a. Oditur : adalah pejabat yang diberi wewenang untuk bertindak sebagai penuntut umum,
sebagai pelaksana putusan atau penetapan Pengadilan dalam lingkungan peradilan militer
atau Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum dalam perkara pidana, dan sebagai
wewenang 2:
dengan prajurit, seseorang yang atas keputusan panglima dengan persetujuan menteri
kehakiman ( sekarangn menteri hukum dan ham ) harus diadili dalam lingkup peradilan
militer
*Melakukan Penyidikan
b. Perwira Penyerah Perkara : perwira yang oleh atau atas dasar Undang-undang ini
mempunyai wewenang untuk menentukan suatu perkara pidana yang dilakukan oleh
1
Pasal 1 ayat (8) Undang-undang nomor 31 Tahun 1997
2
Pasal 64 UU 31 1997
peradilan militer atau Pengadilan dalam lingkungan peradilan umum 3. Perwira Penyerah
*Memperpanjang penahanan
*Meminta atau menerima pendapat hukum dari oditur tentang penyelasaian suatu perkara
mengadili
d. Atasan yang berhak menghukum : adalah Atasan yang diberi wewenang menjatuhkan
komandonya5
pada pengadilan.6
3
Pasal 1 ayat (10) Undang-undang nomor 31 Tahun 1997
4
Pasal 123 UU 31 1997
5
Pasal 1 ayat (12) Undang-undang nomor 25 Tahun 2014
6
Pasal 1 ayat (4) Undang-undang nomor 31 Tahun 1997
Pemeriksaan koneksitas adalah sebuah prinsip yang menyatakan bahwa apabila seorang
tentara melakukan tindak pidana secara bersama-bersama yang mana apabila tentara
tersebut melakukan tindak pidana dan tindak pidana militer, maka tentara tersebut dapat
diadili dalam lingkup peradilan umum7, dalam menentukan dimanakah militer tersebut
akan diadili maka harus diadakan penelitian bersama jaksa dan oditur terlebih dahulu
perihal titik berat kerugian yang ditimbulkan dalam suatu tindak pidana tersebut, apabila
dalam hasil penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa titik kerugian yang ditimbulkan
dalam tindak pidana tersebut lebih berat kepada kepentingan umum maka militer tersebut
akan diadili dalam lingkup peradilan umum, namun apabila hasil penilitian tersebut
mendapatkan hasil bahwa titik kerugian yang ditimbulkan dalam tindak pidana tersebut
lebih berat kepada kepentingan militer maka militer tersebut akan diadili dalam lingkup
bahwa apabila sebuah tindak pidana dialkukan oleh seorang atau lebih militer bersama
dengan warga sipil, maka untuk melakukan penyidikan akan dibentuk sebuah tim yang
berisikan Polisi Militer, Oditur, dan penyidik dalam lingkup peradilan umum.
Pidana Pokok :
1. pidana mati;
2. pidana penjara;
7
Pasal 198 Undang-undang nomor 31 Tahun 1997
8
Pasal 200 ayat (1) Undang undang nomor 31 Tahun 1997
3. pidana kurungan;
4. pidana tutupan 9
Pidana Tambahan :
1. Pemecatan dari dinas militer dengan atau tanpa pencabutan haknya untuk memasuki
Angkatan Bersenjata;
3. Pencabutan hak-hak yang disebutkan pada Pasal 35 ayat pertama pada nomor-nomor
yang dimaksud dalam pasal 35 adalah : 1e. Hak menjabat segala jabatan atau jabatan
yang ditentukan, 2e. Hak masuk pada kekuasaan bersenjata, 3e. Hak memilih dan hak
boleh dipilih pada pemilihan yang dilakukan menurut undang - undang umum)11
3. Oditur : Berpangkat paling rendah Kapten 15( berpangkat setingkat lebih tinggi dari
9
Pasal 6 a Undang-undang nomor 39 Tahun 1947
10
Pasal 6 b Undang-undang nomor 39 Tahun 1947
11
Pasal 35 ayat (1) KUHP
12
Pasal 16 ayat (1) UU 31 97
13
Pasla 16 ayat (1) UU 31 97
14
Pasal 16 ayat (4) UU 31 97
15
Pasal 16 ayat (1) UU 31 97
16
Padal 16 ayat (4) UU 31 97
4. Panitera : Berpangkat paling rendah pembantu letnan dua dan paling tinggi kapten 17
mempunyai kedudukan sentral dan bertanggung jawab penuh terhadap kesatuan dan
anak buahnya. Oleh karena itu seorang komandan diberi wewenang penyerahan
sengketa Tata Usaha Angkatan Bersenjata yang diajukan oleh anak buahnya melalui
upaya administrasi. Sesuai dengan asas kesatuan komando, dalam Hukum Acara
Pidana Militer tidak dikenal adanya pra peradilan dan pra penuntutan. Namun dalam
Hukum Acara Pidana Militer dan Hukum Acara Tata Usaha Militer dikenal adanya
Asas ini merupakan kelanjutan dari asas kesatuan komando yang mana Dalam tata
pimpinan, guru, bapak, dan pelatih, sehingga seorang komandan harus bertanggung
17
Pasal 16 ayat (6) UU 31 97
18
Pasal 42 ayat (1) UU 26 2000
Berdasarkan asas ini maka pihak yang bersengketa dibenarkan menggunakan
perang.
Secara definitif, yang dimaksud dengan penasihat hukum dalam undang-undang ini
berlaku, memenuhi persyaratan untuk memberikan bantuan hukum menurut cara yang
yang berlaku dalam hal persyaratan tersebut adalah undang-undang nomor 18 tahun
2003 tentang advokat, yang mana syarat-syarat yang harus dipenuhi agar dapat
19
Pasal 1 ayat (30)
20
Pasal 3 ayat (1)
6. lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat;
8. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
9. berperilaku baik, jujur, bertanggung jawab, adil, dan mempunyai integritas yang
tinggi.
Kemudian bantuan hukum memiliki arti jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum 21. Namun
dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa penerima bantuan hukum hanyalah untuk
orang miskin saja 22( tidak ada penjelasan bahwa militer adalah orang yang berhak
Dalam uu peradilan militer memang tidak ada ketentuan yang melarang bahwa
terdakwa untuk menunjuk penasihat hukum dari luar lingkum angkatan bersenjata,
namun, sama halnya dalam uu advokat yang mana tidak ada larangan yang mengatur
bahwa advokat dapat bertindak membela kliennya yang merupakan anggota militer
namun kebebasan anggota militer serta tugas advokat tersebut seolah dibatasi dalam
diutamakan dari dinas bantuan hukum yang ada dalam lingkup angkatan
21
Pasal 1 ayat (1) Undang-undang nomor 16 Tahun 2011 tentang bantuan hukum
22
Pasal 1 aya (2) Undang-undang 16 2011
bersenjata.23 , namun ketentuan ini tidak menutup kemungkinan bagi tersangka atau
terdakwa yang ingin menggunakan penasihat hukum dari luar dinas angkatan
bersenjata, hal ini dapat dilihat dari Pasal 216 ayat (1) yang berbunyi :
Terdakwa di tingkat pemeriksaan di sidang Pengadilan harus atas perintah atau seizin
Berdasarkan penjelasan pasal 216 ayat (!) terdapat perbedaan pengertian mengenai
frasa “perintah” dan frasa “seizing” yang mana frasa “perintah” memiliki makna "
adalah bantuan hukum yang diberikan oleh dinas bantuan hukum yang ada di
hukum yang disediakan oleh Terdakwa sendiri dari luar dinas bantuan hukum yang
berperan dari tahap pemeriksaan oleh penyidik25, peran penasihat hukum dalam tahap
ini hanyalah sebatas melihat dan mendengar serta memperhatikan apakah penyidik
23
Pasal 215 ayat (2)
24
Bagian Penjelasan Pasal 216 ayat (1)
25
Pasal 106 ayat (1)
7. Peran Militer dalam hal pengamanan
Operasi Militer Selain Perang adalah sebuah rangkaian tindakan yang dilakukan oleh
tentara dalam keadaan damai ( bukan dalam keadaan perang ). Berdasarkan Pasal 7
ayat (2) huruf b undang-undang nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI terdapat 14 jenis
6. melaksanakan tugas perdamaian dunia sesuai dengan kebijakan politik luar negeri;
10. membantu kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan
Dalam hal TNI membantu kepolisian Negara Republik Indonesia pada konteks
keamanan, TNI dan POLRI telah membuat sebuah memorandum of understanding
(nota kesepahaman) Tahun 2018 tentang Perbantuan TNI kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.
11. membantu mengamankan tamu negara setingkat kepala dan perwakilan
pemerintah asing yang sedang berada di Indonesia;
12. membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian, dan pemberian
bantuan kemanusiaan;
13. membantu pencarian dan pertolongan dalam kecelakaan (search and rescue); serta
14. membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan penerbangan terhadap
pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Tindak pidana militer campuran ialah tindakan yang dilarang atau diharuskan
yangsudah ditentukan atau diatur dalam peraturan perundang-undangan lain,
sedangkanancaman hukumannya dirasakan terlalu ringan apabila perbuatan itu
dilakukan olehseorang militer. Oleh karena itu perbuatan yang telah diatur dalam
KUHPM disertaiancaman yang lebih berat. Sebagai contoh adalah adalah tindak pidana
pencurian yang diatur dalam Pasal 362Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
diatur pula apabila seorang anggotamiliter melakukan pencurian diatur dalam pasal 140
KUHPM dengan sanksi yang lebihberat.
26
Pasal 142 ayat (1)
kewarganegaraam, agama, dan tempat tinggal, kemudian mengingatkan agar terdakwa
memperhatikan segala sesuatu yang didengar dan dilihatnya dalam sidang27
3. Hakim Ketua menanyakan kepada Terdakwa tentang Penasihat Hukum yang akan
mendampinginya dan apabila ada, Hakim Ketua meminta surat perintah atau surat izin
tentang penunjukan Penasihat Hukumnya dan surat kuasa dari Terdakwa kepada
Penasihat Hukumnya supaya diserahkan dan apabila Penasihat Hukum ditunjuk oleh
Pengadilan, Hakim Ketua menanyakan kepada Terdakwa tentang kesediaannya
didampingi oleh Penasihat Hukum tersebut di persidangan.
4. Hakim Ketua memerintahkan Oditur supaya membacakan surat dakwaan dengan berdiri
dan memerintahkan Terdakwa supaya berdiri dalam keadaan sikap sempurna.28
5. Hakim Ketua menanyakan kepada Terdakwa apakah ia benar-benar mengerti isi surat
dakwaan itu, dan apabila Terdakwa belum mengerti atau kurang jelas, Hakim Ketua
memerintahkan supaya Oditur memberi penjelasan.29
6. Penasehat hukum dapat memberikan keberatan atas dakwaan yang dibacakan oleh
oditur30
7. Majelis hakim kemudian melakukan musyawah guna mempertimbangkan keberatan
tersebut31
8. Saksi dipanggil kedalam ruang persidangan dengan pengawalan32, saksi dipanggil
kedalam ruangan satu demi satu33
9. Hakim Ketua menanyakan kepada Saksi tentang nama lengkap, pangkat, nomor registrasi
pusat, jabatan, kesatuan, tempat dan tanggal lahir/umur, jenis kelamin, kewarganegaraan,
agama, dan tempat tinggal, selanjutnya apakah ia kenal dengan Terdakwa sebelum
Terdakwa melakukan perbuatan yang menjadi dasar dakwaan dan apakah ia terikat
hubungan keluarga sedarah atau semenda sampai derajat keberapa dengan Terdakwa, dan
apakah ia ada hubungan suami atau istri dengan Terdakwa meskipun sudah bercerai atau
terikat hubungan kerja dengannya.34
27
Pasal 144 ayat (1)
28
Pasal 144 ayat (3)
29
Pasal 144 ayat (4)
30
Pasal 145 ayat (1)
31
Pasal 145 ayat (1)
32
Pasal 154 ayat (1) a
33
Pasal 154 ayat (1) b
34
Pasal 154 ayat (2)
10. Saksi mengucapkan janji atau sumpah sebelum memberikan keterangan 35
11. Oditur, Terdakwa, danPenasehat hukum dapat mengajukan pertanyaan kepada saksi
dengan perantara hakim ketua36, namun pertanyaan tersebut dapat saja ditolak oleh hakim
ketua37
12. Setelah saksi memberikan keterangan, hakim ketua menanyakan pendapat terdakwa
mengnai keterangaan yang diberikan saksi tersebut38
13. Setelah saksi memberikan keterangan, saksi tetap tinggal di persidangan kecuali hakim
memberikan izin untuk menninggalkannya39
40
Pasal 194 ayat (1)
b. nama lengkap Terdakwa, pangkat, nomor registrasi pusat, jabatan, kesatuan, tempat dan
tanggal lahir/umur, jenis kelamin, kewarganegaraan, agama, dan tempat tinggal;
d. pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat
pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi dasar penentuan kesalahan
Terdakwa;
f. pasal peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pemidanaan atau tindakan dan pasal
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dari putusan, disertai keadaan yang
memberatkan dan yang meringankan Terdakwa;
g. hari dan tanggal diadakannya musyawarah Hakim, kecuali perkara diperiksa oleh Hakim
tunggal;
h. pernyataan kesalahan Terdakwa, pernyataan sudah terpenuhi semua unsur dalam rumusan
tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan;
i. ketentuan kepada siapa biaya perkara dibebankan dengan menyebutkan jumlahnya yang pasti
dan ketentuan mengenai barang bukti;
j. keterangan bahwa seluruh surat ternyata palsu atau keterangan di mana letaknya kepalsuan itu,
apabila terdapat surat autentik dianggap palsu;
k. perintah supaya Terdakwa ditahan atau tetap dalam tahanan atau dibebaskan;
l. hari dan tanggal putusan, nama Hakim yang memutuskan, nama Oditur, dan nama Panitera.
41
https://forumkomunikasifhunpas.blogspot.com/2015/04/perbandingan-kuhapidana-dan-kuhap.html
O KUHAP Peradilan Militer / KUHAP MIL
1 Kewenangan mengadili Terhadap Kewenanga mengadili :
warga sipil - Prajurit
- Dipersamakan dengan prajurit
- Anggota statu gol, jwatan atau
dipersamakn atau yang di samakan
dengan prajurit
2 Objek sengketa : Objek sengketa :
Tindak pidana umum & tindak pidana Tindak pidana umum & militer
khusus yg tidak diatur oleh UU tipi
khusus
3 Penyelidik : Penyelidik :
Setiap pejabat POLRI Komandan satuan (ANKUM)
4 Penyidik : Penyidik :
POLRI & PPNS tertentu - ANKUM
- PM ( polisi militer )
- Oditur Militer
5 Penahanan : Penahanan :
- paling lama 20 hari ( penyidik ) ANKUM ( 20 hari )
- paling lama 40 hari ( penuntut ) Perwira penyerah perkara / PAPERA
(30 hari & paling lama 180 hari)
6 Jenis penahanan : Jenis penahanan :
1. Asas Legalitas : “Tiada suatu perbuatan yang dapat dipidana kecuali atas kekuatan aturan
Berdasarkan pasal 1 ayat (1) KUHD. Dengan demikian berlaku asas legalitas dan tidak
berlaku surut kemudian menimbulkan adanya kepastian hukum. Lalu pasal 1 ayat (2) : Jika
sesudah perbuatan dilakukan ada perubahan dalam perundang-undangan dipakai aturan yang
berlaku bagi setiap orang yang melakukan suatu tindak pidana di wilayah Indonesia.”
Pengecualian bagi; (a) para kepala negara asing yang berkunjung ke Indonesia dengan
sepengetahuan pemerintah RI, (b) korps Diplomatik negara asing seperti : Ambassador, Duta,
Istimewa, dsb, (c) Para konsul apabila antara pemerintah RI dan negara tsb ada perjanjian.
3. Asas Nasional Aktif Pasal 5 KUHP : (1) Aturan pidana dalam perundangan-undangan
Indonesia berlaku bagi warga negara negara yang dilakukan di luar Indonesia melakukan :
a. Salah satu kegiatan tersebut dalam Bab 1 dan 2, Buku kedua dan Pasal-pasal :
b. Salah satu perbuatan yang oleh suatu aturan pidana dalam perundang-undangan
4. Asas Perlindungan (Nasional Pasif) Pasal 4 KUHP : “Ketentuan pidana dalam peundang-
undangan RI berlaku bagi setiap orang yang melakukan di luar wilayah Indonesia. Dalam
hukum Internasional, suatu negara memiliki yurisdiksi atas orang yang bukan
warganegaranya yang melakukan tindakan merugikan negara. Ketentuan hukum pidana
Indonesia berlaku bagi semua tindak pidana yang merugikan kepentingan negara (Pasal 4
KUHP).
5. Asas Universal : Di dalam hukum Internasional, suatu negara disebut memiliki yurisdiksi
universal. Yurisdiksi universal suatu negara memiliki yurisdiksi atas pelaku kejahatan
tertentu, dimanapun dan kapanpun kejahatan itu dilakukan siapapun pelakunya, ataupun
siapapun korbannya.
Delik menurut KBBI : perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan
Delik adalah suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun
tidak sengaja oleh seseorang yang tindakannya tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan oleh
Pembagian Delik
a. Delik yang dilakukan dengan sengaja, misalnya sengaja merampas jiwa orang lain (Pasal
338 KUHP) dan delik yang disebabkan karena kurang hati-hati, misalnya karena
kesalahannya telah menimbulkan matinya orang lain dalam lalul lintas di Jalan (Pasal 359
KUHP)
atau penipuan (Pasal 362 dan 378 KUHP) dan tidak menjalankan hal-hal yang seharusnya
merencanakan makar.
c. Kejahatan (Buku II KUHP), merupakan perbuatan yang sangat tercela, terlepas dari ada
d. Pelanggaran (Buku III KUHP), merupakan perbuatan yang dianggap salah satu justru
karena adanya larangan dalam undang-undang. Karena itu juga disebut delik undang-
undang.
Macam-Macam Delik
1) Delik Kejahatan adalah rumusan delik yang biasanya disebut delik Hukuman, ancaman
3) Delik formil yaitu delik yang selesai, jika perbuatan yang dirumuskan dalam peraturan
4) Delik Materiil adalah jika yang dilarang itu selalu justru akibatnya yang menjadi tujuan si
pembuat delik.
5) Delik umum adalah delik yang dapat dilakukan oleh siapa saja dan diberlakukan secarfa
umum
6) Delik khusus atau tindak pidana khusus hanya dapat dilakukan oleh orang tertentu dalam
kualitas tertentu, misalnya tindak pidana korupsi, ekonomi, subversi dan lain-lain;
7) Delik biasa adalah terjadinya suatu perbuatan yang tidak perlu ada pengaduan, tetapi
justru laporan atau karena kewajiban aparat negara untuk melakukan tindakan,
8) Delik dolus adalah suatu delik yang dirumuskan dilakukan dengan sengaja. Contoh :
kurang hati-hatinya atau karena salahnya seseorang yang mengakibatkan orang lain
menjadi korban.
10) Delik berkualifikasi adalah penerapan delik yang diperberat karena suatu keadaan
11) Delik sederhana adalah suatu delik yang berbentuk biasa tanpa unsur dan keadaan yang
12) Delik berdiri sendiri (Zelfstanding Delict) adalah terjadinya delik hanya satu perbuatan
saja tanpa ada kelanjutan perbuatan tersebut dan tidak ada perbuatan lain lagi.
13) Delik berlanjut (Voortgezettelijke Handeling) adalah suatu perbuatan yang dilakukan
secara berlanjut, sehingga harus dipandang sebagai satu perbuatan yang dilanjutkan;
14) Delik komisionis adalah delik yang karena rumusan undang-undang bersifat larangan
untuk dilakukan. Contoh : Perbuatan mencuri, yang dilarang adalah mencuri atau
mengambil barang orang lain secara tidak sah diatur dalam pasal 362 KUHP;
15) Delik omisionis adalah delik yang mengetahui ada komplotan jahat tetapi orang itu tidak
melaporkan kepada yang berwajib, maka dikenakan Pasal 164 KUHP jadi sama dengan
16) Delik aduan adalah delik yang dapat dilakukan penuntutan. Delik sebagai syarat
17) Delik laporan : delik yang aparat keamanan dapat melangsungkan penyelidikan,
penyidikan tanpa perlu ada syarat tertentu seperti mendapatkan laporan, dsb.