NIM : P07134118305
1. Pengertian
Sendi merupakan suatu engsel yang membuat anggota tubuh dapat
bergerakdengan baik, juga merupakan suatu penghubung antara ruas tulang
yang satudengan ruas tulang lainnya, sehingga kedua tulang tersebut dapat
digerakkansesuai dengan jenis persendian yang diperantarainya.Sendi
merupakan tempat pertemuan dua atau lebih tulang. Sendi dapat dibagi
menjadi tiga tipe, yaitu:
1. sendi fibrosa dimana tidak terdapat lapisan kartilago, antara tulang
dihubungkan dengan jaringan ikat fibrosa, dan dibagi menjadi dua
subtipe yaitu sutura dan sindemosis;
2. sendi kartilaginosa dimana ujungnya dibungkus oleh kartilago hialin,
disokong oleh ligament, sedikit pergerakan, dan dibagi menjadi subtipe
yaitu sinkondrosis dan simpisis; dan
3. sendi sinovial. Sendi sinovial merupakan sendi yang dapat mengalami
pergerakkan, memiliki rongga sendi dan permukaan sendinya dilapisi
oleh kartilago hialin. Kapsul sendi membungkus tendon-tendon yang
melintasi sendi, tidak meluas tetapi terlipat sehingga dapat bergerak
penuh. Sinovium menghasilkan cairan sinovial yang berwarna
kekuningan, bening, tidak membeku, dan mengandung leukosit. Asam
hialuronidase bertanggung jawab atas viskositas cairan sinovial dan
disintesis oleh pembungkus sinovial. Cairan sinovial mempunyai fungsi
sebagai sumber nutrisi bagi rawan sendi.
Cairan sendi adalah cairan yang terdapat dalam sendi.Cairan sendi
merupakan cairan pelumas yang terdapat pada sendi yang dihasilkan dari
ultrafiltrasi plasma dan mengandung asam hialuronat. Asam hialuronat ini
menyebabkan cairan sendi bersifat kental sehingga cairan sendi dapat
berfungsi sebagai pelumas.
Secara fisiologis sendi yang dilumasi cairan sinovial pada saat bergerak
terjadi tekanan yang mengakibatkan cairan bergeser ke tekanan yang lebih
kecil. Sejalan dengan gerakan ke depan, cairan bergeser mendahului beban
ketika tekanan berkurang cairan kembali ke belakang.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
daripada level glukosa darah dan dapat menurun lebih signifikan lagi
pada inflamasi dan infeksi sendi, protein (kandungan protein meningkat
akibat peradangan infeksi),asam urat yang meningkat (pada Gout).
3. Karakteristik mikroskopik: menghitung sel-sel yang terdapat pada cairan
sinovial (terutama untuk menghitung leukosit) meliputi:hitung leukosit
(batas normal yaitu <200 sel / mm3,leukosit yang berlebihan menandakan
adanya inflamasi seperti pada Gout dan rheumatoid artritis,neutrofilia
menandakan infeksi bakteri,dan eosinifilia menandakan penyakit Lyme),
dan melewati cairan sinovial ke sinar polarisasi untuk melihat adanya
kristal asam urat (kristal jarum) pada penyakit Gout.
4. Karakteristik infeksius:menemukan agen infeksius (bakteri atau jamur)
dalam cairan sinovial meliputi:pewarnaan gram (untuk melihat tipe agen
infeksius),pembiakan,uji kerentanan terhadap antibiotik (sebagai panduan
dalam memilih antibiotik),dan uji BTA jika dikhatirkan adanya
mikrobakterium.
Proses Pengambilan Sampel Cairan Sendi
Arthrocentesis dilakukan oleh dokter atau paramedik terlatih
dengan mengunakan alat yang steril dan tepat.
1. Pre-Analitik
1) Spuit yang digunakan (19/21 untuk sendi besar, 23/25 untuk
sendi kecil).
2) Digunakan sarung tangan steril.
3) Dilakukan anastesi lokal (lidokain atau etiklorida spray).
4) Kapas alkohol dan betadine.
5) Empat tabung penampungan tanpa antikoagulan.
2. Analitik
1) Ditentukan lokasi penusukan, daerah ektensor lebih aman (bebas
saraf) dan beri tanda.
2) Dilakukan tindakan aseptik pada lokasi.
3) Dilakukan anastesi lokal (inflamasi lidokain/prokain dengan
jarum halus atau etiklorida spray).
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
Tes makroskopi
1. Volume
Dalam keadaan normal cairan sendi susah didapat dan biasanya
volume normal tidak melebihi 2 ml.Volume yang melebihi 2 ml
menandakan adanya kelainan, makin besar volume itu, maka makin
luas juga kelainan yang ada.
sampai 2.000 per µl, sedangkan adanya radang mendorong angka itu
sampai lebih dari 2.000 per µl.
a. Jumlah lekosit
Hasil hitung lekosit total maupun hitung jenis lekosit pada
sendi dapat membedakan inflammatory arthritis, non
inflammatory arthritis dan infectious arthrtis.
Pre analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
- Sampel diencerkan dengan NaCl 0,9% atau metilen biru
dalam NaCl 0,9% untuk cairan yang jernih.
- Jika cairan sendi terlalu kental kemungkinan sulit untuk
dipipet, maka sampel harus diencerkan dengan buffer
hialuronidase.
- Bila cairan sendi banyak mengandung eritrosit, maka
digunakan HCl 0,1% atau saponin 1%, karena cairan ini
dapat melisiskan eritrosit.
Prinsip tes : Sampel diencerkan dan dimasukkan ke dalam
kamar hitung (hemositometer). Dengan memperhitungkan faktor
pengenceran, jumlah lekosit dalam darah dapat diketahui.
Analitik
Cara kerja :
1. Dipipet sampel ke dalam pipet lekosit sampai tanda 0,5.
2. Dipipet NaCl 0,9% sampai tanda 11, kocok isi pipet
beberapa menit agar isi pipet bercampur baik.
3. Kemudian dibuang 4 – 5 tetes isi pipet.
4. Disiapkan kamar hitung dengan cover glass di atasnya.
5. Diteteskan isi pipet pelahan-lahan ke dalam kamar hitung
6. Dihitung jumlah lekosit yang tampak dalam 4 kotak lekosit
dengan menggunakan perbesaran lensa objektif 10 x dan
hasilnya dikali 50 (pengenceran).
7. Nilai rujukan: jumlah lekosit < 200/mm3.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
Pasca analitik
Interpretasi :
- Jumlah lekosit 200-500/mm3 penyakit non inflamatorik
(penyakit degeneratif).
- Jumlah lekosit 2.000-100.000/mm3 menandakan
inflamatorik akut.
Artritis gout akut : jumlah lekosit 750-45.000/mm3,
rata-rata 13.500/mm3.
Faktor rematoid : jumlah lekosit 300-98.000/mm3,
rata-rata 17.800/mm3
Artritis rematoid : jumlah lekosit 300-75.000/mm3,
rata-rata 15.500/mm3.
Septik (infeksi) : jumlah lekosit 20.000-
200.000/mm3
Artritis TB : jumlah lekosit 2.500-105.000/mm3,
rata-rata 23.500/mm3.
Atritis gonore : jumlah lekosit 1.500-108.000/mm3,
rata-rata 14.000/mm3.
Atritis septik : jumlah lekosit 15.600-213.000/mm3,
rata-rata 65.400/mm3.
Hemoragik : jumlah lekosit 200-10.000/mm3
2. Menghitung jenis sel
Cairan sendi diperiksa seperti cairan tubuh yang lain
dengan cara membuat sediaan apus yang dipulas Giemsa atau
Wright. Dalam keadaan normal leukosit berinti segment kurang dari
25% dari semua jenis sel yang ada dalam cairan sendi.Semakin
tinggi angka itu, maka semakin akut keadaan patologis.
a. Hitung Jenis
Hitung jenis lekosit pada sendi dapat membedakan
inflammatory arthritis, non inflammatory arthritis dan infectious
arthrtis.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
Pre Analitik
Persiapan pasien : tidak dibutuhkan persiapan khusus.
Persiapan sampel :
- Sampel harus diperiksa < 1 jam setelah pengambilan.
- Sampel dapat langsung dari cairan aspirasi atau dari sedimen
cairan sendi yang telah disentrifus (paling baik).
Prinsip tes : cairan sendi diapuskan di atas obyek glass
kemudian diwarnai.
Analitik
Cara kerja pewarnaan MGG :
1. Diambil cairan sendi yang telah disentrifuge
2. Diteteskan 1-2 tetes cairan sendi diatas objek glas, kemudian
dibuat hapusan di atas objek glass, dibiarkan mengering.
3. Difiksasi apusan tersebut dengan metanol selama 5 menit lalu
dibilas dengan air mengalir.
4. Diteteskan sediaan apusan dengan larutan May Grunwald ±
1 – 2 menit.
5. Digenangi dengan larutan buffer pH 6,4 dan diamkan selama
3 menit.
6. Diwarnai dengan larutan Giemsa yang sudah diencerkan
dengan buffer pH 6,4 dan dibiarkan 5 – 10 menit, cuci
dengan air mengalir lalu keringkan.
7. Diamati apusan di bawah mikroskop dengan pembesaran 100
x menggunakan oil emersi.
8. Nilai rujukan : jumlah netrofil < 25 %.
Pasca analitik
Interpretasi :
Jumlah netrofil < normal atau non inflamatorik25%
Jumlah netrofil pada kelompok akut inflamatorik :
a. Artritis gout akut : jumlah netrofil 48 – 94%, rata-rata 83%.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
1. Tabung reaksi
2. Pengaduk
3. Aquades
4. Asam asetat glacial
5. Asam asetat 7 N
Analitik
Cara kerja :
Nilai rujukan
Terlihat satu bekuan kenyal dalam cairan jernih Mucin baik :
normal.
Pasca analitik
Interpretasi :
Kelompok inflamatorik :
4. Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi sebagai pemeriksaan penunjang
dibutuhkan untuk melihat struktur yang dicurigai mengalami
kelainan.Pemeriksaan rontgen merupakan modalitas utama (sekitar
60-70% kelainan muskuloskeletal dapat ditegakkan diagnosis).
Berikut penjelasan dari temuan radiologik yang meliputi penyakit
pada sendi:
a. Celah sendi
Pada sendi normal, tulang yang berhubungan tidak bertemu
secara langsung.Adanya tulang rawan dan cairan sinovial
memberikan gambaran adanya celah di rontgen (tulang rawan dan
cairan tidak terlihat pada foto polos).Adanya masalah di dalam
tulang rawan dan cairan sinovial berakibat salah satunya hubungan
antara tulang mendekat sehingga celah sendi menyempit.Hal ini
bisa diakibatkan degenerasi tulang rawan atau cairan sinovial.
b. Osteofit
Osteofit merupakan penulangan baru akibat kompensasi
denerasi tulang rawan. Karena penulangan ini di luar ‘kebiasaan’,
hasil dari penulangan ini menjadi tidak teratur, osteofit ini bisa
menyebabkan nyeri jika tumbuh dan berinteraksi dengan tulang
lain dalam bergerak.
c. Sclerosis subchondral
Subchondral merupakan lapisan yang berada di bawah
tulang rawan.Karena aliran darah yang meningkat menyebabkan
penebalan lapisan ini dan bisa membentuk kista subchondral dan
meningkatkan tekanan pada tulang dan menyebabkan nyeri.
Nama: Devi Arianti
NIM : P07134118305
4. Daftar Pustaka
zier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds
5. Jakarta : EGC.
Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
Sloane et all. (2004). Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta : EGC.
Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah
Brunner& Suddarth, Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.
Syarifuddin. (2006). Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC