian edukasi (lihat panduan edukasi)
h. Gangguan rasa nyaman:nyeri
1) Mengalihkan nyeri melalui destraksi dan manipulasi nyeri
lainnya
2) Mengkaji tingkat rank nyeri
3. Gizi
Implementasi yang harus dilakukan oleh tenaga Gizi adalah
a. Memberikan nutrisi
b. Mengobservasi makanan yang habis dan tidak habis
c. Memberikan konsultasi diit
4. Farmasi
Implemntasi tindakan asuhan klinik farmasi adalah
a. Memberikan obat yang sudah perdosis/shif
b. Memberikan konsultasi penggunaan obat
c. Memberikan saran kepada dokter terkait obat yang di resepkan

F. Evaluasi
1. Medis
a. Dilakukan sesuai rencana waktu therapy akhir terapi atau
evaluasi yang sifat formatif (setelah tindakan)
b. Evaluasi dicatat kedalam catatan perkembangan pasien dan
terutama pada kolom Planing dicatata apakah therapy di stop atau
dilanjutkan
2. Keperawatan
a. Dilakukan sesuai rencana target waktu asuhan atau evaluasi
yang sifat formatif (setelah tindakan/setelah shif)
b. Evaluasi yang dilakukan diakhir dinas pada catatan “E” evaluasi

3. Gizi
a. Dilakukan setelah pemberian nutrisi diperkirakan sudah 30 menit
keatas
b. Catat hasil evaluasi dalam catatan perkembangan pada kolom” O”
(obyektif)
4. Farmasi
a. Dilakukan setelah dilakukan implementasi berupa respon setelah
pemberian obat atau edukasi
b. Catat dalam catatan perkembangan yang terintergramasi pada
kolom “O” (obyektif)

G. Pasien Pulang
1. Resume Pasien Pulang
a. Pasien pulang diperoleh setelah hasil evaluasi dokter tindakan
therapy diberhentikan dan perbolehkan pulang
b. Lakukan resemu pasien sebagai bahan untuk control dan
keperluan riwayat penyakit dalam pertimbangan therapy yang
akan datang
2. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut lakukan edukasi asuhan perawatan dirumah
yang berhubungan dengan asuhan:
a. Pemberian obat
b. Makanan yang diperbolehkan dan yang tidak boleh
c. Hidup sehat
d. Mobilisasi fisik dan
e. Asuhan yang bersifat khusus bagi pasien dengan kasus khusus
3. Pasien Meninggal
a. Bila pasien meninggal lakukan asuhan jenazah di ruangan
perawatan (lihat panduan asuhan pasien terminal)
1) Buka semua peralatan yang menempel di pasien
2) Buka baju pasien
3) Ikat tangan pasien tangan kanan memegang tangan kiri
4) Tutup hidung dan telingan dengan kapas
5) Tutup dengan laken
6) Tunggu 2 jam
7) Informasikan kebagian ambulan dan jenazah
b. Pasien dirujuk
Pasien dirujuk bila atas indikasi tidak dapat dilakukan di rumah
sakit dikarenakan sarana tidak lengkap, permintaan sendiri dari
pasien adapun persiapan yang harus dilakukan
1) Lakukan komunikasi dengan tempat yang akan menerima
rujukan (lihat panduan Komunikasi dan informasi )
2) Bila sudah tersedia ruangan maka hubungi ambulan dan
minta formulir kondisi ambulan saat ini
3) Setelah siap ambulan kondisikan tim yang akan merujuk
sesuai dengan kondisi pasien (lihat pada panduan transfer
pasien)

H. Alur Sirkulasi Pasien Di Instalasi Rawat Inap

Pasien Sakit Masuk

Pendaftaran Administrasi

Instalasi Rawat Jalan


Instalasi
Pulang Instalasi Laboratorium Instalasi Rawat
Sehat Gawat Inap
Keluar Instalasi
Instali RadiologiPemulasaraan
Instalasi
Instalasi
Bedah JenazahIntensif
Perawatan
Darurat
BAB V

LOGISTIK

Kebutuhan barang-barang logistik di Instalasi Rawat Inap terdiri


dari barangtetap dan barang habis pakai. Barang tetap terdiri dari
peralatan medis, peralatan keperawatan, alat tenun dan peralatan
rumah tangga. Sedangkan barang habis pakai terdiri dari : Obat-obatan
dan bahan habis pakai alkes (BHP), alat kebersihan, Cetakan dan Alat
Tulis Kantor (ATK).

Untuk proses pengadaan barang habis pakai di tiap ruangan


melalui 3 proses, yaitu :

1. Perencanaan
Kepala Ruangan mendata kebutuhan barang (BHP, alat kebersihan,
cetakan dan ATK) dalam 1 tahun dan membuat rencana kebutuhan
berdasar pemakaian tahun lalu ditambah 10%
2. Permintaan
Permintaan kebutuhan barang perbulan ruangan dilakukan setiap
awal bulan sesuai jadwal ke bagian farmasi untuk BHP, dan ke
bagian penyimpan barang untuk alat kebersihan, cetakan dan ATK
3. Penyimpanan
Penyimpanan barang dilakukan di tiap ruangan selama 1 bulan

A. Barang Tetap
1. Peralatan Keperawatan
a. Ruang Rawat Inap Perinatologi
1) Inkubator
2) Baby scale manual
3) Baby scale electric
4) Neonatal transport incubator
5) Radian warmer
6) Infusion pump
7) Syringe pump
8) Suction
9) Standar infuse
10) Laringoskop milier
11) Bag mask neonatus

12) Manometer
13) Termometer digital
14) Phototerapi
15) Bed side monitor neonate
16) Humidifier
17) EKG neonate
18) Pulse oximetri
19) Lampu sorot
20) Kom betadin kecil
21) Tromol besar
22) Tromol kecil
23) Neerbeken
24) Klem
25) Pinset
26) Gunting tali pusat
27) Bak stainless kecil
28) Bak stainless sedang
29) Bak stainless besar
30) CPAP
31) Kit partus/resusitasi
32) Stetoskop bayi
33) Stetoskop dewasa
34) Lemari obat kaca
35) Meja perasat/tindakan
36) Tutup Fototerapi
2. Alat Tenun
a. Selimut bayi
b. Sprey inpanwarmer
c. Sprey bayi
d. Sarung bantal bayi
e. Sarung guling
f. Baju pasien
g. Topi bayi
h. Kaos kaki bayi
i. Popok bayi
j. Baju bayi
k. Barak short
l. Sarung O2
m. Gordin
3. Peralatan Rumah Tangga
a. Lemari obat emergency
b. Senter
c. Meja pasien
d. Waskom mandi
e. Lampu sorot
f. Lampu senter/lampu emergency
g. Nampan
h. Tempat sampah besar
i. Jam dinding

B. Barang Habis Pakai


1. Obat-obatan dan bahan habis pakai (BHP)
a. Tiap ruangan dalam Instalasi Rawat Inap memiliki persediaan obat
dan bahan habis pakai yang berasal dari bagian farmasi untuk
keadaan kegawat daruratan sesuai dengan standar therapy
b. Pemakaian obat pasien dilakukan dengan cara meresepkan obat
sesuai kebutuhan dan disimpan dalam loker obat pasien selama
pasien dirawat di ruangan rawat inap.
2. Alat kebersihan
Regulasi sesuai dengan kebutuhan di ruangan
3. Cetakan
Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan
4. Alat tulis kantor
Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

A. Admisi Pasien Rawat Inap


Pasien yang masuk rawat inap untuk menjaga keselamatan
pasien tindakan yang harus dilakukan meliputi :
1. Identitas pasien
Identitas pasien merupakan hal yang sangat penting ditanyakan
kepada petugas yang mengoperkan dan mengklarifikasi
kebenarannya agar terhindar dari kesalahan identitas pasien
yang dapat merugikan dalam pemberian terapi.
2. General consent
General consent perlu dilihat dalam status pasien dan
ditanyakan kepada petugas atas kelengkapan general consent,
yaitu terdapat tanda tangan keluarga pasien sebagai
penanggungjawab serta bersedia dengan peraturan serta
pelayanan yang akan diberikan.
General consent perlu juga di klarifikasi kepada pasien atau
keluarga pasien atas penandatangan yang sudah dilakukan oleh
keluarga pasien
3. Kelanjutan therapy
Kelanjutan therapy yang yang harus kita perhatikan adalah
terapy yang sudah diberikan dan therapy apa saja yang akan
dilakukan pada saat operan dilakukan sehingga tidak
memperburuk kondisi pasien saat masuk ruangan rawat inap.
4. Analisa keselamatan pasien
Sebelum pasien masuk ruangan petugas diharuskan memeriksa
gambaran umum pasien, dimulai dari fisik apakah ada
kelemahan, dari struktur anatomi sehingga resiko pasien jatuh,
dapat terhindarkan
5. Orientasi
Setiap pasien yang masuk rawat inap diharuskan mengenal
kondisi ruangan , petugas yang bertanggung jawab pada saat
jaga. Staf yang bertugas di anjurkan mengorentasikan pasien
atau keluarga pasien dengan menjelaskan tempat-tempat pasien
yang mesti diketahui dalam rangka kebutuhan dasar pasien
selama dirawat, seperti; toilet, tempat cuci tangan, bel bila terjadi
kedaruratan, dan alat yang terpasang pada pasien kegunaan dan
hal yang harus dihindari, dst

B. Assesmen Pasien Ulang


Setelah pasien tenang di tempat tidur maka petugas melakukan
asesmen ulang dengan tujuan memahami pelayanan apa yang dicari
oleh pasien, memilih pelayanan yang terbaik bagi pasien, menetapkan
diagnose awal, memahami respon pasien terhadap pengobatan
sebelumnya. Adapun persiapan dari petugas terdiri dari:
1. Alat pemeriksaan fisik; stetoskop, penlight, reflek hammer, tensi
meter, pengukur suhu tubuh, dan peralatan khusus bila pasien
dinyatakan berindikasi diagnosis tertentu misal kekurangan cairan
dan elektrolit maka perlu penambahan pemeriksaan dengan
membawa timbang badan
2. Status pasien / rekam medis terutama format assesmen berisi :
a. Identitas pasien
b. Nomer rekam medis
c. Riwayat penyakit
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikologis
f. Social
g. Ekonomi
3. Langkah – langkah yang harus dilakukan
a. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga
b. Lakukan komunikasi dengan dua arah, usahakan posisi petugas
sejajar dengan pasien
c. Verifikasi ulang nama pasien, dan setiap penyampaian diawali
dengan nama pasien tersebut
d. Lakukan dalam asesmen pasien dengan senyaman mungkin
e. Bila kasusnya pasien dengan gangguan rasa nyaman: nyeri
usahaka komunikasi dengan penuh empati
f. Setiap pelaksanaan asismen pada pasien statu pasien dibawa dan
langsung diisikan di depan pasien
g. Semua data hasil asismen simpan dalam status pasien
C. Penegakan Diagnosa
1. Setelah data diperoleh berupa data subyektif dan data obyektif
2. Lakukan pemeriksaan penunjang diagnosis dengan merujuk ke
laboratorium dan radiologi
3. Pemeriksaan laboratorium dan radiologi lakukan sesuai dengan
diagnose awal (lihat PPK sesuai kasus yang ditangani)
4. Setiap mengirim spesemen lakukan dengan prosedur yang berlaku
(lihat panduan pelayanan yang terintergramasi)
5. Untuk tenaga perawat dapat ditegagkan diagnose asuhan dengan
melihat respon pasien yang terjadi pada saat itu dan resiko terjadi
pada waktu yang akan datang ( lihat pada standar asuhan kasus
pasien tersebut)
6. Untuk tenaga gizi dapat dilihat pada asuhan gizi dan
7. Tenaga farmasi dapat dilihat pada panduan visite apoteker
8. Setelah data terkumpul, baik data hasil pemeriksaan bersifat
subyektif maupun obyektif maka lakukan analisa sehingga diagnose
dapat ditegagkan

D. Perencanaan
Dalam melakukan perencanaan lakukan dengan pola: spesifik,
mesureable, actual, realita dan time ( SMART)
1. Medis
a. perencanaan pemberian therapi lakukan dengan mengacu pada
PPK
b. Setiap perencanaan asuhan dokumentasikan dalam clinical
pathway
c. Catat pula dalam dalam rekam medis yaitu catatan
perkembangan yang terintergramasi
d. Catatan Medis dalam bentuk SOAP (S; Data Subyektif, O; data
Obyektf,A; asesmen/ diagnose dan P; planning)
e. Pengisian SOAP dilakukan setiap visite
f. Minimal visite 1x24 jam sehingga dapat diketahui dan dimonitor
perkembangan pasien tersebut
2. Keperawatan
a. Perencanaan asuhan mengacu pada standar asuhan 10 penyakit
terbanyak
b. Bila tidak tersedia dalam 10 penyakit terbanyak lakukan dengan
melihat respon pasien
c. Perencanaan asuhan didokumentasikan pada rekam medis
master perencanaan asuhan keperawatan sesuai diagnose yang
ditemukan
d. Perencanaan dibuat untuk 1x24 jam yang disusun oleh kepala
Tim, atau tenaga keperawatan lain yang ditunjuk
3. Gizi
a. Perencanaan dibuat dalam lembaran catatan perkembangan yang
terintergramasi
b. Menyusun perencanaan mengacu kepada permintaan atau
intruksi dokter dan hasil asesmen

4. Farmasi/Apoteker
a. Perencanaan apoteker didokumntasikan pada rekam medis
catatan perkembangan yang terintergramasi
b. Acuan perencanaan mengacu pada pemberian therapy/obat yang
diajukan dokter dan hasil visite

E. Implementasi
1. Medis
Implementasi yang dilakukan oleh tenaga medis di ruangan rawat
inap adalah tindakan yang tidak dapat di limpahkan kepada tenaga
perawat atau bidan, karena belum memiliki sertifikat dalam tindakan
tersebut atau implementasi yang sifatnya memberikan bimbingan
kepada tenaga perawat.
Jenis tindakan yang harus dilakukan oleh dokter;
a. Tindakan insisi vena untuk penanganan pemasangan kedaruratan
cairan
b. Pemasangan infuse lewat tulang rawan
c. Memberikan inform consent terkait tindakan operasi
d. Konsul kepada sub spesilis atau konsulen dalam bidang khusus
2. Keperawatan
Implementasi yang dilakukan oleh tenaga perawat dan bidan adalah
tindakan yang bersifat kolaborasi/pelimpahan wewenang maupun
asuhan mandiri
Jenis tindakan yang kolaboratif dalam bidang:
a. Oksigenisasi
1) Pemasangan kanul oksigen
2) Pemasangan masker oksigen
3) Tindakan saction
4) Pemasangan CPAP
5) Pemasangan Neo PUFF
6) Resusitasi BBL
7) BHD (Bantuan Hidup Dasar)
b. Cairan dan elektrolit
1) Pemasangan infuse
2) Pemasangan tranfusi darah
c. Nutrisi
1) Pemasangan NGT
d. Eliminasi
1) Pemasangan Kateter
2) Huknah

Tindakan mandiri dalam keperawatan

a. Oksigenisasi
1) Membersihkan jalan napas dengan menggunakan lidi woten
2) Membantu batuk efektif
b. Cairan dan elektrolit
1) Mengobservasi intake dan output
2) Membantu member minum
c. Nutrisi
1) Membantu memberikan makan lewat mulu
2) Membantu meberikan makanan cair lewat NGT
d. Eliminasi
1) Membantu BAK di tempat tidur
2) Membantu BAB ditempat Tidur
e. Personal Hygine
1) Membantu memandikan di tempat tidur
2) Menseka
3) Membantu cuci rambut
4) Membantu Oral higine
f. Perawatan luka (lihat pada panduan perawatan luka)
g. Pemberian edukasi (lihat panduan edukasi)
h. Gangguan rasa nyaman:nyeri
1) Mengalihkan nyeri melalui destraksi dan manipulasi nyeri
lainnya
2) Mengkaji tingkat range nyeri
3. Gizi
Implementasi yang harus dilakukan oleh tenaga Gizi adalah
a. Memberikan nutrisi
b. Mengobservasi makanan yang habis dan tidak habis
c. Memberikan konsultasi diit

4. Farmasi
Implemntasi tindakan asuhan klinik farmasi adalah
a. Memberikan obat yang sudah perdosis/shif
b. Memberikan konsultasi penggunaan obat
c. Memberikan saran kepada dokter terkait obat yang di resepkan

F. Evaluasi
1. Medis
a. Dilakukan sesuai rencana waktu therapy akhir terapi atau
evaluasi yang sifat formatif (setelah tindakan)
b. Evaluasi dicatat kedalam catatan perkembangan pasien dan
terutama pada kolom Planing dicatata apakah therapy di stop atau
dilanjutkan
2. Keperawatan
a. Dilakukan sesuai rencana target waktu asuhan atau evaluasi
yang sifat formatif (setelah tindakan/setelah shif)
b. Evaluasi yang dilakukan diakhir dinas pada catatan “E” evaluasi
3. Gizi
a. Dilakukan setelah pemberian nutrisi diperkirakan sudah 30 menit
keatas
b. Catat hasil evaluasi dalam catatan perkembangan pada kolom” O”
(obyektif)
4. Farmasi
a. Dilakukan setelah dilakukan implementasi berupa respon setelah
pemberian obat atau edukasi
b. Catat dalam catatan perkembangan yang terintergramasi pada
kolom “O” (obyektif)

G. Pasien Pulang
1. Resume Pasien Pulang
a. Pasien pulang diperoleh setelah hasil evaluasi dokter tindakan
therapy diberhentikan dan perbolehkan pulang
b. Lakukan resemu pasien sebagai bahan untuk control dan
keperluan riwayat penyakit dalam pertimbangan therapy yang
akan datang
2. Rencana tindak lanjut
Rencana tindak lanjut lakukan edukasi asuhan perawatan dirumah
yang berhubungan dengan asuhan:
a. Pemberian obat
b. Makanan yang diperbolehkan dan yang tidak boleh
c. Hidup sehat
d. Mobilisasi fisik dan
e. Asuhan yang bersifat khusus bagi pasien dengan kasus khusus
3. Pasien Meninggal
a. Bila pasien meninggal lakukan pengelolaan jenazah di ruangan
perawatan (lihat panduan asuhan pasien terminal)
1) Buka semua peralatan yang menempel di pasien
2) Buka baju pasien
3) Ikat tangan pasien tangan kanan memegang tangan kiri
4) Tutup hidung dan telingan dengan kapas
5) Tutup dengan laken
6) Tunggu 2 jam
7) Informasikan kebagian ambulan dan jenazah
b. Pasien dirujuk
Pasien dirujuk bila atas indikasi tidak dapat dilakukan di rumah
sakit dikarenakan sarana tidak lengkap, permintaan sendiri dari
pasien adapun persiapan yang harus dilakukan:
1) Persiapan pra rujukan dengan memberikan informasi keadaan
dan prognosis pasien dengan melibatkan orang tua dan
keluarga dalam mengambil keputusan untuk dirujuk.
2) Menentukan tempat tujuan rujukan.
3) Melengkapi data dasar/syarat-syarat administrasi.
4) Lakukan komunikasi dengan tempat yang akan menerima
rujukan (lihat panduan Komunikasi dan informasi ).
5) Bila sudah tersedia ruangan maka hubungi ambulan dan
petugas yang akan merujuk.
6) Stabilisasi kondisi bayi selama perjalanan.
Keselamatan pasien di instalasi rawat inap dibagi ke dalam
beberapa aspek diantaranya :
1. Sumber Daya Manusia
a. Pasien rawat inap mendapatkan asuhan dari petugas dimana petugas
tersebut memiliki kualifikasi yang sudah ditetapkan
b. Ketepatan identifikasi pasien
c. Komunikasi yang efektif dengan pasien
d. Keamanan pemberian cairan konsentrat
e. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien
f. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan
g. Untuk rawat inap perinatologi, petugas menggunakan baracshot.

2. Fisik
a. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6
bulan sekali
b. Tersedianya UPS minimal 2x3 m2 (sesuai kebutuhan)
3. Fasilitas
a. Semua tempat tidur pasien harus mempunyai pagar penghalang
b. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain
c. Tersedianya APA
d. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri
e. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan elektronik
f. Kursi roda yang aman dipakai (lengkap dengan penyangga kaki)
g. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah
dibersihkan
h. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah
dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada
genangan air
i. Pintu dapat dibuka dari luar
j. Tersedia tandu untuk evakuasi
k. Adanya jalur evakuasi
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

A. Pengertian Keselamatan Kerja


Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja
dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan
proses produksi Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang
yang berada di rumah sakit termasuk instalasi farmasi dengan
demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap
tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit serta
masyarakat di sekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak
akibat suatu proses kerja. Dengan demikian jelas bahwa keselamatan
kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa
luka/cidera, cacat/ kematian, kerugian harta benda dan kerusakan
peralatan mesin dan lingkungan secara luas.

B. Tujuan Keselamatan Kerja


1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan
2. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya
paparan dari zat kimia yang membahayakan
3. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik
fisik maupun psikis
4. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
5. Menerapkan ergonomi di tempat kerja
6. Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan farmasi
7. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya
8. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
9. Mensesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan
yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi

C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja


Klasifikasi kecelakaan kerja di Instalasi rawat inap secara garis besar,
diantaranya :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
a. Terpapar zat kimia cair
b. Menghirup obat berbahaya ketika melakukan peracikan
c. Terjatuh
d. Tersandung benda
e. Terbentur alat
f. Terkena arus listrik dll
2. Klasifikasi menurut agen penyebabnya
a. Alat-alat keperawatan seperti tertusuk jarum suntik, terbentur, dll
b. Lingkungan kerja, seperti ruangan panas, pencahayaan kurang.
3. Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya
a. Efek terkena zat kimia
b. Efek terkena menghirup obat
c. Patah tulang
d. Keseleo/dislokasi/terkilir
e. Kenyerian otot dan kejang
f. Luka tergores
4. Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka
a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki dan berbagai bagian tubuh
lainnya
b. Luka umum dsb
5. Pencegahan kecelakaan kerja
Pencegahan kecelakaan kerja yang di lakukan instalasi rawat inap.
Diantaranya adalah :
a. Desain ruangan
Ruangan keperawatan untuk kelas 3 dan kelas 2 di desain dengan
aturan yang berlaku seperti luas ruangan untuk pasien di desain
lebih dari ukuran standar yaitu 3 m (panjang) x 2,5 m (lebar) x 3 m
(tinggi); WC dilegkapi keset kering untuk mencegah jatuh
terpelesetRuangan gudang linen didesain dengan menggunakan
rak penyimpanan linen. Penyimpanan dilakukan untuk linen tebal
disimpan ditahapan bawah sehingga tidak berbahaya sewaktu
pengambilan, dan linen ringan disimpan di rak atas sehingga
pengambilan lebih mudah dengan di fasilitasi menggunakan
tangga
b. Ruangan Pentry
Untuk melakukan pemanas air dan persiapan makanan petugas
selalu menggunakan alat pelindung diri berupa, pegangan dan
sarungtangan, dengan di awali dan diakhiri cuci tangan
c. Ruangan ners station
Setiap melakukan komunikasi selalu menggunakan masker bila
terindikasi pasien dengan penyakit menular dan membatasi
komunikasi dengan jarak 45cm (menghindari percikal air liur
pasien), penyimpanan obat disimpan dirak supaya terhindar dari
percikan obat cair yang berbahaya
d. Ruangan ganti pakaian
Ruangan ganti pakaian di usahakan selalu bersih dan setiap
pakaian pengganti di simpan dalam gantungan baju dan untuk
pakaian dinas disimpan diloker
e. Ruangan Dokter
Ruangan di usahakan selalu bersih, dilengkapi dengan tempat
cuci tangan dan tersedia loker untuk minimalkan terjadinya
infeksi nosokomial

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu merupakan suatu programam yang bersifat objektif


dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada
sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar
klinis yang bermutu.
Pengembangan mutu Instalasi Rawat Inap meliputi :

A. Pengembangan Mutu Standar Prosedur Operasional


Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf rawat
inap dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar
Prosedur Operasional yang telah ada dan menambahkan Standar Prosedur
Operasional yang belum ada/belum lengkap serta merevisi Standar
Prosedur Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan
kerja
Seluruh staf rawat inap memberikan masukan demi terciptanya unit
pelayanan rawat inap yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur
Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh staf rawat inap untuk
dibahas dalam rapat bulanan.

B. Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia


1. Pelatihan dan seminar staf rawat inap secara berkala baik internal
maupun eksternal mengenai pelayanan rawat inap yang sesuai dengan
bagiannya masing-masing.
2. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh staf rawat inap
3. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan
evaluasi terhadap laporan bulanan, pencegahan infeksi dan
permasalahan di rawat inap
4. Melakukan study banding dengan instalasi rawat inap Rumah Sakit lain

C. Pengembangan Mutu Fasilitas dan Perawatan


1. Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari
kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang didapat
2. Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat
diketahui apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan
atau perlu diajukan permintaan baru atau perbaikan yang ada
3. Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas alat
dan penyediaan cuci tangan
4. Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional
BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Instalasi Rawat Inap ini disusun dengan tujuan


untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan kebidanan di Instalasi
Rawat Inap. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat tersusun standar
pelayanan keperawatan di ruang rawat inap, standar asuhan keperawatan di
ruang rawat inap dan tersusunnya prosedur atau protap kerja di ruang rawat
inap.
Perawat dan bidan dalam hal ini sangat memegang peranan penting dan
strategis untuk menentukan keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada
pasien di ruang rawat inap. Untuk itu pedoman ini diharapkan dapat menjadi
acuan bagi perawat dan bidan di ruang rawat inap dalam memberikan asuhan
keperawatan atau asuhan kebidanan.

Anda mungkin juga menyukai