Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin dalam kandungan. Masih banyak
kasus lain yang lebih penting untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah tersebut bisa
mengganggu kesehatan.
Kuretase tak bisa asal dilakukan. Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada
persetujuan dari pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari
hasil diagnosa.
Kebanyakan wanita memang punya bayangan mengerikan tentang proses kuretase. Mulai
rasa sakit sampai khawatir terjadi efek samping. Padahal, menurut konsultan fertilitas dan
endokrinolog RS Cipto Mangunkusumo, dr. Muharam, Sp.OG (K), kuretase justru penting
dilakukan untuk mempersiapkan kehamilan selanjutnya.
Tanpa kuretase, justru bisa memperbesar gangguan pada alat reproduksi wanita, serta
dapat menyebabkan kesulitan memiliki keturunan. Tak hanya untuk kesehatan reproduksi,
kuretase juga bisa dilakukan untuk mengetahui siklus haid yang normal hingga mendeteksi
adanya keganasan sel di dalam rahim

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan).
Kuretase adalah serangkaian proses pelepasan jaringan yang melekat pada dinding kavum
uteri dengan melakukan invasi dan memanipulasi instrument (sendok kuret) ke dalam kavum
uteri.
Kuretase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan). Sebelum melakukan kuretase, penolong harus melakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan letak uterus, keadaan serviks dan besarnya uterus. Gunanya untuk
mencegah terjadinya bahaya kecelakaan misalnya perforasi.
Kuret adalah tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Jaringan itu
sendiri bisa berupa tumor, selaput rahim, atau janin yang dinyatakan tidak berkembang
maupun sudah meninggal. Dengan alasan medis, tidak ada cara lain jaringan semacam itu
harus dikeluarkan. ( Dr. H. Taufik Jamaan, Sp.OG )
Sebuah kuret adalah alat bedah yang dirancang untuk mengorek jaringan biologis atau
puing di sebuah biopsi, eksisi, atau prosedur pembersihan. (Michelson, 1988).

2. Tujuan Kuretase

Menurut ginekolog dari Morula Fertility Clinic, RS Bunda, Jakarta, tujuan kuret ada dua
yaitu:

 Sebagai terapi pada kasus-kasus abortus. Intinya, kuret ditempuh oleh dokter untuk
membersihkan rahim dan dinding rahim dari benda-benda atau jaringan yang tidak
diharapkan.

 Penegakan diagnosis. Semisal mencari tahu gangguan yang terdapat pada rahim,
apakah sejenis tumor atau gangguan lain. Meski tujuannya berbeda, tindakan yang
dilakukan pada dasarnya sama saja. Begitu juga persiapan yang harus dilakukan
pasien sebelum menjalani kuret.

3. Indikasi

Kuretase bukan ditujukan untuk menggugurkan janin dalam kandungan. Masih banyak kasus
lain yang lebih penting untuk dilakukan tindakan kuretase, karena masalah tersebut bisa
mengganggu kesehatan.

2
Kuretase tak bisa asal dilakukan. Selain harus ada indikasi medis, juga harus ada persetujuan
dari pasangan suami-istri. Dan, keputusan tersebut ditentukan oleh tim dokter dari hasil
diagnosa.

Beberapa kondisi dimana seorang wanita harus menjalani kuretase:

1. Jiwa ibu terancam oleh kehamilan

Ada kalanya kehamilan dapat mengancam jiwa ibu, karena ibu mempunyai kelainan. Seperti
kelainan jantung atau paru-paru. Wanita dengan kelainan organ penting berisiko tinggi bila
hamil. Misalnya, mengalami kelainan pada paru-paru, untuk berbaring saja sesak apalagi
kalau hamil, dimana ada tekanan pada paru-paru risikonya akan makin besar.

2. Perdarahan pascapersalinan

Kehamilan dan kelahiran bisa saja lancar. Namun, ada kalanya terjadi perdarahan hebat
pascapersalinan akibat sisa-sisa jaringan yang belum keluar atau terlepas. Pada kondisi ini,
tindakan kuretase harus dilakukan untuk membersihkan sisa-sisa jaringan yang masih
tertinggal agar perdarahan tidak terus terjadi. Perdarahan pascapersalinan ini bisa langsung
terjadi setelah melahirkan, tapi bisa juga satu minggu atau satu bulan kemudian.

3. Ada gangguan haid

Kuretase bisa saja dilakukan pada wanita yang tidak hamil, yang mengalami perdarahan
akibat gangguan haid. Gangguan haid seperti itu, seringkali tidak dapat diatasi dengan obat-
obatan. Begitupun dengan perdarahan yang terjadi pada wanita usia di atas 40 tahun, yang
juga terjadi akibat gangguan haid. Pada kondisi seperti itu, harus dilakukan kuretase, dengan
dua tujuan. Pertama, untuk menghentikan perdarahan akibat adanya sisa-sisa jaringan yang
masih tertinggal dan kedua untuk mencari kepastian apakah jaringan tersebut ganas atau
tidak. Bila mengandung keganasan, akan ditentukan pengobatan selanjutnya sehingga
keganasan tersebut segera dapat dihentikan atau diminimalkan.

4. Kehamilan bermasalah

Wanita yang kehamilannya mengalami masalah, seperti hamil anggur, hamil kosong, ataupun
janin meninggal dalam kandungan, juga harus diatasi dengan kuretase untuk mengeluarkan
sisa-sisa jaringan. Untuk mencegah perdarahan yang bisa saja terjadi.

Banyak wanita yang takut menjalani kuretase. Tapi, bila mengalami masalah seperti yang
telah disebutkan, mau tidak mau kuretase harus dilakukan demi menyelamatkan nyawa.
Tindakan kuretase sebaiknya dilakukan pada trimester pertama atau maksimal janin berusia
12 minggu. Sebab, pada saat itu janin belum begitu besar, dan keamanannya cukup tinggi.
Tapi, pada kasus lain, misalnya, janin meninggal dalam kandungan usia 4-5 bulan pun bisa
dilakukan meski risikonya lebih tinggi.

3
Tindakan kuretase memang relatif aman dilakukan saat usia kehamilan baru menginjak
trimester pertama. Sebab, pada saat itu risiko terjadinya efek samping sangat kecil.

Indikasi Kuretase :

1. Abortus incomplete ( keguguran saat usia kehamilan < 20 mg dengan didapatkan sisa-sisa
kehamilan, biasanya masih tersisa adanya plasenta). Kuretase dalam hal ini dilakukan untuk
menghentikan perdarahan yang terjadi oleh karena keguguran. Mekanisme perdarahan pada
kasus keguguran adalah dengan adanya sisa jaringan menyebabkan rahim tidak bisa
berkontraksi dengan baik sehingga pebuluh darah pada lapisan dalam rahim tidak dapat
tertutup dan menyebabkan perdarahan.

2. Blighted ova ( janin tidak ditemukan, yang berkembang hanya plasenta ). Dalam kasus ini
kuretase harus dilakukan oleh karena plasenta yang tumbuh akan berkembang menjadi suatu
keganasan, seperti chorio Ca, penyakit trophoblas ganas pada kehamilan.

3. Dead conseptus ( janin mati pada usia kehamilan < 20 mg ). Biasanya parameter yang jelas
adalah pemeriksaan USG, dimana ditemukan janin tetapi jantung janin tidak berdenyut.
Apabila ditemukan pada usia kehamilan 16-20mg, diperlukan obat perangsang persalinan
untuk proses pengeluaran janin kemudian baru dilakukan kuretase. Akan tetapi bila
ditemukan saat usia kehamilan < 16 mg dapat langsung dilakukan kuretase.

4. Abortus MOLA ( tidak ditemukannya janin, yang tumbuh hanya plasenta dengan
gambaran bergelembung2 seperti buah anggur, yang disebut HAMIL ANGGUR ). Tanda2
hamil anggur adalah tinggi rahim tidak sesuai dengan umur kehamilannya. Rahim lebih cepat
membesar dan apabila ada perdarahan ditemukan adanya gelembung2 udara pada darah. Hal
ini juga dapat menjadi suatu penyakit keganasan trophoblas pada kehamilan.

5. Menometroraghia ( perdarahan yang banyak dan memanjang diantara siklus haid ).


Tindakan kuretase dilakukan disamping untuk menghentikan perdarahan juga dapat
digunakan untuk mencari penyebabnya, oleh karena ganguan hormonal atau adanya tumor
rahim ( myoma uteri ) atau keganasan ( Kanker endometrium ) setelah hasil kuretase
diperiksa secara mikroskopik ( Patologi Anatomi jaringan endometrium ).

4. Persiapan Sebelum Kuretase

A. Konseling pra tindakan :


1. Memberi informed consent
2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita
3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan kuretase yang akan dilakukan:
garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan
4. memeriksa keadaan umum pasien, bila memungkinkan pasien dipuasakan.

4
B. Pemeriksaan sebelum curretage
1. USG (ultrasonografi)
2. Mengukur tensi dan Hb darah
3. Memeriksa sistim pernafasan
4. Mengatasi perdarahan
5. Memastikan pasien dalam kondisi sehat dan fit

C. Persiapan Tindakan

1) Menyiapkan pasien

 mengosongkan kandung kemih


 membersihkan genetalia eksterna
 membantu pasien naik ke meja ginek
 Lakukanlah pemeriksaan umum : Tekanan Darah, Nadi, Keadaan Jantung, dan Paru –
paru dan sebagainya.
 Pasanglah infuse cairan sebagai profilaksis
 Pada umumnya diperlukan anestesi infiltrasi local atau umum secara IV dengan
ketalar.
 Sebelum masuk ke ruang operasi, terlebih dahulu pasien harus dipersiapkan dari
ruangan
 Puasa: Saat akan menjalani kuretase, dilakukan puasa 4-6 jam sebelumnya.
Tujuannya supaya perut dalam keadaan kosong sehingga kuret bisa dilakukan dengan
maksimal.
 Cek adanya perdarahan

Persiapan Psikologis

Setiap ibu memiliki pengalaman berbeda dalam menjalani kuret. Ada yang bilang kuret
sangat menyakitkan sehingga ia kapok untuk mengalaminya lagi. Tetapi ada pula yang biasa-
biasa saja. Sebenarnya, seperti halnya persalinan normal, sakit tidaknya kuret sangat
individual. Sebab, segi psikis sangat berperan dalam menentukan hal ini. Bila ibu sudah
ketakutan bahkan syok lebih dulu sebelum kuret, maka munculnya rasa sakit sangat mungkin
terjadi. Sebab rasa takut akan menambah kuat rasa sakit. Bila ketakutannya begitu luar biasa,
maka obat bius yang diberikan bisa tidak mempan karena secara psikis rasa takutnya sudah
bekerja lebih dahulu. Walhasil, dokter akan menambah dosisnya.

Sebaliknya, bila saat akan dilakukan kuret ibu bisa tenang dan bisa mengatasi rasa takut,
biasanya rasa sakit bisa teratasi dengan baik. Meskipun obat bius yang diberikan kecil sudah
bisa bekerja dengan baik. Untuk itu sebaiknya sebelum menjalani kuret ibu harus
mempersiapkan psikisnya dahulu supaya kuret dapat berjalan dengan baik. Persiapan psikis
bisa dengan berusaha menenangkan diri untuk mengatasi rasa takut, pahami bahwa kuret
adalah jalan yang terbaik untuk mengatasi masalah yang ada. Sangat baik bila ibu meminta

5
bantuan kepada orang terdekat seperti suami, orangtua, sahabat, dan lainnya. Bila diperlukan,
gunakan jasa psikolog apabila ibu tak yakin dapat mengatasi masalah ini sendirian.

 Mengganti baju pasien dengan baju operasi


 Memakaikan baju operasi kepada pasien dan gelang sebagai identitas
 Pasien dibawa ke ruang operasi yang telah ditentukan
 Mengatur posisi pasien sesuai dengan jenis tindakan yang akan dilakukan, kemudian
pasien dibius dengan anesthesi narkose
 Setelah pasien tertidur, segera pasang alat bantu napas dan monitor EKG
 Bebaskan area yang akan dikuret

2) Persiapan petugas

a) mencuci tangan dengan sabun antiseptic

b) baik dokter maupun perawat instrumen melakukan cuci tangan steril

c) memakai perlengkapan : baju operasi, masker dan handscoen steril

d) Perawat instrumen memastikan kembali kelengkapan alat-alat yang akan digunakan


dalamtindakan kuret

e) Alat disusun di atas meja mayo sesuai dengan urutan

3) Persiapan alat dan obat :

a) Alat tenun, terdiri dari :

• baju operasi

• laken

• doek kecil

• sarung meja mayo

b) Alat-alat kuretase hendaknya telah tersedia alam bak alat dalam keadaan aseptic berisi :

• Speculum dua buah (Spekullum cocor bebek (1) dan SIMS/L (2) ukuran S/M/L)
speculum 2 Buah.
• Sonde (penduga) uterus
• Cunam muzeus atau Cunam porsio
• Berbagai ukuran busi (dilatator) Hegar
• Bermacam – macam ukuran sendok kerokan (kuret 1 SET)
• Cunam tampon (1 buah)
• Pinset dan klem

6
• Kain steril, dan sarung tangan dua pasang.
• Menyiapkan alat kuret AVM
• Ranjang ginekologi dengan penopang kaki
• Meja dorong / meja instrument
• Wadah instrumen khusus ( untuk prosedur AVM )
• AVM Kit (tabung, adaptor, dan kanula)
• Tenakulum (1 buah)
• Klem ovum/fenster (2 buah)
• Mangkok logam
• Dilagator/ busi hegar (1 set)
• Lampu sorot
• Kain atas bokong dan penutup perut bawah
• Larutan anti septik (klorheksidin, povidon iodin, lkohol)
• Tensimeter dan stetoskop
• Sarung tangan DTT dan alas kaki
• Set infus
• Abocatt
• Cairan infus
• Wings
• Kateter Karet 1 buah
• Spuit 3 cc dan 5 cc

2. Obat-obatan :

• Analgetik ( petidin 1-2 mg/Kg BB)

Indikasi

Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah

Kontra indikasi

Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan
otak atau cedera kepala

Efek samping

Mual, muntah, konstipasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan


Sediaan Petidin (generik) injeksi 50 mg/ml, tabl 50 mg

• Ketamin HCL 0.5 ml/ Kg BB

Ketamine (Ketalar or Ketaject) merupakan arylcyclohexylamine yang memiliki struktur


mirip dengan phencyclidine. 11 Ketamin pertama kali disintesis tahun 1962, dimana

7
awalnya obat ini disintesis untuk menggantikan obat anestetik yang lama
(phencyclidine) yang lebih sering menyebabkan halusinasi dan kejang. Obat ini
pertama kali diberikan pada tentara amerika selama perang Vietnam. Ketamin
hidroklorida adalah golongan fenil sikloheksilamin, merupakan “rapid acting non
barbiturate general anesthesia”. Ketalar sebagai nama dagang yang pertama kali
diperkenalkan oleh Domino dan Carson tahun 1965 yang digunakan sebagai anestesi
umum. Ketamin kurang digemari untuk induksi anastesia, karena sering menimbulkan
takikardi, hipertensi , hipersalivasi , nyeri kepala, pasca anasthesi dapat menimbulkan
muntah – muntah , pandangan kabur dan mimpi buruk. Ketamin juga sering
menebabkan terjadinya disorientasi, ilusi sensoris dan persepsi dan mimpi gembira
yang mengikuti anesthesia, dan sering disebut dengan emergence phenomena.

Mekanisme kerja

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa blok terhadap reseptor opiat dalam otak
dan medulla spinalis yang memberikan efek analgesik, sedangkan interaksi terhadap
reseptor metilaspartat dapat menyebakan anastesi umum dan juga efek analgesik.

Efek farmakologis

Efek pada susunan saraf pusat

Apabila diberikan intravena maka dalam waktu 30 detik pasien akan mengalami
perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata berupa kelopak mata
terbuka spontan dan nistagmus. Selain itu kadang-kadang dijumpai gerakan yang tidak
disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang. Apabila diberikan
secara intramuskular, efeknya akan tampak dalam 5-8 menit, sering mengakibatkan
mimpi buruk dan halusinasi pada periode pemulihan sehingga pasien mengalami
agitasi. Aliran darah ke otak meningkat, menimbulkan peningkatan tekanan darah
intrakranial.

Efek pada mata

Menimbulkan lakrimasi, nistagmus dan kelopak mata terbuka spontan, terjadi


peningkatan tekanan intraokuler akibat peningkatan aliran darah pada pleksus
koroidalis.

Efek pada sistem kardiovaskular.

Ketamin adalah obat anestesia yang bersifat simpatomimetik, sehingga bisa


meningkatkan tekanan darah dan jantung. Peningkatan tekanan darah akibat efek
inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer.

8
Efek pada sistem respirasi

Pada dosis biasa, tidak mempunyai pengaruh terhadap sistem respirasi. dapat
menimbulkan dilatasi bronkus karena sifat simpatomimetiknya, sehingga merupakan
obat pilihan pada pasien ashma.

Dosis dan pemberian

Ketamin merupakan obat yang dapat diberikan secara intramuskular apabila akses
pembuluh darah sulit didapat contohnya pada anak – anak. Ketamin bersifat larut air
sehingga dapat diberikan secara I.V atau I.M. dosis induksi adalah 1 – 2 mg/KgBB
secara I.V atau 5 – 10 mg/Kgbb I.M , untuk dosis sedatif lebih rendah yaitu 0,2
mg/KgBB dan harus dititrasi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Untuk
pemeliharaan dapat diberikan secara intermitten atau kontinyu. Emberian secara
intermitten diulang setiap 10 – 15 menitdengan dosis setengah dari dosis awal sampai
operasi selesai.

Efek samping

Dapat menyebabkan efek samping berupa peningkatan sekresi air liur pada mulut,selain
itu dapat menimbulkan agitasi dan perasaan lelah , halusinasi dan mimpi buruk juga
terjadi pasca operasi, pada otot dapat menimbulkan efek mioklonus pada otot rangka
selain itu ketamin juga dapat meningkatkan tekanan intracranial. Pada mata dapat
menyebabkan terjadinya nistagmus dan diplopia.

Kontra indikasi

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks seperti yang telah


disebutkan diatas, maka penggunaannya terbatas pada pasien normal saja. Pada pasien
yang menderita penyakit sistemik penggunaanya harus dipertimbangkan seperti tekanan
intrakranial yang meningkat, misalnya pada trauma kepala, tumor otak dan operasi
intrakranial, tekanan intraokuler meningkat, misalnya pada penyakit glaukoma dan
pada operasi intraokuler. Pasien yang menderita penyakit sistemik yang sensitif
terhadap obat – obat simpatomimetik, seperti ; hipertensi tirotoksikosis, Diabetes
militus , PJK dll.

• Tramadol 1-2 mg/ BB

Indikasi

Nyeri sedang sampai berat

Kontra indikasi

Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan
otak atau cedera kepala

9
Efek samping

Mual, muntah, konstpasi, ketergantungan / adiksi pada over dosis menimbulkan


keracunan dan dapat menyebabkan kematian. Sediaan Tramadol (generik) injeksi 50
mg/ml, tablet 50 mg

• Sedativa ( diazepam 10 mg)

Indikasi

Pemakaian jangka pendek pada ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol
akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot.

Cara Pemberian

Injeksi i.m atau injeksi i.v lambat : (kedalam vena besar dengan kecepatan tidak lebih
dari 5 mg/menit)untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut,
penghentian alkohol akut, 10 mg, jika perlu ulangi setelah 4 jam.Catatan : Rute i.m
hanya digunakan jika rute oral dan i.v tidak mungkin diberikan.

Kontraindikasi

Depresi pernafasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut,
glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi
prematur; tidak boleh digunakan sebagai terapi tunggal pada depresi atau ansietas yang
disertai dengan depresi.

Efek Samping

Efek samping pada susunan saraf pusat : rasa lelah, ataksia, rasa malas, vertigo, sakit
kepala, mimpi buruk dan efek amnesia. Efek lain : gangguan pada saluran pencernaan,
konstipasi, nafsu makan berubah, anoreksia, penurunan atau kenaikan berat badan,
mulut kering, salivasi, sekresi bronkial atau rasa pahit pada mulut.

• Atropine sulfas 0.25- 0.50 mg/ml

Indikasi

Spasme/kejang pada kandung empedu, kandung kemih dan usus, keracunan fosfor
organik.

10
Kontraindikasi

Glaukoma sudut tertutup, obstruksi/sumbatan saluran pencernaan dan saluran kemih,


atoni (tidak adanya ketegangan atau kekuatan otot) saluran pencernaan, ileus
paralitikum, asma, miastenia gravis, kolitis ulserativa, hernia hiatal, penyakit hati dan
ginjal yang serius.

Dosis : 0.25- 0.50 mg/ml

• Oksigen dan regulator

Pemberian oksigen dilakukan setelah post operasi pasien diberikan oksigen 2


liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan pasien sampai dipindahkan
ke ruangan perawatan.

5. Perawatan Setelah Kuretase

Perawatan usai kuretase pada umumnya sama dengan operasi-operasi lain. Harus menjaga
bekas operasinya dengan baik, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat, tidak melakukan
hubungan intim untuk jangka waktu tertentu sampai keluhannya benar-benar hilang, dan
meminum obat secara teratur. Obat yang diberikan biasanya adalah antibiotik dan penghilang
rasa sakit. Jika ternyata muncul keluhan, sakit yang terus berkepanjangan atau muncul
perdarahan, segeralah memeriksakan diri ke dokter. Mungkin perlu dilakukan tindakan kuret
yang kedua karena bisa saja ada sisa jaringan yang tertinggal. Jika keluhan tak muncul,
biasanya kuret berjalan dengan baik dan pasien tinggal menunggu kesembuhannya.

Hal-hal yang perlu juga dilakukan:

1. Setelah pasien sudah dirapihkan, maka perawat mengobservasi keadaan pasien dan terus
memastikan apakah pasien sudah bernapas spontan atau belum

2. Setelah itu pasien dipindahkan ke recovery room

3. Melakukan observasi keadaan umum pasien hingga kesadaran pulih

4. Pasien diberikan oksigen 2 liter/menit melalui nasal kanule dan tetap observasi keadaan
pasien sampai dipindahkan ke ruangan perawatan.

5. Konseling pasca tindakan

6. Melakukan dekontaminasi alat dan bahan bekas operasi

11
6. Dampak Setelah Kuretase

Terkadang kuret tidak berjalan lancar. Meskipun telah dilakukan oleh dokter kandungan yang
sudah dibekali ilmu kuret namun kekeliruan bisa saja terjadi. Bisa saja pada saat
melakukannya dokter kurang teliti, terburu-buru, atau jaringan sudah kaku atau membatu
seperti pada kasus abortus yang tidak ditangani dengan cepat. Berikut adalah dampaknya:

a. Perdarahan

Bila saat kuret jaringan tidak diambil dengan bersih, dikhawatirkan terjadi perdarahan. Untuk
itu jaringan harus diambil dengan bersih dan tidak boleh tersisa sedikit pun. Bila ada sisa
kemudian terjadi perdarahan, maka kuret kedua harus segera dilakukan. Biasanya hal ini
terjadi pada kasus jaringan yang sudah membatu. Banyak dokter kesulitan melakukan
pembersihan dalam sekali tindakan sehingga ada jaringan yang tersisa. Namun biasanya bila
dokter tidak yakin sudah bersih, dia akan memberi tahu kepada si ibu, “Jika terjadi
perdarahan maka segera datang lagi ke dokter.”

b. Cerukan di Dinding Rahim

Pengerokan jaringan pun harus tepat sasaran, jangan sampai meninggalkan cerukan di
dinding rahim. Jika menyisakan cerukan, dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan rahim.

c. Gangguan Haid

Jika pengerokan yang dilakukan sampai menyentuh selaput otot rahim, dikhawatirkan akan
mengganggu kelancaran siklus haid.

d. Infeksi

Jika jaringan tersisa di dalam rahim, muncul luka, cerukan, dikhawatirkan bisa memicu
terjadinya infeksi. Sebab, kuman senang sekali dengan daerah-daerah yang basah oleh cairan
seperti darah.

e. Kanker

Sebenarnya kecil kemungkinan terjadi kanker, hanya sekitar 1%. Namun bila kuret tidak
dilakukan dengan baik, ada sisa yang tertinggal kemudian tidak mendapatkan penanganan
yang tepat, bisa saja memicu munculnya kanker. Disebut kanker trofoblast atau kanker yang
disebabkan oleh sisa plasenta yang ada di dinding rahim.

Efek Samping Dari Tindakan Kuret

1. Rahim berlubang

12
Kuretase memungkinkan terjadinya lubang pada rahim, atau di dunia kedokteran disebut
perforasi uterus. Hal itu bisa terjadi karena pada saat hamil, dinding rahim sangat lunak,
sehingga berisiko tinggi untuk terjadinya lubang akibat pengerokan sisa-sisa jaringan.

Risiko terjadinya lubang pada rahim semakin besar bila kuretase dilakukam pada ibu yang
hamil anggur. Sebab, ada tahapan yang harus dilakukan sebelum sampai pada tindakan
keretase. Pada hamil anggur, perut ibu biasanya cukup besar. Usia tiga bulan saja biasanya
sudah seperti enam bulan. Karena itu, sebelum kuretase dilakukan, dokter akan mengevakuasi
posisi kehamilan menggunakan vacuum lebih dulu, baru mengerok menggunakan sendok
tajam untuk mengeluarkan sisa-sisa jaringan.

2. Infeksi

Tindakan kuretase memungkinkan terjadinya infeksi, akibat adanya perlukaan. Tapi, dengan
pengobatan yang tepat, infeksi itu biasanya cepat sembuh.

3. Sindrom Asherman

Sindrom Asherman adalah terjadinya perlekatan pada lapisan dinding dalam rahim. Karena
lengket, jaringan selaput lendir rahim tidak terbentuk lagi. Akibatnya, pasien tidak mengalami
haid. Ini memang bisa terjadi, karena selaput lendir rahim terkikis habis saat tindakan
kuretase. Tapi hal itu masih bisa diatasi dengan pemberian obat, sehingga pasien bisa haid
kembali.

4. Keluar Flek

Flek-flek darah bisa saja keluar setelah tindakan kuretase dilakukan, sampai satu minggu
kemudian. Keluarnya flek-flek darah itu sangat wajar. Tapi, bagaimanapun harus tetap
dikonsultasikan pada dokter, agar bisa diwaspadai. Sebab, bisa saja keluarnya vlek tersebut
karena adanya gangguan pada fungsi pembekuan darah.

5. Mual dan pusing

Mual dan pusing bisa terjadi akibat pembiusan yang dilakukan. Tapi, kalau muntah pada saat
pasien sedang tidak sadar diri, hal itu perlu diwaspadai.

6. Nyeri

Rasa nyeri, terutama di perut bagian bawah, bisa timbul setelah tindakan kuretase dilakukan.
Untuk menguranginya, dokter biasanya akan memberikan obat-obatan pereda nyeri. Dan
biasanya akan cepat hilang.

13
DAFTAR ISI

Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kebidanan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedia.

Cunningham, MacDonald, Grant: Operative Obstetric, cesarean Delivery and Postpartum


Hysterectomi. William Obstetric 21th ed, 2001, 537-60

Division of Maternal Fetal Medicine & Prenatal Diagnosis Risk of Uterine Rupture during Labor
among Women with a Prior Cesarean Delivery

Fernando Arias, M.D. PhD, Practical Guide to High Risk Pregnancy and Delivery

http : // www.ssat.com/cgi-bin/preg 7.cgi ? offiliation = student & referer.

http://www.emedicine.com/med/topic 836.htm.

Phillips Steer, British Medical Journal. Clinical Review. Preterm dan Posterm Labor

http://www.pathology.ubc.ca

14

Anda mungkin juga menyukai