Anda di halaman 1dari 8

Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol.

1 (1): 29-36

Pengaruh Pemberian Monosodium Glutamat (MSG) Pada Pembentukan


Mikronukleus Sel Darah Merah Mencit

The Effect of Monosodium Glutamate (MSG)


In Mice Red Blood Cell Micronucleus Formation

Riska Handayani Rangkuti, Edy Suwarso* dan Poppy Anjelisa Z. Hsb


Departemen Farmakologi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,
Medan, Indonesia

ABSTRAK

Latar Belakang: Monosodium glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari asam glutamat (asam
amino non-esensial). Monosodium glutamat banyak digunakan sebagai penyedap rasa pada makanan.
Tujuan: untuk mengetahui efek MSG membentuk mikronukleus pada sel darah merah sumsum
tulang femur mencit.
Metode Penelitian: Makanan yang diberikan terhadap mencit adalah MSG yang dicampurkan ke
dalam pelet. MSG yang dicampurkan ke dalam pelet diberikan terhadap mencit dengan dosis 3, 6 dan
9 g/hari, selama 14 hari berturut-turut. Setelah itu mencit dibunuh untuk diambil sumsum tulang
femur dan dibuat preparat apusan. Aktivitas mutagenik ditunjukkan oleh adanya peningkatan jumlah
mikronukleus dalam setiap 200 sel eritrosit polikromatik pada preparat apusan sumsum tulang femur
mencit.
Hasil: Hasil analisis variansi (ANAVA) secara signifikan menunjukkan bahwa pemberian MSG
meningkatkan jumlah mikronukleus pada 200 sel eritrosit polikromatik yang terdapat pada apusan
sumsum tulang femur mencit dibandingkan terhadap kelompok kontrol (p < 0,05).
Kesimpulan: Pemberian MSG dosis 9 g/hari menunjukkan jumlah mikronukleus yang lebih banyak
dibandingkan dosis 3 dan 6 g/hari.

Kata Kunci: monosodium glutamat (MSG), mutagenik, mikronukleus

ABSTRACT

Background: Monosodium glutamate (MSG) is a sodium salt of glutamic acid (non-essential amino
acids). Monosodium glutamate is used in many food seasonings.
Objective: The purpose of this study was to determine the effect of MSG on the mice femur bone
marrow red blood cells micronucleus formation.
Methods: The food given to the mice was MSG added in pellets. MSG added in pellets were given to
the mice at dose of 3, 6 and 9 g/day for 14 consecutive days. Then the mice were killed for their femur
bone marrow and the smear preparations. Mutagenic activity was shown by the increasing number of
micronucleus in every 200 polychromatic erythrocytes cells in the femur bone marrow smear
preparation of mice.
Results: The analysis of variance (ANOVA) significantly showed that the administration of MSG
increased the number of micronucleus in every 200 polychromatic erythrocytes cell found in the
femur bone marrow smear of mice compared to the control group (p < 0.05).
Conclusion: The administration of MSG with dose of 9 g/day showed that the number of
micronucleus is more than the administration with dose of 3 and 6 g/day.

Keywords: monosodium glutamate (MSG), mutagenic, micronucleus

*Korespondensi penulis: abimanyu5252@yahoo.com

29
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

PENDAHULUAN Dari berbagai macam penelitian yang


umumnya dilakukan pada hewan
MSG adalah garam natrium dari asam percobaan dalam periode neonatal atau
glutamat (glutamic acid). MSG telah infant dengan pemberian MSG dosis tinggi
dikonsumsi secara luas di seluruh dunia melalui penyuntikan, telah ditemukan
sebagai penambah rasa makanan dalam beberapa bukti bahwa MSG dapat
bentuk L-glutamic acid, karena menyebabkan nekrosis pada neuron
penambahan MSG akan membuat rasa hipotalamus, nukleus arkuata hipotalamus,
makanan menjadi lebih lezat. Masyarakat kemandulan pada jantan dan betina,
Indonesia rata-rata mengkonsumsi MSG berkurangnya berat hipofisis, anterior,
sekitar 0,6 g/kg BB (Prawirohardjono, adrenal, tiroid, uterus, ovarium, dan testis,
dkk., 2000). kerusakan fungsi reproduksi, dan
MSG ditemukan pertama kali oleh dr. berkurangnya jumlah anak (Wakidi, 2012).
Kikunae Ikeda seorang ahli kimia Jepang Penelitian yang dilakukan pada tahun
pada tahun 1909, mengisolasi asam 2005, terhadap tikus yang pada
glutamat tersebut dari rumput laut ‘kombu’ makanannya ditambah MSG 10 g/kg
yang biasa digunakan dalam masakan BB/hari, setelah 45 hari memperlihatkan
Jepang, kemudian dia menemukan rasa adanya disfungsi metabolik berupa
lezat dan gurih dari MSG yang berbeda peningkatan kadar glukosa darah,
dengan rasa yang pernah dikenalnya, triasilgliserol, insulin dan leptin (Farombi
oleh karena itu, dia menyebut rasa itu dan Onyema, 2006).
dengan sebutan ‘umami’ yang berasal dari Penelitian yang lain menunjukkan
bahasa Jepang ’umai’ yang berarti enak bahwa pada tikus neonatus yang
dan lezat, rasa umami ini dapat bertahan dipajankan MSG terjadi gangguan
lama, di dalamnya terdapat suatu perkembangan testis, sel sertoli dan sel
komponen L-glutamat dan 5- leydig pada masa prapubertasnya.
ribonukleotida. Rangsangan selera dari Ternyata selain menyebabkan gangguan
makanan yang diberi MSG disebabkan pada aksis neuroendokrin sistem
oleh kombinasi rasa yang khas dari efek reproduksi MSG juga mengakibatkan stres
sinergis MSG dengan komponen 5- oksidatif yang dapat menyebabkan
ribonukleotida yang terdapat di dalam gangguan pada sistem reproduksi (Franca,
makanan, yang bekerja pada membran sel dkk., 2006).
reseptor kecap atau lidah (Wakidi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan Pizzi,
Kemajuan teknologi informasi dkk., (1977) pada anak mencit jantan dan
membawa dampak terhadap perubahan betina yang baru dilahirkan dengan
gaya hidup masyarakat, termasuk melakukan penyuntikan MSG secara
perubahan pola konsumsi makanan yang subkutan dari hari ke-2 sampai hari ke-11,
lebih banyak mengkonsumsi jenis dengan dosis berangsur-angsur meningkat,
makanan cepat saji, makanan kemasan dan dari 2,2 sampai 4,2 mg/kg BB, diperoleh
awetan yang belakangan ini semakin hasil tanda-tanda infertilitas, misalnya
banyak dijual di pasar tradisional dan berkurangnya berat testis.
swalayan. Penggunaan bahan tambahan Kadar asam glutamat dalam darah
makan banyak sekali digunakan dalam manusia mulai meningkat setelah
kehidupan sehari-hari, seperti senyawa L- konsumsi MSG 30 mg/kg BB/hari, yang
asam glutamat yang digunakan dalam berarti sudah mulai melampaui
bentuk garamnya yaitu MSG. Berbagai kemampuan metabolisme tubuh. Bila
merk dagang MSG telah dikenal di masih dalam batas terkendali, peningkatan
masyarakat secara luas seperti ajinomoto, kadar ini akan menurun kembali ke kadar
vetsin, micin, sasa, miwon dan sebagainya normal atau seperti kadar semula dalam 3
(Maidawilis, 2010). jam, berarti rata-rata dalam sehari dibatasi

30
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

penambahan maksimal 2,5-3,5 g MSG siklofosfamid. Metode ini dilakukan


(berat badan 50-70 kg), dan tidak boleh karena prosesnya mudah dan tidak
dalam dosis tinggi sekaligus. Sementara, memerlukan alat dan biaya yang terlalu
satu sendok teh rata-rata berisi 4-6 g MSG mahal dan metode ini paling umum
(Maidawilis, 2010). digunakan oleh peneliti untuk
Beberapa kali muncul kekhawatiran di melihat efek mutagenik suatu senyawa
media, terutama diwakili oleh Lembaga tertentu (Sitorus, 2012).
Konsumen, soal di pasaran ada berbagai
produk makanan ringan dalam kemasan METODE PENELITIAN
yang biasa dikonsumsi anak-anak, tidak
mencantumkan kandungan MSG (vetsin). Alat-Alat
Kritik tersebut menyatakan, konsumsi Alat-alat yang digunakan dalam
MSG dalam jumlah tertentu mengancam penelitian ini meliputi alat-alat gelas
kesehatan anak-anak. Menteri Kesehatan laboratorium, neraca digital (vibra),
pun sudah memberi pernyataan yang stopwatch, mortir dan stamfer, neraca
meminta Badan Pengawasan Obat dan hewan (presica), spuit ukuran 1 ml, alat
Makanan (BPOM) menarik produk bedah (wells spencer), mikroskop (boeco,
makanan kemasan yang tidak BM-180, halogen lamp), sentrifugator
mencantumkan kandungan MSG atau (dynamica, velocity 18R), politube,
seberapa jauhkah sebenarnya MSG microtube, kamera digital MDCE-5A.
membahayakan kesehatan manusia
(Ardyanto, 2004). Bahan-Bahan
Menurut Blaycock (1997), penulis Bahan-bahan yang digunakan adalah
buku Excitotoxins “The Taste That Kills”, MSG, makanan hewan berupa pelet,
MSG adalah excitotoxin yaitu zat kimia metanol, larutan giemsa, minyak emersi,
yang merangsang dan dapat mematikan NaCl 0,9%, serum darah sapi (SDS) dan
sel-sel otak. Blaycock menyatakan bahwa siklofosfamid (Cyclovid®, Novell).
MSG dapat memperburuk gangguan saraf
degeneratif seperti alzheimer, penyakit Pengujian efek mutagenik pada mencit
parkinson, autisme serta ADD (attention penelitian
deficit disorder). MSG juga meningkatkan Pengujian efek mutagenik dilakukan
resiko dan kecepatan pertumbuhan sel-sel dengan cara uji mikronukleus dengan
kanker. Ketika konsumsi glutamat modifikasi. Hewan penelitian
ditingkatkan, kanker tumbuh dengan cepat, dikelompokkan menjadi 5 kelompok,
dan kemudian ketika glutamat diblokir, masing-masing terdiri dari 6 ekor hewan
secara dramatis pertumbuhan kanker percobaan. Kelompok tersebut adalah:
melambat. Para peneliti telah melakukan
beberapa eksperimen di mana mereka - Kelompok I: Kontrol normal,
menggunakan pemblokir glutamat yang diberikan pelet secara per oral l0
dikombinasi dengan pengobatan g/hari, selama 14 hari.
konvensional, seperti kemoterapi, dan - Kelompok II: Perlakuan, diberikan
hasilnya sangat baik. Pemblokiran pelet 7 g/hari yang dicampurkan
glutamat secara signifikan meningkatkan dengan MSG 3 g/hari selama 14 hari.
efektivitas obat-obat anti kanker. - Kelompok III: Perlakuan, diberikan
Berdasarkan uraian di atas peneliti pelet 4 g/hari yang dicampurkan
tertarik untuk melakukan pengujian efek dengan MSG 6 g/hari selama 14 hari.
mutagenik MSG secara in vivo pada - Kelompok IV: Perlakuan, diberikan
mencit dengan terbentuknya pelet 1 g/hari yang dicampurkan
mikronukleus. Sebagai mutagen digunakan dengan MSG 9 g/hari selama 14 hari.

31
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

- Kelompok V: Pembanding, selama 10 menit. Kemudian diberikan


diberikan pelet 10 g/hari selama 14 pewarna giemsa dibiarkan 30 menit,
hari, dan pada hari ke-15 di induksi dibuang zat warna dengan dibilas dengan
dengan LS 50 mg/kgBB secara i.p. air yang mengalir kemudian apusan
Setelah 30 jam pemberian dikeringkan (Khrisna dan Hayashi, 2000;
siklofosfamid, semua mencit penelitian Sofyan, 2005).
dibunuh dengan cara dislokasi
- leher dan
diambil sumsum tulang femurnya dengan Pengamatan apusan
cara diaspirasi menggunakan spuit yang Data pengamatan masing-masing
berisi SDS sebanyak 0,3 ml dan ditampung hewan dipresentasikan dalam bentuk tabel.
di dalam mikrotube (Khrisna dan Hayashi, Jumlah eritrosit polikromatik
2000; Purwadiwarsa, dkk., 2000; bermikronukleus maupun tidak
Khumphant, dkk., 2002). bermikronukleus dihitung paling tidak
sebanyak 200 sel (EPA, 1998).
Pembuatan preparat apusan sumsum Pengamatan dilakukan menggunakan
tulang femur mikroskop dengan perbesaran 10×100
Campuran sumsum tulang dan SDS dengan bantuan minyak immersi (Khrisna
dalam microtube diputar (disentrifuge) dan Hayashi, 2000).
dengan kecepatan 1200 rpm selama 5
menit, kemudian dipisahkan endapan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
supernatannya. Endapannya disuspensikan
kembali dengan dua tetes SDS, satu tetes Pengujian efek mutagenik
suspensi sel diambil dan diletakkan ke atas Gambar pengamatan sel pada apusan
objek glass, dengan menggunakan objek sumsum tulang femur mencit pada
glass yang lain, sel dihapuskan menjadi mikroskop cahaya dengan pewarna giemsa
preparat apusan. Kemudian slide dan perbesaran 400x dapat dilihat pada
dikeringkan, difiksasi dengan metanol Gambar 1.

A B

C D
Gambar 1. Sel-sel yang diamati pada apusan sumsum tulang femur mencit

32
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

Keterangan gambar:
A : Sel eritrosit polikromatik bermikronukleus (MSG 3 g)
B : Sel eritrosit polikromatik bermikronukleus (MSG 6 g)
C : Sel eritrosit polikromatik bermikronukleus (MSG 9 g)
D : Sel eritrosit polikromatik tidak bermikronukleus (kontrol
normal) (Sumber: Sitorus, 2012)

Secara teoritis mikronukleus pembesaran 400 kali. Pada sumsum tulang


merupakan kromatin sitoplasmik yang terdapat berbagai variasi tipe sel yang
tampak sebagai inti kecil terbentuk dari dapat digunakan untuk penghitungan
patahan kromosom yang diasingkan dari mikronukleus. Untuk mengurangi jumlah
inti (nukleus) pada tahap anafase variabel pengganggu yang dapat
pembelahan sel. Setelah mencapai tahap mempengaruhi pengamatan, maka
telofase, elemen sentris menjadi inti sel pemeriksaan mikronukleus hanya
anak, sedang fragmen kromosom yang dilakukan pada satu tipe sel yaitu hanya
tertinggal tetap berada pada sitoplasma pada sel PCE. Keuntungannya adalah sel
membentuk inti kecil yang disebut PCE pada preparat mudah dikenali dari
mironukleus. Zat asing bersifat mutagen warnanya yang relatif kontras
seperti MSG, berpengaruh pada proses dibandingkan sel lain. Sel PCE merupakan
pembelahan sel. Kanker berawal dari sel eritrosit muda yang baru mengalami
kelainan gen yaitu pada kromosom. mitosis dan sintesis deoxyribonucleic acid
Terjadinya kerusakan kromosom yang (DNA), mengandung banyak ribosom serta
mengarah ke kanker, dapat memiliki inti. Selain warnanya relatif
termanifestasikan sebagai suatu kontras, ukurannya relatif besar dan
mikronukleus (patahan kromosom) penyebarannya lebih terbatas
(Sumpena, dkk., 2009). dibandingkan dengan sel lain maupun sel
Terbentuknya mikronukleus setelah eritrosit dewasa atau sel normochromatic
pemberian MSG menandakan bahwa MSG erythrocyte (NCE). Pemeriksaan dilakukan
mutagenik. Pada penelitian ini sumsum dengan cara mengamati struktur
diambil dari tulang femur atas mikronukleus pada sel PCE selanjutnya
pertimbangan bentuk tulang femur lurus disebut sebagai micronucleus
dan ukurannya relatif besar, sehingga polychromatic erythrocyte (MNPCE),
pengambilan sumsum lebih mudah. kemudian menghitungnya untuk tiap 200
Struktur mikronukleus yang teramati di sel PCE. Nilai frekuensi MNPCE yang
bawah mikroskop dengan pembesaran 400 cukup tinggi setelah pemberian MSG
kali tampak sebagai bintik hitam berbentuk menunjukkan bahwa mutagenisitas MSG
bulat atau hampir lonjong, terletak cukup tinggi. Hingga saat ini belum ada
eksentrik atau agak perifer pada sel ketentuan nilai batas ambang frekuensi
polychromatic erythrocyte (PCE). MNPCE.
Pengamatan mikronukleus pada preparat
dilakukan dengan mikroskop dengan

33
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

Tabel 1. Jumlah rata-rata ± SD mikronukleus pada masing-masing apusan sumsum tulang


femur mencit (n=6).
Kelompok Perlakuan Jumlah mikronukleus mencit
Jantan Betina
I Pelet 10 g 0,0 ± 0,0 0,0 ± 0,0
II MSG 3 g 176,67 ± 3,51 156,33 ± 7,02
III MSG 6 g 190,33 ± 6,81 183 ± 11,14
IV MSG 9 g 247,67 ± 33,32 221,33 ± 19,73
V Pelet, diinduksi dengan siklosfosfamid 50263,33 ± 7,51 234,33 ± 4,51
mg/kg BB (i.p. dosis tunggal)

Untuk lebih jelas, dapat dilihat grafik pada Gambar 2.

Gambar 2. Grafik hasil pengukuran jumlah rata-rata (n=6) mikronukleus pada 200 sel
eritrosit polikromatik.

Pengujian efek mutagenik pada tidak berbeda signifikan dengan kelompok


penelitian ini dilakukan secara in vivo pembanding, pada mencit jantan nilai
pada mencit jantan dan betina dengan signifikansinya adalah 0,818 pada MSG
metode uji mikronukleus menggunakan dosis 9 g dan 0,738 pada kelompok
siklofosfamid dengan dosis (50 mg/kgBB) pembanding. Sedangkan pada mencit
yang diberikan secara intraperitonial betina nilai signifikansi nya adalah 0,76
sebagai penginduksi mutagenik. pada MSG dosis 9 g dan 0,599 pada
Berdasarkan hasil uji analisis Post kelompok pembanding.
Hoc Tukey menggunakan SPSS 18 pada Secara teoritis pencegahan
mencit jantan dan betina, ditunjukkan karsinogenesis/mutagenesis dapat terjadi
bahwa dosis 3 g dan 6 g tidak berbeda melalui penghambatan pada promosi
signifikan, dimana pada mencit jantan nilai sampai fase progesi. Proses inisiasi dapat
signifikansi nya adalah 0,738 pada MSG 3 dihambat oleh senyawa yang menurunkan
g dan 0,818 pada MSG 6 g. Sedangkan aktivasi metabolism senyawa karsinogen,
pada mencit betina nilai signifikansinya meningkatkan detoksifikasi senyawa
adalah 0,599 pada MSG dosis 3 gram dan karsinogen, atau mencegah terjadinya
0,760 pada MSG 6 gram. Pada mencit ikatan antara karsinogen dengan target
jantan dan betina, MSG dosis 9 g juga seluler (Ruddon, 2007).

34
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

Berdasarkan penelitian terhadap MSG Farombi, E.O., and Onyema, O.O. (2006).
yang dicampurkan dengan makanan hewan Monosodium Glutamat-Induced
berupa pelet dengan dosis 3, 6, 9 g/hari. Oxidative Damage and
Aktivitas mutagenik ditunjukkan oleh Genotoxicity in the Rat:
adanya peningkatan jumlah mikronukleus Modulatory Role of Vitamin C,
dalam setiap 200 sel eritrosit polikromatik Vitamin E and Quercetin. Human
pada preparat apusan sumsum tulang & Experimental Toxicology. 25(5):
femur mencit. 251-259.

Franca, L.R., Suescun, M.O., Miranda,


KESIMPULAN J.R., Giovambattista, A., Perello,
M., Spinedi, E., dan Calandra, R.S.
Berdasarkan penelitian yang telah (2006). Testis Structure and
dilakukan, maka kesimpulan dari Function in a Nongenetic
penelitian ini adalah: MSG yang diberikan Hyperadipose Rat Model at
pada mencit jantan dan betina dengan Prepubertal and Adult Ages.
dosis 3 g/hari, 6 g/hari dan 9 g/hari Endocrinology. 147(3): 1556-
menyebabkan terbentuknya mikronukleus 1663.
pada sel darah merah sumsum tulang
femur mencit. Pemberian MSG dosis 9 Krishna, G., dan Makoto, H. (2000). In
gram pada mencit jantan (jumlahnya 278) Vivo Rodent Micronucleus Assay:
dan pada mencit betina (jumlahnya 244) Protocol, Conduct and Data
menunjukkan jumlah mikronukleus yang Interpretation. Mutation Res.
lebih banyak dibandingkan dosis yang 455(1-2): 155-166.
lain.
Maidawilis. (2010). Pengaruh Pemberian
DAFTAR PUSTAKA Monosodium Glutamat Terhadap
Kadar Follicle Stimulating
Ardyanto, T.D. (2004). MSG dan Hormon Dan Luteinizing Hormon
Kesehatan: Sejarah, Efek dan Mencit (Mus Musculus) Betina
Kontroversinya. Kesehatan. 16(1): Strain Jepang. Tesis. Padang:
1. Universitas Andalas.

Blaylock, R. (1997). Excitotoxins – The Pizzi, W.J., Barnhart, J.E., dan Fanslow,
Taste That Kills. Albuquerque: D.J. (1977). Monosodium Glutamat
NM. Health Press NA. Halaman 1- Administration to the Newborn
2. Reduces Reproductive Ability in
Female and Male Mice. Science.
Durling, L. (2008). The Effect on 196(4288): 452-454.
Chromosomal Stability of Some
Dietary Constituents. Dissertation. Prawirohardjono, W., Dwiprahasto, I.,
Uppsala: Uppsala Universited. Indwiani, A., Hadiwandowo, S.,
Kristin, E., Muhammad, M., dan
EPA. (1998). Health Effects Test Michael, F.K. (2000). The
Guidelines OPPTS 870.5395 Administration to Indonesians of
Mammalian Erythrocyte Monosodium L-glutamat in
Micronucleus Test. Washington: Indonesian Foods: An Assessment
Government Printing Office. of Adverse Reactions in a
Halaman 6. Randomized. Journal Of Nutrition.
130(4): 1074-1076.

35
Journal of Pharmaceutics and Pharmacology, 2012 Vol. 1 (1): 29-36

Purwadiwarsa, D.J. (2000). Aktivitas


Antimutagenik dan Antioksidan
Daun Puspa (Schima wallichii
Kort.). Skripsi. Bandung: Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran.

Ruddon, R.W. (2007). Cancer Biology.


Edisi Keempat. New York: Oxford
University Press Inc. Halaman 62,
82, 92, 493.

Santella, R.M. (2002). Mechanisms and


Biological Markers of
Carcinogenesis. Dalam: Cancer
Precursors. Editor: Eduardo L.
Franco dan Thomas E. Rohan.
Berlin: Springer-Verlag. Halaman
7.

Sitorus, W. (2012). Uji Antimutagenik


Ekstrak Etanol Bunga Jantan
Tumbuhan Pepaya (Carica Papaya
L.) Pada Mencit Jantan Yang di
Induksi Siklofosfamid. Skripsi.
Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.

Sumpena, Y., Sofyan, R., dan Rusilawati,


R. (2009). Uji Mutagenisitas
Benzo(α)piren Dengan Metode
Mikronukleus Pada Sumsum
Tulang Mencit Albino (Mus
musculus). CDK. 36(1): 35.

Wakidi, R.F. (2012). Efek Protektif


Vitamin C dan E Terhadap Mutu
Sperma Mencit Jantan Dewasa
Yang di Pajan Dengan
Monosodium Glutamat. Tesis.
Medan: Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara.

36

Anda mungkin juga menyukai