Anda di halaman 1dari 2

Emergency Arbitration Procedure

Bagian Gambar

Emergency Arbitration Procedure adalah sebuah prosedur yang terdapat dalam sebuah lembaga
arbitrase internasional mengenai tata cara mempercepat putusan serta dilakukannya sebuah
tindakan sementara atas sebuah sengketa yang sedang diproses oleh lembaga arbitrase
internasional

( Ditulis oleh : Fikri Mursyid Salim )

Bagian Caption

Pada umumnya Emergency Arbitrator Procedure diterapkan oleh lembaga arbitrase internasional
guna menjadi sebuah sarana yang mengakomodir kebutuhan pihak yang sedang bersengketa yang
ingin dilakukannya sebuah tindakan sementara atas sebuah permasalahan yang sedang
dihadapinya. Beberapa lembaga arbitrase internasional yang telah menerapkan Emergency
Arbitration Procedure adalah : ICC ( International Chamber of Comerce ) yang diatur dalam ICC
Rules 2017, Singapore International Arbitration Center yang diatur dalam SIAC Rules 2016, serta
Hongkong International Abitration Center yang diatur dalam 2013 HKIAC Rules. sebagai contoh
kita dapat melihat mengenai penerapan Emergency Arbitration Procedure pada ICC ( International
Chamber of Commerce ) yang mana aturan tersebut terdapat pada Pasal 29 serta Appendix V ICC
Rules 2017. Dalam ICC proses Emergency Arbitrator Procedure dimulai dengan pengiriman
berkas oleh pihak yang menginginkan dilakukannya sebuah tindakan sementara yang mana dalam
berkas tersebut berisikan :

a. identitas para pihak


b. uraian mengenai alasan perkara dibawa ke arbitrase
c. alasan pemohon membutuhkan tindakan sementaara atas sengketa yang sedang
berlangsung
d. pernyataan tindakan darurat yang diinginkan
e. segala perjanjian yang relevan

kepada sekertariat ICC yang nantinya akan diteruskan kepada ketua lemabaga arbitrase
internasional yang mana dalam hal ini disebut sebagai “Presiden” kemudian dalam waktu 2 hari
Presiden akan menunjuk para arbiter darurat dan setelah penunjukan arbiter selesai sekertariat ICC
akan mengirimkan lampiran berkas permohonan Emergency Arbitration kepada para arbiter
darurat tersebut selanjutnya dalam waktu 2 hari para arbiter darurat akan menetapkan waktu proses
penyelesaian sengketa yang mana dalam hal ini penyelesaian sengketa tersebut tidak boleh lebih
dari 15 hari setelah dikirimkannya berkas permohonan kepada arbiter darurat

terdapat beberapa perbedaan antara proses arbitrase dengan proses emergency arbitration yang
dalam putusan arbitrase tidak terdapat batas waktu maksimum dikeluarkannya putusan serta dalam
putusan arbitrase tersebut bersifat final and binding sehingga ketika suatu sengketa telah diputus
oleh para arbiter maka para pihak tidak dapat mengajukan upaya hukum ( kecuali dalam hal adanya
pemalsuan dokumen ) namun dalam putusan Emergency Arbitration terdapat sebuah aturan yang
menyatakan bahwa sebuah sengketa harus diputus selambat-lambatnya 15 hari dari dikirmnya
berkas permohonan kepada Arbiter Darurat kemudian putusan dari Emergency Arbitration
tidaklah bersifat final and binding yang mana putusan dari Emergency Arbitration tersebut masih
dapat diubah melalui modifikasi yang dilakukan oleh para arbiter.1

( Ditulis oleh : Fikri Mursyid Salim )

1
29 (3) ICC Rules 2017

Anda mungkin juga menyukai