Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Bayi Baru Lahir Fisiologis


2.1.1 Pengertian
Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28
hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidpan di
dalam Rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan
organ hampir pada semua system. Bayi hingga usia kurang dari satu
bulan yang rentan ini, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Tanpa
penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal (Kemenkes, 2013).
Masalah utama penyebab kematian pada bayi dan balita adalah
pada masa neonatus (bayi baru lahir umur 0-28 hari). Menurut hasil
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa 78,5% dari kematian neonatal
terjadi pada umur 0-6 hari. Komplikasi yang menjadi penyebab
kematian terbanyak adalah asfiksia, bayi berat lahir rendah dan infeksi
(Kemenkes, 2013).
2.1.2 Ciri-ciri Bayi Normal
Menurut Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir (Kemenkes,
2010), tanda-tanda bayi lahir sehat, yaitu :
1. Berat badan 2500 – 4000 gram
2. Umur kehamilan 37-40 minggu
3. Bayi segera menangis setelah lahir
4. Bergerak aktif, kulit kemerahan
5. Menghisap ASI dengan baik
6. Tidak ada cacat bawaan
2.1.3 Kategori Berat Badan Bayi
Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang di timbang dalam
waktu 1 jam pertama setelah lahir. Hubungan antara waktu kelahiran
dengan umur kehamilan, kelahiran bayi dapat dikelompokan, menjadi :
1. Bayi kurang bulan (prematur), yaitu bayi yang dilahirkan dengan
masa gestasi (kehamilan) < 37 minggu (<259 hari).
2. Bayi cukup bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi antara
37-42 minggu (259 - 293 hari)
3. Bayi lebih bulan, bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42
minggu (>294 hari).
Berkaitan dengan berat badan bayi lahir, bayi dapat dikelompokkan
berdasarkan berat lahirnya:, yaitu :
1. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir <2500 gram
2. Bayi berat lahir sedang, yaitu berat lahir antara 2500-3999 gram
3. Berat badan lebih, yaitu berat lahir ≥4000 gram.
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. Sejak tahun 1961 WHO
telah mengganti istilah prematuritas dengan Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR). Hal ini dilakukan karena tidak semua bayi yang berat kurang
dari 2500 gram pada waktu lahir bayi prematur (Kemenkes, 2013)
2.1.4 Perubahan-Perubahan Fisiologis Pada Bayi Baru Lahir
1. Sistem respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran
oksigen melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran oksigen
harus terjadi melalui paru.
a. Perkembangan paru
Paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari faring yang
bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Paru yang tidak matang akan
mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu.
Hal ini disebabkan keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru, dan tidak tercukupinya
jumlah surfaktan.
b. Awal adanya nafas
Faktor – faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama
bayi adalah :
 Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik
lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernafasan
otak.
 Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi
paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara
ke dalam paru secara mekanis. Interaksi antara sistem
pernafasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernafasan yang teratur dan
berkrsinambungan serta denyut yang diperlukan untuk
kehidupan.
 Penimbunan karbondioksida
Setelah bayi lahir, kadar karbondioksida meningkat dalam
darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya
oksigen akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya peningkatan karbondioksida akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernafasan janin.
 Perubahan suhu  Keadaan dingin akan merangsang
pernafasan.
c. Surfaktan dan upaya pernapasan
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk
mengeluarkan cairan dalam paru dan mengembalikan jaringan
alveolus paru – paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan
(lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke
paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan,
dan jumlahnya meningkat sampai paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernafasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveolus kolaps
setiap saat akhir pernafasan yang menyebabkan sulit bernafas.
Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih
banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini
menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah
terganggu.
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di parunya. Pada saat
bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga
cairan ini diperas keluar dari paru – paru. Seorang bayi yang
dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari
kompresi rongga dada dan dapat menderita paru – paru basah
dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan
nafas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan
bronkus BBL. Sisa cairan di paru – paru dikeluarkan dari paru
– paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.
Selama 1 jam pertama kehidupannya, system limfe
melanjutkan pengeluaran cairan dari paru. Proses ini juga
merupakan akibat perbedaan tekanan alveoli ke jaringan
interstisiil ke kapiler. Penurunan tahanan vaskuler
memungkinkan aliran cairan paru tersebut. Pernafasan
abnormal dan kegagalan pengembangan paru yang maksimal
memperlambat perpindahan cairan paru dan interstisiil ke
sirkulasi. Retensi cairan mengganggu kemampuam bayi untuk
mempertahankan oksigenasi yang adekuat. Lingkar dada ± 30-
33 cm saat lahir, sehingga fungsi respirasi bayi lebih banyak
menggunakan kontraksi diafragma ari pada costae.
2. Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi mengalami perubahan pada saat bayi
dilahirkan. Terdapat dua perubahan yang harus terjadi untuk
mendapatkan sistem sirkulasi yang baik, yaitu menutupnya
foramen ovale pada atrium dan ductus arteriosus antara paru dan
aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada
seluruh sistem vaskular. Oksigen menyebabkan sistem vaskular
mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan
resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Terdapat dua peristiwa yang dapat merubah tekanan dalam
sistem pembuluh darah, yaitu:
 Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik
meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium
menurun kerena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan
tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan
atrium kanan. Kedua kejadian ini membantu darah dengan
sedikit kandungan oksigen mengalir ke paru untuk menjalani
proses oksigenisasi ulang.
 Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah
paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan. Oksigen
pada pernafasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi
ke paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini
dan penurunan pada atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup.
Frekuensi nadi BBL ±120-160x/menit, kadang mengalami
murmur yang akan hilang pada usia 6 bulan. Tekanan darah bayi
bervariasi ± 78/42 mmHg. Menangis menyebabkan peningkatan
tekanan sistolik. Volume darah ± 80-110 cc/kg/BB, menjadi 2x
lipat pada akhir tahun pertama.
Perubahan yang terjadi pada sistem peredaran darah
(sistem sirkulasi) antara lain:
Struktur Sebelum Lahir Setelah Lahir
Vena Membawa darah dari Menutup, menjadi
umbilikus arteri ke hati dan jantung ligamentum teres hepatis
Menutup, menjadi
Arteri Membawa darah arteri
ligamentum vesikale pada
umbilikalis venosa ke placenta
dinding abdominal anterior
Duktus Pirau darah a. ke v. kava Menutup, menjadi
venosus inferior ligamentum venosum
Pirau darah a.dan
Duktus Menutup, menjadi lig.
sebagian darah v. dari a.
arteriosus Arteriosum
pulmonalis ke aorta
Foramen Menghubungkan atrium Biasanya menutup
ovale kanan dan kiri
Tidak ada udara, sedikit Berisi udara dengan suplai
Paru
darah, berisi cairan darah yang baik
Arteri Membawa sedikit darah Membawa banyak darah
pulmonalis ke paru ke paru
Menerima darah dari Menerima darah hanya
Aorta
kedua ventrikel dari ventrikel kiri
Membawa darah dari
Vena cava Membawa darah hanya ke
tubuh dan darah arteri ke
inferior atrium kanan
plasenta

3. Termoregulasi
Pengendalian panas adalah cara kedua untuk menstabilkan
fungsi pernafasan dan sirkulasi bayi. Termoregulasi adalah upaya
mempertahankan keseimbangan antara produksi dan pengeluaran
panas. Bayi bersifat homeothermic yang artinya berusaha
menstabilkan suhu badan internal dalam rentang yang pendek.
Hipotermi dan kehilangan panas yang berlebihan merupakan
kejadian yang membahayakan.
Termogenesis pada bayi dipenuhi oleh brown fat dan
meningkatkan aktivitas metabolisme otak, jantung dan liver. Brown
fat terletak diantara kedua scapula dan axial, serta di dalam pintu
masuk dada, sekitar ginjal dan vertebra. Lemak tersebut banyak
mengandung pembuluh darah dan saraf daripada lemak biasa.
Panas diproduksi dengan metabolisme dalam lemak tersebut.
Lemak tersebut ada sampai beberapa minggu setelah kelahiran dan
berkurang dengan suhu dingin. Semakin matur janin semakin
banyak brown fat.
Mekanisme kehilangan panas pada bayi meliputi :
1) Konveksi
Bayi mengalami kehilangan panas karena panas mengalir dari
permukaan tubuh ke suhu udara yang lebih dingin di sekitarnya
2) Radiasi
Bayi mengalami kehilangan panas dari permukaan tubuh ke
permukaan benda padat yang dekat dengan bayi tetapi tidak
dengan kontak langsung.
3) Evaporasi
Bayi mengalami kehilangan panas saat kulitnya basah.
Kehilangan panas terjadi oleh karena penguapan kulit tersebut.
4) Konduksi
Bayi kehilangan panas dari permukaan tubuhnya ke permukaan
benda padat yang menempel ditubuhnya.
4. Sistem Hematologi
Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, SDM, dan
hematokrit lebih tinggi dari dewasa. Hemoglobin BBL berkisar
antara 14,5 sampai 22,5 gram/dl. Hematokrit bervariasi dari 44%
sampai 72% dan hitung SDM berkisar antara 5 sampai 7,5
juta/mm3. WBC 18.000/mm. Hb turun 11-17 gr/dl dan RBC turun
menjadi 4,2-5,3 pada akhir bulan pertama.
5. Sistem Renal
Pada kehamilan cukup bulan, ginjal menempati sebagian
besar dinding abdomen posterior. Kandung kemih berada di dekat
dinding abdomen anterior. Pada bayi baru lahir, hampir semua
massa yang teraba di abdomen berasal dari ginjal. Fungsi renal
seperti orang dewasa baru dapat dipenuhi saat bayi berusia 2 bulan.
Bayi baru lahir memiliki rentang keseimbangan kimia dan rentang
keamanan yang kecil. Infeksi, diare, atau pola makan yang tidak
teratur secara cepat dapat menimbulkan asidosis dan
ketidakseimbangan cairan, seperti dehidrasi atau edema.
Ketidakseimbangan ginjal juga membatasi kemampuan bayi baru
lahir untuk mengekskresi obat. Saat lahir biasanya bayi akan BAK
sedikit dan kemudian tidak BAK selama 12-2 jam, kemudian akan
BAK 6-10x/hari. Urine berwarna kuning jernih, berjumlah 15-60
cc/kgBB/hari. Kadang- kadang ada noda sedikit merah karena
kristal urat.
6. Sistem Gastrointestinal
Bayi baru lahir cukup bulan (aterm) sudah mampu menelan,
mencerna, memetabolisme, dan mengabsorbsi protein dan
karbohidarat sederhana serta mengemulsi lemak. Mukosa mulut
basah, berwarna merah muda, pipi penuh karena perkembangan
bantalan menghisap yang baik. Bayi tidak dapat memindahkan
makanan dari bibir ke farink, oleh karena itu puting susu harus
diletakkan tepat diatas lidah dekat dengan farink. Aktivitas
peristaltic esofhagus belum terorganisasi, kemudian polanya akan
menjadi teratur sehingga bisa mulai menelan dengan baik. Tidak
ada bakteri pada GIT pada saat lahir, bakteri akan masuk setelah
lahir melalui orifisium ovale anal dan udara. Kapasitas lambung
bayi 30-90 cc tergantung besarnya bayi. Keasaman lambung lebih
rendah dalam beberapa minggu sampai usia 2-3 bulan.
Saat lahir perut bawah dipenuhi oleh mekonium yang
dibentuk setelah janin di dalam uterus. Mekonium dibentuk dari
cairan amnion, zat-zat yang didalamnya (sel-sel epidermis, lanugo
yang ditelan bayi), sekresi saluran cerna dan pecahan sel dari
mukosa. Warna hijau kehitaman dan lengket, warna tersebut adalah
akibat pigmen empedu. Keluaran mekonium yang pertama adalah
steril. Mekonium akan berganti dengan feses dalam 12-24 jam.
Distensi otot abdomen mempengaruhi relaksasi dan kontraksi otot
kolon sehingga sering bayi segera BAB setelah makan.
7. Sistem Hepatika
Hati dan kandung empedu dibentuk pada minggu keempat
kehamilan. Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm
di bawah batas kanan costae karena hati berukuran besar dan
menempati sekitar 40% rongga abdomen. Hati bertanggung jawab
terhadap metabolisme billirubin. 50% bayi aterm mengalami
hyperbillirubinemia fisiologis. Ikterik neonates terjadi akibat
produksi bilirubin dengan kecepatan yang lebih besar dari dewasa
dan terdapat cukup banyak reabsorbsi bilirubin pada usus halus
neonates.
Kriteria ikterik fisiologis atara lain:
a. Bayi tampak normal
b. Pada bayi aterm, jaundice muncul setelah 24 jam lalu hilang hari
ke-7
c. Pada bayi preterm, jaundice muncul setelah 48 jam lalu hilang
pada hari ke-9/10
d. Jumlah bilirubin indirect < 12mg/100ml
e. Jumlah bilirubin direct <1-1,5 mg/ml
f. Peningkatan bilirubin tidak melebihi 5 mg/100ml perhari
8. Sistem Integument
Vernix caseosa, suatu lapisan putih seperti keju, menutupi
kulit bayi saat lahir, fungsinya masih belum jelas. Dalam 24 jam
vernix caseosa akan diabsorbsi kulit dan hilang seluruhnya, jadi
tidak perlu dibersihkan. Kulit bayi sangat sensitive dan mudah
rusak, warnanya agak merah beberapa jam setelah lahir. Pada
wajah, bahu dan punggung ditumbuhi rambut lanugo. Bayi baru
lahir tampak montok, lemak subkutan terakumulasi sejak trimester
III.
9. Sistem Imunologi
Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal
kehidupan janin, tetapi sel-sel ini tidak aktif selama beberapa
bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh
imunitas pasif yang diperoleh dari ibu. Barier alami, seperti asam
lambung atau produksi pepsin dan tripsin, yang tetap
mempertahankan kestterilan usus halus, belum berkembang dengan
baik sampai tiga atau empat minggu. IgA tidak terdapat pada
saluran pernapasan, traktus urinarius, dan GIT. IgA aka nada pada
GIT jika bayi mendapatkan ASI. Bayi baru mensintesis IgG dan
mencapai 40% kadar IgG orang dewasa pada usia 9 bulan. IgA,
IgD, dan IgE diproduksi secara bertahap dan tidak mencapai kadar
optimal pada masa kanak-kanak dini. Bayi yang mendapatkan ASI
mendapat imunitas pasif dari kolostrum dan ASI.
10. Sistem musculoskeletal
Pertumbuhan tulang terjadi chepalocaudal. Kepala
mempunyai panjang ¼ dari panjang badan bayi, dengan lengan
lebih panjang sedikit dari kaki. Ukuran dan bentuk kepala dapat
sedikit berubah akibat penyesuaian dengan jalan lahir. Ubun-ubun
(fontanel) anterior teraba lunak akan menutup pada bulan ke 12-18.
Lingkar kepala bervariasi 33-37 cm. vertebra harus dicek adanya
dimple (bengkok), mungkin berhubungan dengan spina bifida.
11. Sistem Reproduksi
Wanita
- Ovarium sudah berisi ribuan sel-sel primitive (folikel
primordial).
- Peningkatan estrogen selama kehamilan didikuti dengan
penurunan yang tiba-tiba saat kelahiran menyebabkan terjadinya
pengeluaran darah atau mucus dari vagina disebut
pseudomenstruasi.
- Genetalia eksterna edema dan hiperpigmentasi.
- Labia mayor dan minor sudah menutupi vestibulum.
- Vernix caseosa terdapat dikedua labia.
Pria
- Testis sudah turun kedalam scrotum pada 90 % bayi.
- Spermatogenesis belum terjadi, baru terjadi saat pubertas.
- Preputium bisa berisi smegma yaitu suatu substansi putih seperti
keju
- Genetalia eksterna membengkak dan hiperpigmentasi sebagai
efek dari hormone ibu
- Sering terjadi hidroceles yaitu akumulasi cairan disekitar testis,
bisa sembuh sendiri.
12. Reflex pada Bayi Baru Lahir
1) Reflek Moro
Reflek ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap
rangsangan mendadak. Refleksnya simetris dan terjadi pada 8
minggu pertama setelah lahir. Tidak adanya refleks moro
menandakan terjadinya kerusakan atau ketidakmatangan otak.
2) Refleks Rooting / Refleks Dasar
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi
mulut, bayi akan menoleh ke arah sumber rangsangan dan
membuka mulutnya siap untuk menghisap.
3) Refleks Menyedot dan Menelan / Refleks Sucking
Berkembang dengan baik pada bayi normal dan dikoordinasikan
dengan pernafasan. Ini penting untuk pemberian makan yang
aman dan gizi yang memadai.
4) Refleks Mengedip dan Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma.
5) Refleks Graphs / Plantar
Genggaman tangan diperoleh dengan menempatkan jari atau
pensil di dalam telapak tangan bayi yang akan menggenggam
dengan erat. Reaksi yang sama dapat ditunjukkan dengan
membelai bagian bawah tumit (genggam telapak kaki).
6) Refleks Walking / Berjalan dan Melangkah
Jika disangga secara tegak dengan kaki menyentuh permukaan
yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan.
7) Refleks Tonik Neck
Pada posisi terlentang lengan disamping tubuh tempat kepala
menoleh kearah itu terulur sedangkan lengan sebelah terkulai.
8) Refleks Tarik
Jika didudukkan tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai
ke belakang lalu bergerak ke kanan sesaat sebelum akhirnya
tertunduk ke arah depan
2.1.5 Tatalaksana Bayi Baru Lahir
Tatalaksana bayi baru lahir meliputi:
1. Asuhan bayi baru lahir pada 0 – 6 jam:
 Asuhan bayi baru lahir normal, dilaksanakan segera setelah lahir,
dan diletakkan di dekat ibunya dalam ruangan yang sama.
 Asuhan bayi baru lahir dengan komplikasi dilaksanakan satu
ruangan dengan ibunya atau di ruangan khusus.
 Pada proses persalinan, ibu dapat didampingi suami.
2. Asuhan bayi baru lahir pada 6 jam sampai 28 hari:
 Pemeriksaan neonatus pada periode ini dapat dilaksanakan di
puskesmas/ pustu/ polindes/ poskesdes dan/atau melalui
kunjungan rumah oleh tenaga kesehatan.
 Pemeriksaan neonatus dilaksanakan di dekat ibu, bayi didampingi
ibu atau keluarga pada saat diperiksa atau diberikan pelayanan
kesehatan.
2.1.6 Jenis Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir
1. Pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
Setelah bayi lahir dan tali pusat dipotong, segera letakkan
bayi tengkurap di dada ibu, kulit bayi kontak dengan kulit ibu untuk
melaksanakan proses IMD.
Langkah IMD pada persalinan normal (partus spontan):
1. Suami atau keluarga dianjurkan mendampingi ibu di kamar
bersalin
2. Bayi lahir segera dikeringkan kecuali tangannya, tanpa
menghilangkan vernix, kemudian tali pusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bayi ditengkurapkan di
dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi
setinggi puting susu ibu. Keduanya diselimuti dan bayi diberi
topi.
4. Ibu dianjurkan merangsang bayi dengan sentuhan, dan biarkan
bayi sendiri mencari puting susu ibu.
5. Ibu didukung dan dibantu tenaga kesehatan mengenali perilaku
bayi sebelum menyusu.
6. Biarkan kulit bayi bersentuhan dengan kulit ibu minimal selama
satu jam, bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, biarkan bayi
tetap di dada ibu sampai 1 jam
7. Jika bayi belum mendapatkan putting susu ibu dalam 1 jam
posisikan bayi lebih dekat dengan puting susu ibu, dan biarkan
kontak kulit bayi dengan kulit ibu selama 30 menit atau 1 jam
berikutnya.
Setelah selesai proses IMD bayi ditimbang, diukur, dicap/diberi
tanda identitas, diberi salep mata dan penyuntikan vitamin K1 pada
paha kiri. Satu jam kemudian diberikan imunisasi Hepatitis B (HB
0) pada paha kanan.

2. Pelaksanaan penimbangan, penyuntikan vitamin K1, salep


mata dan imunisasi Hepatitis B (HB 0)
Pemberian layanan kesehatan tersebut dilaksanakan pada periode
setelah IMD sampai 2-3 jam setelah lahir, dan dilaksanakan di
kamar bersalin oleh dokter, bidan atau perawat.
 Semua BBL harus diberi penyuntikan vitamin K1
(Phytomenadione) 1 mg ntramuskuler di paha kiri, untuk
mencegah perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang
dapat dialami oleh sebagian BBL.
 Bayi baru lahir normal atau cukup bulan perlu di beri vitamin K
per oral 1 mg / hari selama 3 hari, dan bayi beresiko tinggi di
beri vitamin K parenteral dengan dosis 0,5 – 1 mg IM.
Permasalahan pada Perdarahan akibat Defisiensi Vitamin K
(PDVK) adalah terjadinya perdarahan otak yang umumnya
terjadi pada bayi dalam rentang umur 2 minggu sampai 6 bulan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya PDVK
antara lain ibu yang selama kehamilan mengkonsumsi obat-
obatan yang mengganggu metabolisme vitamin K seperti, obat
antikoagulan oral (warfarin); obat-obat antikonvulsan
(fenobarbital, fenitoin, karbamazepin); obat-obat
antituberkulosis (INH, rifampicin); sintesis vitamin K yang
kurang oleh bakteri usus (pemakaian antibiotik, khususnya
pada bayi kurang bulan); gangguan fungsi hati (kolestasis);
kurangnya asupan vitamin K dapat terjadi pada bayi yang
mendapat ASI eksklusif, karena ASI memiliki kandungan
vitamin K yang rendah yaitu <20 ug/L bila dibandingkan
dengan susu sapi yang memiliki kandungan vitamin K 3 kali
lipat lebih banyak (60 ug/L). Selain itu asupan vitamin K yang
kurang juga disebabkan sindrom malabsorpsi dan diare
kronik.
 Salep atau tetes mata diberikan untuk pencegahan infeksi mata
(Oxytetrasiklin1%).
Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata
diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu,
sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata
dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.
Cara pemberian salep mata antibiotik :
• Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir)
kemudian keringkan
• Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan
tujuan pemberian obat tersebut.
• Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah.
• Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian
mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke
bagian luar mata atau tetes mata.
• Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh
menyentuh mata bayi.
Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga
untuk tidak menghapus obat-obat tersebut.
 Imunisasi Hepatitis B diberikan 1-2 jam di paha kanan setelah
penyuntikan Vitamin K1 yang bertujuan untuk mencegah
penularan Hepatitis B melalui jalur ibu ke bayi yang dapat
menimbulkan kerusakan hati.
Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam
setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi
Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B
terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. Penularan
Hepatitis pada bayi baru lahir dapat terjadi secara vertikal
(penularan ibu ke bayinya pada waktu persalinan) dan horisontal
(penularan dari orang lain). Dengan demikian untuk mencegah
terjadinya infeksi vertikal, bayi harus diimunisasi Hepatitis B
sedini mungkin. Penderita Hepatitis B ada yang sembuh dan ada
yang tetap membawa virus Hepatitis B didalam tubuhnya
sebagai carrier (pembawa) hepatitis. Risiko penderita Hepatitis
B untuk menjadi carrier tergantung umur pada waktu terinfeksi.
Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0
– 7 hari karena :
• Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B.
• Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat
lahir dari ibu pembawa virus.
• Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut
menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut
menjadi sirosis hati dan kanker hati primer
• Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi
sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B.

4. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan BBL bertujuan untuk mengetahui sedini
mungkin kelainan pada bayi. Risiko terbesar kematian BBL terjadi
pada 24 jam pertama kehidupan, sehingga jika bayi lahir di fasilitas
kesehatan sangat dianjurkan untuk tetap tinggal di fasilitas
kesehatan selama 24 jam pertama. Pemeriksaan bayi baru lahir
dilaksanakan di ruangan yang sama dengan ibunya, oleh dokter/
bidan/ perawat. Jika pemeriksaan dilakukan di rumah, ibu atau
keluarga dapat mendampingi tenaga kesehatan yang memeriksa.
Waktu pemeriksaan BBL:
 Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
 Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
 Pada usia 3-7 hari (kunjungan neonatal 2)
 Pada usia 8-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Langkah langkah pemeriksaan:
a. Pemeriksaan dilakukan dalam keadaan bayi tenang (tidak
menangis).
b. Pemeriksaan tidak harus berurutan, dahulukan menilai
pernapasan dan tarikan dinding dada bawah, denyut jantung
serta perut.
c. Selalu mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir
sebelum dan sesudah memegang bayi.
Pemeriksaan Fisik Keadaan Normal
• Posisi tungkai dan lengan fleksi.
Lihat postur, tonus dan aktivitas
• Bayi sehat akan bergerak aktif.
Wajah, bibir dan selaput lendir,
dada harus berwarna merah muda,
Lihat kulit
tanpa adanya kemerahan atau
bisul.
Hitung pernapasan dan lihat • Frekuensi napas normal 40-60
tarikan dinding dada bawah kali per menit.
ketika bayi sedang tidak • Tidak ada tarikan dinding dada
menangis. bawah yang dalam
Hitung denyut jantung dengan Frekuensi denyut jantung
meletakkan stetoskop di dada kiri normal 120-160 kali per menit.
setinggi apeks kordis.
Lakukan pengukuran suhu ketiak Suhu normal adalah 36,5 -
dengan termometer 37,5º C
• Bentuk kepala terkadang
asimetris karena penyesuaian
pada saat proses persalinan,
Lihat dan raba bagian kepala umumnya hilang dalam 48 jam.
• Ubun-ubun besar rata atau tidak
membonjol, dapat sedikit
membonjol saat bayi menangis.
Lihat mata Tidak ada kotoran/sekret
Bibir, gusi, langit-langit utuh
Lihat bagian dalam mulut: dan tidak ada bagian yang
terbelah.
 Masukkan satu jari yang
Nilai kekuatan isap bayi. Bayi
menggunakan sarung tangan
akan mengisap kuat jari
ke dalam mulut, raba langit-
pemeriksa.
langit.
Lihat dan raba perut. Perut bayi datar, teraba lemas.
Tidak ada perdarahan,
pembengkakan, nanah, bau
Lihat tali pusat yang tidak enak pada tali
pusat.atau kemerahan sekitar tali
pusat
Kulit terlihat utuh, tidak terdapat
Lihat punggung dan raba tulang
lubang dan benjolan pada tulang
belakang
belakang
Tidak terdapat sindaktili,
Pemeriksaan ekstremitas atas polidaktili, siemenline, dan
dan bawah kelainan kaki (pes equino varus
dan vagus).
Lihat lubang anus
Terlihat lubang anus dan
Hindari memasukkan alat atau
periksa apakah mekonium
jari dalam memeriksa anus
sudah keluar.
Tanyakan pada ibu apakah bayi Biasanya mekonium keluar
sudah buang air besar dalam 24 jam setelah lahir.
 Bayi perempuan kadang terlihat
cairan vagina berwarna putih
atau kemerahan.
 Bayi laki-laki terdapat lubang
Lihat dan raba alat kelamin luar uretra pada ujung penis.
• Tanyakan pada ibu apakah  Teraba testis di skrotum.
bayi sudah buang air kecil  Pastikan bayi sudah buang air
kecil dalam 24 jam setelah lahir.
 Yakinkan tidak ada kelainan alat
kelamin, misalnya hipospadia,
rudimenter, kelamin ganda
 Berat lahir 2,5-4 kg.
Timbang bayi
 Dalam minggu pertama, berat
 Timbang bayi dengan
bayi mungkin turun dahulu
menggunakan selimut, hasil
(tidak melebihi 10% dalam
penimbangan dikurangi berat
waktu 3-7 hari) baru kemudian
selimut
naik kembali.
Mengukur panjang dan lingkar  Panjang lahir normal 48-52 cm.
kepala bayi  Lingkar kepala normal 33-37cm.
Tabel 1.1. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir Normal (Kemenkes, 2010)
Penilaian segera setelah lahir
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan:
Sebelum bayi lahir:
1. Apakah kehamilan cukup bulan?
2. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium?
Segera setelah bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih
dan kering yang telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan
penilaian berikut:
1. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
2. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
3. Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur
penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan
serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan
BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang
langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup
dilakukan manajemen BBL normal.
Pencegahan kehilangan panas
Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum
berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya
pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami
hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami
sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi
yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan
diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi
prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami
hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia
(temperatur tubuh lebih dari 37,5°C).

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :


 Keringkan bayi tanpa membersihkan verniks : Mengeringkan dengan
cara menyeka tubuh bayi kecuali telapak tangan, hal ini juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernapasannya.
 Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat. Ganti
handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan
selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
 Selimuti bagian kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki luas
permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan
panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
 Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya. Pelukan ibu
pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah
kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam
waktu satu (1) jam pertama kelahiran
 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir. Karena
bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain
atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari
selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan
berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam
jam setelah lahir.
Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah :
 Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi
(lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi)
 Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu
aksila antara 36,5º C – 37º C). Jika suhu tubuh bayi masih
dibawah 36,5º C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar,
tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat
tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu – bayi dan selimuti
keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap
stabil dalam waktu (paling sedikit) satu (1) jam.
 Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah
pernapasan
 Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan
tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk
mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau
selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah
dimandikan.
 Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
 Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan
kering
 Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering,
kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian
kepala bayi diselimuti dengan baik
 Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti
dengan baik
 Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
1. Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama
dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong
ibu untuk segera memberikan ASI
5. Perawatan Tali Pusat
1) Memotong dan Mengikat Tali Pusat
2) Klem, potong dan ikat tali pusat dua menit pasca bayi lahir.
3) Penyuntikan oksitosin pada ibu dilakukan sebelum tali pusat
dipotong.
4) Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3
cm dari dinding perut (pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan,
tekan tali pusat dengan dua jari kemudian dorong isi tali pusat
ke arah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan
pemotongan tali pusat). Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2
cm dari tempat jepitan ke-1 ke arah ibu.
5) Pegang tali pusat di antara kedua klem tersebut, satu tangan
menjadi landasan tali pusat sambil melindungi bayi, tangan yang
lain memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut dengan
menggunakan gunting DTT atau steril.
6) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya
7) Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke
dalam larutan klorin 0,5%.
8) Letakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk upaya Inisiasi
Menyusu Dini.
6. Kebutuhan BBL
Kebutuhan-kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang
yang optimal meliputi Asuh, Asih, dan Asah menurut Kosim, 2009
yaitu:
1. Kebutuhan Fisik-Biologis (ASUH):
Meliputi kebutuhan sandang, pangan, papan seperti: nutrisi,
imunisasi, kebersihan tubuh & lingkungan, pakaian,
pelayanan/pemeriksaan kesehatan dan pengobatan,
olahraga, bermain dan beristirahat.
a. Nutrisi : Harus dipenuhi sejak anak di dalam rahim. Ibu perlu
memberikan nutrisi seimbang melalui konsumsi makanan
yang bergizi dan menu seimbang. Air Susu Ibu (ASI) yang
merupakan nutrisi yang paling lengkap dan seimbang bagi
bayi terutama pada 6 bulan pertama (ASI Eksklusif).
b. Imunisasi : Perawatan kesehatan dasar seperti imunisasi
sesuai jadwal, pemberian vitamin K1 dan vitamin A biru
untuk bayi umur 6-11 bulan; vitamin A merah untuk anak
umur 12 – 59 bulan dan ibu nifas 2 kapsul diminum selama
nifas.
c. Kebersihan : meliputi kebersihan makanan, minuman,
udara, pakaian, rumah, sekolah, tempat bermain dan
transportasi
d. Bermain, aktivitas fisik, tidur : anak perlu bermain,
melakukan aktivitas fisik dan tidur karena hal ini dapat
 Merangsang hormon pertumbuhan, nafsu makan,
merangsang metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
 Merangsang pertumbuhan otot dan tulang
 Merangsang perkembangan
e. Pelayanan Kesehatan: anak perlu dipantau/diperiksa
kesehatannya secara teratur. Penimbangan anak minimal 8
kali setahun dan dilakukan setidaknya minimal 2 kali
setahun. Pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi setiap
bulan Februari dan bulan Agustus. Tujuan
pemantauan yang teratur untuk : mendeteksi secara dini dan
menanggulangi bila ada penyakit dan gangguan tumbuh-
kembang, mencegah penyakit serta memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak
2. Kebutuhan kasih sayang dan emosi (ASIH):
Asih adalah ikatan yang erat, serasi dan selaras antara ibu
dan anaknya diperlukan pada tahun tahun pertama kehidupan
anak untuk menjamin mantapnya tumbuh kembang fisik, mental
dan psikososial anak, seperti:
a. Kontak kulit antara Ibu dan Bayi
b. Menimang dan membelai bayi
3. Kebutuhan Stimulasi (ASAH):
Asah merupakan proses pembelajaran pada anak. Agar
anak tumbuh dan berkembang menjadi anak yang cerdas ceria
dan berakhlak mulia, maka periode balita menjadi periode yang
menentukan sebagai masa keemasan (golden period), jendela
kesempatan (window of opportunity), dan masa krisis (critical
period) yang tidak mungkin terulang.
Anak perlu distimulasi sejak dini untuk mengembangkan
sedini mungkin kemampuan sensorik, motorik, emosi-sosial,
bicara, kognitif, kemandirian, kreativitas, kepemimpinan, moral
dan spiritual anak.
7. KIE untuk orang tua
1. Nutrisi
a. Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika
payudara ibu penuh)
b. Frekuensi menyusui setiap 2-3 jam
c. Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam.
Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi
dan membantu pengeluaran mekonium.
d. Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan
2. Perawatan tali pusat
Anjurkan ibu dan keluarga untuk tidak membubuhi
apapun termasuk bedak dan alcohol pada tali pusat dan untuk
mengganti kasa setiap kali sesudah mandi untuk mencegah
infeksi. Berikan nasihat pada ibu dan keluarga sebelum
meninggalkan bayi:
 Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
 Luka tali pusat harus dijaga tetap kering dan bersih,
sampai sisa tali pusat mengering dan terlepas sendiri.
 Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan
air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama
dengan menggunakan kain bersih.
 Perhatikan tanda-tanda infeksi tali pusat: kemerahan pada
kulit sekitar tali pusat, tampak nanah atau berbau. Jika
terdapat tanda infeksi, nasihati ibu untuk membawa
bayinya ke fasilitas kesehatan.
3. Memandikan bayi
a. Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya
hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih
dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan
beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk
menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan.
b. Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan
hangat
c. Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih
dan kering
d. Pakaikan pakaian bayi dan usahakan untuk memberi topi
pada bayi.
4. Mempertahankan kehangatan bayi
a. Suhu ruangan setidaknya 18 - 21ºC
b. Jika bayi kedinginan, harus didekap erat ke tubuh ibu
c. Jangan menggunakan alat penghangat buatan di tempat
tidur (misalnya botol berisi air panas)
5. Tanda bahaya BBL
a. Pernapasan – sulit atau lebih dari 60 kali permenit
b. Kehangatan – terlalu panas (>38 atau terlalu dingin < 36
derajat celcius).
c. Warna – kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau
pucat, memar.
d. Pemberian makan – hisapan lemah, mengantuk berlebihan,
banyak muntah.
e. Tali pusat – merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk,
berdarah.
f. Infeksi – suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan
(nanah), bau busuk, pernapasan sulit.
g. Tinja/kemih – tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek,
sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja.
h. Aktivitas – menggigil, atau tangis tidak biasa, sangat
mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai,
kejang, kejang halus, tidak bisa tenang,

Anda mungkin juga menyukai