Dosen Pembimbing:
Dr. Didin Fatihudin, SE, M, Si
Disusun Oleh:
Ayu Lizzya Nurul Izzah
(20181221070)
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Jenis-Jenis Kemiskinan
Secara umum, ada beberapa jenis kemiskinan yang ada di masyarakat. Berikut ini
adalah jenis-jenis dan contoh kemiskinan tersebut:
1. Kemiskinan Subjektif
Jenis kemiskian ini terjadi karena seseorang memiliki dasar pemikiran sendiri dengan
beranggapan bahwa kebutuhannya belum terpenuhi secara cukup, walaupun orang
tersebut tidak terlalu miskin.
Contohnya: pengemis musiman yang muncul di kota-kota besar.
2. Kemiskinan Absolut
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan dimana seseorang/ keluarga memiliki
penghasilan di bawah standar kelayakan atau di bawah garis kemiskinan.
Pendapatannya tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan pangan, sandang, papan,
pendidikan, dan kesehatan.
Contoh kemiskinan absolut: keluarga yang kurang mampu.
3. Kemiskinan Relatif
Jenis kemiskinan ini adalah bentuk kemiskinan yang terjadi karena pengaruh
kebijakan pembangunan yang belum menyentuh semua lapisan masyarakat.
Kebijakan tersebut menimbulkan ketimpangan penghasilan dan standar kesejahteraan.
Contohnya: banyaknya pengangguran karena lapangan pekerjaan sedikit.
4. Kemiskinan Alamiah
Ini merupakan kemiskinan yang terjadi karena alam sekitarnya langka akan sumber
daya alam. Hal ini menyebabkan masyarakat setempat memiliki produktivitas yang
rendah.
Contohnya: masyarakat di benua Afrika yang tanahnya kering dan tandus.
5. Kemiskinan Kultural
Ini adalah kemiskinan yang terjadi sebagai akibat kebiasaan atau sikap masyarakat
dengan budaya santai dan tidak mau memperbaiki taraf hidupnya seperti masyarakat
modern.
Contohnya: suku Badui yang teguh mempertahankan adat istiadat dan menolak
kemajuan jaman.
6. Kemiskinan Struktural
Kemiskinan ini terjadi karena struktur sosial tidak mampu menghubungkan
masyarakat dengan sumber daya yang ada.
Contohnya: masyarakat Papua yang tidak mendapatkan manfaat dari Freeport.
Dampak Kemiskinan
Pada umumnya kemiskinan akan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
Berikut ini adalah beberapa dampak kemiskinan yang sering terjadi:
1. Kriminalitas Meningkat
Kemiskinan seringkali dikaitkan dengan kriminalitas. Bukan tanpa sebab, karena
masyarakat miskin cenderung melakukan apa saja untuk memenuhi kebuhtuhan hidup
mereka, termasuk melakukan kriminalitas. Beberapa bentuk kriminalitas tersebut
yaitu pencurian, perampokan, begal, penipuan, bahkan pembunuhan.
2. Angka Kematian yang Tinggi
Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan umumnya tidak mendapatkan
akses kesehatan yang memadai. Hal ini menyebabkan tingginya angka kematian pada
masyarakat miskin.
Selain itu, gizi yang buruk juga merupakan masalah yang sering terjadi pada
masyarakat miskin. Asupan gizi yang kurang menyebabkan kesehatan dan
perkembangan fisik masyarakat miskin sangat buruk.
3. Akses Pendidikan Tertutup
Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat miskin tidak dapat
menjangkau dunia pendidikan. Hal ini semakin memperburuk situasi masyarakat yang
kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat mereka tidak bisa bersaing dan
tidak bisa bangkit dari keterpurukan.
4. Pengangguran Semakin Banyak
Masyarakat miskin yang tidak mendapatkan akses pendidikan akan sulit bersaing di
dunia kerja maupun usaha. Hal ini kemudian akan menyebabkan pengangguran
semakin meningkat.
5. Munculnya Konflik di Masyarakat
Rasa kecewa dan ketidakpuasan masyarakat miskin biasanya dilampiaskan dengan
berbagai tindakan anarkis. Bahkan seringkali konflik bernuansa SARA timbul di
masyarakat sebagai cara pelampiasan kekecewaan masyarakat miskin.
Baca juga: Pengertian Konsep Diri
Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengertian kemiskinan, jenis-jenis
kemiskinan, faktor penyebab kemiskinan, dan dampak yang ditimbulkan oleh
kemiskinan. Semoga bermanfaat.
1. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat dirinci tujuan dari
penelitian ini sebagai berikut : a. Untuk mengetahui pengaruh Unit Pengelola Kegiatan
sebagai agen pemerintah terhadap upaya peningkatan ekonomi masyarakat. b. Untuk
mengetahui bagaimana proses penyelesaian pinjaman bergulir yang bermasalah dan
hambatan-hambatan yang ditemui dalam
penyelesaian pinjaman bergulir yang bermasalah di Unit Pengelola Kegiatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis Berdasarkan kegunaan teoritis, penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pengetahuan tentang bidang hukum khususnya dibidang lembaga
pemerintah dan cara penyelesaian masalah yang terjadi didalam suatu lembaga
pemerintah, untuk melatih kemampuan penulis dalam melakukan penelitian
lapangan, serta untuk menerapkan ilmu secara teoritis dan menghubungkannya
dengan data yang diperoleh dari penelitian.
b. Manfaat Praktis
a) Bagi akademik Penelitian ini penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan dan tambahan referensi mengenai Tinjauan Yuridis Unit Pengelola Kegiatan
Sebagai Agen Pemerintah Dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan. Disamping itu,hasil
penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar perluasan penelitian, sebagai kajian
pertimbangan dan pengembangan ke arah yang lebih baik bagi penelitian selanjutnya.
b) Bagi UPK (Unit Pengelola Kegiatan) dan Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi Unit Pengelola Kegiatan dan Pemerintah dalam
7 mengelola kegiatannya dan menangani setiap permasalahan yang terjadi di antara anggota
dan masyarakat yang terkait sehingga dapat meningkatkan kinerja kegiatannya serta dapat
mewujudkan tujuannya dalam upaya pengentaskan kemiskinan masyarakat di Indonesia
BPS
I. Penduduk Miskin
Konsep :
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar
(basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari
sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita
perbulan dibawah garis kemiskinan.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Konsep:
1. Garis Kemiskinan (GK) merupakan penjumlahan dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM). Penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
perkapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk miskin.
2. Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kilokalori perkapita perhari. Paket komoditi
kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan,
daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll)
3. Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non makanan diwakili
oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
GK = GKM + GKNM
GK = Garis Kemiskinan
GKM = Garis Kemiskinan Makanan
GKNM = Garis Kemiskinan Non Makan
Tahap pertama adalah menentukan kelompok referensi (reference populaion) yaitu 20 persen
penduduk yang berada diatas Garis Kemiskinan Sementara (GKS). Kelompok referensi ini
didefinisikan sebagai penduduk kelas marginal. GKS dihitung berdasar GK periode
sebelumnya yang di-inflate dengan inflasi umum (IHK). Dari penduduk referensi ini kemudian
dihitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM).
Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah jumlah nilai pengeluaran dari 52 komoditi dasar
makanan yang riil dikonsumsi penduduk referensi yang kemudian disetarakan dengan 2100
kilokalori perkapita perhari. Patokan ini mengacu pada hasil Widyakarya Pangan dan Gizi
1978. Penyetaraan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan dilakukan dengan
menghitung harga rata-rata kalori dari ke-52 komoditi tersebut. Formula dasar dalam
menghitung Garis Kemiskinan Makanan (GKM) adalah :
Dimana :
GKMj = Gris Kemiskinan Makanan daerah j (sebelum disetarakan menjadi 2100 kilokalori).
Pjk = Harga komoditi k di daerah j.
Qjk = Rata-rata kuantitas komoditi k yang dikonsumsi di daerah j.
Vjk = Nilai pengeluaran untuk konsumsi komoditi k di daerah j.
j = Daerah (perkotaan atau pedesaan)
Selanjutnya GKMj tersebut disetarakan dengan 2100 kilokalori dengan mengalikan 2100 terhadap
harga implisit rata-rata kalori menurut daerah j dari penduduk referensi, sehingga :
Dimana :
Kjk = Kalori dari komoditi k di daerah j
HKj = Harga rata-rata kalori di daerah j
Dimana :
Fj = Kebutuhan minimum makanan di daerah j, yaitu yang menghasilkan energi setara dengan 2100
kilokalori/kapita/hari.
Garis Kemiskinan Non Makanan (GKNM) merupakan penjumlahan nilai kebutuhan minimum
dari komoditi-komoditi non-makanan terpilih yang meliputi perumahan, sandang, pendidikan
dsan kesehatan. Pemilihan jenis barang dan jasa non makanan mengalami perkembangan dan
penyempurnaan dari tahun ke tahun disesuaikan dengan perubahan pola konsumsi
penduduk. Pada periode sebelum tahun 1993 terdiri dari 14 komoditi di perkotaan dan 12
komoditi di pedesaan. Sejak tahun 1998 terdiri dari 27 sub kelompok (51 jenis komoditi) di
perkotaan dan 25 sub kelompok (47 jenis komoditi) di pedesaan. Nilai kebutuhan minimum
perkomoditi /sub-kelompok non-makanan dihitung dengan menggunakan suatu rasio
pengeluaran komoditi/sub-kelompok tersebut terhadap total pengeluaran komoditi/sub-
kelompok yang tercatat dalam data Susenas modul konsumsi. Rasio tersebut dihitung dari
hasil Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar 2004 (SPKKP 2004), yang dilakukan untuk
mengumpulkan data pengeluaran konsumsi rumah tangga per komoditi non-makanan yang
lebih rinci dibanding data Susenas Modul Konsumsi. Nilai kebutuhan minimum non makanan
secara matematis dapat diformulasikan sebagai berikut :
Dimana:
NFp = Pengeluaran minimun non-makanan atau garis kemiskinan non makanan daerah p (GKNMp).
Vi = Nilai pengeluaran per komoditi/sub-kelompok non-makanan daerah p (dari Susenas modul
konsumsi).
ri = Rasio pengeluaran komoditi/sub-kelompok non-makanan menurut daerah (hasil SPPKD 2004).
i = Jenis komoditi non-makanan terpilih di daerah p.
p = Daerah (perkotaan atau pedesaan).
Konsep :
Head Count Index (HCI-P0), adalah persentase penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan (GK).
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α =0
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,
2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Konsep :
Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index-P1), merupakan ukuran rata-rata kesenjangan
pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks,
semakin jauh rata-rata pengeluaran pesuduk dari garis kemiskinan.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α =1
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan (i=1,
2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
V. Indeks Keparahan Kemiskinan
Konsep :
Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index-P2) memberikan gambaran mengenai
penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi
ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Sumber Data :
Sumber data utama yang dipakai adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Panel Modul
Konsumsi dan Kor.
Rumus Penghitungan :
Dimana :
α =2
z = garis kemiskinan.
yi = Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan penduduk yang berada dibawah garis
kemiskinan (i=1, 2, 3, ...., q), yi < z
q = Banyaknya penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
n = jumlah penduduk.
Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) 235 399 258 503 285 519 306 177 331 296
Sumber: BPS