Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PENGUJIAN SUMUR

“PBU DENGAN HORNER PLOT, PBU DENGAN TYPE CURVE METERING, PBU PADA
SUMUR GAS, BACK PRESSURE TEST, IT DAN MIT”

Dibuat Untuk Memenuhi Nilai Mata Kuliah

Praktikum Pengujian Sumur Pada Semester IV

Oleh :

1. Ari asisco (NPM. 1603044)


2. Juwanda (NPM. 1603051)
3. Andre Anugerah E (NPM. 1603056)
4. Iqbal Dwi Anugrah (NPM. 1603057)
5. Febby Emellia (NPM. 1603062)

Dosen Pengampuh :

Roni Alida, S.T

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSIMIGAS

POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya lah maka
penulis dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktium Pengujian Sumur yang
merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Pratikum Pengujian Sumur.
Dalam penyusunan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun penyusunan laporan, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk kritik dan saran dari semua pihak
penulis harapkan demi penyempurnakan pembuatan laporan.

Dalam laporan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan, juga
kepada dosen pengajar Roni Alida, S.T dan pihak pihak lain ikut terlibat.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang


setimpal amin ya robbal alamin.

Palembang, 06 Juli 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam industri perminyakan, uji sumur adalah pelaksanaan serangkaian
kegiatan perolehan data yang direncanakan untuk memperluas pengetahuan dan
pemahaman tentang sifat hidrokarbon dan karakteristik reservoir bawah tanah
dimana hidrokarbon terjebak. Tes ini juga akan memberikan informasi tentang
keadaan sumur tertentu yang digunakan untuk mengumpulkan data. Tujuan
keseluruhan adalah mengidentifikasi kapasitas untuk menghasilkan hidrokarbon,
seperti minyak,gasalam dan kondensat. Data yang dikumpulkan selama periode
pengujian meliputi laju alir volumetrik dan tekanan yang diamati pada sumur yang
dipilih. Hasil uji sumur, misalnya data rasio aliran dan data rasio minyak gas,
dapat mendukung proses alokasi sumur untuk fase produksi yang sedang
berlangsung.
Metode mendapatkan berbagai properti dari reservoir secara dinamis dan
hasilnya lebih akurat, tujuannya untuk memastikan apakah sumur migas akan
mengalir dan berproduksi. Dari data yang didapatkan untuk mengetahui berapa
kandungan hidrokarbon di dalam reservoir dan kualitasnya, dari
situ dapat diperkirakan berapa lama reservoir akan berproduksi. Teknik ini
dilakukan dengan mengkondisikan reservoir dalam keadaan dinamis dengan cara
memberi gangguan sehingga tekanan reservoirnya akan berubah. Jika reservoirnya
sudah atau sedang berproduksi, test dilakukan dengan cara menutup sumur untuk
mematikan aliran fluidanya. Teknik ini disebut dengan Build Up Test. Apabila
reservoirnya idle maka sumur dialirkan kembali. Teknik ini disebut Draw Down
Test.
Well testing (Uji sumur) didahulukan dengan pemboran pada zona
produksi hingga selesai dan telah melalu tahap penyelesaian, maka uji sumur pun
dapat memonitor keadaan sumur tersebut. Pada pengujian sumur ini bertujuan
untuk mengetahui kinerja dari sumur minyak ataupun gas. Sebelum melakukan
pengujian sumur ini sendiri harus menganalisa informasi sumur seperti informasi ,
gradient statik, tekanan pada perforasi temperatur formasi, temperatur di
permukaan, aliran fluida (gas, minyak atau air), tekanan alir , tekanan alir di
kepala sumur , kedalaman sumur , produktivitas indeks. Yang selanjutnya akan
dilakukan pengujian awal hingga sumur tidak berproduksi lagi. Adapun data yang
akan di dapat dari pengujian ini seperti permeabilitas fluida,
tekanan reservoir,perbaikan formasi atau kerusakan formasi batas reservoir,
potensi dan jenis fluida yang akan di dapatkan di dalam sumur.

Dalam pengujian sumur terdapat data yang harus diketahui sebelum


pengukuran lebih lanjut,yakni dengan mengetahui pengukuran tekanan alir dan
pengukuran tekanan statik, yang dimana dalam pengukuran ini harus ada beberapa
parameter penunjang seperti faktor koreksi, defleksi, modulus element, sehingga
dalam pengukuran dapat melihat kandungan suatu sumur tersebut bisa berupa gas,
minyak bahkan air.

1.3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembuatan


laporan ini antara lain sebagai berikut:

1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan laporan antara lain:

1. Untuk megetahui definisi dari beberapa metode well test.


2. Untuk mengetahui peralatan yang digunakan pada beberapa metode well test.
3. Untuk mengetahui prosedur kerja pada beberapa metode well test.
4. Untuk mengetahui cara pengolahan data pada beberapa metode well test.

1.3.2. Manfaat
Manfaat yang hendak dicapai pada kegiatan pembuatan laporan ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Dapat mengetahui secara generic hingga lebih mendalam tentang
pembahasan yang diambil dalam pembuatan laporan ini dan mampu
mengembangkan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa/i yang bersangkutan.
2. Bagi Perguruan Tinggi
Sebagai bahan referensi khususnya mengenai perkembangan industri
migas di Indonesia tentang proses dan teknologi yang digunakan serta dapat
digunakan oleh pihak - pihak yang memerlukan.

1.4. Teori Dasar


Suatu pekerjaan yang didahulukan dengan pemboran pada zona produksi
hingga selesai dan telah melalu tahap penyelesaian, maka uji sumur pun dapat
memonitor keadaan sumur tersebut. Pada pengujian sumur ini bertujuan untuk
mengetahui kinerja dari sumur minyak ataupun gas. Sebelum melakukan
pengujian sumur ini sendiri harus menganalisa informasi sumur seperti informasi ,
gradient statik, tekanan pada perforasi temperatur formasi, temperatur di
permukaan, aliran fluida (gas, minyak atau air), tekanan alir , tekanan alir di
kepala sumur , kedalaman sumur , produktivitas indeks. Yang selanjutnya akan
dilakukan pengujian awal hingga sumur tidak berproduksi lagi. Adapun data yang
akan di dapat dari pengujian ini seperti permeabilitas fluida,
tekanan reservoir,perbaikan formasi atau kerusakan formasi batas reservoir,
potensi dan jenis fluida yang akan di dapatkan di dalam sumur.
Pada data uji sumur ini akan menganalisa kemungkinan ada kerusakan pada
sumur. Dengan pengujian ini , agar kiranya dilakukan secara baik dan benar agar
mendapatkan data yang akurat dan tepat. Oleh karena itu pengujian ini dilakukan
selama 24 jam per sumurnya. Namun dikarenakan sesuatu hal , dan banyaknya
sumur yang akan dilakukan pengujian, maka biasanya dilaksanakan sebanya 4-8
jam. Dalam kegiatannya untuk pengujian sumur umumnya untuk mengukur
perubahan tekanan yang akan di dapatkan hasil uji yang sangat penting seperti
permabilitas formasi , tekanan reservoir , hingga kerusakan atau perbaikan
formasi disekelilingi lubang bor yang diujikan.
Dalam pengujian sumur terdapat data yang harus diketahui sebelum
pengukuran lebih lanjut,yakni dengan mengetahui pengukuran tekanan alir dan
pengukuran tekanan statik, yang dimana dalam pengukuran ini harus ada beberapa
parameter penunjang seperti faktor koreksi, defleksi, modulus element, sehingga
dalam pengukuran dapat melihat kandungan suatu sumur tersebut bisa berupa gas,
minyak bahkan air.
A.Cara Kerja Pengujian Sumur
Pada prinsipnya pengujian ini dilakukan sangat sederhana yaitu dengan
memberikan gangguan kesetimbangan tekanan terhadap sumur yang akan di test.
Pengujian dlakukan dengan menggunakan beberapa macam yaitu pada sumur
minyak dengan Drill Steam Test, Pressure test ( Pressure buildup dan pressure
drowdown ), pengujian aliran ( multiple rate testing dan two rate flow test ) dan
pada sumur gas dengan Deliverability, Back pressure test, Isocronal test dan
Modified isochronal.
B. Macam – macam Teknik Pengujian Sumur
pengujian ini dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama
suatu selang waktu tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup
sumur tersebut (biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Berikut
beberapa macam Teknik pengujian sumur :
Pressure Build Up ( PBU )
Pressure Build Test adalah suatu teknik pengujian transient tekanan
yang paling di kenal dan banyak dilakukan orang. Pada dasarnya, pengujian ini
dilakukan pertama-tama dengan memproduksi sumur selama suatu selang waktu
tertentu dengan laju aliran yang tetap, kemudian menutup sumur tersebut
(biasanya dengan menutup kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini
menyebabkan naiknya tekanan yang di catat sebagai fungsi waktu (tekanan yang
dicatat ini biasanya tekanan dasar sumur). Dari data tekanan yang di dapat,
kemudian dapat ditentukan permeabilitas formasi, daerah pengurasan pada saat
itu, adanya karakterisktik kerusakan atau perbaikan formasi, batas reservoir suatu
formasi, dan skin faktor. Dasar analisa buildup pressure ini diajukan oleh
metode Hornerplot,yang pada dasarnya adalah memplot tekanan terhadap suatu
fungsi waktu. Tetapi sebelum membicarakannya lebih lanjut, perlu kiranya kita
mengetahui suatu prinsip yang mendasari analisa ini yaitu yang terkanal dengan
prinsip superposisi (superposition principle).
Modified Isochronal Test (MIT)
Pada pengukuran sumur gas yang digunakan dengan cara MIT
(modified Isochornal Test). Dimana MIT merupakan metode uji sumur yang
memakai laju aliran secara buka tutup sumur.Seperti hal nya pengujian pressure
build up pada modified isochronal test ini melihat kemampuan suatu sumur
untuk memproduksikan ,akan tetapi pada MIT ini ditekan pada sumur yang
berupa gas setelah di identifikasi menggunakan gradient pada sumur yang
berupa gas setelah di identifikasi menggunakan gardient flowing
statik dan pressure build up test (PBU).

Pressure Drawdown Test (PDD)


Pressure drawdown testing (PDD test) adalah suatu pengujian yang
dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan mempertahankan laju produksi
tetap selama pengujian berlangsung. Pengujian ini dapat dilakukan pada :
· Sumur baru
· Sumur-sumur lama yang telah ditutup sekian lama hingga dicapai
keseragaman tekanan reservoir
· Sumur-sumur produktif yang apabila dilakukan build up test, si
empunya sumur akan sangat rugi.
Drill Stem Test (DST)
Suatu prosedur mengenai produktivitas formasi dimana memisahkan dan
menguji dari permeabilitas, tekanan, dan kemampuan produksi dari formasi
geologi selama proses pemboran berlangsung. DST membutuhkan waktu yang
singkat agar dapat diketahui dampak dari fluida pemboran yang mempengaruhi
formasi.
C. Metode Well Testing
Merupakan suatu prosedur mengenai produktivitas formasi dimana
memisahkan dan menguji dari permeabilitas, tekanan, dan kemampuan produksi
Terdapat beberapa metode well testing :
Manual Well Testing
Dilakukan oleh operator dengan menggunakan perlengkapan secara mekanikal.
Dilakukan dengan cara mengalirkan produksi sumur ke dalam test separator atau
test tank selama periode tertentu, selanjutnya operator mengembalikan aliran
sumur ke pipa produksi setelah waktu tertentu dan mengukur liquid dalam tanki
(test tank) / membaca indicator lever gauge sebagai hasil pengujian.
Komponen Manual Well Testing
1. Test Header; untuk mengarahkan aliran fluida dari sumur ke fasilitas well
test atau kembali ke production line.
2. Test Line; untuk menyalurkan fluida dari sumur ke fasilitas well test
3. Test Tank; untuk menampung serta media ukur fluida selama proses well
test
4. Test Separator; untuk memisahkan gas dari fluida yang dihasilkan sumur
pada saat well testing

Automatic Well Testing


Dilakukan secara otomatis menggunakan sebuah perangkat software yang
terhubung langsung pada alat kontrol pengujian. Software ini mengotomatisasi
pengujian sumur da memberikan hasil dengan baik dan dilaporkan kepada seorang
engineer yang bertanggung jawa untuk menganalisa data sumur, reservoir dll.
Misalnya software SCADA , DCS , maupun kontrol lainnya..

2.5. Peralatan Pengujian Sumur

Dalam pengujian sumur terdapat alat yang digunakan yang disebut dengan
EMR (Electrical Memory Recorde ). Alat tersebut digunakan untuk
mengtahui Gauge dan Temperature Gauge. pada prinsip nya EMR ini disusun
menjadi satu rangkaian dimana rangkaian tersebut dari :
1. EMR ( Electrical Memory Recorder)
Dimana alat ini berfungsi sebagai penyimpanan dan penerimaan data-data
yang ada didalam sumur.
2. Battery Unit
Dimana dalam alat ini digunakan sebagai sumber tenaga yang dipasang pada
rangkaian EMRMerupakan perangkat yang digunakan untuk melakukan pengujian
tekanan sumur yang terdiri dari beberapa peralatan wire yang digunakan melalui
drum unit terhubung sampai kepada sumur.
3. Drum Unit
Merupakan gulungan wire untuk mengangkat peralatan yang akan digunakan
untuk mngukur tekanan sumur.
4. BOP Stack
Merupakan alat pencegah terjadi semburan liar yang ada didalam sumur saat
melakukan pengujian sumur.
5. Lubricator
Merupakan tempat masuk rangkaian EMR untuk dilakukan pengujian sumur.
6. Buffer Tank
7. Bean atau Jepitan
Fungsi bean/jepitan adalah untuk menetukan besarnya laju produksi suatu sumur
dan akibat perubahan diameter bean akan berpengaruh terhadap besar kecilnya
tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan tekanan tubing (Pt), serta untuk mengatur laju
produksi yang diinginkan (BPD), untuk mencegah masuk nya pasir kedalam
sumur, mencegah terjadinya gas / water coning, memproduksi pada laju yang
optimum
BAB II
PBU DENGAN HORNER PLOT

2.1 PBU Dengan Horner Plot


Metode Horner adalah berdasarkan hubungan antara transient tekanan statik
dengan fungsi dari waktu dalam skala logaritma. Analisa ini dilakukan dengan
cara memplot data tekanan (Pws) pada saat penutupan sumur terhadap Horner
time ((tp + Δt)/ Δt)) dari kurva tersebut didapatkan harga m, P1jam, dan P*.
Tahapan-tahapan interpretasi Pressure Buildup Test dengan menggunakan
metode Horner adalah sebagai berikut :
1. Buat tabel data uji tekanan dasar penutupan sumur (Pws), waktu penutupan
(Δt), waktu Horner ((tp+Δt)/ Δt) dan ΔP = Pws-Pwf dimana Pwf adalah
tekanan dasar sumur pada waktu t = 0
2. Plot antara ΔP = (Pws-Pwf) terhadap Δt pada grafik log-log. Tentukan titik
awal kenaikan tekanan hingga awal tekanan mulai stabil dan ukur 1 cycle
dari titik tersebut untuk menentukan awal dari tekanan yang tidak
terpengaruh oleh wellbore storage.
3. Pada data awal terjadi efek wellbore storage, pengaruh wellbore storage
terlihat dengan adanya data awal tekanan yang belum stabil.
4. Buatlah Kurva Horner antara ((tp+Δt) / Δt) pada skala log vs tekanan
penutupan sumur (Pws). Tarik garis lurus dimulai dari data yang tidak
dipengaruhi oleh wellbore storage.
5. Tekanan statik mula-mula (P*) Tekanan Statik mula-mula merupakan
tekanan statik sumur pada saat sebelum diproduksikan. Untuk mengetahui
harga P* ini yaitu dengan mengekstrapolasikan garis lurus (C-D) tersebut
hingga mencapai harga waktu penutupan (Δt) tak terhingga (E-E’) atau
harga ((tp+Δt) / Δt) = 1.
6. Tekanan 1 jam (P1jam) Tekanan satu jam langsung diperoleh dari kurva
Horner dari waktu 1 jam (F’) dengan perpotongan perpanjangan garis
ekstrapolasi pada saat menentukan P* (E-E’) seperti pada gambar 3.7.
7. Slope (m) Slope merupakan kemiringan dari bagian linier dari grafik
tekanan. Slope (m) ini dicari dengan membaca harga kenaikan tekanan
penutupan sumur untuk setiap satu log cycle. Penentuan slope dari grafik
diperoleh dari persamaan :
ΔPws
𝑚= | |
log (te’/tg’)
Dimana :

m = Slope
log (te’/tg’) = Perubahan fungsi waktu
ΔPws = Perubahan tekanan statik, psi
Dengan metode horner dapat dibuat kurva semilog tekanan statik penutupan
sumur (Pws) terhadap fungsi waktu [(tp+Δt)/Δt] pada grafik. Hasilnya akan
didapat nilai tekanan statik mula-mula (P*), tekanan satu jam (P 1 hour), dan
kemiringan (slope). Ketiga data ini akan digunakan untuk menghitung
permeabilitas (k), faktor skin (S), penurunan tekanan akibat faktor skin (ΔPskin),
produktivitas indeks (PI), dan effesiensi aliran (FE) [4]. Proses perhitungan
tersebut dapat ditentukan dengan rumus dibawah ini :
1. Permeabilitas (k)
Permeabilitas adalah ukuran kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida.
Gerakan fluida dari suatu titik ke titik lainya akan terjadi apabila adanya
perbedaan tekanan antara kedua titik tersebut. Setelah didapat harga slope (m),
selanjutnya dapat ditentukan harga permeabilitas dengan persamaan sebagai
berikut :
162,6. q. µ. Bo
𝑘=
𝑚. ℎ
Dimana :
k = permeabilitas, mD
q = laju produksi fluida minyak, bfpd
µ = viskositas fluida minyak, cp
Bo = faktor volume formasi minyak h = ketebalan lapisan produktif, ft
m = Slope, psi/cycle
2. Skin (S)
Skin merupakan suatu besaran yang menunjukan ada atau tidaknya
kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini mengakibatkan berkurangnya
permeabilitas formasi disekitar lubang bor disebabkan oleh runtuhnya dinding
lubang sumur, terjadinya pengendapan, dan invansi partikel-partikel selama
pemboran, completion, dan produksi berjalan. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan berkurangnya permeabilitas disekitar lubang bor, sehingga
permeabilitas rata-rata dari formasi disekitar sumur tersebut menjadi rendah.
Harga skin dapat dicari dari hasil analisa pressure buildup test metode Horner
𝑃1𝑗𝑎𝑚 − 𝑃𝑤𝑓 𝑘
𝑆 = 1,151 [ − (𝑙𝑜𝑔 ) + 3,23]
𝑚 Ф. µo. Ct. 𝑟𝑤 2
Dimana :

S = Skin
k = permeabilitas, mD
µ = viskositas minyak, cp
Ф = porositas batuan rw = radius sumur, feet
Ct = Kompresibilitas batuan, psi-1
P1hr = Tekanan 1 jam, psi 4
Selanjutnya menurut Horner (1951) dalam metode Horner ini dapat dibuat
suatu klasifikasi nilai Skin, yaitu :
S = + (positif), terindikasi adanya kerusakan formasi
S = 0 (nol) menyatakan dalam kondisi normal
S = - (negatif), terindikasi adanya perbaikan formasi
3. Produktivitas Indeks (PI)
Produktivitas Indeks (PI) merupakan perbandingan antara laju produksi (q)
sumur pada tekanan alir dasar sumur tertentu dengan perbedaan tekanan statik
formasi. Secara matematis PI ideal dinyatakan sebagai berikut :
𝑞
𝑃𝐼 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 = ∗
𝑃 − 𝑃𝑤𝑓 − ΔPskin
Sedangkan pada kondisi aktual disebut PIactual, yang dirumuskan sebagai berikut
:
𝑞
𝑃𝐼 𝑎𝑐𝑡𝑢𝑎𝑙 =
𝑃∗ − 𝑃𝑤𝑓
Dimana :
PI = produktivitas indeks, bfpd/psi
P* = tekanan statik mula-mula, psi
Pwf = Tekanan aliran dasar sumur, psi
q = laju produksi fluida minyak, bfpd
4. Efisiensi Aliran (FE)
Flow Efficiency adalah rasio antara selisih tekanan statik reservoir dengan
tekanan alir reservoir, jika disekitar lubang sumur tidak terjadi kerusakan terhadap
besar penurunan sebenarnya. FE ditentukan dengan persamaan :
Harga ΔPskin menunjukan besar kehilangan tekanan yang tejadi pada
daerah skin, dirumuskan dalam persamaan :
Δpskin = 0,87 .m.S
Dimana : FE = effisiensi aliran
ΔPskin = penurunan tekanan reservoir, psi
m = kemiringan, psi/cycle
S = skin
Selanjutnya menurut metode Horner ini dapat dibuat suatu klasifikasi hubungan
antara efisiensi aliran dengan kondisi suatu formasi sumur, yaitu :
FE = 1, menunjukan sumur dalam kondisi normal
FE < 1, sumur telah mengalami kerusakan formasi
FE > 1, sumur telah mengalami perbaikan formasi
Kurva inflow performance relationship (IPR) adalah hubungan antara
tekanan alir dasar sumur (Pwf) dan laju produksi (q). Hubungan ini
menggambarkan kemampuan suatu sumur untuk mengangkat fluida dari dasar
sumur ke permukaan atau kemampuan sumur untuk berproduksi berdasarkan jenis
reservoir, tenaga pendorong reservoir, tekanan reservoir dan permeabilitas. Untuk
mengetahui bentuk kurva IPR (Inflow Performance Relationship) pada sumur
yang telah terjadi kerusakan formasi (FE < 1) atau perbaikan formasi (FE > 1).
Standing melakukan penelitian untuk menentukan kurva IPR yang memiliki flow
efficiency (FE) dapat digunakan persamaan Standing, yaitu :
𝑄 𝑃′ 𝑤𝑓 𝑃′ 𝑤𝑓
= 1 − 0,2 ( ) − 0,8 ( )²
𝑄 𝑚𝑎𝑥 𝑃𝑠 𝑃𝑠
Dimana :
Qmax = laju produksi maksimal pada kondisi FE = 1 dan P’wf = Ps – (Ps–Pwf)FE
Bentuk persamaan diatas adalah persamaan kurva IPR Standing yang dapat
digunakan untuk menentukan kurva IPR setelah terjadi kerusakan formasi atau
perbaikan formasi. Persamaan IPR Standing ini lebih baik digunakan pada kondisi
terjadinya kerusakan formasi (FE < 1). Besarnya laju produksi maksimal pada
kondisi FE  1 akan tercapai pada saat Pwf = 0 psi, dimana bentuk persamaannya
adalah
Q = Qmax [1 − 0,2(1 − FE) – 0,8(1 − FE)2 ]
Dimana :
Q = laju produksi maksimal pada kondisi FE  1
BAB III
PBU DENGAN TYPE CURVE METERING

3.1 Pressure Build Up


Pressure Build Up adalah suatu teknik pengujian tekanan transient dengan
cara memproduksikan sumur dengan laju produksi konstan (flow period) selama
waktu tertentu kemudian sumur ditutup/shut-in period(biasanya dengan menutup
kepala sumur di permukaan). Penutupan sumur ini menyebabkan naiknya tekanan
yang dicatat sebagai fungsi waktu. Tetapi dalam kenyataannya, menjadikan
produksi konstan adalah tidakmungkin dilaksanakan. Untuk mengatasi keadaan
ini pada teknik analisa ulah tekanan bentuk (PBU) digunakan prinsip
Superposisi.Prinsip dasar pengujian ini adalah dengan memberikan gangguan
keseimbangan tekanan terhadap sumur yang diuji. Dengan adanya gangguan,
impuls perubahan tekanan (pressure transient) akan disebar keseluruh reservoir
dan ini dapat diamati dengan cara merekam tekanan lubang bor pada saat
pengujian berlangsung. Perubahan tekanan di plot dengan fungsi waktu dan
dianalisa pola aliran yang terjadi.Pada pengujian ini sumur yang sedang
mengalir(idealnya pada tekanan tetap) lalu ditutup.Analisa matematika terhadap
Pressure Build Up mengasumsikan bahwa sebuah sumur telah diproduksikan
dengan laju alir konstan selama waktu tp dan kemudian sumur ditutup. Lama
waktu tp merupakan lama waktu sumur berproduksi. Sedangkan merupakan
lamanya waktu shut-in.

3.1.1 Cara Kerja Alat Pada Pressure Build-Up Test

Peralatan dalam melakukan Uji tekanan di lapangan antara lain EMR


(Electric Memory Recorder). EMR akan merekam tekanan dan temperature per
kedalaman setiap detik atau jam sesuai yang ditentukan dalam program. Adapun
peralatan yang digunakan pada pengujian sumur ini adalah :
1. Weight Indicator berfungsi untuk mengetahui posisi rangkaian EMR.
Beban normal = 600 lb. Merek yang dipakai adalah Martin Decker.
2.Deep Indicator berfungsi untuk memberikan informasi kedalaman rangkaian.
Merek yang dipakai adalah Veeder-Root.
3. Slickline unit atau biasanya disebut wireline berfungsi sebagai media
untuk mengantarkan rangkaian kedalam well
4. Measuring Whell Complate adalah alat untuk memutar VeederRoot.
(mengetahui kedalaman).
5. Hay Pully berfungsi supaya rangkaian lubricator tidak banyak bergerak
serta slickline unit tidak cepat aus.
6. Lot Seal adalah alat sebagai fiingsi daripada sistem kerja Weight
Indicator.
7. Stuffing Box adalah katrol yang dilengkapi dengan hand pump hydraulic
dan apabila terjadi kebocoran, rubber akan menahan wire dan hand pump akan
bekei)a.
8. Lubricator merupakan tabung pipa yang tahan terhadap tekanan untuk
menempatkan rangkaian alat pengujian sebelum dimasukkan kedalam sumur dan
digunakan pada sumur produksi.Blow Out Preventer Lubricator untuk menjepit
kawat ketika terjadi putusnya wire unit.
3.1.2 Analisa Pressure Build-Up
Untuk menganalisa data—data hasil pengujian di dasarkan pada teori analisa
ulah tekanan bentuk (Pressure Build-Up Curve), yang dikemukakan oleh Homer,
dirnana untuk memberlakukari teori mi digunakan anggapan sebagai berikut:
1. Sumur berproduksi pada laju aliran tetap dan pusat reservoir tak terbatas
dengan tekanan yang tetap pada batas luar reservoir.
2. Aliran fluida hanya satu fasa.
3. Kompressibilitas dan viscositas fluith konstan pada interval tekanan dan
temperatur yang bervariasi.
4. Sumur ditutup pada muka batupasir dan tidak terjadi aliran after flow
production kethiam lubang sumur.
5. Formasi mempunyai permeabilitas homogen dalam arah aliran.
3.2 Type Curve Matching
Type curve sangat berguna dalam analisa well test terutama jika digunakan
bersama-samadengan analisa menggunaka semilog plot. Type curve dapat
mengenal model reservoir,mengidentifikasi rejim aliran yang jenis analisis yang
sesuai dan memperkirakan parameterreservoir.

3.2.1 Pengembangan Type Curve


Type curve pada prinsipnya dapat dibuat untuk setiap model reservoir.
Agar type curvedapat digunakan dengan benar, maka batasan atau asumsi yang
digunakan harusdipahami. Asumsi tersebut harus secara teliti memodelkan
kondisi reservoir yang sedangdianalisa. Type curve ditampilkan dalam bentuk
variabel tak berdimensi. Definisi darivariabel tak berdimensi ini tergantung dari
model reservoirnya. Sebagai contoh, modelline source atau Ei-function untuk
fluida tidak termampatkan

3.2.2 Aplikasi Type Curve


Untuk fluida yang tidak (atau sedikit) termampatkan dan reservoir yang
homogen, typecurve yang digunakan adalah Gringarten-Bourdet Type Curve
(Gambar 1).Type curveini merupakan solusi dari persamaan difusivitas aliran
fluida yang tidak (atau sedikit)termampatkan (slightly compressible liquid) di
dalam formasi yang homogen. Tekananpada kondisi awal dianggap sama dan
merata di seluruh daerah pengurasan sumur.Reservoir dianggap tak terbatas dan
sumur diproduksi dengan laju alir yang tetap(konstan).Type curve ini merupakan
plot antara PD =f(tD, S, CD) yang merupakan fungsi dari tD,faktor skin (S) dan
koefisienwellbore storage tak berdimensi (CD) :

Kurva pada type curve ini adalah fungsi dari parameter CD e2S. Harga CD
e2Smenunjukkan apakah sumur mengalami kerusakan formasi, telah
dilakukanacidizingatau telah dilakukan perekahan hidraulik.Dalam menggunakan
type curve Gringarten-Bourdet, data hasil tes (perbedaan tekanandan derivative-
nya) dibandingkan dengan type curve. Data tes diplot dalam skala log-logdengan
ukuran log-cycle yang sama dengan type curve. Data hasil tes (perbedaantekanan
dan derivative-nya) tersebut kemudian secara bersamaan dicocokkan dengantype
curve untuk mendapatkan model yang sesuai. Teori yang mendasari teknik
typecurve matching ini adalah bahwa perbedaan koordinat skala plot dari data dan
type curvemerupakan besaran konstan. Konsep ini diilustrasikan sebagai berikut :

Beberapa hal yangpenting dan perlu diketahui tentang type curve Gringarten-
Bourdet ini adalah :
1. Selama periode wellbore storage dominated (aliran hanya berasal dari
fluida di dalam
wellbore), unit slope akan teramati pada saat awal.
2. Type curve Gringarten-Bourdet ini dibuat berdasarkan solusi persamaan
yangmemodelkan produksi dengan laju alir konstan; akan tetapi type curve
ini dapat
digunakan untuk menganalisa uji buildup jika variabelnya dimodifikasi
untukmemasukkan pengaruh perbedaan antara uji alir (drawdown) dan uji
buildup. Untukuji drawdown, plot yang digunakan adalah (Pi − Pwf)
terhadap t. Sedangkan untuk uji
buildup, plot yang digunakan adalah (Pws − Pwf (Δt = 0)) terhadap waktu
ekivalen. Jadi perbedaan tekanan sebesar ΔP yang terjadi selama waktu
penutupan Δt
Selamauji buildup akan terjadi selama waktu alir Δte pada uji alir dengan laju
konstan.Definisi waktu ekivalen ini, Δte, akurat untuk aliran transien radial dalam
formasiyang homogen. Dalam batas-batas tertentu, waktu ekivalen ini dapat
digunakan untukmenganalisa aliran radial yang terdistorsi oleh wellbore storage
dan data tes yangterpengaruh oleh batas luar reservoir.

3. Setelah didapatkan kurva dalam type curve yang sesuai, sebuah titik
(match point)dapat dipilih untuk digunakan dalam menghitung harga k, S
dan C.
3.2.3 Analisa Uji Sumur Gas Menggunakan Type Curve
Dalam menganalisa uji sumur gas, penggunaan adjusted pressure dan
adjusted time
diperlukan. Hal ini disebabkan karena type curve dibuat berdasarkan solusi
persamaan
untuk fluida yang tidak (sedikit) termampatkan, sementara gas adalah fluida yang
mudah
termampatkan dan sifat-sifat fisiknya sangat tergantung dapat tekanan sistem.
Adjusted
pressure dan adjusted pseudotime mengakomodasi karakteristik dari gas ini,
sehingga
type curve yang digunakan untuk liquid dapat digunakan untuk gas.
BAB IV

PBU PADA SUMUR GAS

4.1. Metode P

Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 4,000 psia. Jadi,
apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) lebih besar dari 4,000 psia, maka
metode P dapat digunakan.
4.1.1. Langkah Kerja Metode P
1. Siapkan data pendukung untuk analisa, yaitu :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas (μg), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
h. Porositas (φ)
i. Jari-jari lubang bor (rw), ft
Jadi, apabila tekanan dasar sumur (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih
besar dari 4000 psia, maka metode P dapat digunakan.
2. Buat tabel Δt, (tp + Δt), Pws dan (Pws – Pwf), dimana Pwf adalah
tekanan saat Δt = 0.
3. Plot (Pws – Pwf) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus
dengan kemiringan 45°(slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya
pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, kalau ada, tentukan titik awal
penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log cycle dari titik tersebut untuk
menemukan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore
storage.
tp+∆𝑡
4. Plot antara Pws terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
∆𝑡

melalui titik yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian


tentukan kemiringan, m.
𝑡𝑝+∆𝑡
5. Ekstrapolasikan garis lurus tersebut sampai ke harga = 1 untuk
∆𝑡

mendapatkan P*.
6. Hitung harga permeabilitas (k) :
8,17×105 𝑞𝑠𝑐 𝜇 Ζ 𝑇
k= (1)
𝑚ℎ𝑝

dimana :
2
𝑃 ∗2 + 𝑃𝑤𝑓
P =√ 2

μ = viskositas gas pada P dan T


Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7. Tentukan harga faktor skin (S) dan ΔPSkin :
𝑃1𝑗𝑎𝑚 −𝑃𝑤𝑓 𝑘
S = 1,151[ − 𝑙𝑜𝑔 𝜙 𝐶 2 + 3,23] (2)
𝑚 𝑡 𝜇 𝑟𝑤

8. Tentukan Efisiensi aliran (FE) :


𝑃 ∗ − 𝑃𝑤𝑓 − 𝛥𝑃𝑠
FE = (3)
𝑃 ∗ −𝑃𝑤𝑓

4.2. Metode 𝑷𝟐
Metode ini berlaku pada tekanan reservoir lebih besar dari 2,000 psia. Jadi,
apabila tekanan bawah permukaan (Pwf atau Pws) yang tercatat lebih kecil dari
2,000 psia, maka metode P2 dapat digunakan.
4.2.1. Langkah Kerja Metode 𝑷𝟐

1. Siapkan data pendukung untuk analisa :


a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas ( μ
g), cp
c. Kompresibilitas total (ct), psi-1
d. Faktor deviasi gas (Z)
e. Temperatur reservoir (T), oR
f. Tebal lapisan (h), ft
g. Jari-jari lubang bor (rw), ft
h. Waktu produksi sebelum sumur ditutup (tp), jam
i. Porositas (φ)
𝑡𝑝 + Δ𝑡 2 2 2
2. Buat tabel Δt. . 𝑃𝑤𝑠 . 𝑃𝑤𝑠 dan (𝑃𝑤𝑠 − 𝑃𝑤𝑓 ), dimana Pwf adalah tekanan
Δ𝑡

saat Δt = 0.
2 2
3. Plot (𝑃𝑤𝑠 − 𝑃𝑤𝑓 ) terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis lurus dengan
kemiringan 45° (slope = 1) pada data awal menunjukkan adanya pengaruh
wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan titik awal penyimpangan
dan ukur 1 sampai 1½ log-cycle dari titik tersebut untuk menemukan awal dari
tekanan yang tidak terpengaruh oleh wellbore storage.
2 𝑡𝑝 + Δ𝑡
4. Plot 𝑃𝑤𝑠 terhadap log pada kertas semi log. Buat garis lurus melalui titik
Δ𝑡

yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian tentukan kemiringan,


m.
𝑡𝑝 + Δ𝑡
5. Ekstrapolasikan garis lurus (butir 4) sampai ke harga = 1 untuk
Δ𝑡

mendapatkan 𝑃𝑤𝑠 dan hitung 𝑃∗ = √𝑃𝑤𝑠
∗2

6. Hitung harga permeabilitas (k) dengan persamaan :


1,637 × 106 𝑞𝑠𝑒 𝛵 𝜇 𝛧
k= (4)
𝑚ℎ

dimana :
2
𝑃 ∗2 + 𝑃𝑤𝑓
P=√ (5)
2

μ = viskositas pada P dan T


Z = faktor deviasi gas pada P dan T
7. Tentukan harga faktor skin (S) dan ΔPSkin :
𝑃12 𝑗𝑎𝑚 − 𝑃𝑤𝑓
2
𝑘𝑃
S = 1,151[ − 𝑙𝑜𝑔 𝜙 𝜇 𝑟 2 + 3,23] (6)
𝑚 𝑤

𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 = 0.87 m S
8. Tentukan harga Efisiensi aliran (FE) :
2 2
𝑃 ∗2 − 𝑃𝑤𝑓 − 𝛥𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛
FE = 2 (7)
𝑃 ∗2 − 𝑃𝑤𝑓
4.3. Metode m(P)
Metode ini dapat digunakan untuk semua harga tekanan reservoir, tetapi
karena penggunaan metode m(P) lebih sukar, biasanya metode ini hanya dipakai
pada tekanan reservoir antara 2,000 sampai dengan 4,000 psia.
4.3.1. Langkah Kerja Metode m(P)
1. Siapkan data pendukung untuk analisa :
a. Laju aliran (qsc), MMSCF/D
b. Viskositas gas pada kondisi tekanan awal (μ), cp
c. Kompresibilitas total pada kondisi tekanan awal (ct)
d. Temperatur reservoir (T)
e. Tebal lapisan (h)
f. Jari-jari lubang bor (rw)
2. Buat tabel atau grafik korelasi P ke m(P).
3. Buat tabel Δt, Pws, m(Pws), {m(Pws) − m(Pwf)} dan (tp + Δt)/Δt
4. Plot {m(Pws) − m(Pwf)} terhadap Δt pada kertas grafik log-log. Garis
lurus dengan kemiringan 45° (slope = 1) pada data awal menunjukkan
adanya pengaruh wellbore storage. Dari garis ini, bila ada, tentukan
titik awal penyimpangan dan ukur 1 sampai 1½ log cycle dari titik
tersebut untuk menerangkan awal dari tekanan yang tidak terpengaruh
oleh wellbore storage.
𝑡𝑝 + 𝛥𝑡
5. Plot m(Pws) terhadap log pada kertas semilog. Buat garis lurus
𝛥𝑡

melalui titik-titik yang bebas dari pengaruh wellbore storage, kemudian


tentukan kemiringan (m).
𝑡𝑝 + 𝛥𝑡
6. Ekstrapolasikan garis lurus di atas sampai harga = 1 untuk
𝛥𝑡

mendapatkan harga m(P*). Kemudian tentukan P* melalui korelasi dari


butir 2.
7. Tentukan harga permeabilitas (k)
1,637 × 106 𝑞𝑠𝑐 𝛵
k= (8)
𝑚ℎ

8. Tentukan harga faktor skin (S) dan m(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 )


𝑚(𝑃1 𝑗𝑎𝑚) − 𝑚(𝑃𝑤𝑓) 𝑘
S = 1,151 [ − 𝑙𝑜𝑔 𝜙( 𝜇𝑐 )𝑟 2 + 3,23] (9)
𝑚 𝑡 𝑤

M(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 ) = 0,87 m S
9. Tentukan harga efisiensi aliran (FE) :
𝑚(𝑃 ∗ )− 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )− 𝑚(𝑃𝑠𝑘𝑖𝑛 )
FE = (10)
𝑚(𝑃 ∗ )− 𝑚(𝑃𝑤𝑓 )
BAB V
BACK PRESSURE TEST
5.1 Back Pressure Test

Back pressure testatau disebut juga flow after flow test, adalah suatu
metode test sumur gas untuk mengetahui kemampuan reservoir untuk berproduksi
dengan memberikan tekanan balik yang berbeda-beda ( back pressure ) yang
berbeda-beda.

5.2 Prinsip Pengujian

Pengujian ini dilakukan dengan cara menutup sumur sampai tekanan


stabil, lalu diteruskan dengan memproduksikan sumur dengan laju aliran yang
berbeda. Sebelum mengganti harga q sumur berproduksi sampai tekanan stabil
dan setiap perubahan harga q, sumur tidak di tutup kembali.

Tahap yang digunakakn dalam melakukan tes yang konvensional ini


adalah sebagai berikut :

1. Tentukan stabilized shut-in reservoir pressure,


2. Produksikan sumur dengan lajualir tertentu hingga aliran stabil, sementara
itu tekanan dicatat sebagai tekanan rata-rata,
3. Lakukan langkah 2 paling sedikit 4 kali untuk mendapatkan rate yang
berbeda-beda

5.3 Prosedur Melakukan Uji Back Pressure

1. Sumur dibuka dengan tujuan membersihkan lubang bor. Oleh karena itu
waktu buka harus cukup lama, agar lubang bersih dari kotoran sisa
pemboran dan laju produksi dapat stabil.
2. Turunkan alat pengukur tekanan (pressure bomb) ke dalam sumur dan
gantung di depan formasi yang diuji.
3. Sumur ditutup sampai tekanan di permukaan stabil. Tekanan stabil
dianggap tercapai, bila beda tekanan selama 15 menit pengamatan, tidak
lebih besar dari 0.1 psi (patokan yang digunakan Railroad Commission of
Texas).
4. Sumur dibuka melalui jepitan terkecil dengan laju produksi qg1, sampai
kondisi stabil tercapai. Kondisi stabil dianggap tercapai bila selisih
pembacaan tekanan alir di kepala sumur selama 30 menit < 0.01 Pwf
(patokan yang digunakan Interstate Oil Compact Commission).
5. Ganti jepitan dengan ukuran yang lebih besar dan lanjutkan pengamatan
seperti langkah 5 untuk laju produksi qg3. Ulangi penggantian jepitan dan
lakukan hal yang sama untuk laju produksi qg4

5.4 Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk uji Back Pressure, Isochronal dan
Modified Isochronal tergantung dari pada fluida yang diproduksikan, yaitu apakah
berupa gas kering atau berupa campuran gas dengan kondensat atau air.
1. Peralatan pengujian di permukaan.
Peralatan yang diperlukan adalah :
 Alat pengukur tekanan
 Katup-katup
 Jepitan yang dapat diubah-ubah
 Separator
 Alat pengukur laju aliran gas, Kondensat dan air,
 Tangki pengumpul kondensat
 Thermometer
2. Peralatan dipermukaan yang lazim digunakan secara skematis
3. Peralatan pengukur tekanan di dasar sumur.
Selama pengujian, tekanan di depan formasi (sand face) diukur, baik
dalam keadaan statis ataupun pada waktu terjadi aliran. Alat pengukur yang
umum digunakan adalah pengukur secara mekanik, misalnya (Amerada) atau
secara elektronik misalnya HP gauge
BAB VI
ISOCHRONAL TEST DAN MODIFIED ISOCHRONAL TEST

6.1 Isochronal Test ( IT )


Isochronal test terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai
mencapai stabil. Dilanjutkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan
laju prosuksi tertentu selama jangka waktu (t), tanpa menanti kondisi stabil. Back
Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila dilangsungkan pada
reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir dengan
permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai
kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang belum
mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.

Bertolak dari kelemahan back pressure test, maka


Cullender mengembangkan isochronal test untuk memperoleh harga deliverability
pada sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama
untuk mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes
berdasarkan anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive
drainageradius), rd adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi.
Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log ∆p 2 vs log Qsc yang linier dengan harga eksponen n yang
sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai
tekananreservoir (Pr) mencapai stabil, yang diusulkan dengan pembukaan
sumur,sehingga menghasilkan laju produksi tertentu selama jangka waktu t,
tanpamenanti kondisi stabil.
beberapa hal penting yang berkaitan denganurutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang
waktuyang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai P = Pr, bukannya selang waktu
yangsama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai
keadaanstabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
4.
6.2 Modified Isochronal Test ( MIT )
Pada pengukuran sumur gas yang digunakan dengan cara MIT (modified
Isochornal Test). Dimana MIT merupakan metode uji sumur yang memakai laju
aliran secara buka tutup sumur.Seperti hal nya pengujian pressure build
up pada modified isochronal test ini melihat kemampuan suatu sumur untuk
memproduksikan ,akan tetapi pada MIT ini ditekan pada sumur yang berupa gas
setelah di identifikasi menggunakan gradient pada sumur yang berupa gas setelah
di identifikasi menggunakan gardient flowing statik dan pressure build up
test (PBU).
Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda isochronal
, perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai
kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu
menguntungkan bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan
stabil. Katz dkk (1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil
yang mendekati hasiltes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain
terletak pada persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil.
Selain dari itu,selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas tes modified isochronal samaseperti
pada metode isochronal, kecuali untuk harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga
tekanan yang dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.

6.3 Langkah Kerja Isochronal Test ( IT )


Prosedur pelaksanaan dari isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan keseimbangan statik,
tekananterukurdicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir (Pr).
2. Sumur diproduksikan dengan laju aliran q1 selama waktu t1, dan catat
lajualiran serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1.
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, mencapai kondisi kesetimbangan
statik (Pr).
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat
titik)dengan waktu alir t1.

6.4 Langkah Kerja Modified Isochronal Test ( MIT )


Prosedur pelaksanaan dari modified isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir
Pwf 1 (=Pr). Selama periode penutupan sumur, tekanan statik sumur akan
membentuk beberapa harga Pws yang mana harga Pws ini akan semakin kecil
untuk periode aliran berikutnya.
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan Pwf1
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai Pwf 2.
4. Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan Pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titi)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga
mencapaikondisi extended flow.
BAB VII

PENUTUP

7.1. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari laporan praktikum well test ini adalah sebagai
berikut :

1) Dalam pengujian sumur terdapat data yang harus diketahui sebelum


pengukuran lebih lanjut,yakni dengan mengetahui pengukuran tekanan alir
dan pengukuran tekanan statik, yang dimana dalam pengukuran ini harus
ada beberapa parameter penunjang seperti faktor koreksi, defleksi,
modulus element.
2) Pada pengujian sumur ini bertujuan untuk mengetahui kinerja dari sumur
minyak ataupun gas. Sebelum melakukan pengujian sumur ini sendiri
harus menganalisa informasi sumur seperti informasi , gradient
statik, tekanan pada perforasi temperatur formasi, temperatur di
permukaan, aliran fluida (gas, minyak atau air), tekanan alir , tekanan alir
di kepala sumur , kedalaman sumur , produktivitas indeks.
3) pengujian sumur dilakukan sangat sederhana yaitu dengan memberikan
gangguan kesetimbangan tekanan terhadap sumur yang akan di test.
Pengujian dlakukan dengan menggunakan beberapa macam yaitu pada
sumur minyak dengan Drill Steam Test, Pressure test ( Pressure buildup
dan pressure drowdown ), pengujian aliran ( multiple rate testing dan two
rate flow test ) dan pada sumur gas dengan Deliverability, Back pressure
test, Isocronal test dan Modified isochronal
4) Skin merupakan suatu besaran yang menunjukan ada atau tidaknya
kerusakan formasi disekitar lubang sumur. Skin ini mengakibatkan
berkurangnya permeabilitas formasi disekitar lubang bor disebabkan oleh
runtuhnya dinding lubang sumur, terjadinya pengendapan, dan invansi
partikel-partikel selama pemboran, completion, dan produksi berjalan.
DAFTAR PUSTAKA

Blakely, R. J. 1995. Aplication Well testing. New York : Cambridge University


Press

Burger, H. 1992. Exploration Geophysics. New Jersey : Prentice Hall

Jacobs, J. A. 2004. Physics and Geology. New York : Mc Graw Hill Book
Company

Kirbani, SB. 2001. Teori dan Aplikasi Metode pengujian sumur. Yogyakarta :
UGM

Munadi, Suprajitno. 2001. Instrumentasi well test. Jakarta : Universitas Indonesia

Santoko, Djoko. 2002. Pengantar well test. Bandung : Penerbit ITB

Anda mungkin juga menyukai