Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO

“KASUS KEMISKINAN KABUPATEN GRESIK”

Dosen Pembimbing:
Dr. Didin Fatihudin, SE, M, Si

Disusun Oleh:
Ayu Lizzya Nurul Izzah

(20181221070)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
MANAJEMEN P2K
2018/2019
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... 1

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penulisan ............................................................................ 3


1.2 Tujuan Penulisan .......................................................................................... 3
1.3 Manfaat Penulisan ........................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Kemiskinan ......................................................................................... 4


2.2 Rasio Kemiskinan ......................................................................................... 4-6
2.3 Rumus-rumus Kemiskinan ........................................................................... 6
2.4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 7

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 7


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah di negara manapun. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan
di banyak negara berkembang yang mencakup lebih dari satu milyar penduduk dunia.
Kemiskinan merupakan permasalahan yang diakibatkan oleh kondisi nasional suatu
negara dan situasi global. Globalisasi ekonomi dan bertambahnya ketergantungan antar
negara, tidak hanya merupakan tantangan dan kesempatan bagi pertumbuhan ekonomi
serta pembangunan suatu negara, tetapi juga mengandung resiko dan ketidakpastian
masa depan perekonomian dunia. Menurut Kunarjo dalam Badrul Munir (2002:10),
suatu negara dikatakan miskin biasanya ditandai dengan tingkat pendapatan perkapita
rendah, mempunyai tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi (lebih dari 2 persen per
tahun), sebagian besar tenaga kerja bergerak di sektor pertanian dan terbelenggu dalam
lingkaran setan kemiskinan
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-


hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi
daripada dua gambaran yang lainnya.
 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna
"memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di
seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di
luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan karya tulis ini adalah:
1. Mengetahui kondisi kemiskinan di Indonesia
2. Mengetahui factor penyebab terjadinya kemiskinan
3. Mengetahui cara menanggulangi kemiskinan

1.3 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan karya tulis ini adalah agar masyarakat mengetahui kondisi
kemiskinan di Kabupaten Gresik dan dapat mencari solusi menanggulanginya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan


dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan
dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang
memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari
segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah
mapan, dll.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:

 Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-


hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
 Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan
ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini
termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan,
karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang
ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang
lainnya.
 Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai"
di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia.
Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara
halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.

 1. Hall dan Midgley


 Menurut Hall dan Midgley pengertian kemiskinan adalah kondisi deprivasi materi dan
sosial yang menyebabkan individu hidup di bawah standar kehidupan yang layak, atau
kondisi di mana individu mengalami deprivasi relatif dibandingkan dengan individu
yang lainnya dalam masyarakat.
 2. Faturachman dan Marcelinus Molo
 Menurut Faturachman dan Marcelinus Molo, pengertian kemiskinan adalah
ketidakmampuan seseorang atau beberapa orang (rumah tangga) untuk memenuhi
kebutuhan dasarnya.
 3. Reitsma dan Kleinpenning
 Menurut Reitsma dan Kleinpenning pengertian kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non-
material.
 4. Suparlan
 Menurut Suparlan arti kemiskinan adalah standar tingkat hidup yang rendah karena
kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang bila dibandingkan dengan
standar kehidupan yang berlaku di masyarakat sekitarnya.
 5. Friedman
 Menurut Friedman pengertian kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
memformulasikan kekuasaan sosial berupa asset, sumber keuangan, organisasi sosial
politik, jaringan sosial, barang atau jasa, pengetahuan dan keterampilan, serta
informasi.
 6. Levitan
 Menurut Levitan, pengertian kemiskinan adalah kekurangan barang dan pelayanan
yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup yang layak.
 7. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)
 Menurut BAPPENAS, arti kemiskinan adalah situasi serba kekurangan karena
keadaan yang tidak dapat dihindari oleh seseorang dengan kekuatan yang dimilikinya.
 Baca juga: Pengertian Globalisasi Menurut Para Ahli

 Jenis-Jenis Kemiskinan
 Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini
adalah jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:
 1. Kemiskinan Subjektif
 Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan
beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang
tersebut tidak terlalu miskin.
 Contohnya: pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.
 2. Kemiskinan Absolut
 Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki
penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan.
Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan.
 Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang mampu.
 3. Kemiskinan Relatif
 Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar kesejahteraan.
 Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan sedikit.
 4. Kemiskinan Alamiah
 Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber
daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang
rendah.
 Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan tandus.
 5. Kemiskinan Kultural
 Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat
dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat
modern.
 Contohnya: suku Badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak
kemajuan jaman.
 6. Kemiskinan Struktural
 Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber daya yang ada.
 Contohnya: masyarakat Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.

 Faktor Penyebab Kemiskinan


 Setelah memahami pengertian kemiskinan dan jenis-jenisnya, maka kita juga perlu
mengetahui apa penyebanya. Berikut ini adalah beberapa faktor penyebab kemiskinan
yang paling umum:
 1. Laju Pertumbuhan Penduduk
 Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan laju pertumbuhan penduduk suatu
negara menjadi besar. Bila laju pertumbuhan ini tidak sebanding dengan pertumbuhan
ekonomi, maka hal ini akan mengakibatkan angka kemiskinan akan semakin
meningkat di suatu negara.
 2. Angka Pengangguran Tinggi
 Lapangan kerja yang terbatas menyebabkan angka pengangguran di suatu negara
menjadi tinggi. Semakin banyak pengangguran maka angka kemiskinan juga akan
meningkat.
 Peningkatan angka pengangguran juga dapat menimbulkan masalah lain yang
meresahkan masyarakat. Misalnya munculnya pelaku tindak kejahatan, pengemis, dan
lain-lain.
 3. Tingkat Pendidikan yang Rendah
 Masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah cenderung tidak memiliki
keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadai. Sehingga mereka tidak bisa
bersaing dengan masyarakat yang berpendidikan tinggi di dunia kerja maupun dunia
usaha. Hal ini kemudian membuat angka pengangguran dan kemiskinan menjadi
bertambah.
 4. Bencana Alam
 Bencana alam merupakan faktor penyebab kemiskinan yang tidak dapat dicegah
karena berasal dari alam. Bencana alam seperti tsunami, banjir, tanah longsor, dan
lain-lain, akan menimbulkan kerusakan pada infrastruktur maupun psikologis.
 Peristiwa bencana alam yang besar dapat mengakibatkan masyarakat mengalami
kemiskinan karena kehilangan harta.
 5. Distribusi yang Tidak Merata
 Ketidaksamaan pola kepemilikian sumber daya akan menimbulkan ketimpangan
dalam distribusi pendapatan. Pada umumnya, masyarakat yang hanya memiliki
sumber daya terbatas dan berkualitas rendah berada di bawah garis kemiskinan.
 Baca juga: Pengertian Manajemen Stress

 Dampak Kemiskinan
 Pada umumnya kemiskinan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa dampak kemiskinan yang sering terjadi:
 1. Kriminalitas Meningkat
 Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab, karena
masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup
mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut
yaitu pencurian, perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
 2. Angka Kematian yang Tinggi
 Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan
akses kesehatan yang memadai. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada
masyarakat miskin.
 Selain itu, gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada
masyarakat miskin. Asupan gizi yang kurang menyebabkan kesehatan dan
perkembangan fisik masyarakat miskin sangat buruk.
 3. Akses Pendidikan Tertutup
 Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat
menjangkau dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang
kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan
tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
 4. Pengangguran Semakin Banyak
 Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di
dunia kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran
semakin meningkat.
 5. Munculnya Konflik di Masyarakat
 Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan
berbagai tindakan anarkis. Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA timbul di
masyarakat sebagai cara pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.
 Baca juga: Pengertian Konsep Diri
 Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengertian kemiskinan, jenis-jenis
kemiskinan, faktor penyebab kemiskinan, dan dampak yang ditimbulkan oleh
kemiskinan. Semoga bermanfaat.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirinci tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengaruh Unit Pengelola Kegiatan
sebagai agen pemerintah terhadap upaya peningkatan ekonomi masyarakat. b. Untuk
mengetahui bagaimana proses penyelesaian pinjaman bergulir yang bermasalah dan
hambatan-hambatan yang ditemui dalam
penyelesaian pinjaman bergulir yang bermasalah di Unit Pengelola Kegiatan.

2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis Berdasarkan kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang bidang hukum khususnya dibidang lembaga
pemerintah dan cara penyelesaian masalah yang terjadi didalam suatu lembaga
pemerintah, untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian
lapangan, serta untuk menerapkan ilmu secara teoritis dan menghubungkannya
dengan data yang diperoleh dari penelitian.

b. Manfaat Praktis
a) Bagi akademik Penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan dan tambahan referensi mengenai Tinjauan Yuridis Unit Pengelola Kegiatan
Sebagai Agen Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan. Disamping itu,hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian, sebagai kajian
pertimbangan dan pengembangan ke arah yang lebih baik bagi penelitian selanjutnya.

b) Bagi UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dan Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Unit Pengelola Kegiatan dan Pemerintah dalam
7 mengelola kegiatannya dan menangani setiap permasalahan yang terjadi di antara anggota
dan masyarakat yang terkait sehingga dapat meningkatkan kinerja kegiatannya serta dapat
mewujudkan tujuannya dalam upaya pengentaskan kemiskinan masyarakat di Indonesia

BPS

I. Penduduk Miskin

Konsep :
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan dibawah garis kemiskinan.

Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.

II. Garis Kemiskinan (GK)

Konsep:

1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan,
daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.

Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM

GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan

Teknik penghitungan GKM

 Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion) yaitu 20 persen
penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini
didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasar GK periode
sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian
dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
 Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar
makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100
kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi
1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan
menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam
menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah :

Dimana :
GKMj = Gris Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100 kilokalori).
Pjk = Harga komoditi k di daerah j.
Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j.
Vjk = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j.
j = Daerah (perkotaan atau pedesaan)

Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap
harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :

Dimana :
Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j
HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j

Dimana :
Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2100
kilokalori/kapita/hari.

 Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum
dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan
dsan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan
penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi
penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12
komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di
perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum
perkomoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio
pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-
kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari
hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang
lebih rinci dibanding data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan
secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :

Dimana:
NFp = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNMp).
Vi = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari Susenas modul
konsumsi).
ri = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil SPPKD 2004).
i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).

III. Persentase Penduduk Miskin

Konsep :
Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).

Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,
2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.

IV. Indeks Kedalaman Kemiskinan

Konsep :
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis kemiskinan.

Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,
2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
V. Indeks Keparahan Kemiskinan

Konsep :
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.

Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.

Rumus Penghitungan :

Dimana :
α =2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.

Indikator Kemiskinan Kabupaten Gresik


Tahun
Indikator
2009 2010 2011 2012 2013

Jumlah Penduduk Miskin ( 000 ) 225,77 193,90 181,66 173,80 170,90


P0 (% Penduduk Miskin) 19,14 16,42 15,33 14,30 13,89
P1 (Kedalaman Kemiskinan) 3,13 1,99 2,65 2,47 2,45
P2 (Keparahan Kemiskinan) 0,79 0,41 0,61 0,58 0,72

Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) 235 399 258 503 285 519 306 177 331 296
Sumber: BPS

Anda mungkin juga menyukai