Politik Indonesia
Indonesian Political Science Review
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPI
Sejarah Artikel:
Setelah berhasil menyelenggarakan Pilkada Serentak 9 Desember 2015 sebagai salah
Diterima 31 Maret 2016 satu upaya penguatan demokrasi elektoral, Indonesia dihadapkan pada tantangan
Disetujui 15 Juni 2016 membangun subtansi demokrasi. Salah satu yang layak untuk dievaluasi adalah sistem
Dipublikasi 15 Juli 2016
Pilkada langsung oleh rakyat. Meskipun telah dilakukan secara serentak, Pilkada secara
Keywords:
Simultaneous Local
langsung masih terlalu boros, belum menghasilkan pemimpin ideal, bahkan banyak
Elections; Direct yang tersangkut kasus korupsi, dan yang paling penting tidak sejalan dengan demokrasi
Democracy; Democracy of khas Indonesia. Pancasila mengamanatkan bahwa demokrasi Indonesia adalah
Pancasila
demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan-
perwakilan. Inilah yang disebut demokrasi modern. Pilkada melalui DPRD secara
serentak adalah solusi untuk mewujudkan Pilkada demokratis khas Indonesia.
Abstract
Unison in the succeeding organized the elections after December 9, 2015 as part of
efforts to strengthen electoral democracy, Indonesia faced with the challenges of
building a democratic substance. One that deserves to be evaluated is a system of direct
election by the people. Although it has been conducted simultaneously, direct election is
still too extravagant, yet produces the ideal leader, even a lot of them were involved in
corruption cases, and most important their actions are not in line with the Indonesian
democracy typical. Pancasila mandates that Indonesia's democracy is a democracy that
is led by the inner wisdom of deliberations-representation. This is called modern
democracy. Through Parliament elections simultaneously is the solution to realize the
Indonesian democratic elections typical.
155
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
156
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
157
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
158
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
159
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
160
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
69
demokrasi modern inilah yang dicita-citakan
Soekarno dalam Yudi Latif, Negara Paripurna:
Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila, oleh founding fathers negara-bangsa
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), h. 476
161
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
Indonesia. Namun, apa yang membedakan ada perbaikan kualitas demokrasi di tingkat
demokrasi perwakilan yang digagas Soekarno, nasional. Bisa dikatakan, jika kualitas
Hatta, Yamin, dan tokoh-tokoh lainnya demokrasi lokal kacau, maka bisa dipastikan,
dengan Demokrasi Barat? As’ad Said Ali kualitas demokrasi nasional juga akan
berpendapat bahwa Soekarno tidak setuju mengalami hal sama, begitu pula sebaliknya.
dengan Demokrasi Barat, karena demokrasi Larry Diamond, sebagaimana dikutip
ini, misalnya, didominasi kapitalis pemilik oleh Prof. Dr. Kacung Marijan,
modal, tirani mayoritas, dan sebagainya. mengemukakan beberapa alasan jika
Demokrasi model ini tidak akan mampu pemerintah daerah, termasuk DPRD, memiliki
mewujudkan kekokohan bangsa. Oleh sebab peran penting untuk mempercepat vitalitas
itu, Soekarno mencari alternative bagaimana demokrasi. Pertama, pemerintah daerah dapat
demokrasi yang dijalankan bisa membantu mengembangkan nilai-nilai dan
mencerminkan “kebersamaan” dan “keadilan keterampilan berdemokrasi di kalangan
sosial”, dua istilah yang perlu digarisbawahi warganya. Kedua, pemerintah daerah dapat
karena menjadi kata-kata kunci dari gagasan meningkatkan akuntabilitas dan
demokrasi yang hendak dicari (Ali, 2009). pertanggungjawaban kepada berbagai
kepentingan yang ada di daerah. Ketiga,
Demokrasi di Daerah pemerintah daerah dapat menyediakan saluran
Pilkada merupakan salah satu wujud dan akses tambahan terhadap kelompok-
demokrasi yang ada di daerah. Upaya mencari kelompok yang secara historis
pemimpin daerah terbaik, sehingga bisa termarginalisasi. Ketika hal ini dipenuhi,
mewujudkan cita-cita daerah ini dilakukan terdapat kecenderungan adanya tingkat
dalam rangka membentuk masyarakat yang keterwakilan demokrasi yang lebih baik.
demokratis (free societies). Oleh sebab itu, Keempat, pemerintah daerah bisa memberikan
demokrasi di daerah perlu mendapatkan kesempatan kepada partai-partai atau fraksi-
perhatian yang memadai. Menurut Brian C. fraksi untuk melakukan oposisi di dalam
Smith, harus disadari bahwa munculnya kekuasaan politik (Marijan, 2011). Alasan-
perhatian terhadap transisi demokrasi di alasan tersebut menunjukkan betapa
daerah berangkat dari suatu keyakinan bahwa pentingnya penguatan demokratisasi yang ada
adanya demokrasi di daerah merupakan di daerah, guna mendorong kualitas
prasyarat bagi munculnya demokrasi di demokrasi nasional yang bertabat.
tingkat nasional (Smith, 1998). Pendapat ini Untuk mempercepat proses
berangkat dari asumsi bahwa bahwa ketika transformasi menuju demokrasi di daerah, ada
terdapat perbaikan kualitas demokrasi di beberapa hal yang harus dilakukan, di
daerah, secara otomatis bisa dikatakan akan antaranya adalah memperkuat sistem
162
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
163
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
dan luasnya jaringan popularitas bukan karena dicatat bahwa di negara yang sebesar polis-
kompetensi dampaknya terlihat pada sistem polis di Yunani, yang penduduknya hanya
manajemen pemerintahan yang bobrok sekitar 60.000-an pun, banyak filsuf yang
sehingga paradigma yang hendak dicapai menolak demokrasi. Di antara alasan yang
yang seharusnya menuju kepada praktik good mereka ajukan adalah demokrasi hanya akan
governance bergeser menjadi bad menjadikan para badut sebagai pemimpin
governance. Tidak lahirnya civil society yang politik.70
diharapkan dapat menjadi instrumen kuat Jika dibiarkan, tentu hal ini tampak
terhadap hegemoni atas berbagai kepentingan paradoks dengan tujuan demokrasi itu sendiri,
hidup masyarakat oleh pemerintah melalui apalagi terhadap demokrasi lokal. Sebab, di
berbagai antek-antek yang dibagunnya era otonomi daerah, rakyat di daerah
bersama dengan para kapitalis sebagai menghendaki agar calon gubernur/wakil
mekanisme rent seeking, menjadikan gubernur, bupati/wakil bupati, dan
keterpurukan nilai demokrasi kembali pada walikota/wakil walikota, merupakan sosok
posisi sebatas prosedur semata (Alamsyah, pribadi yang memiliki kemampuan ideal
2012). dalam banyak hal (Ali, 2003). Dengan
Rendahnya kualitas pemimpin daerah perkataan lain, pemimpin daerah menjadi
ataupun nasional di alam demokrasi tentu tumpuan utama pembangunan di daerah agar
menjadi persoalan yang tidak boleh dibiarkan. bisa mencapai masyarakay adil dan makmur.
Karena bagaimanapun, sistem demokrasi yang Oleh sebab itu, demokrasi harus menghasilkan
dianggap sebagai sistem pemerintahan terbaik pemimpin yang diharapkan tersebut.
saat ini harus berbanding lurus dengan
kualitas pemimpin yang terbaik pula. Dalam Pemilihan Kepada Daerah Secara Serentak
konteks ini, Mohammad Nasih memberi yang Demokratis Menurut Pancasila dan
catatan terhadap proses penerapan demokrasi UUD NKRI 1945
di Indonesia yang hubungannya dengan media Indonesia telah memulai tonggak baru
massa. Menurutnya, jika demokrasi pembangunan demokrasi, yaitu pemilihan
diterapkan dalam negara yang besar, yang kepala daerah (Pilkada) dilakukan secara
muncul adalah calon-calon yang memoles diri serentak. Ketua Komisi Pemilihan Umum
untuk membuat kepalsuan menjadi seolah- (KPU) Husni Kamil Manik mengatakan,
olah asli. Masyarakat akan mengalami sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8
kesulitan besar untuk mengidentifikasi apakah Tahun 2015, Pilkada serentak dilakukan
figur yang muncul adalah asli atau palsu. bertahap. Yakni tahap pertama pada 9
Inilah kerumitan yang selama ini diabaikan
oleh para teoritikus juga pelaku politik. Perlu Mohammad Nasih, “Demokrasi dan Defisit Pemimpin
70
164
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
Desember 2015, tahap kedua Februari 2017, dilaksanakan secara demokratis, jujur, dan
tahap ketiga pada Juni 2018, tahap keempat adil.
tahun 2020, tahap kelima tahun 2022, dan Sejak tahun 2005, pemilihan kepala
tahap kelima tahun 2023. Jika semua tahapan daerah dilakukan secara langsung. Praktik ini
itu berjalan tanpa hambatan dan sesuai didasarkan pada ketentuan UU No. 32 Tahun
rencana, Pilkada serentak secara nasional baru 2004 dengan berlandaskan pada ketentuan
bisa dilaksanakan pada tahun 2027.71 Ini Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 yang
merupakan terobosan penting yang dilakukan menentukan bahwa Gubernur, Bupati, dan
pemerintah dalam mengupayakan Pilkada Walikota masing-masing sebagai kepala
sebagai momentum untuk memilih kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan
daerah secara terorganisir dan terstruktur kota dipilih secara demokratis. Apabila
dengan mempertimbangkan efisiensi. Ini dicermati, sesunggunnya ketentuan Pasal 18
merupakan langkah politik pemerintah yang ayat (4) UUD 1945 tersebut tidak menegaskan
patut mendapatkan apresiasi. Karena inilah keharusan bahwa Gubernur, Bupati dan
untuk pertama kalinya dalam sejarah Walikota harus dipilih melalui suatu
Indonesia, model pemilihan kepala daerah pemilihan yang dilaksanakan secara langsung.
secara serentak diberlakukan secara masif dan Akan tetapi, menurut Rozali Abdullah, oleh
bersamaan. karena Daerah merupakan bagian tak
Namun demikian, meski secara teknis terpisahkan dari Negara Republik Indonesia,
Pilkada serentak menjadi penanda majunya maka dalam melakukan pemilihan kepala
demokrasi elektoral di Indonesia, dari segi daerah dan wakil kepala daerah seharusnya
substansi, kualitas demokrasi masih perlu sinkron dengan pemilihan presiden dan wakil
dipertanyakan. Sebagai praktik baru dalam presiden, yaitu melalui pemilihan langsung
demokrasi lokal di Indonesia, pelaksanaan (Abdullah, 2005).
Pilkada serentak sejatinya membuka peluang Setelah proses percepatan demokrasi
untuk meningkatkan kualitas demokrasi di secara beruntun tersebut berjalan lebih lima
Indonesia. Pilkada akan menjadi penentu dari 10 tahun terhitung dari 1 Juni 2005,
nasib rakyat selama lima tahun ke depan, ternyata masih juga menyisakan banyak
sehingga yang diharapkan rakyat dalam persoalan, bahkan agenda pemilihan kepala
Pilkada adalah lahirnya pemimpin terbaik daerah secara langsung pun juga berkontribusi
yang akan membawa kemajuan peradaban menambah beban politik, social, bahkan
daerah. Karena itu, Pilkada haruslah beban finansial republik ini. Pemilihan kepala
daerah secara langsung terlalu boros, dan
71 Husni Kamil Manik, “Ketua KPU: Pilkada Serentak, tidak seimbang dengan cost politik yang telah
Sejarah Sekaligus Tantangan”, Lihat: http://news.
liputan6.com/read/2244960/ketua-kpu-pilkada-serentak- dikorbankannya. Kenyataan yang tak
sejarah-sekaligus-tantangan (Diakses 22 Maret 2015).
165
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
terhindarkan dalam pemilihan kepala daerah bursa kepemimpinan daerah bukanlah figur-
secara langsung adalah muncul kapitalisasi figur yang berkompeten yang memiliki
dalam tahapan pemilihan kepala daerah. kapabilitas yang baik, akan tetapi hanya
Dengan munculnya kapitalisasi ini maka mereka yang termasuk dalam kelompok orang
pemilihan kepala daerah secara langsung jauh kaya atau memiliki kemampuan finansial
lebih mahal dibandingkan dengan model yang kuat. Lalu bagiamana dengan cita-cita
pemilihan kepala daerah lewat perwakilan rakyat nantinya? Apakah mereka akan
DPRD (Amirudin dan Bisri, 2006). menyerahkan kekuasaan kepada yang bukan
Dalam pelaksanaan pemilihan kepala ahlinya. Tentu saja ini menjadi persoalan yang
daerah secara langsung selama ini, nuansa serius yang harus diselesaikan.
yang paling menonjol adalah maraknya Tidak hanya soal figur yang masuk
sengketa pemilihan kepala daerah yang lebih banyak yang tidak berkualitas,
diajukan ke Mahkamah Konstitusi. Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) juga mencatat,
sengketa pemilihan kepala daerah telah sejak Pilkada dilakukan secara langsung,
mendominasi perkara yang ditangani sangat banyak jumlahnya sengketa Pilkada
Mahkamah Konstitusi. Selain itu juga yang diajukan MK. Untuk Pilkada serentak
maraknya kepala daerah yang terpilih dalam yang dilaksanakan 9 Desember 2015 lalu, dari
pemilihan kepala daerah secara langsung 264 daerah yang menyelenggarakan Pilkada,
banyak yang terjerat kasus korupsi dan sebanyak 144 permohonan sengketa Pilkada
penyelewengan wewenang lainnya. Kabar masuk di MK.72 Ini mengindikasikan terdapat
tentang kepala daerah yang tersandung kasus banyak kecurangan dan ketidakjujuran dalam
korupsi tak pernah berhenti mengalir. Pilkada langsung. Anthony Giddens dalam
Pemilihan kepala daerah secara langsung buku “The Third Way and Its Critiques”
dalam era liberalisasi politik dengan kekuatan menyatakan bahwa sebagian besar dari
partai politik yang dominan, memungkinkan masyarakat demokratik baru hanya
sekali yang bias bertempur di sana adalah mengalami perubahan secara superfisial—
mereka yang memiliki capital ekonomi dan mereka tetap disetir oleh oligarkiyang egois.
politik yang kuat. Ada banyak negara yang secaraformal
Para pengusaha yang dekat dengan menjadi demokratik, tetapi seringkali sangat
partai politik atau para incumbent yang kaya korup dan pemilihan yang berlangsung
adalah yang paling besar mendapatkan dimanipulasi (Giddens, 2003). Indonesia saat
peluang masuk dalam bursa pencalonan dalam ini mungkin masuk dalam kategori itu. Lantas,
pemilihan kepala daerah. Atas dasar
kemampuan financial dan kekuatan kapital
72 Lihat http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/index
ekonomi ini, maka yang dapat masuk dalam .php?page=web.Berita&id=12629#.Vvy1YOJ9600
(Diakses 22 Maret 2016).
166
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
demokrasi langsung apakah akan tetap rakyat untuk mewakili masingnya untuk
dipertahankan? menjalankan tugas tersebut. Menurut Jimly
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 sebagai Asshiddiqie perkataan “dipilih secara
dasar konstitusional pelaksanaan pemilihan demokratis” bersifat luwes, sehingga
kepala daerah, sesungguhnya lahir bersamaan mencakup pengertian pemilihan kepala daerah
dengan Pasal 18A dan Pasal 18B, yaitu pada langsung oleh rakyat ataupun oleh DPRD
perubahan kedua UUD 1945 dan dimasukkan seperti yang pada umumnya sekarang
dalam Bab tentang Pemerintahan Daerah. dipraktekkan di daerah-daerah berdasarkan
Selanjutnya Pasal 22E lahir melalui ketentuan perundang-undangan yang berlaku
perubahan ketiga UUD 1945 tetapi tidak (Asshiddiqie, 2002).
memasukkan Pasal 18 ayat (4) melainkan Dalam Undang-undang Nomor 32
hanya ketentuan Pasal 18 ayat (3) yang Tahun 2004, pemilihan kepala daerah tidak
mengatur mengenai DPRD. Hal ini, menurut lagi dipilih melalui sistem perwakilan oleh
Leo Agustina, setidaknya dapat diartikan DPRD, akan tetapi dipilih secara langsung
bahwa Konstitusi tidak hendak memasukkan oleh rakyat. Ini berarti pemilihan kepala
pemilihan kepala daerah dalam pengertian daerah secara langsung memberi peluang bagi
pemilihan umum sebagaimana dimaksud rakyat untuk ikut terlibat secara aktif dalam
dalam Pasal 22E ayat (1) yang menyebutkan proses pengambilan keputusan yang sangat
“pemilihan umum dilaksanakan secara strategis dalam penyelenggaraan
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan pemerintahan daerah melalui pemilihan
adil setiap lima tahun sekali” (Agustino, kepala daerah secara langsung. Undang-
2009). undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatur
Meskipun pemilihan secara langsung tentang pemilihan kepala daerah secara
dipandang memiliki makna positif dari aspek langsung itu menggunakan rujukan atau
legitimasi dan kompetensi, frase “dipilih konsideran Pasal 1, Pasal 18, Pasal 18A, dan
secara demokratis” sebagaimana dimaksud Pasal 18B UUD 1945. Frase “kedaulatan di
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 tidak dapat tangan rakyat” dan dipilih secara demokratis”
diterjemahkan secara tunggal sebagai agaknya menjadi sandaran pembuat Undang-
pemilihan secara langsung. Pemilihan secara undang Nomor 32 Tahun 2004 merumuskan
tidak langsung atau perwakilan pun dapat diterapkannya pemilihan kepala daerah secara
diartikan sebagai pemilihan yang demokratis, langsung untuk menggantikan pemilihan
sepanjang proses pemilihan yang dilakukan kepala daerah melalui sistem perwakilan
demokratis. Sebab, DPRD sebagai wakil melalui DPRD sebagaimana diatur dalam
rakyat telah dipilih langsung oleh rakyat, yang Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Akan
artinya sudah mendapatkan mandat dari tetapi, kata “dipilih secara demokratis” ini
167
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
menurut Susilo dapat ditafsirkan pemilihan daerah (Pilkada) secara serentak pada 9
langsung oleh rakyat atau pemilihan melalui Desember 2015 sebagai salah satu upaya
perwakilan oleh DPRD (Susilo, 2005). penguatan demokrasi elektoral, Indonesia
Tentu tidak hilang dalam ingatan dihadapkan pada tantangan membangun
bangsa Indonesia, bahwa salah satu yang subtansi demokrasi yang akan mengantarkan
menyebabkan perubahan peraturan bahwa cita-cita negara-bangsa ini ke depan. Pilkada
pemilihan kepala daerah tidak lagi dipilih oleh serentak menjadi terobosan penting yang
DPRD, tetapi dipilih langsung oleh rakyat dilakukan pemerintah dalam mengupayakan
adalah maraknya politik uang dan Pilkada sebagai momentum untuk memilih
kongkalikong di DPRD saat pemilihan. kepala daerah secara terorganisir dan
Namun demikian, setelah diubah dan berjalan terstruktur dengan mempertimbangkan
lebih dari 10 tahun, politik uang dan efisiensi. Ini merupakan langkah politik
ketidakjujuran justru semakin menjadi-jadi pemerintah yang patut mendapatkan apresiasi.
dengan jumlah yang lebih besar dan luas. Lalu Namun, evaluasi perihal jalannya demokrasi
tidakkah seharusnya bangsa Indonesia di Indonesia wajib dilakukan.
mengembalikan peraturan yang dahulu Salah satu yang layak untuk
dengan memperbaiki sistemnya atau dievaluasi sistem adalah Pilkada langsung.
menunggu dampak yang lebih besar dari Setelah proses percepatan demokrasi secara
proses demokrasi prosedural itu? Pancasila beruntun tersebut berjalan lebih lima dari 10
mengamanatkan bahwa demokrasi Indonesia tahun terhitung dari 1 Juni 2005, ternyata
adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmah masih juga menyisakan banyak persoalan,
kebijaksanaan dalam permusyawaratan- bahkan agenda pemilihan kepala daerah
perwakilan. Dengan kata lain, demokrasi yang secara langsung pun juga berkontribusi
sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia menambah beban politik, social, bahkan
adalah demokrasi perwakilan, demokrasi beban finansial republik ini. Pemilihan kepala
modern yang banyak dianut oleh negara- daerah secara langsung terlalu boros, dan
negara maju di dunia. Dalam konteks Pilkada, tidak seimbang dengan cost politik yang telah
mengembalikan Pilkada ke DPRD dan dikorbankannya. Kenyataan yang tak
dilakuka secara serentak se-Indonesia adalah terhindarkan dalam pemilihan kepala daerah
jalan terbaik yang sesuai dengan amanah secara langsung adalah muncul kapitalisasi
Pancasila dan UUD 1945. dalam tahapan pemilihan kepala daerah.
Dengan munculnya kapitalisasi ini maka
Kesimpulan pemilihan kepala daerah secara langsung jauh
Setelah berhasil menyelenggarakan lebih mahal dibandingkan dengan model
pemilihan kepala daerah dan wakil kepala pemilihan kepala daerah lewat perwakilan
168
Politik Indonesia: Indonesian Political Science Review 1 (2) (2016) 154-170
DPRD. Semakin marak praktik politik uang Pancasila dan UUD 1945. Wallahu a’lam bi
saat Pilkada dan maraknya kepala daerah hasil al-shawaab.
Pilkada langsung terjerat kasus korupsi
menjadi alarm bagi demokrasi Indonesia. Daftar Pustaka
Meskipun pemilihan secara langsung Agustino, L. (2009). Pilkada dan dinamika
dipandang memiliki makna positif dari aspek politik lokal. Pustaka Pelajar.
legitimasi dan kompetensi, prase “dipilih Alamsyah, M. N. (2014). Fenomena
secara demokratis” sebagaimana dimaksud Electocracy dalam Pilkada Langsung
Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 tidak dapat di Indonesia. Academica, 4(1).
diterjemahkan secara tunggal sebagai Ali, A. A. S. (2009). Negara Pancasila: jalan
pemilihan secara langsung. Pemilihan secara kemaslahatan berbangsa. Jakarta:
tidak langsung atau perwakilan pun dapat LP3ES.
diartikan sebagai pemilihan yang demokratis, Ali, N. (2003). Pilkada di Era Otonomi:
sepanjang proses pemilihan yang dilakukan Berlayar Sambil Menambal Lubang
demokratis. Sebab, DPRD sebagai wakil di Kapal. CV Aneka Ilmu.
rakyat telah dipilih langsung oleh rakyat, yang Amirudin, A. Zaini Bisri.(2006). Pilkada
artinya sudah mendapatkan mandat dari Langsung Problem dan prospek
rakyat untuk mewakili masingnya untuk Sketsa Singkat Perjalanan Pilkada,
menjalankan tugas tersebut. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pancasila mengamanatkan bahwa Arend Lijphart, D. (1984). Patterns of
demokrasi Indonesia adalah demokrasi yang Majoritarian and Consensus
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam Government in Twenty-One
permusyawaratan-perwakilan. Dengan kata Countries.
lain, demokrasi yang sesuai dengan jati diri Budiardjo, M. (2003). Dasar-dasar ilmu
bangsa Indonesia adalah demokrasi politik. Gramedia pustaka utama.
perwakilan atau demokrasi liberal yang Dahl, A. Robert, 1992. Demokrasi dan Para
banyak dianut oleh negara-negara maju di Pengkritiknya.
dunia. Membiarkan demkorasi langsung, yang Dahl, R. A. (1985). Dilema demokrasi
merupakan demokrasi paling kuno dalam pluralis: antara otonomi dan kontrol.
sejarah, berjalan di Indonesia saat ini sama CV Rajawali.
halnya membiarkan demokrasi tidak akan Dahl, R. A. (2001). Perihal Demokrasi:
berdampak baik bagi bangsa Indonesia. Menjelajahi Teori dan Praktek
Mengembalikan Pilkada ke DPRD dan Demokrasi Secara Singkat. Jakarta:
dilakuka secara serentak se-Indonesia adalah Yayasan Obor Indonesia.
jalan terbaik yang sesuai dengan amanah
169
Mokhamad Abdul Aziz/ Pilkada Serentak Melalui DPRD: Sebuah Gagasan Mewujudkan Pilkada ...
Fathoni, Kabut Asap Panitia Pesta Demokrasi, Sargent, L. (2008). Contemporary political
makalah diakses dari ideologies: A comparative analysis.
https://www.academia.edu/7803279/ Nelson Education.
Pemilu_Serentak_dan_Permasalahann Mahfud, M. (2000). Demokrasi dan konstitusi
ya di Indonesia. Rineka Cipta.
Fatwa, A. M. (2002). Otonomi daerah dan Abdullah, R. (2005). Pelaksanaan otonomi
demokratisasi bangsa. Yarsif luas dengan pemilihan kepala daerah
Watampone. secara langsung. RajaGrafindo
Giddens, A. (2003). Jalan ketiga dan kritik- Persada.
kritiknya. Edisi terjemahan, dari buku Latif, Y. (2011). Negara paripurna:
The third way and its critiques, historisitas, rasionalitas, dan
Penerjemah: Imam Khoiri. aktualitas Pancasila. Gramedia
Yogyakarta: IRCiSoD. Pustaka Utama.
Smith, B. C., & Smith, B. C. (1985). Mohammad Nasih, “Demokrasi dan Defisit
Decentralization: the territorial Pemimpin Autentik”, (Koran Sindo, 3
dimension of the state (pp. 1-52). Oktober 2015).
London: Allen & Unwin. Susilo, “Menyongsong Pilkada yang
Held, D. (2004). Demokrasi dan Tatanan Demokratis”, (Artikel, Jurnal
Global: Dari Negara Modern hingga Legislasi Indonesia, Vol. 2 No. 2 Juni
Pemerintahan Kosmopolitan. 2005)
Terjemah: Damanhuri,(Yogyakarta: www.news.liputan6.com (Diakses 22 Maret
Pustaka Pelajar, 2004). 2015).
Noer, D. (1988). Islam dan Politik: Mayoritas www.mahkamahkonstitusi.go.id (Diakses 22
atau Minoritas. Prisma, 5. Maret 2016)
Jimly, A. (2006). Hukum Tata Negara dan www.nasional.kompas.com (Diakses 22
pilar-pilar demokrasi. Maret 2016).
Jimly, A. (2002). Konsolidasi Naskah UUD www.teropongsenayan.com, (Diakses 22
1945 Setelah Perubahan Keempat. Maret 2016).Anwar, M. Syafii,
Marijan, K. (2010). Sistem politik Indonesia: Pemikiran dan Aksi Islam di
konsolidasi demokrasi pasca-Orde Indonesia, Jakarta: Paramadina, 1995.
Baru. Kencana Prenada Media Group.
170