Anda di halaman 1dari 11

BAB II

METODE PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum dilaksanakan pada hari Selasa dan Rabu tanggal 16 &

17 April 2013 bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Laboratorium dasar

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitass Lambung

Mangkurat Banjarbaru.

2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas objek, cover

glass, skapel, gunting, lampu spiritus (bunsen), pipet tetes, dan mikroskop.

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sampel kulit

kepala, rambut (akar dan ujung), larutan KOH 10%, LPCB (Lactophenol cotton

blue), dan alkohol.

2.3 Prosedur Kerja

A. Cara Membuat Kerokan Kulit

1. Kulit Dibersihkan dengan alkohol

2. Dikerok dengan skapel bagian tepi dari lesi yang paling aktif dan tertutup

squama

3. Diletakkan di kaca objek

4. KOH 10% / LPCB diteteskan 1 tetes pada objek glass

5. Dibasahi dan kerokan ujung ose pada kerokan kulit

6. Squama di ambil beberapa, letakkan pada larutan LPCB, tetap dengan dek

glass
7. Diamati dibawah mikroskop

B. Cara Membuat Sediaan Rambut

1. Rambut yang dicurigai di ambil

2. Dipotong dan di beri KOH 10 % / LPCB

3. Diperiksa di bawah mikroskop.


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil

Tabel 1. Hasil Pengamatan Sampel Dengan Pewarnaan (KOH 10%) Sampel A

No. Jenis Pewarnaan Gambar Keterangan


1 Preparat natief (KOH
10 %) Negatif (-)
(Warna coklat Warna coklat
menandakan hasil Perbesaran 40x
negatif untuk jamur)
Ujung Rambut

Positif (+)
Warna hijau
Perbesaran 40x

Akar rambut

Positif (+)
Warna biru
Perbesaran 40x

Kulit kepala
Tabel 2. Hasil Pengamatan Sampel Dengan Pewarnaan (KOH 10 %) Sampel B

No Jenis pewarnaan Gambar keterangan


Kulit Kepala
1. Preparat Natief Warna coklat
(KOH 10%) Perbesaran 40x
(Warna coklat Hasil negatif
menandakan hasil
negatif untuk jamur)

Akar Rambut

Warna coklat
Perbesaran 40x
Hasil negatif
Ujung Rambut

Warna coklat
Perbesaran 40x
Hasil negatif

Tabel 3. Hasil Pengamatan Sampel Dengan Pewarnaan (LPCB) Sampel C

No Jenis pewarnaan Gambar keterangan


1. Dengan pengecatan
(Lactophenol cotton
blue) Negatif (-)
(Warna biru Warna coklat
menandakan hasil Perbesaran 40x
positif yang Ujung rambut
merupakan sisa dari
lactophenol blue)
Negatif (-)
Warna coklat
Perbesaran 40x
Akar rambut

Positif (+)
Warna biru
Perbesaran 40x
Kulit kepala

Tabel 4. Hasil Pengamatan Sampel Dengan Pewarnaan (LPCB) Sampel D

No Jenis pewarnaan Gambar keterangan


KulitKepala
1. Pengecatan LCB
(Lactophenol cotton Warna biru
blue) Perbesaran 40x
Hasil positif
(Warna coklat
menandakan hasil
negatif untuk jamur, Akar Rambut
Warna biru Warna biru
menandakan hasil Perbesaran 40x
positif yang Hasil positif
merupakan sisa dari
lactophenol blue)

Ujung Rambut

Warna biru
Perbesaran 40x
Hasil positif

3.2 Analisis hasil praktikum

Jamur berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding dari

selulosa atau kitin atau keduanya, mempunyai protoplasma yang mengandung

satu atau lebih inti, tidak mempunyai klorofil dan berkembangbiak secara

aseksual atau seksual. Kebanyakan jamur dihasilkan melalui pembentukan

konidia melalui mitosis selama nomor kromosom tetap sama. Penjelasan

mengenai spesies secara garis besar berdasarkan atas berbagai struktur aseksual

dan jamur dikenali atas dasar ciri-ciri morfologi hifa, ragi dan konidia yang

mungkin terbentuk pada kandifora khusus, pada sisi atau ujung dari hifa yang

tidak khusus atau dari satu sel hifa.

Percobaan yang dilakukan kali ini adalah pemeriksaan jamur. Tujuan dari

percobaan ini, yaitu agar praktikan dapat melakukan pemeriksaan terhadap jamur.

Adapun sampel atau bahan utama yang digunakan pada uji ini, yaitu kulit kepala,

rambut (akar dan ujung bagian atas dekat akar rambut). Pada percobaan

pemeriksaan jamur dilakukan dengan mengambil bagian rambut yang dipotong

kecil-kecil dan potongan rambut tersebut kemudian diletakan pada kaca objek dan
diberikan 1 tetes KOH 10% dan preparat rambut tersebut kemudian diamati pada

mikroskop. Dan mengambil bagian kulit kepala dengan cara dikerok, di letakkan

pada objek glass dan di berikan 1 tetes KOH 10% /LPCB kemudian di amati di

bawah mikroskop.

Rambut yang terinfeksi jamur dimana sampel ini digunakan adalah

dibedakan atas dua 2 tipe yaitu type ectotric. Type ini merupakan rambut bagian

atas yang patah dan di bagian luar rambut jamur tersebut tampak sebagai

spora/hypa taruna. Adapun penyebab tipe ini adalah Microsporum canis,

M.hypseum, M.audoini, M.violaceum, Trichophyton ferruginum, t.rabrum. Tipe

yang lain adalah type endotrix rambut bagian bawah yang patah dan di bagian

dalam rambut jamur tersebut tampak sebagai hypha/spora di dalam jamur yang

disebabkan Trichopyton, rosaseum, T. Shcoenleni, T. Tonsurans, T. Violaseum.

Percobaan ini dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop dan

apabila suatu sampel rambut yang terdapat jamur maka akan terlihat dibawah

mikroskop tampak anyaman hype yang padat dengan ascus diantaranya. Dari

pemeriksaan jamur pada preparat memberikan hasil yang didapat negatif (tidak

terdapat jamur) dimana preparat rambut dan kulit kepala berwarna coklat.

Pemeriksaan mikroskopik preparat natif (tanpa pewarnaan) memiliki ciri yang

khas apabila hasilnya positif atau sampel tersebut ada jamurnya. Caranya, yaitu

dengan meletakkan sampel pada gelas objek yang ada preparat natif. Jika saat

diamati di bawah mikroskop, sampel tersebut tidak berwarna coklat, maka dapat

dipastikan bahwa sampel tersebut mengandung jamur. Namun, bila sampel yang

diamati di bawah mikroskop berwarna coklat artinya sampel tidak mengandung

jamur.
Pemeriksaan mikroskopik preparat sampel A dengan KOH 10% diperoleh

hasil negatif pada sampel ujung rambut yang ditetesi dengan preparat ini

memberikan warna coklat, artinya sampel tidak mengandung jamur, dan pada

sampel akar rambut dan kulit kepala diperoleh hasil positif dengan hasil warna

hijau/biru artinya sampel mengandung jamur. Sedangkan preparat sampel B

dengan KOH 10% diperoleh hasil negatif pada sampel ujung rambut dan akar

rambut yang ditetesi dengan preparat ini memberikan warna coklat, artinya

sampel tidak mengandung jamur, dan pada sampel kulit kepala diperoleh hasil

positif dengan hasil warna hijau/biru artinya sampel mengandung jamur.

Pemeriksaan mikroskopik preparat sampel C dengan LPCB (dengan

pewarnaan) diperoleh hasil negatif pada sampel ujung rambut dan akar rambut

yang ditetesi dengan preparat ini memberikan warna coklat , artinya sampel tidak

mengandung jamur. Dan pada sampel kulit kepala diperoleh hasil positif dengan

hasil warna biru pada sampel yang artinya sampel mengandung jamur. Sedangkan

pemeriksaan mikroskopik preparat sampel D dengan LPCB (dengan pewarnaan)

diperoleh hasil positif pada sampel ujung rambut, akar rambut dan kulit kepala

yang ditetesi dengan preparat ini memberikan warna biru , artinya sampel sampel

mengandung jamur.

Infeksi jamur pada kulit kepala dan rambut dapat disebabkan karena

kurangnya memperhatikan kebersihan dari kulit kepala dan rambut. Menurut

literatur (Fajriansyah, 2010), pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk.

Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan

iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna

putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang
berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang

menyerang. Penyebab penyakit kulit tersebut yang terkenal adalah disebabkan

oleh beberapa spesies Trichophyton, beberapa spesies Microsporum, beberapa

Epidermophyton dan Malassezia furfur yang menyebabkan berbagai penyakit

pada kulit.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemeriksaan mikroskopik preparat sampel A dengan KOH 10% diperoleh

hasil negatif pada sampel ujung rambut yang ditetesi dengan preparat ini

memberikan warna coklat, artinya sampel tidak mengandung jamur, dan

pada sampel akar rambut dan kulit kepala diperoleh hasil positif dengan

hasil warna hijau/biru artinya sampel mengandung jamur.

2. Preparat sampel B dengan KOH 10% diperoleh hasil negatif pada sampel

ujung rambut dan akar rambut yang ditetesi dengan preparat ini memberikan

warna coklat, artinya sampel tidak mengandung jamur, dan pada sampel

kulit kepala diperoleh hasil positif dengan hasil warna hijau/biru artinya

sampel mengandung jamur.

3. Pemeriksaan mikroskopik preparat sampel C dengan LPCB (dengan

pewarnaan) diperoleh hasil negatif pada sampel ujung rambut dan akar

rambut yang ditetesi dengan preparat ini memberikan warna coklat , artinya

sampel tidak mengandung jamur. Sampel kulit kepala diperoleh hasil positif

dengan hasil warna biru pada sampel yang artinya sampel mengandung

jamur.

4. Pemeriksaan mikroskopik preparat sampel D dengan LPCB (dengan

pewarnaan) diperoleh hasil positif pada sampel ujung rambut, akar rambut
dan kulit kepala yang ditetesi dengan preparat ini memberikan warna biru ,

artinya sampel sampel mengandung jamur.

4.2 Saran

Dalam melakukan kegiatan praktikum diharapkan praktikan memiliki

ketelitian dan kebersihan dari alat-alat maupun dari praktikan yang melakukan

kegiatan praktikum diperlukan kecermatan dalam pengamatan hasil serta

keterampilan dalam penanganan peralatan.


DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.


Jakarta

Fajriansyah. 2010. Jangan Anggap Remeh Jamur Kulit


http://agustiarfajriansyah.blogspot.com/2010/04/jangan-anggap-remeh-
jamur-kulit.html
Diakses pada tanggal 18 April 2013

Felayati, U. 2010. Hifa Jamur (Jamur Mikroskopis)


http://THE-FLY-HIFA-JAMUR(jamur-mikroskopis).html
Diakses pada tanggal 18 April 2013

Sukamto. 2004. Paru


http://library.usu.ac.id/download/fk/paru-sukamto.pdf
Diakses pada tanggal 18 April 2013

Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Erlangga :Jakarta

Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press. Malang.

Anda mungkin juga menyukai