Anda di halaman 1dari 17

Nama: Devi Arianti

NIM : P07134118305

1. Pengertian
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerakdengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang
yang satudengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat
digerakkansesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.Sendi
merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua
subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
2. sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe
yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
3. sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi
oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak
penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung leukosit. Asam
hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan
disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi
sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Cairan sendi adalah cairan yang terdapat dalam sendi.Cairan sendi
merupakan cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari
ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini
menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat
berfungsi sebagai pelumas.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak
terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih
kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban
ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Permukaan tulang yang bersendi diselubungi oleh tulang rawan yang


lunak dan licin.Keseluruhan daerah sendi dikelilingi sejenis kantong,
terbentuk dari jaringan berserat yang disebut kapsul.Jaringan ini dilapisi
membran sinovial yang menghasilkan cairan sinovial untuk “meminyaki”
sendi.Bagian luar kapsul diperkuat oleh ligamen berserat yang melekat pada
tulang, menahannya kuat-kuat di tempatnya dan membatasi gerakan
yangdapatdilakukan.Rawan sendi yang melapisi ujung-ujung tulang
mempunyai mempunyai fungsi ganda yaitu untuk melindungi ujung tulang
agar tidak aus dan memungkinkan pergerakan sendi menjadi mulus/licin, serta
sebagai penahan beban dan peredam benturan.Agar rawan berfungsi baik,
maka diperlukan matriks rawan yang baik pula.
2. Manfaat Pemeriksaan Cairan Sendi
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis
penyebab abnornalitas atau gangguan pada sendi, seperti:
a. Ankiliosis yaitu persendian yang tidak dapat digerakkan karena seolah-
olah kedua tulang menyatu.
b. Dislokasi yaitu sendi bergeser dari kedudukan semula.
c. Terkilir atau keseleo yaitu tertariknya ligamen akibat gerak yang
mendadak.
d. Artritis yaitu peradangan pada satu atau beberapa sendi dan kadang-
kadang posisi tulang mengalami perubahan. Artritis dibedakan menjadi
e. Gout artritis yaitu gangguan persendian akibat kegagalan metabolisme
asam urat. Asam urat yang tinggi dalam darah diangkut dan ditimbun
dalam sendi yang kecil, biasanya pada jari-jari tangan. Akibatnya ujung-
ujung ruas jari tangan membesar.
f. Osteoartriris yaitu suatu penyakit kemunduran, sendi tulang rawan
menipis dan mengalami degenarisi. Biasa terjadi karena usia tua.
g. Reumathoid yaitu suatu penyakit kronis yang terjadi pada jaringan
penghubung sendi. Sendi membengkak dan terjadi kekejangan pada otot
penggeraknya.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Kelainan sendi akibat infeksi antara lain :


a. Artritis eksudatif yaitu peradangan pada sendi dan terisi cairan
nanah.
b. Artritis sika yaitu peradangan sendi sehingga rongga sendi menjadi
menjadi kering (kekurangan minyak sinoval).
c. Layuh sendi atau layuh semu yaitu suatu keadaan tidak bertenaga
pada persendian akibat rusaknya cakraepifisis tulang hingga
sebagian tulang mati dan mengering.
A. Cara Pemeriksaan Cairan Sendi dan Interpretasi Hasil
Pemeriksaan ini dikenal dengan nama formal yaitu: analisis cairan
sinovial, tetapi mempunyai nama lain berupa analisis cairan sendi.
Pemeriksaan cairan sendi dilakukan untuk membantu mendiagnosis penyebab
peradangan,nyeri,dan pembengkakan pada sendi.Cairan sendi diambil
menggunakan jarum yang ditusuk ke dalam cairan itu berada (area diantara
tulang pada sendi tersebut).Cairan sinovial menjadi pelumas dalam sendi.
Cairan sinovial akan memberikan nutrisi bagi tulang rawan sehingga tidak
dapat aus selama penggunaan (gesekan dalam pergerakan sendi).
Analisis cairan sendi terdiri dari serangkaian uji yang dilakukan untuk
mendeteksi perubahan yang terjadi akibat dari penyakit tertentu.Ada beberapa
karakteristik cairan sinovial yang patut dikaji antara lain:
1. Karakteristik fisik:evaluasi dari penampilan secara umum dari cairan
sinovial, meliputi kekentalan (viskositas).Karakteristik fisik yang normal
berupa:cairan bening,berwarna jernih hingga kekuningan,dan kental
(viskositas tinggi akibat kandungan asam hialuronat,ketika
mengambilnya dengan jarum membentuk ‘string’ beberapa inchi
layaknya cairan kental pada umumnya).Perubahan yang terkait pada
aspek fisik ini yaitu: cairan keputihan (berawan) disebabkan oleh
hadirnya mikroorganisme dan sel darah putih) dan berwarna kemerahan
akibat hadirnya sel darah merah.Antara cairan sinovial berawan dan
kemerahan dapat terjadi dalam satu spesimen.
2. Karakteristik kimia:mendeteksi perubahan zat kimia tertentu pada cairan
sinovial,meliputi: glukosa (level glukosa di dalam cairan ini lebih rendah
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

daripada level glukosa darah dan dapat menurun lebih signifikan lagi
pada inflamasi dan infeksi sendi, protein (kandungan protein meningkat
akibat peradangan infeksi),asam urat yang meningkat (pada Gout).
3. Karakteristik mikroskopik: menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan
sinovial (terutama untuk menghitung leukosit) meliputi:hitung leukosit
(batas normal yaitu <200 sel / mm3,leukosit yang berlebihan menandakan
adanya inflamasi seperti pada Gout dan rheumatoid artritis,neutrofilia
menandakan infeksi bakteri,dan eosinifilia menandakan penyakit Lyme),
dan melewati cairan sinovial ke sinar polarisasi untuk melihat adanya
kristal asam urat (kristal jarum) pada penyakit Gout.
4. Karakteristik infeksius:menemukan agen infeksius (bakteri atau jamur)
dalam cairan sinovial meliputi:pewarnaan gram (untuk melihat tipe agen
infeksius),pembiakan,uji kerentanan terhadap antibiotik (sebagai panduan
dalam memilih antibiotik),dan uji BTA jika dikhatirkan adanya
mikrobakterium.
 Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi
Arthrocentesis dilakukan oleh dokter atau paramedik terlatih
dengan mengunakan alat yang steril dan tepat.

1. Pre-Analitik
1) Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25 untuk
sendi kecil).
2) Digunakan sarung tangan steril.
3) Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau etiklorida spray).
4) Kapas alkohol dan betadine.
5) Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.
2. Analitik
1) Ditentukan lokasi penusukan, daerah ektensor lebih aman (bebas
saraf) dan beri tanda.
2) Dilakukan tindakan aseptik pada lokasi.
3) Dilakukan anastesi lokal (inflamasi lidokain/prokain dengan
jarum halus atau etiklorida spray).
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

4) Ditusuk daerah yang sudah ditandai dengan spuit yang berisi 25


µ sodium heparin (dibilas) dan gunakan jarum yang sesuai
hingga terasa jarum menembus membran sinovia (seperti
menusuk kertas).
5) Dilakukan aspirasi perlahan-lahan (untuk meminimalisasi
nyeri).
6) Spesimen ditampung (sesuai urutan tabung pertama kali diisi).
o Tabung I (tabung heparin ) steril untuk pemeriksaan
mikrobiologis (gram dan biakan).
o Tabung II (tabung EDTA) untuk pemeriksaan mikroskopis,
memeriksa kristal, dan hitung jenis sel.
o Tabung III (tanpa EDTA) untuk pemeriksaan kimia atau
imunologi dan untuk pemeriksaan makroskopis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel, yaitu;
Mengetahui apakah pasien mempunyai gangguan hemostasis, melakukan
dengan tehnik yang benar dan berusaha untuk selalu steril, sampel yang
didapatkan sesegera mungkin untuk dibawa kelaboratoium, jika akan
dikerjakan pemeriksaan glukosa cairan sendi maka pasien dipuasakan 6-8
jam terebih dahulu, bila dikehendaki antikoagulan digunakan heparin,
bila akan dilakukan pemeriksaan mikrobiologi wadah untuk menampung
cairan sendi harus steril.

 Tes makroskopi
1. Volume
Dalam keadaan normal cairan sendi susah didapat dan biasanya
volume normal tidak melebihi 2 ml.Volume yang melebihi 2 ml
menandakan adanya kelainan, makin besar volume itu, maka makin
luas juga kelainan yang ada.

2. Warna dan kejernihan


 Warna
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Cairan sendi normal tidak berwarna atau mempunyai warna


kekuning-kuningan yang sangat muda.Jika terjadi warna merah
karena adanya darah biasanya disebabkan oleh trauma pungsi.
 Kejernihan
Dalam keadaan normal cairan sendi jernih.Proses patologis
seperti radang dapat mengubah ciri-ciri itu menjadi agak keruh
sampai keruh sekali. Selain oleh peradangan kekeruhan
mungkin juga disebabkan proses-proses lain, yakni oleh adanya
beberapa macam Kristal atau oleh sel-sel synovia yang terlepas.
Pra Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : setiap kelainan memberi warna dan kejernihan
yang berbeda.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :

 Sampel dimasukan kedalam tabung steril


 Dilihat warna dan kejernihan sampel .
 Nilai rujukan : tidak berwarna dan jernih.
Pasca Analitik
Interpretasi :

- Kuning jernih : artritis traumatik, osteoartritis dan artritis


rematoid ringan.
- Kuning keruh : inflamasi spesifik dan non spesifik, karena
bertambahnya lekosit.
- Seperti susu (chyloid) : artritis rematoid dengan efusi kronik,
pirai dengan efusi akut dan obstruksi limfatik dengan efusi.
- Seperti nanah atau purulent : artritis septik yang lanjut.
- Seperti darah : pada trauma, hemofilia dan sinovisitis
vilonodularis hemoragik. Bila darah terjadi karena trauma pada
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

waktu aspirasi maka warna merahnya akan berkurang bila


aspirasi diteruskan, sedangkan jika bukan oleh trauma maka
warna merah akan menetap.
- Kuning kecoklatan : pada perdarahan yang telah lama
(Gandasoebrata,2006).
3. Bekuan
Cairan sendi normal tidak membeku karena tidak berisi fibrinogen.
Proses peradangan dapat menyebabkan menyusupnya fibrinogen ke
dalam cairan sendi. Kalau ada bekuan laporkanlah besarnya bekuan
itu, semakin besar bekuan itu, maka semakin berat proses inflamasi.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : fibrinogen menyebabkan sampel membeku.
Alat : tabung yang steril.
Analitik
Cara kerja :
1. Sampel dimasukan kedalam tabung steril
2. Dibiarkan sampel selama 1 jam
3. Dilihat ada tidaknya bekuan.
4. Nilai rujukan : tidak membeku.
Pasca analitik
Interpretasi :
Bekuan + : ada proses peradangan
4. Viskositas
Cairan sendi mempunyai nilai viskositas tertentu, beberapa keadaan
patologis dapat mengurangi viskositas sehingga cairan itu seolah-
olah menjadi encer.Untuk menguji viskositas isaplah cairan sendi
kedalam semprit 2 ml, kemudian biarkan cairan itu mengalir keluar
dari semprit (tanpa jarum) dan perhatikan panjangnya benang lendir
yang dapat dibentuk sampai saat cairan itu jatuh. Dalam keadaan
normal panjangnya paling sedikit 5 cm. Makin pendek benang itu,
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

maka makin abnormal, kadang-kadang viskositas itu rendah sekali


sehingga menetesnya seperti air saja.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam hialuronat dalam cairan sendi menentukan
viskositas cairan.
Alat : spuit atau semprit tanpa jarum.
Analitik
Cara kerja :
1. Dihisap sampel ke dalam spuit atau semprit tanpa jarum.
2. Diteteskan sampel ke luar dari spuit tersebut.
3. Diukur panjang tetesan. Atau diambil sampel dengan jari
telunjuk, direntangkan antara jari telunjuk dan ibu jari.
4. Hitung panjang rentangan.
5. Nilai rujukan : panjangnya tanpa putus 4-6 cm disebut
viskositas tinggi.
Pasca analitik
Interpretasi :
non inflamatorik  Viskositas tinggi.Viskositas menurun
(< inflamatorik akut dan septik) hemoragik  Viskositas
bervariasi.
 Makroskopik
1. Menghitung jumlah sel
Upaya ini dilakukan seperti menghitung leukosit dalam darah
tepi.Akan tetapi cairan pengencer Turk tidak dapat dipakai karena
asam acetat membekukan mucin yang terdapat dalam cairan sendi.
Pakailah larutan NaCl 0,85 % sebagai pengganti cairan Turk untuk
menghitung jumlah sel dan kamar hitung Fuchs-Rosenthal seperti
diterangkan dalam bab mengenai cairan otak.Dalam keadaan normal
jumlah sel dalam cairan sendi kurang dari 200 per µl. Pertambahan
cairan sendi oleh causa bukan radang dapat meningkatkan jumlah itu
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

sampai 2.000 per µl, sedangkan adanya radang mendorong angka itu
sampai lebih dari 2.000 per µl.
a. Jumlah lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada
sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non
inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
- Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru
dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
- Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk
dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer
hialuronidase.
- Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka
digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini
dapat melisiskan eritrosit.
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam
kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan faktor
pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
1. Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2. Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet
beberapa menit agar isi pipet bercampur baik.
3. Kemudian dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5. Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit
dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan
hasilnya dikali 50 (pengenceran).
7. Nilai rujukan: jumlah lekosit < 200/mm3.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Pasca analitik
Interpretasi :
- Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik
(penyakit degeneratif).
- Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 menandakan
inflamatorik akut.
 Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3,
rata-rata 13.500/mm3.
 Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3,
rata-rata 17.800/mm3
 Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3,
rata-rata 15.500/mm3.
 Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-
200.000/mm3
 Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3,
rata-rata 23.500/mm3.
 Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3,
rata-rata 14.000/mm3.
 Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3,
rata-rata 65.400/mm3.
 Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
2. Menghitung jenis sel
Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh yang lain
dengan cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau
Wright. Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang dari
25% dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi.Semakin
tinggi angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.
a. Hitung Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan
inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious
arthrtis.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
- Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
- Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen
cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass
kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian
dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu
dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ±
1 – 2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama
3 menit.
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci
dengan air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
x menggunakan oil emersi.
8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
a. Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

b. Faktor rematoid : jumlah netrofil 8 – 89%, rata-rata 46%.


c. Artritis rematoid : jumlah netrofil 5 – 96%, rata-rata 65%.
d. Artritis tuberkulosa : jumlah netrofil 29 – 96%, rata-rata
67%.
e. Artritis gonore : jumlah netrofil 2 - 96% , rata-rata 64%.
f. Artritis septik : jumlah netrofil 75 – 100%, rata-rata 95%.
g. Jumlah netrofil pada kelompok hemoragik : <50 o:p="">
(Gandasoebrata,2006).
b. Kristal-kristal
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak diperlukan persiapan khusus.
Persiapan sampel : sampel disentrifus terlebih dahulu.
Prinsip tes : jenis kristal tergantung jenis kelainan.
Analitik
Cara kerja :
1. Diteteskan satu sampai dua tetes cairan sendi yang telah
disentrifus diatas objek glass dan ditutup dengan cover glass.
2. Diperiksa dengan mikroskop lensa objektif 10x dan 40x.
3. Nilai rujukan : tidak ditemukan kristal dalam cairan sendi.
Pasca analitik
Interpretasi :
h. Kristal monosodium urat (MSU) ditemukan pada artritis
gout.
i. Calcium pyrophosphate dihydrate (CPPD) yang ditemukan
pada kondro-kalsinosis (pseudogout).
j. Calcium hydroxyapatite (HA) terdapat pada calcific
periarthritis dan tendenitis.
k. Kristal kolesterol ditemukan pada artritis rematoid.
 Kimia
1. Test Bekuan Mucin
Test ini menguji kualitas mucin yang ada dalam cairan sendi.Mucin
adalah satu komplex yang tersusun dari asam hialuronat dan protein,
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

mucin itu membeku oleh pengarah asam acetat.Dalam keadaan normal


dan pada proses non-radang :
- Mucin “berkualitas baik” : terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan
jernih.
- Mucin “berkualitas lumayan” : menyusun bekuan yang kurang
kuat,bekuan itu tidak mempunyai batas-batas tegas dalam cairan
jernih.
- Mucin “berkualitas buruk” : seperti pada proses-proses radang
teristimewa pada radang oleh infeksi, bekuan yang terjadi itu
berkeping-keping dalam cairan keruh.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel : tidak ada persiapan khusus.
Prinsip tes : asam asetat dapat membekukan asam hialuronat dan
protein.
Alat dan bahan :

1. Tabung reaksi
2. Pengaduk
3. Aquades
4. Asam asetat glacial
5. Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :

1. Kedalam 1 tabung reaksi dimasukan 4mL aquadest.


2. Dimasukan sebanyak 1 mL cairan sendi.
3. Diteteskan 1 tetes larutan asam asetat 7 N.
4. Diaduk kuat-kuat dengan batang pengaduk.
5. Kemudian diperiksa hasil reaksi segera setelah diaduk dan setelah
2 jam.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Nilai rujukan
Terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih  Mucin baik :
normal.
Pasca analitik

Interpretasi :

- Mucin sedang : jika bekuan kurang kuat dan tidak mempunyai


batas tegas dalam cairan jernih. Misalnya pada RA.
- Mucin buruk : jika bekuan yang terjadi berkeping-keping dalam
cairan keruh, misalnya karena infeksi.
2.Test Glukosa
Pre analitik
Persiapan pasien : pasien harus berpuasa 6-12 jam sebelum pengambilan
sampel.
Persiapan sampel : tidak hemolisis, cairan sendi disentrifus terlebih
dahulu.
Analitik
Cara Kerja:
Tes Glukosa menggunakan alat Cobas Mira

1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro


2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor
pemeriksaan
3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein,
glukosa, LDH)
4. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes
5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis
6. Hasil tes akan keluar pada print out
Nilai rujukan: Perbedaan antara glukosa serum dan glukosa cairan
sendi adalah < 10 mg%.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok non inflamatorik : perbedaannya <10 mg="" o:p="">
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Kelompok inflamatorik :

a. arthritis gout akut  perbedaannya 0 – 41 mg%, rata-rata 12


mg%.
b. faktor rematoid  perbedaannya 6 mg%.
c. artritis rematoid  perbedaannya 0 – 88 mg%, rata-rata 31 mg%.
Kelompok septik :

a. artritis tuberkulosa  perbedaannya 0 – 108 mg%, rata-rata


57 mg%.
b.artritis gonore  perbedaannya 0 – 97 mg%, rata-rata 26
mg%.
c. artritis septik  perbedaannya 40 – 122 mg%, rata-rata 71
mg%.
d.Kelompok hemoragik  perbedaannya < 25 mg%
3. Test Laktat dehidrogenase (LDH)
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak ada persiapan khusus.
Persiapan sample : tidak ada persiapan khusus.
Analitik
Tes Laktat dehidrogenase (LDH) menggunakan alat Cobas Mira

1. Masukkan 50 μl sampel cairan sendi ke dalam tabung mikro.


2. Kemudian letakkan dalam rak sampel sesuai dengan nomor
pemeriksaan.
3. Tempatkan reagen pada rak reagen sesuai program tes (protein,
glukosa, LDH).
4. Masukkan nomor identitas penderita dan program tes.
5. Pengukuran akan dilakukan secara otomatis.
6. Hasil tes akan keluar pada print out.
Nilai rujukan : 100-190 U/L
Pasca analitik
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

Interpretasi : LDH meningkat pada RA, gout dan artritis karena


infeksi, tetapi tetap normal pada penyakit sendi generative (Kadir. A,
2012).

4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan penunjang
dibutuhkan untuk melihat struktur yang dicurigai mengalami
kelainan.Pemeriksaan rontgen merupakan modalitas utama (sekitar
60-70% kelainan muskuloskeletal dapat ditegakkan diagnosis).
Berikut penjelasan dari temuan radiologik yang meliputi penyakit
pada sendi:
a. Celah sendi
Pada sendi normal, tulang yang berhubungan tidak bertemu
secara langsung.Adanya tulang rawan dan cairan sinovial
memberikan gambaran adanya celah di rontgen (tulang rawan dan
cairan tidak terlihat pada foto polos).Adanya masalah di dalam
tulang rawan dan cairan sinovial berakibat salah satunya hubungan
antara tulang mendekat sehingga celah sendi menyempit.Hal ini
bisa diakibatkan degenerasi tulang rawan atau cairan sinovial.
b. Osteofit
Osteofit merupakan penulangan baru akibat kompensasi
denerasi tulang rawan. Karena penulangan ini di luar ‘kebiasaan’,
hasil dari penulangan ini menjadi tidak teratur, osteofit ini bisa
menyebabkan nyeri jika tumbuh dan berinteraksi dengan tulang
lain dalam bergerak.
c. Sclerosis subchondral
Subchondral merupakan lapisan yang berada di bawah
tulang rawan.Karena aliran darah yang meningkat menyebabkan
penebalan lapisan ini dan bisa membentuk kista subchondral dan
meningkatkan tekanan pada tulang dan menyebabkan nyeri.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305

4. Daftar Pustaka
zier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds
5. Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai