Anda di halaman 1dari 9

KHULAFAUR RASYIDIN

KEKHALIFAHAN AWAL ISLAM

Disusun oleh :
Intar Prakasita Nuraga (K4418035)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahkan rahmat
dan karunianya sehingga dapat terselesaikannya makalah berjudul “Khulafaur
Rasyidin Kekhalifahan Awal Islam” dengan lancar. Makalah ini dibuat untuk
memenuhi tugas individu mata kuliah Sejarah Islam. Dengan terselesaikannya
makalah ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah memberikan bantuan.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki


kekurangan oleh karena itu penyusun memohon maaf dan mengharapkan kritik
dan saran yang dapat membangun makalah ini agar menjadi lebih baik. Penyusun
berharap makalah ini dapat bermanfaat serta menambah pengetahuan bagi
mahasiswa pada khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamualaikum wr.wb

Surakarta, Oktober 2019

Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN

Khulafaur Rasyidin adalah kekhalifahan awal Islam yang didirikan oleh para
sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW yang sebagaimana arti kata Rasyidin
yaitu sahabat terdekat. Sahabat yang pada akhirnya menjadi Khalifah atau
pemipin berjumlah empat orang, yaitu sahabat Abu Bakar As-Shidiq, Umar Bin
Khattab, Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib. Khulafaur Rasyidin
melanjutkan tata kenegaraan dan keagamaan yang telah diatur oleh Nabi
Muhammad SAW, dengan menjalankan segala prinsip pemerintahan islam yang
murni, yaitu menerapkan hukum islam yang konsekuen.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah yang merupakan kepala negara


sekaligun pemimpin agama adalah jabatan tertinggi dalam umat Islam. Para
khalifah dipilih oleh umat islam melalui musyawarah. Seorang Khalifah wajib
menjalankan kepemimpinan sesuai dengan al-Quran. Selain sebagai kepala
negara, Khalifah juga menjabat sebagai panglima pasukan Islam dan termasuk
dalam tugas tersebut adalah mengurus masalah keagaman umat Islam.

Keempat sahabat yang menjadi pengganti-pengganti Rasulullah SAW inilah


yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur
Rasyidin berarti para Khalifah yang mendapatkan petunjuk. Keempat Khalifah
tersebut adalah Abu Bakar as-Shidiq (memerintah 632-834M), Umar bin Khattab
(634-644M), Utsman bin Affan (644-656M), dan Ali bin Abi Thalib (656-661M)
yang menjadi penutup dari Khalifah Rasyidin.

Rumusan Masalah

1. Bagaimana kepemimpinan Khalifah-Khalifah Rasyidin?


2. Apa pencapaian-pencapaian yang diraih pada masa Khulafaur Rasyidin?
BAB II

PEMBAHASAN

1. KEPEMIMPINAN KHALIFAH-KHALIFAH RASYIDIN


a. Kepemimpinan Abu Bakar as-Shidiq (632-834M)

Ketika Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, beliau tidak secara jelas
meninggalkan instruksi untuk siapa yang menggantikannya sebagai Khalifah.
Maka setelah Nabi Muhammad SAW wafat, pemuka-pemuka Islam segera
bermusyawarah untuk mencari pengganti Rasulullah SAW. Setelah terjadi
perdebatan sengit antara kaum Anshar dan kaum Muhajirin, akhirnya terpilihlah
sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah. Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah
yang pertama dalam ketatanegaraan Islam pada saat keadaan krisis dan gawat
dimana terdapat timbulnya perpecahan, munculnya para nabi palsu dan
terjadinya berbagai pemberontakan yang mengancam kekhalifahan Islam yang
masih baru. Memang pengangkatan Abu Bakar berdasarkan keputusan bersama
setelah bermusyawarah di balai Tsaqifah Bani Sa’idah, namun yang menyebabkan
kekacauan ialah wafatnya nabi dianggap sebagai terputusnya ikatan dengan Islam,
bahkan dijadikan persepsi bahwa Islam telah berakhir.

Kepemimpinan Abu Bakar sangat diwarnai jiwa yang demokratis. Selama


masa dua tahun memegang tampu pemerintahan, sangatlah nampak
kedemokrasian Abu Bakar. Kepemimpinannya dapat disimpulkan dari salah satu
isi pidatonya pada hari pembaiatan bahwa ia akan mengakui kekurangan dan
kelemahannya serta memberikan hak berpendapat untuk menegur dan
memperbaiki khalifah bila berbuat salah. Abu Bakar telah meratakan jalan untuk
menghilangkan segala perselisihan dikalangan muslimin. Ia juga telah meratakan
jalan menuju politik yang polanya sudah diletakkan oleh Rasullullah untuk
mencapai keberhasialan sehingga membuka pula jalan kearah kedaulatan Islam di
kemudian hari. Dalam masa pemerintahannya yang pendek itu, beliau juga
melakukan pembukuan tulisan-tulisan al-Qur’an, sehingga menjadi satu kitab.
b. Kepemimpinan Umar bin Khattab (634-644M)

Pada tahun 634 M, ketika pasukan Kekhalifahan sedang bergerak untuk


menaklukan wilayah Levant atau Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Ketika itulah, Abu
Bakar berfikir akan menunjuk satu orang sebagai penggantinya kelak. Abu Bakar
menjatuhkan pilihannya kepada Umar bin Khattab. Pandangannya yang jauh
membuat Abu Bakar yakin bahwa Umarlah pemimpin yang tepat untuk
menggantikanya. Abu Bakar juga meminta pendapat dari tokoh-tokoh terkemuka
dari kalangan sahabat seperti Abdurrahman bin Auf, Utsman, dan Tolhah bin
Ubaidillah sebelum masa pemerintahaan Umar bin Khattab berlangsung selama
10 tahun 6 bulan,yaitu dari tahun 13 H/634 M sampai tahun 23 H/644 M.

Pada masa kepemimpinannya, Umar bin Khattab berhasil menaklukkan


Levant atau Syam, Palestina, Mesopotamia atau Iraq, hingga menguasai Persia.
Mesir yang menjadi wilayah Romawi Timur juga ditaklukkan di masa
kepemimpinannya. Semenjak penaklukan wilayah Mesir dibarat hingga Persia
ditimur itu, Kekhalifahan Rasyidin menjadi negara adidaya di dunia. Selain
sebagai kepala negara yang kuat, Umar bin Khattab juga merupakan administrator
dan pembaharu yang pandai. Berbagai kebijakan dalam hal mempermudah
administrasi negara dibuat semasa kepemimpinan Umar. Pembagian wilayah-
wilayah taklukkan Khilafah menjadi provinsi-provinsi dilakukan, serta ditunjuk
gubernur-gubernur untuk mengatur wilayah-wilayah tersebut. Umar bin Khattab
juga membentuk Baitul Maal sebagai pengatur perbendaharaan negara, dewan
militer, dewan pos, dan dewan hakim. Umar juga menetapkan kalender Islam dan
tahun Hijriyah sebagai awal permulaan tahun baru Islam.

Masa jabatannya berakhir dengan pembunuhannya oleh seorang budak Persia


bernama Feror atau Abu Lu’lah. Untuk menentukan penggantinya, Umar
menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah
seorang diantaranya menjadi Khalifah, enam orang tersebut adalah Utsman, ah-
talhah, Zubair, Sa’ad ibn Ali Waqas dan Aburrahman ibn Auf. Setelah Umar
wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk Utsman sebagai Khalifah
melalui persaingan yang agak ketat dengan Ali bin Abi Thalib.
c. Kepemimpinan Utsman bin Affan (644-656M)

Masa pemerintahan beliau adalah yang terpanjang dari semua khalifah di


zaman khulafaurasyidin, yaitu 12 tahun, tetapi sejarah mencatat tidak seluruh
masa kekuasaannya menjadi saat yang baik dan sukses baginya. Para pencatat
sejarah membagi zaman pemerintahannya Ustman menjadi dua periode, ialah 6
tahun pertama merupakan masa pemerintahan yang baik, dan 6 tahun terakhir
merupakan masa pemerintahan yang buruk. Selama paruh pertama masa
pemerintahannya, Utsman melanjutkan sukses para pendahulunya, terutama
dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam. Daerah-daerah startegis yang sudah
dikuasai Islam seperti Mesir dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan. Ustman
juga memperluas wilayah Kekhalifahan ke wilayah Afrika Utara, pulau Cyprus
hingga ke wilayah pegunungan Kaukasus.

Karya besar Utsman lainnya dipersembahkan kepada umat Islam ialah


susunan kitab suci Al-Qur’an. Penyusunan Al-Qur’an dimaksudkan untuk
mengakhiri perbedaan perbedaan serius dalam bacaan Al-Qur’an. Utsman juga
melakukan pembangunan-pembangunan, diantaranya adalah pembangunan
daerah-daerah pemukiman, jembatan, jalan, masjid, wisma tanu, pembangunan
kota-kota baru yang kemudian tumbuh pesat, Masjid Nabi di Mdianh diperluas.
Tempat persediaan air dibangun di Madinah, di kota-kota padang pasir, dan
ladang-ladang perternakan untadan kuda. Pembangunan beberapa sarana umum
ini menunjukan bahwa Utsman sebagai Khalifah sangat memerhatikan
kemaslahatan publik sebagai bentuk dari manifestasi kebudayaan sebuah
masyarakat.

Pada masa kepemimpinannya di paruh akhir, terdapat indikasi praktik


nepotisme. Hal ini yang membuat sekelompok sahabat mencela
kepemimpinannya karena telah memilih keluarga kerabat sebagai pejabat
pemerintahaan. Pada akhirnya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di
kalangan umat Islam terhadapnya dan kepemimpinannya dianggap sangat berbeda
dengan kepemimpinan Umar. Pada tahun 655M, Usman di bunuh oleh kaum
pemberontak yang terdiri dari orang-orang kecewa itu. Pembunuhan Ustman
merupakan malapetaka besar yang menimpa umat Islam saat itu.
d. Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib (656-661M)

Setelah Ustman wafat, masyarakat Kekhalifahan beramai-ramai membaiat


Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah. Ali memerintah hanya selama enam tahun.
Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Setelah
menduduki jabatan Khalifah, Ali memecat para gubernur yang di angkat oleh
Ustman dan menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk
terpilih, dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara. Khalifah Ali
juga memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam
sebagaimana pernah ditetapkan Umar.

Ali bin Abi Thalib sebagai kepala negara, senantiasa mengajak para
pegawainya untuk hidup Zuhud, berhemat atau sederhana dan tidak berfoya-foya
dalam kehidupan sehari-hari, begitu juga untuk selalu memperhatikan dan
berbelas kasihan terhadap kehidupan rakyatnya. Beliau juga menerapkan sistem
pemerintahan yang efektif dan efisien dengan mengadakan perombakan para
gubernur dan pejabat yang tidak bisa bekerja dengan baik yaitu tidak menunjukan
prestasi, tidak adil, dan berakhlak culas (terutama pejabat dari zaman Khalifah
Utsman).

Kebijakan Ali untuk mencopot gubernur dan pejabat yang tidak disenangi
rakyat mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus,
Mu’awiyah yang di dukung oleh sejumlah bekas jajahan tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan. Akhirnya terjadi pertempuran di kota Siffin
di Iraq pada tahun 657 M. Perang ini diakhiri dengan Tahkim, tetapi Tahkim
ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan
baru, yaitu Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisannya. Pada akhir
kepemimpnan Khalifah Ali, umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik
yaitu Mu’awiyah, Syiah (pengikut Ali), dan Khawarij. Pada tahun 660 M, Ali bin
Abi Thalib terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij. Lalu Hasan, putera Ali
bi Abi Thalib, menggantikannya sebagai Khalifah selama beberapa bulan. Namun,
karena kepemimpinan Hasan dirasa lemah, Mu’awiyah mengambil alih posisi itu
dan menjadi penguasa absolut di Kekhalifahan.
2. PENCAPAIAN-PENCAPAIAN KHULAFAUR RASYIDIN

Masa kekuasaan Khulafaur Rasyidin yang dimulai sejak dibaiatnya Abu


Bakar Ash-Shiddiq sebagai Khalifah menggantikan Rasulullah SAW hingga Ali
bin Abi Thalib, merupakan masa Khilafah Islam yang berhasil dalam
mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad SAW yang telah
meletakkan dasar agama Islam di Hijaz, setelah beliau wafat, gagasan dan ide-
idenya diteruskan oleh para Khalifah-Khalifah Rasyidin.

Ekspansi wilayah yang sangat jauh dari pusat kekusaan, dari Afrika Utara
hingga Persia, memakan waktu tidak lebih dari setengah abad yang berarti
merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak
pernah memiliki pengalaman politik yang memadai dan sudah lama terpecah-
pecah. Hal ini tidak lepas dari semangat para Khalifah, dan simpatiknya Islam
terhadap daerah-daerah yang sedang menghadapi ketidak adilan. Wilayah
Khulafaur Rasyidin inilah, yang nantinya menjadi pondasi wilayah Kekhalifan-
Kekhalifahan selanjutnya, yang bahkan akan lebih luas hingga mencapai Iberia,
Anatolia dan India.

Dalam masa Khulafaur Rasyidin ini pula, awal arsitektur Islam dimulai.
Arsitektur Islam dimulai dari masjid-masjid. Masjid al-Haram yang sebelumnya
sangat sederhana diperluas dan diperindah pada masa Khalifah Ustman,
sedangkan Masjid Nabawi diperluas, dibuat mihrab, dibangun pintu masuk pada
masa Khalifah Umar. Unsur-unsur estetis mulai diletakkan disini, dan pada
perkembangannya kelak akan menjadi pondasi arsitektur Islam yang menyebar ke
berbagai wilayah Kekhalifahan.
BAB III

PENUTUP

Khulafaur Rasyidin, adalah Kekhalifahan yang dipimpin oleh para sahabat


Nabi sepeninggal beliau. Para Khalifah di pilih berdasarkan musyawarah. Abu
Bakar diangkat menjadi Khalifah pertama melalui musyawarah. Abu Bakar as-
Shidiq memerintah pada tahun 632-834M, lalu digantikan oleh Umar bin Khattab
pada tahun 634-644M, lalu Utsman bin Affan (644-656M), dan Khalifah terakhir
dari Khulafaur Rasyidin ialah Ali bin Abi Thalib yang menjabat pada tahun 656
hingga terbunuh oleh kelompok Khawarij pada tahun 661M.

Pada masa Khulafaur Rasyidin, wilayah kekuasaan Islam membentang


dari Afrika Utara sampai ke Persia, dan untuk mencapainya hanya membutuhkan
waktu tidak lebih dari setengah abad yang menjadikannya sebagai pencapaian
gemilang umat Islam. Khulafaur Rasyidin juga menjadi pondasi Kekhalifahan-
Kekhalifahan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993
Amin Samsul Munir, Sejarah Perkembangan Islam, Jakarta : Amzah, 2009.

Anda mungkin juga menyukai