Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BUDAYA TIMUR TENGAH

EMANSIPASI WANITA DI TIMUR TENGAH

Oleh:

NUR FADHILA JAHARUDDIN


NIM. 70600116015

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat limpahan
rahmat dan anugerah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah
EMANSIPASI WANITA DI TIMUR TENGAH tepat pada waktunya. Penulisan
makalah ini dilakukan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah budaya timur
tengah di Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk dijadikan bahan evaluasi.

Makassar, 27 Oktober 2019


Penulis,

Nur Fadhila Jaharuddin

2
DAFTAR ISI

Sampul ........................................................................................................ 1
Kata pengantar ........................................................................................... 2
Daftar isi .................................................................................................... 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ..................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan .................................................................................................. 5

BAB II Pembahasan
A. Emansipasi Wanita .............................................................................. 6
B. Perspektif Islam Terhadap Emansipasi Wanita ................................... 6
C. Gerakan Emansipasi Wanita dan Pengaruh Di Timur Tengah ............ 7
D. Penerapan Emansipasi Wanita ............................................................. 12

BAB III Penutup


A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
Daftar Pustaka ........................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan manusia tidak akan lepas dari perbedaan antara aturan-
aturan yang berlaku pada laki-laki dan perempuan. Alasan perbedaan ini
kemudian menjadikan timbulnya alasan untuk mereduksi berbagai peran
perempuan di dalam kehidupan bermasyarakat maupun keluarga. Kaum laki-
laki akan lebih dianggap memiliki peran dominan dalam hal mengatur dan
bebas, sementara perempuan memperoleh peran yang terbatas di sektor
domestik. Adanya kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat
memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah, emosional, halus dan
pemalu sementara laki-laki makhluk yang kuat, rasional, kasar serta pemberani.
Adanya perbedaan-perbedaan ini kemudian diyakini sebagai takdir atau
ketetapan yang telah diberikan Tuhan. Barang siapa yang berusaha
merubahnya, maka dianggap menyalahi kodrat bahkan dianggap menentang
ketetapan Tuhan. Hal ini kemudian dianggap sebagai sikap diskrimansi
terhadap perempuan dan melanggar hak perempuan, padahal perempuan
memiliki hak dan kewajiban menjalankan kehidupan yang di muliakan oleh
agama islam.
Oleh sebab itu untuk menghapus tindakan tersebut terdapat perjuangan
kaum wanita dalam menegakkan keadilan untuk kaum perempuan. Adapun
gerakan tersebut sebagai gerakan Emansipasi wanita dan juga gerakan
yang bertujuan menyetarakan gender islam juga medukung terhadap
kesataraan perempuan dengan laki-laki yang dalam hal ini berdalih pada Al-
Quran dan hadist.
Gerakan emansipasi telah terjadi sejak awal abad ke-20 di negara-negara
Timur Tengah. Gerakan tersebut umumnya tidak serta merta menuntut hak-hak
mereka sebagai perempuan. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
membahas mengenai emansipasi wanita di timur tengah yang merupakan
tempat awal diperkenalkannya gerakan emansipasi wanita.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan emansipasi wanita?
2. Bagaimana perspektif Islam terhadap emansipasi wanita?
3. Bagimana emansipasi wanita di Timur Tengah?
4. Apa pengaruh timbulnya emansipasi wanita di Timur Tengah?
5. Bagimana penerapan emansipasi wanita?
C. Tujuan
1. Mengetahui maksud dari emansipasi wanita
2. Mengetahui perspektif Islam terhadap emansipasi wanita
3. Mengetahui bagaimana emansipasi wanita di Timur Tengah
4. Mengetahui pengaruh akibat timbulnya emansipasi wanita di Timur Tengah
5. Mengetahui penerapan emansipasi wanita

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Emansipasi Wanita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), emansipasi memiliki arti
pembebasan dari perbudakan. Arti lainnya yakni persamaan hak dari berbagai
aspek kehidupan masyarakat seperti persamaan kedudukan antara laki-laki dan
perempuan. Sementara perempuan berasal dari kata “empu” yang memiliki arti
"tuan" dan orang yg sangat ahli. Sedangkan menurut istilah perempuan adalah
seseorang yang dihormati dan bersifat mengasihi.1
Sehingga, istilah emansipasi wanita secara harfiah adalah kesetaraan hak
dan juga diartikan sebagai suatu usaha untuk menuntut persamaan hak-hak
kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala bidang kehidupan.
Emansipasi wanita bertujuan memberi wanita kesempatan bekerja, belajar, dan
berkarya seperti halnya para pria, seimbang dengan kemampuannya.
Pengertian sama di sini lebih dipersepsikan pada kata sejajar karena tidak
dipungkiri wanita dan laki-laki erbeda.1
Emansipasi wanita adalah proses pelepasan diri para wanita dari
kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang
membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. 2
B. Perspektif Islam Terhadap Emansipasi Wanita
Islam sangat memuliakan wanita. Al-Quran dan sunnah memberikan
perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat kepada wanita,
baik sebagai anak, ibu , istri, saudara maupun peran lainnya. Seperti apa yang
disebutkan di dalam QS. An-Nisa, yang memandang perempuan sebagai
makhluk yang mulia dan harus di hormati, yang pada satu waktu masyarakat
Arab sangat tidak menghiraukan nasib mereka. Mengingat tentang Emansipasi
wanita yang konon diartikan sebagai tuntutan persamaan gender dengan pria
maka menurut perspektif islam sejalan dengan peikiran tersebut. Islam telah
menghapus perbedaan diantara laki-laki dan wanita dalam persamaan nilai
manusia. 3

6
Konsep kesetaraan dan keadilan gender dalam Islam sesungguhnya telah
menjadi bagian substantive nilai-nilai universal Islam melalui pewahyuan Al-
Qur’an dan Al-Hadits dari Allah Yang Maha Adil dan Maha Pengasih. Laki-
laki dan perempuan ditempatkan pada posisi yang setara untuk kepentingan
dan kebahagiaan mereka di dunia maupun di akhirat. Karena itu, laki-laki dan
permpuan mempunyai hak-hak dasar dan kewajiban yang sama sebagai hamba
Allah, yang membedakan hanyalah ketaqwaan di hadapan-Nya. 3
Hal diatas sesuai dengan pandangan Al-Qur’an. Dalam hal ini, salah satu
ayat yang dapat diangkat dalam firman Allah SWT yang berbunyi:
“Wahai seluruh manusia, sesungguhnya kami telah menciptakan kamu
(terdiri) dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kamu berbangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling bertaqwa”. Masih berkaitan tentang
persamaan antara laki-laki dan perempuan, ditemukan riwayat juga oleh ibn
Jarir dari Abi Karib, dari Muawiyah dan dari Muhammad bin Uar dari Abi
Salamah bahwa Yahya bin Abdurrahman bin Habib menceritakan dari Ummu
sullamah berkata ”Wahai Rasululllah kenapa dalam Al-Quran yang
disebutkan hanya laki-laki saja perempuan tidak disebut?”, maka turunlah
ayat QS. Al-Ahzab (33): 35. Yang artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan
perempuan yang muslim dan mukmin, yang tetap dalam ketaatannya yang
baik, yang sabar, yang khusyu’, yang bersedekah, yang berpuasa, yang
memelihara kehormatannya yang banyak menyebutkan nama Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala”. 3
C. Gerakan Emansipasi Wanita dan Pengaruhnya Di Timur Tengah
Gerakan perempuan di negara-negara Timur Tengah telah terjadi sejak
awal abad ke-20. Gerakan tersebut umumnya tidak serta merta menuntut hak-
hak mereka sebagai perempuan, tetapi juga kesadaran untuk mendapatkan hak-
hak yang sama lahir setelah mereka ikut berjuang dengan kaum laki-laki.
Gerakan perempuan di negara Timur Tengah seperti Mesir dan Palestina dipicu
oleh gerakan nasionalisme menentang bentuk-bentuk imperialism4. Dengan itu

7
kaum laki-laki sadar bahwa kaum perempuan juga memiliki kekuatan dan
kemampuan yang sama dengan kaum laki-laki.
1. Mesir
Mesir merupakan negara di Timur Tengah yang pertama kali
menyadari hal ini yaitu pada abad ke-20, oleh karena itu orang-orang
Mesirlah yang pertama mengadakan kontrak dengan dunia barat. Diantara
jajaran pemikir-pemikir Islam di Mesir yang pertama memunculkan ide-ide
emansipasi wanita adalah Al-Tahtawy. Tetapi pemikir yang mempunyai
perhatian besar d an menghususkan dirinya untuk membicarakan hal ini
adalah Qasim Amin.
Gerakan perempuan tumbuh seiring dengan isu nasionalisme.Pada
tanggal 16 Maret 1919, untuk pertama kalinya kaum perempuan kelas atas
dan menengah turun ke jalan-jalan melakukan perlawanan dengan
berdemonstrasi. Ratusan perempuan dengan pakaian khas perempuan kelas
atas dan wajah yang tertutup hijab bergerak dengan gagah berani menantang
pasukan Inggris. Aksi-aksi besar yang terjadi di tahun 1919 itu kemudian
dikenal dengan Revolusi 1919.5
Selain menuntut pembebasan para aktivis politik yang berjuang untuk
kemerdekaan Mesir, mereka juga memprotes pemerintah Inggris karena
tindakannya yang penuh kekerasan dalam menghadapi rakyat Mesir. Usaha
yang dilakukan untuk menuntut kebebasan para tahanan politik dan protes
terhadap tindakan pasukan Inggris bukan hanya dilakukan dengan hanya
demonstrasi di jalan-jalan. Strategi pertama yang mereka lakukan adalah
mengirim sebuah petisi kepada Ketua Komisi Tinggi Inggris ketika itu.
Sayangnya petisi tersebut tidak mendapatkan tanggapan dari pihak Inggris.
Selain menulis petisi, para perempuan Mesir kelas atas yang dipimpin oleh
Huda Sharawi, mengirim surat kepada Lady Burnet, yang tidak lain adalah
istri Ketua Komisi Tinggi Inggris, namun surat itu tidak ditanggapi oleh
Lady Burnet. Usaha para perempuan Mesir untuk mengirim petisi dan surat
tidak membuahkan hasil, akhirnya mereka berkumpul lagi untuk melakukan
aksi turun ke jalan. Kemudian perempuan yang jumlahnya ratusan itu

8
berdemonstrasi turun ke jalan. Perjuangan ini memakan korban bernama
Shafiqa Muhammad, salah satu dari demonstran. Namun perjuangan
merekan yang penuh perjuangan itu tidak sia-sia. Revolusi Mesir tahun
1919 memberi dampak yang sangat besar bagi rakyat dan negara Mesir.6
Partisipasi perempuan dalam revolusi tersebut ternyata melahirkan
kesadaran pada kaum perempuan, terutama perempuan kelas atas yang
memotori demonstrasi tersebut, bahwa mereka memiliki kemampuan dan
kekuatan yang sama dengan kaum laki-laki. Kaum perempuan kelas atas
yang selama ini hidup di ruang yang sangat terbatas kemudian menuntut
agar mereka dan perempaun Mesir lainnya diberi hak yang sama dengan
laki-laki untuk turut berpartisipasi aktif di berbagai bidang. Perjuangan
mereka tidak sia-sia. Kini, telah banyak kemajuan yang kini telah dicapai
oleh perempuan Mesir di berbagai bidang.
Perjuangan untuk menyadarkan perempuan Mesir terhadap kedudukan
dan hak-haknya telah berlangsung lama. Bahkan jauh sebelum terjadi
revolusi pada tahun 1919. Ide pembebasan perempuan mulai ditiupkan oleh
Qasim Amin, seorang cendekiawan yang sangat prihatin terhadap
keterbelakangan kaum perempuan di Mesir ketika itu.
2. Arab Saudi
Berbeda dengan Mesir, tidak semua kaum perempuan di negara-
negara Arab berjuang untuk mendapatkan persamaan hak di beberapa
bidang. Negara-negara tersebut misalnya seperti Kuwait, Tunisia, Uni
Emirat Arab dan lain-lain. Hal ini disebabkan salah satunya adalah karena
kaum laki-laki di negara-negara tersebut cukup akomodatif. Ironisnya
mereka hanya mendukung dalam sektor pendidikan saja, namun hak
perempuan dalam politik tidak diakui.
Sekitar awal abad ke-20, pertemuan hanya masih menikmati
pendidikan tradisional di rumah atau di sekolah- sekolah kuttab untuk
mendapatkan pendidikan Al-Quran, namaun mereka belum bisa menikmati
pendidikan modern. Pada tahun 1960-an perempuan boleh memasuki
sekolah modern. Sekolah modern untuk perempuan yang pertama ini

9
bertujuan untuk mendidik perempuan agar dapat menjadi pengelola rumah
tangga yang baik berdasarkan ajaran agama Islam.Pendidikan bagi kaum
peremouan terus dibuka seluas- luasnya setelah minyak ditemukan di
Negara petro dollar tersebut. Booming ekonomi bahkan membuat banyak
perempuan kelas atas bersekolah diluar negeri.7
Di sisi lain perempuan masih sangat terbatas untuk bergerak di ruang
publik. Salah satu bentuk pembatasan itu adalah pelarangan mengendarai
mobil. Pelarangan ini memancing protes dari beberapa kalangan perempuan
professional Arab Saudi. Sekitar 47 perempuan berdemonstrasi
mengendarai mobil di jalan raya King Abdul Aziz. Peristiwa yang terjadi
pada tahun 1990 ini menyebabkan mereka ditangkap.
Gerakan perempuan di Saudi Arabia dapat dibagi menjadi tiga
periode, yaitu:
1. Periode pertama 1932-1950 Perempuan Saudi didefinisikan lebih
berperan dalam bidang tradisional dan domestic seperti mengelola rumah
tangga dan mengasuh anak.
2. Periode kedua 1960-1970 dibawah kepemimpinan Raja Faisal perempuan
Saudi mendapat peran yang lebih dari sekedar peran tradisional bahkan
sampai bisa mengenyam pendidikan di luar negeri.
3. Periode setelah 1970an, perempuan Saudi mengalami kemunduran peran
akibat pengaruh dari pecahnya revolusi Iran.
Di beberapa negara Arab lainnya, perjuangan perempuan untuk
mendapatkan hak-hak mereka tidak menemui permasalahan yang berarti. Di
Aljazair, kesadaran perempuan lahir setelah mereka juga ikut berjuang
bersama kaum laki-laki dalam menentang penjajahan Perancis. Perlawanan
rakyat Aljazair terhadap Pernacis berlangsung selama 9 tahun, yaitu dari
tahun 1954 sampai dengan 1962. Menurut Frantz Fanon, dengan ikut
sertanya perempuan dalam suatu perlawanan, lambat laun akanmenyadarkan
hak-hak mereka sebagai perempuan. Kesadaran inilah yang melahirkan
emansipasi.6

10
Pada saat terjadinya perlawanan rakyat Aljazair, kaum perempuan
juga ikut berperan aktif. Ketika pasukan Perancis semakin gencar
melakukan serangan terhadap para pejuang Aljazair, kaum perempuan
mengambil alih beberapa pos-pos penting, seperti menjadi informan.
Bahkan para perempuan juga mengemban misi yang sangat berat dengan
menjadi perantara pembawa bom ketika pejuang Aljazair mulai melakukan
perlawanan terhadap Perancis. Hal ini dilakukan karena perempuan
cenderung tidak dicurigai jika ia sebenarnya mengemban misi-misi tertentu
untuk membantu perjuangan.
Peran perempuan yang cukup signifikan dalam perjuangan itu
menumbuhkan kesadaran bahwa sebenarnya mereka memiliki kekuatan dan
kemampuan. Dalam masyarakat tradisional, Aljazair khususnya, perempuan
berada di posisi yang lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, dari saat
dilahirkan sampai kematiannya. Ketidakikutsertaan mereka dalam masalah-
masalah publik bukan karena mereka tidak memiliki kemampuan melainkan
karena kesempatan yang tidak diberikan.
Emansipasi yang ditintut perempaun Aljazair tidak mengalami
hambatan yang berarti karena para penguasa juga akomodatif terhadap
masalah tersebut. Ahmad Ben Bella, presiden pertama Aljazair juga
mengizinkan perempuan untuk berpartisipasi di ruang-ruang publik. Hak-
hak perempuan juga dijamin dalam undang-undang yang dibuat pada 27
Juni 1976. Sejak kemerdekaannya, Aljazair menjamin persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki termasuk di dalam bidang politik.Sejak itu,
perempuan juga dapat berkarir di berbagai bidang.
Hal serupa juga terjadi di Kuwait, walaupaun tidak berlaku di semua
bidang. Perempuan Kuwait diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk
mendapatakan pendidikan dan berkarya, meskipun perempuan di Kuwait
telah mendapatakan persamaan hak dengan kaum laki-laki dalam berbagai
bidang, namun dalam bidang politik mereka tidak memiliki hak sama sekali.
Sampai saat ini, mereka tidak memiliki hak suara dalam pemilihan anggota
parlemen.

11
Walaupaun perempuan di Kuwait dapat mengenyam pendidikan,
mendapatakan ilmu dan pemikiran-pemikiran baru, namun tidak ada
gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan masalah-masalah politik
atau reformasi sosial. Perempuan di Kuwait juga menikmati hak yang sama
dengan laki-laki, mulai dari pendidikan sampai dengan pekerjaan.
Walaupun dahulu juga dikenal budaya harem, namun setelah booming
minyak pada tahun 1950, lambat laun kehidupan masyarakat Kuwait juga
berubah. Modernisasi yang pesat diikuti dengan berbagai perubahan gaya
hidup, termasuk pada para perempuan Kuwait. Budaya Barat pelan-pelan
memengaruhi kehidupan mereka, misalnya dari cara berpakaian.
Peningkatan ekonomi yang pesat diikuti oleh pembanguna berbagai
fasilitas, sarana dan prasarana untuk mendukung perekonomian, juga
pendidikan.Bidang pendidikan mendapat perhatian yang cukup besar. Di
dalam pendidikan, perempuan mendapatkan kesempatan yang sama untuk
duduk di bangku sekolah, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat
universitas.
Pemerintah Uni Emirat Arab juga melihat bahwa pendidikan terutama
untuk kaum perempuan adalah sesuatu yang amat penting. Dengan
dibukanya akses pendidikan kepada perempuan, diharapkan juga akan
membawa kemajuan bagi bangsa mereka. Selain itu, negara yang juga kaya
akan minyak ini juga sangat berambisi untuk menjadi negara maju sehingga
juga harus dikedepankan pemikiran modern, bukan sistem kesukuan lagi.
D. Penerapan Emansipasi Wanita
Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang luar biasa saat ini
sesungguhnya dapat diklasifikasikan dalam 5 model kecenderungan:
1. Fundamentalis
Model pemikiran yang sepenuhnya percaya pada doktrin Islam
sebagai satu-satunya alternatif bagi kebangkitan Islam dan manuisa. Bagi
mereka, Islam telah mencakup segala aspek kehidupan sehingga tidak
memerlukan segala teori dan metode dari luar, apalagi barat. Garapan
utamanya adalah menghidupkan kembali Islam sebagai agama, budaya

12
sekaligus peradaban dengan menyerukan untuk kembali pada sumber
asli (al-qur’an dan sunnah) dan mempraktekkan ajaran Islam sebagaimana
yang dilakukan Rasul dan Khulafa’al-Rasyidin. Tradisi dan sunnah
Rasul harus dihidupkan kembali dalam kehidupan modern sebagai bentuk
kebangkitan Islam. (Misbachuddin, 2010).
2. Tradisionalis (salaf)
Model pemikiran yang berusaha berpegang pada tradisi-tradisi yang
telah mapan. Bagi mereka, segala persoalan umat telah diselesaikan secara
tuntas oleh para ulama terdahulu (Misbachuddin, 2010).
3. Reformis
Berusaha merekonstruksi ulang warisan budaya Islam dengan cara
memberi tafsiran baru. Menurut mereka, Islam telah mempunyai tradisi
yang bagus dan mapan (Misbachuddin, 2010).
4. Posttradisionalis
Berusaha mendekonstruksi warisan Islam berdasarkan standar
modern. Model ini sesungguhnya sama dengan reformis yang menerima
tradisi dengan interpretasi baru. Perbedaannya, posttradisionalis
mempersyaratkan dekonstruktif atas tradisi, bukan sekedar rekonstruktif
sehingga yang absolut menjadi relatif dan ahistoris menjadi historis.
(Misbachuddin, 2010)
5. Modernis
Model pemikiran yang hanya mengakui sifat rasional-ilmiah dan
menolak kecenderungan mistik. Menurutnya, tradisi masa lalu sudah
tidak relevan sehingga harus ditinggalkan. Karakter utama gerakannya
adalah keharusan berpikir kritis dalam soal keagamaan dan kemasyarakatan.
Mereka biasanya banyak dipengaruhi cara pandang marxixme. Meski
demikian mereka bukan sekuler. (Misbachuddin, 2010)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Emansipasi memiliki arti pembebasan dari perbudakan, sementara
perempuan berasal dari kata “empu” yang memiliki arti "tuan" dan orang yg
sangat ahli. Sehingga, istilah emansipasi wanita secara harfiah adalah
kesetaraan hak dan juga diartikan sebagai suatu usaha untuk menuntut
persamaan hak-hak kaum wanita terhadap hak-hak kaum pria di segala bidang
kehidupan.
Dalam Islam wanita sangat dimuliakan. Al-Quran dan sunnah
memberikan perhatian yang sangat besar serta kedudukan yang terhormat
kepada wanita, baik sebagai anak, ibu, istri, saudara maupun peran lainnya.
Seperti apa yang disebutkan di dalam QS. An-Nisa, yang memandang
perempuan sebagai makhluk yang mulia dan harus di hormati.
Gerakan perempuan di negara-negara Timur Tengah telah terjadi sejak
awal abad ke-20. Gerakan tersebut umumnya tidak serta merta menuntut hak-
hak mereka sebagai perempuan, tetapi juga kesadaran untuk mendapatkan hak-
hak yang sama lahir setelah mereka ikut berjuang dengan kaum laki-laki.
Gerakan perempuan pertama di negara Timur Tengah seperti Mesir dan
Palestina dipicu oleh gerakan nasionalisme menentang bentuk-bentuk
imperialism. Dengan itu kaum laki-laki sadar bahwa kaum perempuan juga
memiliki kekuatan dan kemampuan yang sama dengan kaum laki-laki.
Sementara dinegara Arab emansipasi timbul sebagai akibat keikutsertaan
perempuan dalam peperangan.
Perkembangan pemikiran Islam kontemporer yang luar biasa saat ini
sesungguhnya dapat diklasifikasikan dalam 5 model kecenderungan yaitu
pemikiran fundamentalis, tradisionalis (salaf), reformis, posttradisionalis, dan
modernis

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online


2. Hasri. Al Khawarizmi. Emansipasi Wanita di Mesir (Pemikiran Qasim Amin
di Mesir). Vol. II, Edisi 2, Oktober 2014: Hal 107-114. Fakultas Tarbiyah,
STAIN Palopo.
3. Afif, MAR. Emansipasi Wanita. Journal of Angiotherapy. Desember 2018
4. Linda U. Soffan.1980.Woman of The United Arab Emirates. New York:
Harper & Row Publishers
5. Soha Abdel Kader.1987.Egyptian Woman in Changing Society: 1899-
1957.London: Lynne Riener Publicity
6. Elizabeth WF.1977.Middle Eastern Women Speak, ed. Texas: University of
Texas Press
7. Subono, Nur Iman. 2000. Gerakan Perempuan Islam. Jakarta: Jurnal
Perempuan

15

Anda mungkin juga menyukai