Anda di halaman 1dari 10

Pada slide ke 3 :

 Latar belakang
Dikarenakan karena sifat miyak bumi yang tidak bisa di perbaharui (non
renewble) oleh karena itu perlu adanya suatu solusi yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar dengan menemukan sumber energi
alternatif yang berbahan baku alami dan dapat diperbaharui. Maka dari itu kami
membuat biodiesel dengan menggunakan bahan alami.
Adapun yang melatar belakangi penelitian kami ialah.

 Kebutuhan akan bahan bakar minyak bumi khususnya diindonesia mengalami


peningkatan setiap tahunnya, peningkatan tersebut rata-rata mencapai 52,2%
 Penggunaan bahan bakar minyak bumi berdampak negatif bagi lingkungan, hal
ini dikarenakan sifat dari minyak bumi yang tidak dapat diperaharui (non
renewble).

 Oleh karena itu perlu adanya suatu solusi yang dapat digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar, yaitu dengan menemukan
sumber energi alternatif yang berbahan baku alami dan dapat diperbaharui
seperti Biodiesel

 Bahan baku alami yang dapat digunakan dalam proses pembuatan biodiesel
yaitu minyak nabati dari biji buah bintaro. Biji buah bintaro sangatlah efektif
jika digunakan sebagai bahan bakar alternatif biodiesel dikarenakan persediaan
biji buah bintaro ini sangatlah melimpah keberadaannya, terutama di Indonesia,
Buah bintaro juga berkembang biak dengan cukup mudah dan tersedia
sepanjang tahun. Selain itu, buah bintaro ini juga dikenal masyarakat sebagai
buah beracun sehingga pemanfaatannya juga masih sangat kurang. Ternyata
buah biji bintaro ini merupakan salah satu tanaman yang bijinya mengandung
kadar lemak/minyak cukup tinggi sekitar 43-64% dengan komposisi asam
lemak yang mirip dengan minyak nabati lainnya dan dapat diolah menjadi
sumber energi yang ramah lingkungan

 Penggunaan katalis heterogen dari Abu TKKS TKKS termasuk kedalam


kategori limbah yang paling banyak terutama diindonesia sendiri. Jadi untuk
bisa mengubah limbah ini menjadi bahan yang bernilai guna lagi dan bernilai
ekonomis kembali, maka dari itulah kami membuat katalis dari TKKS. Katalis
heterogen yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu katalis yang berasal
dari hasil pembakaran tandan kosong kelapa sawit yang berupa abu yang
memiliki kandungan kalium yang cukup tinggi sebesar 30-40% sebagai K2O.
Pada slide ke 4 :
 Biodiesel
Salah satu sumber energi baru adalah bahan bakar yang berasal dari minyak
nabati seperti biodiesel. Keuntungan pemakaian biodiesel dibandingkan dengan
petrodiesel diantaranya adalah bahan baku dapat diperbaharui (renewable).
Penemuan terbaru tentang bahan yang dapat digunakan sebagai biodiesel yaitu
minyak nabati dari biji buah bintaro.
Pada slide ke 5 :
 Buah bintaro dan manfaatnya
Biji buah bintaro (Carbera manghas L) sangatlah efektif jika digunakan
sebagai bahan bakar alternatif biodiesel dikarenakan persediaan biji buah bintaro ini
mudah ditemukan, selain itu buah bintaro ini juga dikenal sebagai buah yang bercun
sehingga pemanfaatannya juga masih sangat kurang, Buah biji bintaro ini merupakan
salah satu tanaman yang bijinya mengandung kadar lemak yang cukup tinggi sekitar
43-64% dengan komposisi asam lemak yang mirip dengan minyak nabati lainnya dan
dapat diolah menjadi sumber energi yang ramah lingkungan.
Pada slide ke 7:
 Lokasi penelitian
Penelitian pembuatan biodiesel dari biji buah bintaro (Cerbera Manghas L)
dilaksanakan di Laboratorium katalis, Teknik Kimia Universitas Syiah Kuala. Banda
Aceh.
 Bahan dan peralatan
Adapun bahan dan peralatan yang kami gunakan anatara lain adalah
 Alat pengepresan
Alat pengepresan ini digunakan untuk mengepreskan biji bintaro untuk
menghasilkan minyak yang ada didalam biji bintaro.
 Distilasi
Dimana kita menggunakan distilasi untuk pemisahan minyak dan
air yang ada didalamnya.

Pada slide 8 :
 Metodelogi penelitian
 Proses ekstraksi minyak nabati dari biji bintaro
Minyak biji buah bintaro diperoleh dengan cara mengekstraksi biji buah
bintaro, proses ekstraksi disini bertujuan untuk mendapatkan minyak nabati dari biji
buah bintaro yang terdapat didalamnya kandungan minyak nabati. Proses ekstraksi
yang dilakukan sebagai berikut: yang pertama melakukan pencucian pada buah
bintaro yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada buah
tersebut, kemudian mengupas biji buah bintaro dari kulitnya, selanjutnya mengukus
biji bintaro tersebut setelah itu dikeringkan biji bintaro yang sudah kering, kemudian
dicacah agar mempermudah pengeluaran minyak dan digiling halus dimasukkan
kedalam mesin press untuk menghasilkan ekstrak minyak nabati dari bahan dasar biji
buah bintaro.

 Proses pemurnian minyak nabati biji bintaro


Tujuan dari proses ini yaitu untuk menghilangkan bau dan rasa yang tidak
sedap, warna yang tidak menarik, dan untuk memperpanjang masa penyimpanan
minyak. Hal yang pertama dilakukan yaitu: memisahkan bahan yang berupa suspensi
dan dispersi koloid. Proses pemisahan bahan tersebut dilakukan dengan beberapa
cara diantaranya dengan cara penguapan, degumming, netralisasi; dekolorisasi
dengan proses pemucatan; deodorisasi; dan pendinginan (chilling). Proses
degumming digunakan untuk memisahkan komponen pengotor minyak. Minyak
nabati biji bintaro ditimbang dan dipanaskan hingga mencapai suhu 70-75 oC,
selanjutnya asam pospat ditambahkan sebanyak 0,3% dari berat minyak pada suhu
yang sama dan selalu diaduk. Kemudian mencuci minyak dengan air hangat yang
bertujuan untuk memisahkan minyak dari gum dan kotoran dalam labu yang terpisah.
Selanjutnya dilakukan proses pemisahan antara minyak bintaro dengan asam lemak
bebas dengan cara direaksikan dengan asam lemak bebas sehingga terbentuk sabun
biasanya proses ini di sebut juga dengan proses netralisasi, proses ini dapat juga
dilakukan dengan cara penyulingan. Kemudian dilakukan proses pendinginan
(chilling) yang bertujuan untuk memisahkan gliserida jenuh (stearin) dari minyak
nabati biji bintaro.

 Proses pembuatan katalis abu TKKS.


Pada proses pembuatan katalis abu TKKS hal yang pertama dilakukan
adalah TKKS dijemur dibawah sinar matahari selama 3 hari untuk menghilangkan
kelembaban dari struktur TKKS. Setelah penjemuran, TKKS dihancurkan dan diayak
dengan saringan stainless 100 mesh untuk menghilangkan kotoran dan
mengumpulkan struktur TKKS kecil yang tidak koheren. Kemudian, 100 g abu
TKKS yang dimurnikan dikalsinasi pada suhu 500-900 oC selama 2 jam. Setelah
dikalsinasi TKKS dipindahkan ke desikator untuk pendinginan suhu dan melindungi
air yang teradsorbsi. Penentuan kadar kalium dalam abu TKS dilakukan dengan
spektrometer serapan atom (AAS, Varian FS 220) dan titrasi indikator.

 Proses pembuatan biodiesel minyak nabati biji bintaro


Sebelum melakukan proses transesterifikasi hal yang pertama yaitu menentukan
jumlah katalis abu TKKS yang digunakan (1 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20% dari berat minyak)
yang telah direndam didalam 75 ml metanol teknis dari brataco chemika (BM =
32,04 g mol-1) selama ± 48 jam pada temperatur kamar. Ekstrak yang diperoleh
harus mencukupi volume sehingga diperoleh rasio mol metanol/minyak tertentu
yang akan digunakan untuk melakukan reaksi transesterifikasi terhadap 250 ml
minyak nabati biji buah bintaro.
Reaksi transesterifikasi dilakukan di labu leher tiga, dengan
pengadukan magnet yang menggunakan batang magnetik dan kecepatan pengadukan
600 rpm, bekerja pada tekanan atmosfir, direfluks oleh air pada suhu kamar. Minyak
nabati biji bintaro ditimbang sebanyak 250 gr dengan perbandingan metanol: minyak
biji bintaro pada 6: 1. Selanjutnya dimasukkan kedalam labu leher tiga, panaskan
terlebih dulu sampai suhu 60 oC. kemudian, ditambahkan campuran metanol dan
katalis abu TKKS, Waktu awal untuk reaksi dihitung pada saat semua metanol dan
katalis dimasukkan ke dalam reaktor sampai reaksi selesai selama 180 menit. Setelah
menyelesaikan reaksinya, produk dipindahkan ke corong pemisah. Proses
penyelesaian dilakukan dalam 60 menit untuk dipisahkan menjadi dua fase (fase
metil ester dan fase gliserol) selanjutnya didistilasi sampai temperatur (80oC) untuk
menghilangkan sisa metanol. Untuk menghilangkan sisa katalis dan gliserol metil
ester dilakukan pencucian menggunakan air berulang-ulang sampai diperoleh lapisan
air yang jernih. Metil ester yang dicuci dikeringkan dengan pemanasan dalam 90
menit, pada suhu 110 oC. Akhirnya, produk tersebut dilakukan beberapa langkah
terus menerus untuk mengetahui kadar gliserol total dalam biodiesel. Setelah itu
dilakukan uji pada metil ester untuk mengetahui karakterisasi metil ester diantaranya
bilangan asam, kadar asam lemak bebas, bilangan iod, bilangan peroksida, bilangan
penyabunan, viskositas, densitas, kadar abu, kadar air, rendemen biodiesel dan titik
nyala.

Anda mungkin juga menyukai