Askep Pasien Dengan Gastritis
Askep Pasien Dengan Gastritis
Gastritis kronik
Aspek imunologis
Dapat dilihat dari ditemukannya autoantibody terhadap factor intrinsik
lambung dan sel partial pada pasien dengan anemia pernisiosa. Kasus ini
jarang ditemukan.
Aspek bakteriologi
Salah satu bakteri penyebab gastritis adalah “ Helicobacter pylori” dan sering
dijumpai berbentuk gastritis kronis aktif autrum.
Factor lain yang juga dapat menyebabkan gastritis kronis adalah refluk kronik
cairan pankreatobilier, asam empedu dan lisosetin, alcohol berlebih, teh panas
dan merokok.
5. Klasifikasi
Secara garis besar, gastritis dapat dibagi menjadi beberapa bagian berdasarkan :
a. Manifestasi klinis
b. Gambaran hispatologi
c. Distribusi anatomi
d. Kemungkinan pathogenesis gastritis
6. Gejala klinis
a. Gastritis akut erosive sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada kasus
yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1) Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai
terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2) Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis.
Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada uluhati, biasanya ringan
dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat lokasinya.
3) Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4) Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5) Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai darah
samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda anemia
defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6) Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali mereka
yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga menimbulkan tanda dan
gejala gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat,
keringat dingin, takikardia sampai gangguan kesadaran.
b. Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kesadaran : pada awalnya CM ( compos mentis), perasaan tidak berdaya.
b) Respirasi : tidak mengalami gangguan
c) Kardiovaskuler : hypotensi, takikardia, disritmia, nadi perifer lemah, pengisian
kapiler lambat (vasokontriksi), warna kulit pucat, sianosis,
kulit/membrane mukosa berkeringat ( status syok, nyeri
akut)
d) Persyarafan : sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu,
disorientasi/bingung, nyeri epigastrium.
e) Pencernaan : anoreksia, mual, muntah oleh karena luka duodenal, nyeri ulu
hati, tidak toleran terhadap makanan ( coklat, pedas), membrane
mukosa kering. Factor pencetus : makanan, rokok, alcohol, obat-
obatan dan stressor psikologi.
f) Genetourenaria : biasanya tidak mengalami gangguan.
g) Muskuloskletal : kelemahan, kelelahan.
h) Intergritas ego : factor stress akut, kronis, perasaan tidak berdaya, adanya
tanda ansietas : gelisah, pucat, berkeringat.
b. Gastritis kronis
Diagnosis gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan hispatologi biopsy mukosa lambung. Perlu
pula dilakukan kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylori
apalagi jika ditemukan ulkus baik pada lambung ataupun pada duodenum,
mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu hamper mencapai 100%.
Dilakukan pula rapid ureum test (CLO). Criteria minimal untuk menegakkan
diagnosis H.pylori jika hasil CLO dan atau PA positif. Dilakukan pula
pemeriksaan serologi untuk H.pylori sebagai diagnosis awal.
b. Gastritis kronis
Pengobatannya bervariasi tergantung pada penyebab yang dicurigai
Pemberian vitamin B12 dengan cara parenteral pada kasus anemia
pernisiosa
Eradikasi Helicobacter pylori pada gastritis tipe B dengan pemberian
kombinasi penghambat pompa proton dan antibiotic ( tetrasiklin,
metronidasol, kolitromisin, amoxicillin).
1. PENGKAJIAN
Pengumpulan data dasar dilakukan merujuk pada klasifikasi pengumpulan data oleh
Doenges, dkk dalam Rencana Asuhan Keperawatan, yaitu :
a. Data dasar
1) Aktivitas / istirahat
DS : kelemahan / kelelahan
DO : takikardia
2) Sirkulasi
DS :
DO : hipotensi, kelemahan/ nadi perifer lemah, warna kulit : pucat,
sianosis (tergantung pada jumlah kehilangan darah), kelembaban
kulit / membrane mukosa : berkeringat ( menunjukkan status syok,
nyeri akut, respon psikologik), takikardia, disritmia.
3) Integritas ego
DS : factor stress akut / kronis ( keuangan, hubungan kerja), perasaan tidak
berdaya.
DO : tanda ansietas misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian
menyempit, gemetar, suara gemetar.
4) Eliminasi
DS : riwayat perawatan dirumah sakitkarena gastritis
DO : nyeri tekan abdomen
5) Makanan / cairan
DS : anoreksia, mual, masalah menelan : cegukan, nyeri ulu hati, sendawa
bau asam, tidak toleran terhadap makanan contoh : makanan pedas,
diet, penurunan berat badan.
DO : muntah, membrane mukosa kering, penurunan produksi mukosa,
berat jenis urine meningkat.
6) Neurosensori
DS : rasa berdenyut, pusing/sakit kepala karena sinar, kelemahan.
DO : status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
cenderung, tidur, disorientasi/bingung, sampai pingsan dan lemas.
7) Nyeri/kenyamanan
DS : nyeri : digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbakar, perih,
nyeri hebat. Rasa ketidaknyamanan / distress samar-samar setelah
makan banyak dan hilang dengan makan. Nyeri epigastrium kiri
sampai tengah.
8) Keamanan
9) Penyuluhan pembelajaran
b. Masalah perawatan
Dari data diatas diperoleh masalah keperawatan yaitu:
1) Nyeri epigastrial
2) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Kekurangan volume cairan
4) Kurang pengetahuan
5) PK : peritonitis, anemia
5.EVALUASI
Evaluasi dilakukan mengacu pada tujuan yang telah ditetap kan pada ktritereia
tujuan yaitu :
a. Diagnosa 1
b. Diagnosa 2
- Turgor baik
- Kulit dan mukosa tidak kering.
- Intake sesuai output
- Tidak terjadi penurunan BB secara drastis
- Kadar elektrolit plasma dalam batas normal
- Tidak ada mual muntah
- Produksi uri 30- 50 cc / jam
c. Diagnosa 3
- Kehilangan berat badan minimal
- Intake nutrisi adekuat
- Pasien dapat mwenghabiskan porsi makan yang disediakan.
- Mual muntah tidak ada
- TB dan BB seimbang
- Iritasi gastrointestinal berkurang
d. Diagnosa 4
Suhu tubuh normal ( 36 – 37 C )
e. Diagnosa 4
- Pasien tidak bertanya lagi tentang proses penyakitnya
- Dapat menyebutkan kembali tentang hal-hal yang dijelaskan.
- Pasien kooperatif dalam pengobatan
- Pasien menyatakan paham terhadap proses dan pengobatan penyakitnya
- Dapat megidentifikasi situasi stres
- Dapat melakukan perubahan pola hidup sehat