Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PANDANGAN AGAMA DI INDONESIA TERHADAP TINDAKAN MEDIS


TENTANG KELUARGA BERENCANA
Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Agama
Dosen Pembimbing : Drs. H. Tajudin. M. Nur. MM.

Disusun oleh:
KELOMPOK 4

 Desta Eka Erlianti (P17324417044)


 Septiyani (P17324417050)
 Syifaurrohmah Kusumadewi (P17324417064)
 Ranti Eka Putri (P17324417073)
 Nurul Mimar (P17324417074)

JALUM IB

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI BANDUNG


PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2017/2018

2
KATA PENGANTAR

‫بسم اا الرحمن الرحيم‬

Assalamualaikum, wr.wb.
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini, tepat pada waktunya.Shalawat serta salam kami
curahkan kepada Nabi kita yaitu Muhammad SAW. yang membawa kita dari zaman jahiliyah ke
era ilmiah, dari zaman biadab menuju zaman beradab, berlimpah ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kian berkembang.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
dan untuk menjadi referensi bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi kami selaku mahasiswi yang masih dalam proses edukasi dan tentu umumnya
untuk semua para pembaca untuk lebih bisa memahami materi pandangan agam di Indonesi
terhadap tindakan medis mengenai keluarga berencana dan semoga dapat dipahami dengan
mudah serta berguna.
Kami sadar dalam proses pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kami memohon maaf atas segala kesalahan kata-kata yang mungkin kurang berkenan, dan
untuk memperbaiki makalah ini, kami memohon kritik serta saran yang membangun.
Wassalamualaikum wr.wb.

Karawang, November 2017

Tim Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Pengertian KB..............................................................................................................................3
2.2 Pandangan Agama Mengenai KB................................................................................................3
2.1.1 Pandangan Agama Islam mengenai KB...............................................................................3
2.1.2 Pandangan Agama Kristen mengenai KB............................................................................6
2.1.3 Pandangan Agama Budha mengenai KB..............................................................................7
2.1.4 Pandangan Agama Hindu tentang Keluarga Berencana.......................................................7
2.3 Tujuan Dari Ber-KB....................................................................................................................7
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9
3.2 Saran............................................................................................................................................9
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................iii

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sejarah peradaban manusia, keluarga dikenal sebagai suatu persekutuan (unit)
terkecil, pertama dan utama dalam masyarakat. Keluarga adalah inti dari jiwa dari suatu
bangsa, kemajuan dan keterbelakangan suatu bangsa menjadi cermin dari keadaan keluarga-
keluarga yang hidup pada bangsa tersebut. KB berarti suatu tindakan perencanaan pasangan
suami istri untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan
menentukan jumlah anak sesuai dengan kemampuannya serta sesuai situasi masyarakat dan
negara.
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama dikenal. KB artinya
mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan seseorang ingin
hamil. Bila ia memutuskan untuk tidak segera hamil sesudah menikah, ia bisa ber-KB.
Layanan KB di seluruh Indonesia sudah cukup mudah diperoleh.
Oleh karena itu, sudah sewajarnya bila pemerintah bersama-sama dengan segenap
komponen masyarakat berkepentingan untuk membangun keluarga-keluarga di negara kita
tercinta ini agar menjadi keluarga yang sejahtera yang dalam konteks ini kita maknai sebagai
keluarga yang sehat, maju dan mandiri dengan ketahanan keluarga yang tinggi. Terlebih
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai motor penggerak
Program KB di Indonesia, sekarang ini sangat berpihak pada upaya membangun keluarga
sejahtera dengan visi dan misinya yang telah derbaharuhi, yakni ”Seluruh Keluarga Ikut KB”
dan ”Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera”.
Keluarga yang sejahtera, dengan demikian, tentu menjadi dambaan setiap orang untuk
mencapainya. Bukan saja karena dengan mencapai tingkat kesejahteraan tertentu, seseorang
akan dapat menikmati hidup secara wajar dan menyenangkan karena tercukupi kebutuhan
materill dan spirituilnya, tetapi dengan kondisi keluarga yang sejahtera setiap individu
didalamnya akan mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk berkembang sesuai dengan
potensi, bakat dan kemampuan yang dimiliki.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1
1. Apa yang dimaksud dengan KB ?
2. Bagaimanakah hukum KB menurut pandangan berbagai agama ?
3. Apa saja tujuan dari ber-KB ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain, sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari KB.
2. Untuk mengetahui pandangan KB menurut berbagai agama.
3. Untuk mengetahui tujuan dari ber-KB.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian KB
Keluarga Berencana (KB) adalah istilah yang mungkin sudah lama dikenal. KB artinya
mengatur jumlah anak sesuai kehendak dan menentukan sendiri kapan ingin hamil. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), KB adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang
sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran.
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana
adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami
istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan
kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian
dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan
kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia
dan sejahtera. Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak
kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Dengan kata lain KB adalah perencanaan jumlah keluarga. Pembatasan bisa dilakukan
dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom,
spiral, IUD dan sebagainya. Diharapkan dengan adanya perencanaan keluarga yang matang
kehamilan merupakan suatu hal yang memang sangat diharapkan sehingga akan terhindar
dari perbuatan untuk mengakhiri kehamilan dengan aborsi.

2.2 Pandangan Agama mengenai KB


2.1.1 Pandangan Agama Islam Mengenai KB
Jika program Keluarga Berencana (KB) dimaksudkan untuk membatasi kelahiran,
maka hukumnya tidak boleh. Karena Islam tidak mengenal pembatasan kelahiran (tahdid
an-nasl).
Terdapat banyak hadits yang mendorong umat Islam untuk memperbanyak anak.
Misalnya:

3
“Perintah menikahi perempuanYang subur dan banyak anak, penjelasan yang
menyebutkan bahwa Rasulullah berbangga di Hari Kiamat dengan banyaknya pengikut
beliau”. (HR. Nasa’i, Abu Dawud, dan Ahmad), dsb.
Yang dikenal dalam Islam adalah pengaturan kelahiran (tanzhim an-nasl).Hal ini
didasarkan pada para sahabat yang melakukan azal di masa Nabi, dan beliau tidak melarang hal
tersebut.(HR. Bukhari dan Muslim).
Beberapa alasan yang membenarkan pengaturan kelahiran antara lain:
1) Kekhawatiran akan kehidupan dan kesehatan ibu jika ia hamil atau
melahirkan, berdasarkan pengalaman atau keterangan dari dokter yang
terpercaya.Firman Allah:
“Dan janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kebinasaan.”
(QS. al-Baqarah: 195)
2) Khawatir akan kesulitan materi yang terkadang menyebabkan munculnya
kesulitan dalam beragama, lalu menerima saja sesuatu yang haram danmelakukan hal-
hal yang dilarang demi anak-anaknya. Allah berfirman:
“Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki
kesulitan. (QS. al-Baqarah: 185)
3) Alasan kekhawatiran akan nasib anak-anaknya; kesehatannya buruk atau
pendidikannya tidak teratasi (Lihat:Halal dan Haram dalam Islam, Dr. Yusuf
al-Qaradhawi, Era Intermedia, hlm. 285-288).
4) Alasan lainnya adalah agar bayi memperoleh susuan dengan baik dan cukup,
dan dikhawatirkan kehadiran anak selanjutnya dalam waktu cepat membuat
hak susuannya tidak terpenuhi.
5) Membatasi anak dengan alasan takut miskin atau tidak mampumemberikan
nafkah bukanlah alasan yang dibenarkan. Sebab, itu mencerminkan kedangkalan
akidah, minimnya tawakal dan keyakinan bahwa Allah Maha Memberi rezeki.
Allah Swt. berfirman:
“Dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian karena takut miskin.
Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepada kalian.” (QS. al-
Isra: 31).

4
 Pandangan Al-Qur’an Tentang Keluarga Berencana
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang memberikan petunjuk yang perlu kita
laksanakan dalam kaitannya dengan KB diantaranya ialah :
Surat An-Nisa’ ayat 9:
‫وليخش الذين لو تركوا من خلفهم ذرية ضعافا خافوا عليهم فليتقواا واليقولوا سديدا‬
Dan hendaklah takut pada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang “
mereka anak-anak yang lemah. Mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
.”perkataan yang benar
Ayat-ayat al-Qur’an yang berindikasi tentang diperbolehkannya mengikuti program KB,
yakni karena hal-hal berikut:
a) Menghawatirkan keselamatan jiwa atau kesehatan ibu. Hal ini sesuai dengan firman
Allah:
(195 : ‫ول تلقوا بأيديكم إلى التهلكة )البقرة‬
“Janganlah kalian menjerumuskan diri dalam kerusakan”.
b) Menghawatirkan keselamatan agama, akibat kesempitan penghidupan hal ini sesuai
dengan hadits Nabi:
‫كادا الفقر أن تكون كفرا‬
“Kefakiran atau kemiskinan itu mendekati kekufuran”.
c) Menghawatirkan kesehatan atau pendidikan anak-anak bila jarak kelahiran anak terlalu
dekat sebagai mana hadits Nabi:
‫ول ضرر ول ضرار‬
“Jangan bahayakan dan jangan lupa membahayakan orang lain.
Selain ayat diatas masih banyak ayat yang berisi petunjuk tentang pelaksanaan KB
diantaranya ialah surat al-Qashas: 77, al-Baqarah: 233, Lukman: 14, al-Ahkaf: 15, al-Anfal: 53,
dan at-Thalaq: 7.
Dari ayat-ayat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa petunjuk yang perlu
dilaksanakan dalam KB antara lain, menjaga kesehatan istri, mempertimbangkan kepentingan
anak, memperhitungkan biaya hidup brumah tangga.
 Pandangan al-Hadits Tentang Keluarga Berencana
Dalam Hadits Nabi diriwayatkan:

5
(‫إنك تدر ورثك أغنياء خير من أن تدرهم عالة لتكففون الناس )متفق عليه‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan
berkecukupan dari pada meninggalkan mereka menjadi beban atau tanggungan
orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi
beban bagi orang lain. Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya dipikirkan
bersama.
2.1.2 Pandangan Agama Kristen mengenai KB
Pandangan tentang manusia menurut kristen harus menjadi acuan utama dalam
membangun keluarga sejahtera. Langkah awal mewujudkan keluarga sejahtera menurut
alkitabiah, tercermin dari perkawinan. Perkawinan sebagai sebuah proses yang bertanggung
jawab, selain itu kristen juga menyebutkan kesejahteraan keluarga memiliki makna yang
sangat penting dengan apa yang disebut keluarga yang bertanggung jawab. Kepentingan
tersebut terletak pada tanggung jawab membawa bahtera rumah tangga dalam takut akan
tuhan.
Karena itu, kristen mendukung program KB. Bagi agama kristen, program KB dapat
menunjang terciptanya kebahagian keluarga, dimana hak dan peran anggotanya dapat
diwujudkan secara memadai. Secara filosofis bertujuan untuk melindungi hidup.
Pandangan ini didasarkaan antara lain baahwa kebahaagiaan suatu keluarga bergantung dari
tiap anggota, bagaimana ia memainkan peranannya dengan tepat terhadap tiap anggota
yang lain.
1. Kristen Protestan
Agama kristen protestan memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan
diwujudkan dalam pemahaman yang bersifat real sesuai dengan kehendak Allah dan
tidak melarang umatnya berKB.
2. Kristen Katolik
Menurut kristen katolik untuk mengatur kelahiran anak suami istri harus tetap
menghormati dan menaati moral katolik dan umat katolik dibolehkan berKB dengan
metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur.

6
2.1.3 Pandangan Agama Budha mengenai KB
Masalah kependudukan dan Keluarga Berencana belum timbul ketika Buddha
Gotama masih hidup. Tetapi kita bisa menelaah ajaran-Nya yang relevan dengan makna
Keluarga Berencana. Kebahagiaan dalam keluarga adalah adanya hidup harmonis antara suami
dan isteri, dan antara orang tua dengan anaknya.
Kewajiban orang tua terhadap anaknya adalah berusaha menimbulkan
danmemperkembangkan kesejahteraan untuk anak-anaknya. Jadinya, bila kitaperhatikan
KB menurut agama budha harus dilaksanakan, karena KB menimbul kankesejahteraan
keluarga. KB dibenarkan dalam agama Buddha. Dan umat Buddha hanya memilih cara
KB yang cocok untuk mereka masing-masing.
2.1.4 Pandangan Agama Hindu tentang Keluarga Berencana
KB menurut agama hindu di perbolehkan karena KB dapat membatasi jumlah
anak dengan tujuan agar sejahtera.

2.3 Tujuan Dari Ber-KB


Gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi memiliki tujuan:
1. Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju
pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka
kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita. Pertambahan
penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan
sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan
penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini kdiperkuat dengan teori
Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti
deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.
2. Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan
menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan
bila dirasakan anak telah cukup.
3. Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu
tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya
keluarga bahagia.

7
4. Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah
dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang
cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.
5. Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga
yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari
segi ekonomi.

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
KB merupakan upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga
kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
Keluarga Berencana yang dibolehkan syariat adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan
kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-istri karena
situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan (mashlahat) keluarga, masyarakat maupun
negara.
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa KB
diperbolehkan dengan alasan – alasan tertentu misalnya untuk menjaga kesehatan ibu,
mengatur jarak diantara dua kelahiran, untuk menjaga keselamatan jiwa, kesehatan atau
pendidikan anak-anak.
Namun KB bisa menjadi tidak diperbolehkan apabila dilandasi dengan niat dan alasan
yang salah, seperti takut miskin, takut tidak bisa mendidik anak, dan takut mengganggu
pekerjaan orang tua. Dengan kata lain, penilaian tentang KB tergantung pada individu
masing-masing.

3.2 Saran
Jika anda hendak melakukan KB sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu segala aspek
yang menyangkut tentang KB misalnya:
 Alat kontrasepsi, apakah aman untuk digunakan atau tidak
 Keuangan keluarga, bila memiliki keuangan yang cukup mengapa anda harus KB.
 Kesehatan ibu
 Landasan hukum agama

9
DAFTAR ISI
 http://www.desaakhirat.wordpress.com/2013/04/01/kb-menurut-islam-kb-menurut-
alquran-dan-hadis/
 http://www.kainsutera.com/remaja/keluarga-berencana-menurut-agama-kristen-
protestan.html
 http://www.kainsutera.com/remaja/manfaat-kb-menurut-agama-hindu.html
 http://www.santopauluspku.wordpress.com/tag/kb-menurut-ajaran-katolik/
 http://www.solusiislam.com/2013/03/hukum-kb-keluarga-berencana-dalam-islam.html
 http://www.walubi.or.id/wacana/wacana_dw_39.shtml
 http://www.wihara.com › Forum › General Buddhism › Seputar Buddhisme

Anda mungkin juga menyukai