01 GDL Rubenekamu 1315 1 Kti - Rube 9 PDF
01 GDL Rubenekamu 1315 1 Kti - Rube 9 PDF
DI SUSUN OLEH :
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
i
ii
iii
iv
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
yang terhormat :
v
4. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns., M. Kep, selaku dosen penguji dua yang
6. Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
Husada Surakarta dan berbagai pihak berbagai pihak yang tidak dapat
spiritual.
Penulis
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Tuhan dengan segala rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dan saya
Ayah ku Joko Purnomo dan ibu ku tercinta endang wahyuning yang tiada henti-hentinya memberi doa
restu,
kasih sayang, perhatian dan dukungan untuk menjadikanku orang yang sukses.
Serta tidak lupa orang-orang yang aku sayangi Wahyu Fitriyana, Anisa Perdinant, Oktavia Narrila Wati,
Siti Nurhidayah, Lailatul Mubarokah, Antonius Rangga, Ahmad Abror, Arief Widiatmoko, Romhat Adi
Saputra Rita puspitasari, Radetya Prima, Novita, Risky ramadan, Afif alfianto, Fajar jatmiko serta alm.
Herdi setia Pratama dan juga teman-teman lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga
perjalanan yang kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih baik, bijaksna dan dewasa.
Atiek Murhayati, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas bimbingannya selama ini.
Almamaterku tercinta
vii
DAFTAR ISI
viii
B. Tempat dan waktu .................................................................... 29
C. Media dan alat yang digunakan ............................................... 29
D. Prosedur Tindakan .................................................................... 30
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien ........................................................................ 31
B. Pengkajian ............................................................................... 31
C. Perumusan Diagnosa Keperawatan ......................................... 38
D. Intervensi Keperawatan ........................................................... 40
E. Implementasi Keperawatan .................................................... 42
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................. 47
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ............................................................................... 51
B. Perumusan Masalah ................................................................. 53
C. Intervensi ................................................................................. 59
D. Implementasi ........................................................................... 62
E. Evaluasi ................................................................................... 65
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran ........................................................................................ 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tahun. Menutur data RSPAD Gatot subroto tahun 2008 jumlah pasien yang
(Carpenito, 2000). Namun, bila terlalu dini dilakukan dengan tehnik yang
tidak efektif. Oleh karena itulah, mobilisasi harus dilakukan secara teratur dan
(Roper, 2002)
1
2
dapat mengurangi rasa nyeri pasien, mengurangi waktu rawat di rumah sakit
dan dapat mengurangi stres psikis pada pasien. Kesimpulan dari penelitian ini
adalah dengan bergerak seseorang dapat mencegah kekakuan otot dan sendi,
peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan (Israfi dalam Akhrita, 2011).
Hal ini telah dibuktikan oleh wiyono dalam akhrita (2011) dalam
mereka sangat takut untuk melakukan mobilisasi pasca operasi. Hal ini
disebabkan karena pasien merasa sangat kesakitan saat bergerak pasca efek
3
kekhawatiran jahitan luka bekas operasi akan merenggang atau terbuka jika
dapat menyebabkan terjadinya ruam atau lecet pada bagian abdomen bagian
susah bernafas, juga susah buang air besar maupun berkemih. Hal inilah yang
menyebabkan banyak diantara mereka untuk lebih memilih diam atau tidak
bergerak diatas tempat tidur. Informasi yang didapat dari perawat ruangan
bedah kantil 2 bahwa, perawat di dalam ruangan tidak ada yang mengajarkan
mobilisasi pada pasien post operasi. Berdasarkan latar belakang data yang
mobilisasi dini.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
apendiktomi
4
dengan apendiktomi
dengan apekdiktomi
apendiktomi
C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
2. Bagi pendidikan
yang akan datang dan acuan bagi pengembangan laporan kasus sejenis
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Pengertian apendiks
Apendiks adalah ujung seperti jari yang kecil panjangnya kira kira
2. Etiologi
cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur.
6
7
3. Klasifikasi apendiksitis
a) Letak appendiks
dengan pusat.
Panjang appendiks rata-rata 5-10 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc,
c) Posisi apendiks
4. Manifestasi klinik
dari: mual, muntah dan nyeri yang hebat pada perut kanan bawah. Nyeri
biasa secara mendadak dimulai diperut sebelah atas atau sekitar pusar,
lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan
daerah inin, penderita akan merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan
ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-
bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu
berat dan didaerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu terasa. Bila usus
buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang
5. Patofisiologi
terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari fases)
6. Penatalaksanaan
a. Apendiktomi
periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien
merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap
penerimaan anastesi.
b. Laparatomi
yaitu:
a) Midline incision
b. Mempercepat penyembuhan.
sebelum operasi.
3) Indikasi
b. Peritonitis
4) Latihan-latihan fisik
5) Komplikasi
tromboplebitis.
atau eviserasi.
insisi.
dan muntah.
a. Fase pertama
sebagai kerangka.
b. Fase kedua
c. Fase ketiga
digunakan kembali.
13
d. Fase keempat
7. Komplikasiapendisitis
adalah 105 sampai 32%. Insiden lebih tinggi pada anak kecil dan lansia.
mencakup demam dengan suhu 37,7 oC atau lebih tinggi, nyeri tekan
tubuh yang lain ketika luka timbul, berapa efek akan muncul seperti
tusuk.
faktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada
1. Pengkajian
a. Biodata
register.
b. Lingkungan
penderita akan lebih baik dari pada tinggal dilingkungan yang kotor.
1) Keluhan utama
umbilikus
d. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Palpasi
terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri.
pada perut kiri di lepas perut kanan bawah akan terasa sakit.
1) Aktivitas / istirahat
Gejala : Malaise
2) Sirkulasi
Tanda : Takikardi
3) Eliminasi
Diare (kadang-kadang).
4) Makanan/ cairan
Gejala : Anoreksia
Mual / muntah.
5) Nyeri / kenyamanan
6) Pernafasan
7) Keamanan
dan edema.
Intervensi :
abdomen.
abses, peritonitis
ansietas.
terapi.
terlokalisir.
20
adekuat.
Intervensi :
intra vaskuler
kapiler.
hidrasi seluler.
peningkatan cairan.
pemasukan oral.
21
dan pecah-pecah.
muntah.
seimbangan elektrolit.
Intervensi :
ketidaknyamanan abdomen.
jaringan.
Intervensi :
masalah.
drainase, demam.
24
penyembuhan.
periodik.
ke aktivitas normal.
perbaikan
hindari enema.
C. Mobilisasi
1. Definisi
2. Jenis mobilisasi
terjadinya buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca
merupakan gerakan yang mungkin dilakukan sendi pada salah satu dari
tiga potongan tubuh yaitu sagital, frontal, dan trasfersal (Potter dan
Perry, 2006).
ROM dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Latian ROM secara pasif
adalah ROM yang dilakukan oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat
dan alat bantu. Perbedaan latian ROM pasif dan aktif bergantung pada
D. Kerangka teori
Hiperplasia folikel limfot,felakit, benda asing, cacing, peradangan
Apendiks akut
luka jahitan tampak baik tidak ada pus kulit tidak tampak kemerahan
E. Kerangka konsep
METODE PENELITIAN
Subjek dari aplikasi riset ini adalah penerapan mobilisasi dini terhadap
Alat : -
29
30
D. Prosedur tindakan
operasi apendiktomi.
ruangan
LAPORAN KASUS
dilakukan pada tanggal 11 Maret 2015 pukul 08.30 WIB dengan menggunakan
A. Identitas pasien
Hasil pengkajian diperoleh data antara lain, nama klien Ny. S, usia
suami.
B. Pengkajian
31
32
Maret 2015, perut bagian kanan bawah terasa nyeri, lalu pasien membeli obat
di warung namun sakitnya tidak berkurang, lalu pada tanggal 10 Maret 2015
tidak nafsu makan, perut terasa perih dan perut terasa nyeri dengan TTV TD:
terapi infus RL 20 tpm, ranitidin 2x1 amp, antrain 2x1 amp, lalu pasien
lemas, pola makan berkurang, mual-mual, lalu pasien diberi terapi obat
cefotaksin 2x1 amp, metro 3x500 mg, ranitidi 1 amp, antrain 1 amp, infus RL
20 tpm, pada tanggal 10 Maret 2015 pasien di operasi jam 10.15 WIB
selesaai jam 11.30 WIB, lalu di bawa kebangsal kantil 2, pemantauan TTV
sadar penuh, kemudian pasien sadar jam 13.00 WIB, lalu pasien mendapatkan
sakit.
33
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: Meninggal
berharga, menurut klien sakit merupakan sesuatu yang tidak nyaman, apabila
dokter.
dengan nasi, sayur, lauk, teh atau air putih, klien tidak memiliki keluhan dan
makan satu porsi habis. Selama sakit klien makan 3x sehari dengan makanan
yang disediakan rumah sakit nasi lembek, sayur, teh atau air putih, 1 porsi
habis.
Pola eliminasi BAB, baik sebelum sakit maupun selama sakit klien
tidak memiliki keluhan. Klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lunak, bau
khas, dan warna kuning kecokelatan. Pada pola eliminasi BAK, sebelum sakit
klien mengatakan BAK 4-6x sehari ± 150cc sekali BAK dengan warna
kuning jernih, bau amoniak, dan tidak ada keluhan. Selama sakit, klien BAK
perawatan diri secara mandiri (score 0). Selama sakit untuk makan atau
Pola istirahat tidur, sebelum sakit pasien mengatakan bisa tidur 21.00
WIB sampai jam 04.30 WIB dan jarang tidur siang. Selama sakit
kira 2-3 jam dalam 24 jam, pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang
panas..
keadaan sakitnya saat ini, ideal diri klien ingin segera sembuh dan pulang ke
rumah agar bisa melakukan aktivitasnya kembali, harga diri klien tidak merasa
rendah diri dengan penyakitnya, peran diri klien seorang ibu rumah tangga,
baik dan tidak ada masalah. Pola seksual reproduksi, pasien berusia 42 tahun
lanjut.
36
sholat 5 waktu, tetapi selama sakit pasien mengatakan hanya bisa berdoa.
teraba kuat dan irama teratur, respirasi 15x/menit irama teratur, dan suhu
36,5°C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala bersih tidak ada ketombe.
Rambut kuat, hitam. Pada pemeriksaan mata, didapatkan data mata simetris
tidak ikterik. Pada pemeriksaan hidung, bersih, tidak ada polip, dan tidak
terdapat sekret. Mulut simetris, bersih, dan mukosa bibir lembab. Gigi sejajar
dan bersih tidak ada lubang. Telinga simetris, tidak ada serumen, dan tidak
pembesaran tyroid.
simetris, Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri sama, Perkusi : sonor,
jantung, didapatkan hasil Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, Palpasi : ictus
cordis teraba kuat di SIC V, Perkusi : pekak, Auskultasi : Bunyi jantung I dan
Bunyi jantung II sama, tidak ada suara tambahan, irama reguler. Pada
operasi pada kanan bawah kurang lebih 5 cm, tidak ada tanda infeksi pada
6.
bagian atas didapatkan hasil kekuatan otot tangan kanan dan kiri 5 (bergerak
bebas), tangan kiri mampu bergerak bebas tetapi tangan kanan gerakan
terbatas karena terpasang infus RL 20 tpm, perabaan akral hangat, tidak ada
kekuatan kaki kiri 5 (mampu bergerak), perabaan akral hangat, tidak ada
ranitidin 50 mg untuk mual muntah, antrain metamizole untuk anti nyeri dan
demam.
(nilai normal 37.00-47.00), leukosit 6.4 ribu/ul (nilai normal 5-10), trombosit
204 ribu/ul (nilai normal 150-300), eritrosit 4.35 juta/ul (nilai normal 4.00-
5.00), MPV 5.2 fl (nilai normal 6.5-12.000), LDW 17.0 % (nilai normal 9.0-
17.0), MCV 91.7 fl (nilai normal 82.0-92.0), MCH 30.1 pg ( nalai naormal
27.0-31.0), MCHC 32.8 g/dl (nilai normal 32.0-37.0), limfosit 38.0 % (nilai
normal 25.0-40.0), monosit 6.0 % (nilai normal 3.0-9.0), limfosil 2.4 x10^3ul
38
(nilai normal 1.25-40), monosit 0.43 x10^3ul (nilai normal 0.30-1.00), gran
56.0 % (nilai normal 50.0-7.00), gran 3.6 x10^3ul (nilai normal 2.50-70.0),
ROW 12.3 % (nilai normal 11.5-14.7), CT 03.30 menit (nilai normal 2.8), BT
02.0 menit (nilai normal 1-3), GDS 90 mg/dl (nilai normal 70-150), creatinin
0.99 mg/dl (nilai normal 0,5-09), ureum 29 mg/dl (nilai normal 10-50).
untuk anti infeksi, dan injeksi ranitidine 50 mg/12 jam untuk pengobatan
tukak lambung jangka pendek, injeksi antrain 10 mg/8 jam untuk anti nyeri
dan demam.
mengatakan nyeri pada perut kanan bawah, P: pasien mengatakan nyeri perut
nyeri pada bagian post operasi abdomen kuadran 4, S: skala nyeri 6, T; nyeri
hilang timbul kurang lebih 5 menit. Data obyektif: pasien tampak meringis
kesakitan menahan nyeri, post operasi appendiktomi luka kurang lebih 10cm,
39
perhari, selama sakit pasien mengatakan tidak bisa tidur nyenyak tidur hanya
2-3 jam sehari, pasien juga mengatakan suhu dilingkungan ruang terasa panas
nyeri diperut kanan bawah, data obyektif : pasien tampak lemah, hanya
D. Intervensi keperawatan
agen cedera fisik dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24
jam nyeri bisa berkurang dengan kriteria hasil pasien tidak merasa
menjadi 2.
umum pasien, kaji nyeri (PQRST) dengan rasional nyeri merupakan respon
subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri, ajarkan tehnik
relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri, kolaborasi dengan dokter
dan latihan secara mandiri dengan kriteria hasil pasien mampu memenuhi
secara mandiri.
dan alih baring untuk memperlancar peredaran darah, berikan edukasi kepada
pengetahuan pasien dan keluarga, kolaborasi dengan tim medis dalam terapi
3x24 jam diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil,
pasien tidur nyenyak 7-8 jam, raut wajah rileks dan tampak segar, kantung
Ny.S untuk mengatasi masalah keperawatan gangguan pola tidur adalah kaji
pola tidur pasien untuk mengetahui kualitas tidur pasien, memberikan posisi
jelaskan kepada pasien tentang pola tidur saat sakit untuk menambah
memberikan pijatan pada kaki atau punggung sebelum tidur untuk menambah
dengan kriteria hasil, klien mampu berpartisipasi dalam mencegah luka, tidak
ada tanda-tanda kemerahan, tidak terdapat luka dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.
pasien untuk menjaga kulit pasien tetap bersih dan kering untuk menghindari
terjadi kelembapan pada kulit, anjurkan pasien agar tetap besih dan kering
untuk menjaga tetap bersih dan mencegah terjadinya intergitas pada kulit.
E. Implementasi keperawatan
pada post operasi abdomen pada kanan bawah, S: skala 6, T: nyeri sewaktu-
43
waktu durasi kurang lebih 5 menit, respon obyektif: pasien tampak tidak
antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi
mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon
Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan respon subyektif
pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien terlihat lemas.
Pukul 13.00 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan respon
nyaman.
tanda-tanda kemerahan tidak ada luka di daerah punggung. Pukul 13.20 WIB
yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran perawat
keluarga pasien untuk menjaga kulit pasien agar tetap bersih dan kering,
44
Implementasi hari kedua hari kamis 12 maret 2015 pukul 11.15 WIB
tusuk, R: nyeri pada post op abdomen pada kanan bawah, S: skala 4, T: nyeri
sewaktu-waktu durasi kurang lebih 2-3 menit, respon obyektif: pasien tampak
antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi
mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon
Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan respon subyektif
pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien terlihat lemas.
Pukul 13.00 WIB memberikan posisi yang nyaman (supinasi) dengan respon
pakean yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran
pasien agar tetap bersih dan kering, respon subyektif keluarga pasien tampak
Implementasi hari ke tiga pada hari jumat 13 maret 2015 pukul 11.15
pasien mengatakan mau untuk diperiksa, respon obyektif: TD: 120/90 mmHg,
kurang lebih 1-2 menit, respon obyektif: pasien tampak tidak rileks menahan
kesakitan.
46
antrain respon subyektif : pasien mau diberikan obat, respon obyektif : injeksi
mengajarkan mobilisasi dini ROM ekstermitas bawah dan atas dengan respon
obyektif pasien kooperatif. Pukul 12.15 WIB kaji pola tidur pasien dengan
respon subyektif pasien mengatakan tidur 2-3 jam/hari respon obyektif pasien
terlihat lemas.
pasien tampak nyaman Pukul 13.15 WIB mengobservasi kulit akan adanya
kemerahan.
yang longgar, respon obyektif pasien tampak mengerti atas anjuran perawat
pasien agar tetap bersih dan kering, respon subyektif keluarga pasien tampak
47
F. Evaluasi keperawatan
tusuk, R: nyeri pada perut kanan bawah post op app, S: sekala 6, T: nyeri
nyeri, anjurkan tehnik relaksasi nafas dalam, kalaborasi dengan dokter injeksi
aktif dan tirah baring miring kanan miring kiri, kolaborasi dengan dokter
terasa panas, pasien terlihat lemas, masalah belum teratasi, planning lanjutkan
intervensi, kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi), anjurkan
tidur.
sebelumnnya, masih ada kemerahan dipunggung dan tumit tidak ada luka,
tusuk, R: nyeri pada perut kanan bawah post op app, S: sekala 4, T: nyeri
sewaktu-waktu kurang lebih 2-3 menit, pasien tampak rilek, masalah teratasi
pasien, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah baring miring
kanan miring kiri, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat (cefotaxim
1000mg/12 jam)
masih sedikit terasa panas pasien tampak lebih rileks dan segar, masalah
teratasi sebagian, planning lanjutkan intervensi, kaji pola tidur, berikan posisi
sebelumnnya, masih ada kemerahan dipunggung dan tumit tidak ada luka,
nyeri 2, T: nyeri sewaktu-waktu kurang lebih 1-2 menit, pasien tampak lebih
tenang, dan rilkes, masalah tertasi dengan nyeri berkurang menjadi 2, wajah
sudah tidak panas, pasien tampak rileks, kantung mata tidak hitam, masalah
teratasi dengan tidur 7 jam, raut wajah tampak rileks, kantung mata tidak
tidak ada tanda kemerahan dipunggung dan kulit tidak ada luka, masalah
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang aplikasi jurnal pemberian
pasca operasi appendictomi Pada Asuhan Keperawatan Ny. S dengan post operasi
11 – Maret 2015 Penulis juga akan membahas tentang adanya kesesuaian maupun
kesenjangan antara teori dengan asuhan keperawatan pada Ny. S dengan post
operasiappendiktomi.
A. Pengkajian
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional pada saat ini dan
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respons klien saat ini dan
studi dokumentasi yang mana penulis mengambil data dari catatan medis
pasien, program terapi, dan data penunjang lainnya yang berhubungan dengan
perkembangan kesehatan pasien. Pasien masuk rumah sakit pada tanggal 10,
Maret 2015 jam 08.30 WIB dibawa oleh keluarga dengan keluhan badan
lemas, mual, tidak nafsu makan, perut terasa penuh dan terasa nyeri, saat di
52
53
ranitidin 30mg/8 jam, antrain 30mg/8 jam. Pada jam 10.00 WIB pasien
operasi pada jam 11.00 WIB. Pada tanggal 11, Maret 20115 jam 11.00 WIB,
x/menit, S 37,6°C.
mengatakan tidak bisa tidur, tidurpun terbangun terus karena nyeri pada luka
ini pasien menjalani operasi. Wajah pasien tampak lemas, tampak sayu,
yang berarti kualitas nyeri yang dirasakan, R (Region) yang berarti lokasi
54
nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri, T (Time) yang berarti
(skala) dengan skala nyeri 6, T (Time) nyeri muncul selama 5 menit setiap
ada gerakan.
Hasil pemeriksaan USG pada tanggal 10, Maret 2015 pada waktu
B. Perumusan masalah
1. Nyeri akut
pain), awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intersitas ringan hingga
55
melaporkan nyeri secara ferbal, fokus pada nyeri sendi, gangguan tidur.
yang berarti lokasi nyeri, S (Severe) yang berarti tingkat keparahan nyeri,
T (Time) yang berarti awitan, durasi dan rangkaian nyeri, data obyektif :
apendiktomi.
kanan bawah karena luka post operasi, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
kurang lebih 5 menit setiap ada gerakan. Data obyektif: pasien tampak
utama karena yang dirasakan pasien jika tidak segera ditangani akan
2012). Yaitu meliputi : kurang puas tidur, keluhan verbal merasa kurang
mengatakan sebelum sakit tidurnnya 7-8 jam perhari, selama sakit pasien
mengatakan tidak bisa tidur nyenyak tidur hanya 2-3 jam sehari, suhu
sekitar terasa panas data obyektif pasien tampak pucat, kantung mata
hitam.
dengan rasa nyaman sebagai diagnosa kedua karena mengacu pada teori
kebutuhan seksual.
58
keterbatas pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih akstremitas
obyektif pasien tampak lemas, sulit untuk bergerak, aktivitas dan latian
karena antara teori dan data pengkajian yang ditemukan penulis telah
diangkat.
pasien berbaring terlalu lama maka dari itu harus ditangani untuk
prosedur invasif infisi bedah. Hal tersebut karena pada data penunjang
C. Intervensi
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencan tindakan dapat
intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada
diagnosa keperawatan :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik. Pada kasus Ny. S
hilang atau berkurang dengan kriteria hasil pasien tidak merasa nyeri,
diharapkan pola tidur pasien tidak terganggu dengan kriteria hasil pasien
tidur nyenyak 7-8 jam, raut wajah rileks segar, kantung mata tidak hitam
(Hermand, 2012). Intervensi yang dilakukan yaitu kaji pola tidur pasien
aktivitas, ajarkan mobilisasi pada pasie ROM aktif dan alih baring
(Hermand, 2012)
terjadinnya kelembapan pada kulit, anjurkan pasien agar tetap bersih dan
kering untuk mencaga agar tetap bersih dan kering dengan rasional
D. Implementasi
sesudah pelaksana tindakan, serta menilai data yang baru, menurut (Nikmatur
suatu yang nyata yang dapat diukur dan dijelaskanserta digunakan untuk
dan menentukan skala nyeri pada pasien. Pada saat implementasi hari
balutannya.
lingkungan sekitar
nyenyak dan tidak bangun pada malam hari (Potter dan Perry,
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh yaitu, sagital,
Latihan ROM dapat dilakukan secara aktif dan pasif. Latihan ROM
aktif adalah ROM yang dilakukan oleh pasien sendiri tanpa bantuan
perawat dan alat bantu. Perbedaan latihan ROM pasif dan aktif
terjadinya buang air besar dan buang air kecil secara rasa nyeri pasca
perencanaan.
ROM aktif dilakukan dalam waktu 2 jam dalam satu hari pengelolaan.
Hal ini sesuai dengan teori (Smezer dan Bare, 2008) menyebutkan bahwa
menit untuk setiap latihan. Dalam latihan ROM aktif penulis melibatkan
keluarga.
E. Evaluasi
pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan
ciderafisik.
saat bergerak, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk, R: pada perut kanan bawah post
Data obyektif pasien tampak tidak rileks tampak menahan sakit, analisa,
umum dan TTV, observasi skala nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam,
Evaluasi pada hari rabu 11, Maret 2015 dengan metode SOAP dengan
Data subyektif pasien mengatakan tidur 2-3 jam, data obyektif pasien terlihat
Kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi), anjurkan kepada
tidur.
Evaluasi pada hari rabu 11, Maret 2015 dengan metode SOAP dengan
kemampuan pasien, anjurkan mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah
Evaluasi pada hari rabu 11 Maret 2015 dengan metode SOAP dengan
dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari sebelumnnya,
Evaluasi hari kedua pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode
SOAP dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
menit. Data obyektif pasien tampak tidak rileks tampak menahan sakit,
skala nyeri, anjurkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter
Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP
sekitar. Data subyektif pasien mengatakan tidur 4-5 jam, data obyektif pasien
lanjutkan intervensi. Kaji pola tidur, berikan posisi yang nyaman (supinasi),
Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP
mobilisasi pada pasien ROM aktif dan tirah baring miring kanan, miring kiri,
Evaluasi pada hari kamis 12, Maret 2015 dengan metode SOAP
intruksi dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari
Evaluasi hari ketiga pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode
SOAP dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
menit. Data obyektif pasien tampak tenang dan rileks, analisa masalah teratasi
dengan nyeri berkurang menjadi 2 wajah pasien tampak rileks dan tenang,
Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP
sekitar . Data subyektif pasien mengatakan sudah bisa tidur kurang lebih 7
jam, data obyektif pasien tampak lebih rileks dan segar, analisa masalah
Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP
kendali otot. Data subyektif pasien mengatakan sudah bisa duduk dan berdiri
Evaluasi pada hari jumat 13, Maret 2015 dengan metode SOAP
intruksi dari perawat, data obyektif pasien tampak lebih nyaman dari
mobilisasi dini intesitas luka sudah kering tidak ada kemerahan tidak ada pus,
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
perut kanan bawah karena luka post operasi appendiktomi. Pasien juga
mengatakan tidak dapat tidur, pasien merasa lemas dan sulit untuk
2. Diagnosa keperawatan
72
73
3. Intervensi
pijat pada kaki atau punggung sebelum tidur. Diagnosa ketiga hambatan
ajarkan mobilisasi pada pasien dengan rom aktif dan tirah baring, berikan
keluarga untuk menjaga kulit pasien agar tetap bersih dan kering.
4. Implementasi
terapi obat antrain dan ranitidin. Diagnosa kedua gangguan pola tidur
74
jam sekali, menganjurkan keluarga untuk menjaga kulit pasien agar tetap
5. Evaluasi
imobilitas fisik juga sudah teratasi dan intervensi dapat dihentikan pasien
pulang.
75
6. Analisa
B. Saran
1. Bagi pendidikan
appendiktomi.
yang baik serta menyediakan fasilitas atau sarana dan prasarana yang
operasi appendiktomi.
menjalin kerjasama dengan tim kesehatan lain dan keluarga pasien dalam
76
operasi appendiktomi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J., (2005). Diagnosa keperawatan aplikasi pada praktik klinis edisi
6. Jakarta : ECG
Depkes RI. 2009. Prioritas Kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta: Depkes RI
ISO. (2010). Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 46. Jakarta: PT ISFI
Perry dan Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep Proses
dan Praktik, Voll 2, Ed 4. Editor Yulianti dkk. Jakarta: EGC
Potter, P. A., & Perry, A. G. Buku ajar fundamental keperawatan. (2005). (Ed 4).
Jakarta :ECG
Sjamsuhudajat dan Jong De Wong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 2. Jakarta:
EGC
77
78