“PBU DENGAN HORNER PLOT, PBU DENGAN TYPE CURVE METERING, PBU PADA
SUMUR GAS, BACK PRESSURE TEST, IT DAN MIT”
Oleh :
Dosen Pengampuh :
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah maka
penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktium Pengujian Sumur yang
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Pratikum Pengujian Sumur.
Dalam penyusunan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun penyusunan laporan, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk kritik dan saran dari semua pihak
penulis harapkan demi penyempurnakan pembuatan laporan.
Dalam laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan, juga
kepada dosen pengajar Roni Alida, S.T dan pihak pihak lain ikut terlibat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain:
1.3.2. Manfaat
Manfaat yang hendak dicapai pada kegiatan pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui secara generic hingga lebih mendalam tentang
pembahasan yang diambil dalam pembuatan laporan ini dan mampu
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa/i yang bersangkutan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
migas di Indonesia tentang proses dan teknologi yang digunakan serta dapat
digunakan oleh pihak - pihak yang memerlukan.
Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan yang disebut dengan
EMR (Electrical Memory Recorde ). Alat tersebut digunakan untuk
mengtahui Gauge dan Temperature Gauge. pada prinsip nya EMR ini disusun
menjadi satu rangkaian dimana rangkaian tersebut dari :
1. EMR ( Electrical Memory Recorder)
Dimana alat ini berfungsi sebagai penyimpanan dan penerimaan data-data
yang ada didalam sumur.
2. Battery Unit
Dimana dalam alat ini digunakan sebagai sumber tenaga yang dipasang pada
rangkaian EMRMerupakan perangkat yang digunakan untuk melakukan pengujian
tekanan sumur yang terdiri dari beberapa peralatan wire yang digunakan melalui
drum unit terhubung sampai kepada sumur.
3. Drum Unit
Merupakan gulungan wire untuk mengangkat peralatan yang akan digunakan
untuk mngukur tekanan sumur.
4. BOP Stack
Merupakan alat pencegah terjadi semburan liar yang ada didalam sumur saat
melakukan pengujian sumur.
5. Lubricator
Merupakan tempat masuk rangkaian EMR untuk dilakukan pengujian sumur.
6. Buffer Tank
7. Bean atau Jepitan
Fungsi bean/jepitan adalah untuk menetukan besarnya laju produksi suatu sumur
dan akibat perubahan diameter bean akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan tekanan tubing (Pt), serta untuk mengatur laju
produksi yang diinginkan (BPD), untuk mencegah masuk nya pasir kedalam
sumur, mencegah terjadinya gas / water coning, memproduksi pada laju yang
optimum
BAB II
PBU DENGAN HORNER PLOT
m = Slope
log (te’/tg’) = Perubahan fungsi waktu
ΔPws = Perubahan tekanan statik, psi
Dengan metode horner dapat dibuat kurva semilog tekanan statik penutupan
sumur (Pws) terhadap fungsi waktu [(tp+Δt)/Δt] pada grafik. Hasilnya akan
didapat nilai tekanan statik mula-mula (P*), tekanan satu jam (P 1 hour), dan
kemiringan (slope). Ketiga data ini akan digunakan untuk menghitung
permeabilitas (k), faktor skin (S), penurunan tekanan akibat faktor skin (ΔPskin),
produktivitas indeks (PI), dan effesiensi aliran (FE) [4]. Proses perhitungan
tersebut dapat ditentukan dengan rumus dibawah ini :
1. Permeabilitas (k)
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
Gerakan fluida dari suatu titik ke titik lainya akan terjadi apabila adanya
perbedaan tekanan antara kedua titik tersebut. Setelah didapat harga slope (m),
selanjutnya dapat ditentukan harga permeabilitas dengan persamaan sebagai
berikut :
162,6. q. µ. Bo
𝑘=
𝑚. ℎ
Dimana :
k = permeabilitas, mD
q = laju produksi fluida minyak, bfpd
µ = viskositas fluida minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak h = ketebalan lapisan produktif, ft
m = Slope, psi/cycle
2. Skin (S)
Skin merupakan suatu besaran yang menunjukan ada atau tidaknya
kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini mengakibatkan berkurangnya
permeabilitas formasi disekitar lubang bor disebabkan oleh runtuhnya dinding
lubang sumur, terjadinya pengendapan, dan invansi partikel-partikel selama
pemboran, completion, dan produksi berjalan. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya permeabilitas disekitar lubang bor, sehingga
permeabilitas rata-rata dari formasi disekitar sumur tersebut menjadi rendah.
Harga skin dapat dicari dari hasil analisa pressure buildup test metode Horner
𝑃1𝑗𝑎𝑚 − 𝑃𝑤𝑓 𝑘
𝑆 = 1,151 [ − (𝑙𝑜𝑔 ) + 3,23]
𝑚 Ф. µo. Ct. 𝑟𝑤 2
Dimana :
S = Skin
k = permeabilitas, mD
µ = viskositas minyak, cp
Ф = porositas batuan rw = radius sumur, feet
Ct = Kompresibilitas batuan, psi-1
P1hr = Tekanan 1 jam, psi 4
Selanjutnya menurut Horner (1951) dalam metode Horner ini dapat dibuat
suatu klasifikasi nilai Skin, yaitu :
S = + (positif), terindikasi adanya kerusakan formasi
S = 0 (nol) menyatakan dalam kondisi normal
S = - (negatif), terindikasi adanya perbaikan formasi
3. Produktivitas Indeks (PI)
Produktivitas Indeks (PI) merupakan perbandingan antara laju produksi (q)
sumur pada tekanan alir dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan statik
formasi. Secara matematis PI ideal dinyatakan sebagai berikut :
𝑞
𝑃𝐼 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = ∗
𝑃 − 𝑃𝑤𝑓 − ΔPskin
Sedangkan pada kondisi aktual disebut PIactual, yang dirumuskan sebagai berikut
:
𝑞
𝑃𝐼 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑃∗ − 𝑃𝑤𝑓
Dimana :
PI = produktivitas indeks, bfpd/psi
P* = tekanan statik mula-mula, psi
Pwf = Tekanan aliran dasar sumur, psi
q = laju produksi fluida minyak, bfpd
4. Efisiensi Aliran (FE)
Flow Efficiency adalah rasio antara selisih tekanan statik reservoir dengan
tekanan alir reservoir, jika disekitar lubang sumur tidak terjadi kerusakan terhadap
besar penurunan sebenarnya. FE ditentukan dengan persamaan :
Harga ΔPskin menunjukan besar kehilangan tekanan yang tejadi pada
daerah skin, dirumuskan dalam persamaan :
Δpskin = 0,87 .m.S
Dimana : FE = effisiensi aliran
ΔPskin = penurunan tekanan reservoir, psi
m = kemiringan, psi/cycle
S = skin
Selanjutnya menurut metode Horner ini dapat dibuat suatu klasifikasi hubungan
antara efisiensi aliran dengan kondisi suatu formasi sumur, yaitu :
FE = 1, menunjukan sumur dalam kondisi normal
FE < 1, sumur telah mengalami kerusakan formasi
FE > 1, sumur telah mengalami perbaikan formasi
Kurva inflow performance relationship (IPR) adalah hubungan antara
tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan laju produksi (q). Hubungan ini
menggambarkan kemampuan suatu sumur untuk mengangkat fluida dari dasar
sumur ke permukaan atau kemampuan sumur untuk berproduksi berdasarkan jenis
reservoir, tenaga pendorong reservoir, tekanan reservoir dan permeabilitas. Untuk
mengetahui bentuk kurva IPR (Inflow Performance Relationship) pada sumur
yang telah terjadi kerusakan formasi (FE < 1) atau perbaikan formasi (FE > 1).
Standing melakukan penelitian untuk menentukan kurva IPR yang memiliki flow
efficiency (FE) dapat digunakan persamaan Standing, yaitu :
𝑄 𝑃′ 𝑤𝑓 𝑃′ 𝑤𝑓
= 1 − 0,2 ( ) − 0,8 ( )²
𝑄 𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑠 𝑃𝑠
Dimana :
Qmax = laju produksi maksimal pada kondisi FE = 1 dan P’wf = Ps – (Ps–Pwf)FE
Bentuk persamaan diatas adalah persamaan kurva IPR Standing yang dapat
digunakan untuk menentukan kurva IPR setelah terjadi kerusakan formasi atau
perbaikan formasi. Persamaan IPR Standing ini lebih baik digunakan pada kondisi
terjadinya kerusakan formasi (FE < 1). Besarnya laju produksi maksimal pada
kondisi FE 1 akan tercapai pada saat Pwf = 0 psi, dimana bentuk persamaannya
adalah
Q = Qmax [1 − 0,2(1 − FE) – 0,8(1 − FE)2 ]
Dimana :
Q = laju produksi maksimal pada kondisi FE 1
BAB III
PBU DENGAN TYPE CURVE METERING
Kurva pada type curve ini adalah fungsi dari parameter CD e2S. Harga CD
e2Smenunjukkan apakah sumur mengalami kerusakan formasi, telah
dilakukanacidizingatau telah dilakukan perekahan hidraulik.Dalam menggunakan
type curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes (perbedaan tekanandan derivative-
nya) dibandingkan dengan type curve. Data tes diplot dalam skala log-logdengan
ukuran log-cycle yang sama dengan type curve. Data hasil tes (perbedaantekanan
dan derivative-nya) tersebut kemudian secara bersamaan dicocokkan dengantype
curve untuk mendapatkan model yang sesuai. Teori yang mendasari teknik
typecurve matching ini adalah bahwa perbedaan koordinat skala plot dari data dan
type curvemerupakan besaran konstan. Konsep ini diilustrasikan sebagai berikut :
Beberapa hal yangpenting dan perlu diketahui tentang type curve Gringarten-
Bourdet ini adalah :
1. Selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal dari
fluida di dalam
wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal.
2. Type curve Gringarten-Bourdet ini dibuat berdasarkan solusi persamaan
yangmemodelkan produksi dengan laju alir konstan; akan tetapi type curve
ini dapat
digunakan untuk menganalisa uji buildup jika variabelnya dimodifikasi
untukmemasukkan pengaruh perbedaan antara uji alir (drawdown) dan uji
buildup. Untukuji drawdown, plot yang digunakan adalah (Pi − Pwf)
terhadap t. Sedangkan untuk uji
buildup, plot yang digunakan adalah (Pws − Pwf (Δt = 0)) terhadap waktu
ekivalen. Jadi perbedaan tekanan sebesar ΔP yang terjadi selama waktu
penutupan Δt
Selamauji buildup akan terjadi selama waktu alir Δte pada uji alir dengan laju
konstan.Definisi waktu ekivalen ini, Δte, akurat untuk aliran transien radial dalam
formasiyang homogen. Dalam batas-batas tertentu, waktu ekivalen ini dapat
digunakan untukmenganalisa aliran radial yang terdistorsi oleh wellbore storage
dan data tes yangterpengaruh oleh batas luar reservoir.
3. Setelah didapatkan kurva dalam type curve yang sesuai, sebuah titik
(match point)dapat dipilih untuk digunakan dalam menghitung harga k, S
dan C.
3.2.3 Analisa Uji Sumur Gas Menggunakan Type Curve
Dalam menganalisa uji sumur gas, penggunaan adjusted pressure dan
adjusted time
diperlukan. Hal ini disebabkan karena type curve dibuat berdasarkan solusi
persamaan
untuk fluida yang tidak (sedikit) termampatkan, sementara gas adalah fluida yang
mudah
termampatkan dan sifat-sifat fisiknya sangat tergantung dapat tekanan sistem.
Adjusted
pressure dan adjusted pseudotime mengakomodasi karakteristik dari gas ini,
sehingga
type curve yang digunakan untuk liquid dapat digunakan untuk gas.
BAB IV
4.1. Metode P
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 4,000 psia. Jadi,
apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih besar dari 4,000 psia, maka
metode P dapat digunakan.
4.1.1. Langkah Kerja Metode P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (μg), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
h. Porositas (φ)
i. Jari-jari lubang bor (rw), ft
Jadi, apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih
besar dari 4000 psia, maka metode P dapat digunakan.
2. Buat tabel Δt, (tp + Δt), Pws dan (Pws – Pwf), dimana Pwf adalah
tekanan saat Δt = 0.
3. Plot (Pws – Pwf) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus
dengan kemiringan 45°(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya
pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, kalau ada, tentukan titik awal
penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log cycle dari titik tersebut untuk
menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
tp+∆𝑡
4. Plot antara Pws terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
∆𝑡
mendapatkan P*.
6. Hitung harga permeabilitas (k) :
8,17×105 𝑞𝑠𝑐 𝜇 Ζ 𝑇
k= (1)
𝑚ℎ𝑝
dimana :
2
𝑃 ∗2 + 𝑃𝑤𝑓
P =√ 2
4.2. Metode 𝑷𝟐
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 2,000 psia. Jadi,
apabila tekanan bawah permukaan (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih kecil dari
2,000 psia, maka metode P2 dapat digunakan.
4.2.1. Langkah Kerja Metode 𝑷𝟐
saat Δt = 0.
2 2
3. Plot (𝑃𝑤𝑠 − 𝑃𝑤𝑓 ) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan
kemiringan 45° (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh
wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan titik awal penyimpangan
dan ukur 1 sampai 1½ log-cycle dari titik tersebut untuk menemukan awal dari
tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
2 𝑡𝑝 + Δ𝑡
4. Plot 𝑃𝑤𝑠 terhadap log pada kertas semi log. Buat garis lurus melalui titik
Δ𝑡
dimana :
2
𝑃 ∗2 + 𝑃𝑤𝑓
P=√ (5)
2
𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 = 0.87 m S
8. Tentukan harga Efisiensi aliran (FE) :
2 2
𝑃 ∗2 − 𝑃𝑤𝑓 − 𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛
FE = 2 (7)
𝑃 ∗2 − 𝑃𝑤𝑓
4.3. Metode m(P)
Metode ini dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir, tetapi
karena penggunaan metode m(P) lebih sukar, biasanya metode ini hanya dipakai
pada tekanan reservoir antara 2,000 sampai dengan 4,000 psia.
4.3.1. Langkah Kerja Metode m(P)
1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas pada kondisi tekanan awal (μ), cp
c. Kompresibilitas total pada kondisi tekanan awal (ct)
d. Temperatur reservoir (T)
e. Tebal lapisan (h)
f. Jari-jari lubang bor (rw)
2. Buat tabel atau grafik korelasi P ke m(P).
3. Buat tabel Δt, Pws, m(Pws), {m(Pws) − m(Pwf)} dan (tp + Δt)/Δt
4. Plot {m(Pws) − m(Pwf)} terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis
lurus dengan kemiringan 45° (slope = 1) pada data awal menunjukkan
adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan
titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log cycle dari titik
tersebut untuk menerangkan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh
oleh wellbore storage.
𝑡𝑝 + 𝛥𝑡
5. Plot m(Pws) terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
𝛥𝑡
M(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 ) = 0,87 m S
9. Tentukan harga efisiensi aliran (FE) :
𝑚(𝑃 ∗ )− 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )− 𝑚(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 )
FE = (10)
𝑚(𝑃 ∗ )− 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )
BAB V
BACK PRESSURE TEST
5.1 Back Pressure Test
Back pressure testatau disebut juga flow after flow test, adalah suatu
metode test sumur gas untuk mengetahui kemampuan reservoir untuk berproduksi
dengan memberikan tekanan balik yang berbeda-beda ( back pressure ) yang
berbeda-beda.
1. Sumur dibuka dengan tujuan membersihkan lubang bor. Oleh karena itu
waktu buka harus cukup lama, agar lubang bersih dari kotoran sisa
pemboran dan laju produksi dapat stabil.
2. Turunkan alat pengukur tekanan (pressure bomb) ke dalam sumur dan
gantung di depan formasi yang diuji.
3. Sumur ditutup sampai tekanan di permukaan stabil. Tekanan stabil
dianggap tercapai, bila beda tekanan selama 15 menit pengamatan, tidak
lebih besar dari 0.1 psi (patokan yang digunakan Railroad Commission of
Texas).
4. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi qg1, sampai
kondisi stabil tercapai. Kondisi stabil dianggap tercapai bila selisih
pembacaan tekanan alir di kepala sumur selama 30 menit < 0.01 Pwf
(patokan yang digunakan Interstate Oil Compact Commission).
5. Ganti jepitan dengan ukuran yang lebih besar dan lanjutkan pengamatan
seperti langkah 5 untuk laju produksi qg3. Ulangi penggantian jepitan dan
lakukan hal yang sama untuk laju produksi qg4
5.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk uji Back Pressure, Isochronal dan
Modified Isochronal tergantung dari pada fluida yang diproduksikan, yaitu apakah
berupa gas kering atau berupa campuran gas dengan kondensat atau air.
1. Peralatan pengujian di permukaan.
Peralatan yang diperlukan adalah :
Alat pengukur tekanan
Katup-katup
Jepitan yang dapat diubah-ubah
Separator
Alat pengukur laju aliran gas, Kondensat dan air,
Tangki pengumpul kondensat
Thermometer
2. Peralatan dipermukaan yang lazim digunakan secara skematis
3. Peralatan pengukur tekanan di dasar sumur.
Selama pengujian, tekanan di depan formasi (sand face) diukur, baik
dalam keadaan statis ataupun pada waktu terjadi aliran. Alat pengukur yang
umum digunakan adalah pengukur secara mekanik, misalnya (Amerada) atau
secara elektronik misalnya HP gauge
BAB VI
ISOCHRONAL TEST DAN MODIFIED ISOCHRONAL TEST
PENUTUP
7.1. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari laporan praktikum well test ini adalah sebagai
berikut :
Jacobs, J. A. 2004. Physics and Geology. New York : Mc Graw Hill Book
Company
Kirbani, SB. 2001. Teori dan Aplikasi Metode pengujian sumur. Yogyakarta :
UGM