Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi merupakan gangguan orintasi realita, karena terganggunya fungsi otak :
kognitif dan proses pikir, fungsi persepsi, fungsi emosi, fungsi motorik dan fungsi sosial.
Gangguan terhadap fungsi kognitif dan persepsi akan mengakibatkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu, sedangkan gangguan fungsi emosi, motorik dan sosial akan
mengakibatkan terganggunya kemampuan berespon yakni perilaku non verbal (Ekspresi,
gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan hubungan sosial). Memperhatikan perilaku klien
seperti ini tentu akan menjadi suatu hal yang perlu direspon oleh perawat profesional, paling
tidak mengeliminir masalah-masalah yang ada sehingga keadaan seorang pasien tidak
berkembang menjadi lebih berat (perilaku agresif/perilaku kekerasan )
B. Tujuan Penulisan
Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan Asuhan keperawatan pada klien
dengan halusinasi, diharapkan akan mampu mengidentifikasikan seluruh masalah yang terjadi
sehubungan dengan halusinasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Halusinasi ialah pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada panca indera seorang
pasien, yang terjadi dalam kehidupan sadar atau bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional,
psikopatik ataupun histerik (Maramis, 2005). Kemudian Sunaryo (2004) menjelaskan bahwa
halusinasi merupakan bentuk kesalahan pengamatan tanpa pengamatan objektivitas penginderaan
dan tidak disertai stimulus fisik yang adekuat.
B. Jenis-Jenis Halusinasi
Stuart dan Sundeen’s (2004) menyebutkan “hallucinations may occur in any of the five
major sensory modalities including : auditory (sound), visual (sight), tactile (touch), gustatory
(taste) and olfactory (smell)”. Arti dari kalimat di atas, Stuart dan Sundeen’s menyebutkan
bahwa jenis-jenis halusinasi dapat terjadi disalah satu dari lima modalitas sensorik utama
termasuk pendengaran (suara), visual (melihat), taktil (sentuhan), gustatory (rasa) dan penciuman
(bau).
C. Tanda dan Gejala
Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala klien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi adalah :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri;
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain;
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata;
4. Tidak dapat memusatkan perhatian;
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), dantakut;
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
D. Faktor Penyebab
1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
a. Faktor Perkembangan
b. Faktor Sosiokultural
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologis
e. Faktor Genetik dan Pola Asuh
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi terjadinya
gangguan halusinasi adalah :
a. Biologis
b. Stress lingkungan
c. Sumber koping

E. Rentang Respon

Gambar Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )


F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Untuk dapat menjaring data yang diperlukan umunya, dikembangkan formulir pengkajian dan
petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Isi pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama atau alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik atau biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medik
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Stuart dan Laraia yang dikutip oleh Keliat (2005) diagnosa keperawatan adalah
identifikasi atau penilaian terhadap pola respons klien baik aktual maupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul klien dengan masalah utama perubahan
persepsi sensori : halusinasi menurut Yosep (2009) adalah sebagai berikut :
a. Resiko tinggi perilaku kekerasan.
b. Perubahan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial.
d. Harga diri rendah kronis.
3. Perencanaan
Intervensi keperawatan atau perencanaan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang diharapkan dan
tujuan pemulangan (Doenges, 1999).
Intervensi keperawatan klien dengan masalah utama perubahan persepsi sensori
halusinasi (Komite Keperawatan RSKD. Atma Husada Mahakam Samarinda, 2009) adalah :
a. Tujuan
Klien mampu membina hubungan saling percaya.
b. Kriteria evaluasi
Klien dapat mengungkapkan perasaan dan keadaannya saat ini secara verbal.
c. Intervensi
SP. 1 P
1) Salam terapeutik;
2) Perkenalkan diri;
3) Jelaskan tujuan interaksi;
4) Ciptakan lingkungan yang tenang;
5) Buat kontrak yang jelas;
6) Yakinkan bahwa kerahasiaan pasien senantiasa terjaga;
7) Tanyakan harapan terhadap pertemuan.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat mengaplikasikan ke dalam
bentuk intervensi keperawatan guna membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap implementasi adalah
kemampuan komunikasi yang efektif, kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya
dan saling bantu, kemampuan melakukan tehnik psikomotor, kemampuan melakukan observasi
sistemis, kemampuan memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan kemampuan
evaluasi (Asmadi, 2008).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan
pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP
sebagai pola pikir. S, merupakan respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan
nafas dalam?”.
O, merupakan respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan. Dapat diukur dengan mengobservasi perilaku klien pada saat tindakan dilakukan.
Atau menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik sesuai dengan
hasil observasi.
A, adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah
yang ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respons
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan tindak lanjut oleh perawat.

6. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan yaitu
sebagai segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang
bukti bagi individu yang berwenang. Dokumentasi keperawatan juga mendeskripsikan tentang
status dan kebutuhan klien yang komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan
klien (Potter & Perry, 2005). Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien (Keliat,
2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi banyak terjadi pada klien schizofrenia dengan masalah keperawatan harg diri
rendah dan atau menarik diri. Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap
rangsangan eksternal dan atau internal.
Perencanaan keperawatan dengan masalah utama halusinasi berfokus pada intervensi :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Orientasi alam realita
3. Tingkatkan aktifitas
B. Saran
Halusinasi merupakan perubahan persepsi sensori terhadap rangsangan eksternal dan atau
internal sehingga menimbulkan resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan,
untuk itu perawat dan keluarga perlu mengenal tanda dan gejala halusinasi dan membawa klien
ke alam realita.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta :EGC.
Doenges, Mrylin E, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.
Jallo, Harnawati Andi. (2008). Askep Halusinasi. Diperoleh melalui link
:http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/16/askep-halusinasi/ pada tanggal 22 juli 2010 10.58.
Keliat, Anna Budi. (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Maramis, W. F. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press.

Anda mungkin juga menyukai