Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ILMU GIZI

“STATUS GIZI”

Untuk memenuhi tugas matakuliah : Ilmu Gizi


Dosen Pengampu :
Purwaning Budi Lestari, S.Pd., M.Pd., & As’ad Syamsul Arifin, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Mohammad Badrussholeh 2161000220031
Mila Karmila 2161000220004

IKIP BUDI UTOMO MALANG


FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
2019
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................


DAFTAR ISI .......................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................
B. Rumusan Masalah ............................................................................
C. Tujuan...............................................................................................
D. Manfaat .............................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
A. Pengertian Status gizi ........................................................................
B. Pengelompokan status gizi ...............................................................
C. Penilaian Status Gizi .........................................................................
D. Penentuan Indikator Gizi ...................................................................
BAB III. PENUTUP
A. Penutup ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu gizi adalah ilmu yang mempelajari tentang hubungan makanan dan
minuman terhadapa kesehatan tubuh manusia agar tidak mengalami penyakit
gangguan gizi, dimana gangguan gizi sendiri adalah sebuah penyaklit yang
diakibatkan oleh kurangnya zat-zat vitamin yang tertentu sehingga mengakibatkan
tubuh kita mengalami gangguan gizi.
Penyakit gangguan gizi yang pertama kali ditemukan adalah scorbut pada
tahun 1497 atau lebih popular kita kenal dengan penyakit sariawan. Baru pada awal
abad XX para ahli kedokteran dapat memastikan bahwa penyakit ini disebabkan
karena kekurangan vitamin C. (http://wikipedia.org)
Penyakit gangguan gizi juga terjadi baru-baru ini di Indonesia. Penyakit
tersebut adalah kurang gizi. Penyakit ini menyerang sebagian besar anak balita.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energy dan protein (KEP) tingkat berat
akibat kurang akibat kurang mengkonsumsi makanan bergizi dan atau menderita
sakit dalam waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB
terhadap TB). (http://www.puskelblogspot.com)
Seperti pernyataan seorang Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten
Nganjuk, Guruh Hariwibowo, mengakui kondisi anak-anak yang menderita gizi
buruk itu memang mengkhawatirkan. "Selain badan mereka yang kurus, mereka
juga menderita penyakit bawaan," katanya, Jumat (16/9). (sumber :
Republika.co.id)
Berdasarkan hal tersebut perlu kiranya kita mengetahui tentang status gizi
yang mana Status gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk
anak yang diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck,
2000: 1)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian status gizi ?
2. Bagaimana klasifikasi status gizi ?
3. Bagaimanakah penilaian status gizi ?
4. Bagaimana indicator yang digunakan dalam penentuan status gizi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian status gizi
2. Untuk mengetahui klasifikasi gizi.
3. Untuk mengetahui penilaian status gizi.
4. Untuk mengetahui yang digunakan dalam penentuan status gizi

D. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari makalah ini adalah agar dapat ditemukannya solusi yang
tepat bagi kasus penyakit yang berhubungan dengan status gizi di Indonesia. Dan lebih
dari itu, penulis juga berharap agar kasus serupa tidak akan terjadi lagi di masa yang
akan datang.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Status Gizi ( Nutrition Status )


Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu.
Contoh : Gondok endemik merupakan keadaaan tidak seimbangnya pemasukan
dan pengeluaran yodium dalam tubuh.
Tak satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu
membuat seseorang untuk hidup sehat, tumbuh kembang dan produktif. Oleh
karena itu, setiap orang perlu mengkonsumsi anekaragam makanan; kecuali bayi
umur 0-4 bulan yang cukup mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI) saja. Bagi bayi 0-
4 bulan, ASI adalah satu-satunya makanan tunggal yang penting dalam proses
tumbuh kembang dirinya secara wajar dan sehat.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan.
Makanan yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat
gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran
ilmu gizi biasa disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat
tenaga, pembangun dan zat pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan
salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi
serupa dari makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun dan zat
pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu,
ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang
mengandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga
menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati
adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah
telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun
berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan
seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan
untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.Beberapa Pengertian
Penting terkait status gizi :
1) Proses gizi (nutrition) : proses dari organisme dalam menggunakan bahan
makanan melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolismedan penggunaan zat untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan,
fungsi organ tubuh dan produksi energi..
2) Keadaan Gizi ((Nutriture)):: keadaan yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara konsumsi dan penyerapan gizi disatu pihak dan penggunaan oleh
organisme dipihak llain,,atau keadaan fisiologik akiibat darii ttersedianya zat
gizi dalam seluler tubuh.
3) Status gizi ((Nutritional Status)):: ttanda--ttanda atau penampilan yang
diakibatkan dari nutriture yang dilihat melalui variabel ttertentu (iindikator
status gizi)) seperti berat,,tinggi dll.

B. Klasifikasi Status Gizi


Dalam menentukan status gizi harus ada ukuran baku yang sering disebut reference.
Pengukuran baku antropomentri yang sekarang digunakan di Indonesia adalah WHO-
NCHS. Menurut Harvard dalam Supariasa 2002, klasifikasi status gizi dapat dibedakan
menjadi empat yaitu:
a. Gizi lebih (Over weight)
Gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan sehingga
menimbulkan efek toksis atau membahayakan (Almatsier, 2005). Kelebihan berat badan
pada balita terjadi karena ketidakmampuan antara energi yang masuk dengan keluar, terlalu
banyak makan, terlalu sedikit olahraga atau keduanya. Kelebihan berat badan anak tidak
boleh diturunkan, karena penyusutan berat akan sekaligus menghilangkan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan (Arisman, 2007).
b. Gizi baik (well nourished)
Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi
yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan
otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Almatsier, 2005).
c. Gizi kurang (under weight)
Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat esensial
(Almatsier, 2005).
d. Gizi buruk (severe PCM)
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi,
atau dengan ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang
dimaksud bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurng
Energi Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita
(Lusa, 2009).
Menurut Depkes RI (2005) Paremeter BB/TB berdasarkan Z-Score
diklasifikasikan menjadi :
a. Gizi Buruk (Sangat Kurus) : <-3 SD
b. Gizi Kurang (Kurus) : -3SD sampai <-2SD
c. Gizi Baik (Normal) : -2 SD sampai +2SD
d. Gizi Lebih (Gemuk) : > +2 SD

C. Penilaian Status Gizi


Macam-macam penilaian status gizi
1. Penilaian status gizi secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu
antropometri, klinis, biokimia dan biofisik.
a. Antropometri
1) Pengertian
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
2) Penggunaan
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
3) Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)
Salah satu contoh penilaian ststus gizi dengan antropometri adalah Indeks Massa
Tubuh. Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupakan alat atau
cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang
berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Berat badan kurang dapat
meningkatkan resiko terhadap penyakit infeksi, sedangkan berat badan lebih akan
meningkatkan resiko terhadap penyakit degeneratif. Oleh karena itu, mempertahankan
berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup yang
lebih panjang.
Pedoman ini bertujuan memberikan penjelasan tentang cara-cara yang dianjurkan
untuk mencapai berat badan normal berdasarkan IMT dengan penerapan hidangan
sehari-hari yang lebih seimbang dan cara lain yang sehat.
Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan berat badan
dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa berumur >
18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan
olahragawan.
Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut:
Berat Badan (Kg)
IMT = -------------------------------------------------------
Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
Pada akhirnya diambil kesimpulan, batas ambang IMT untuk Indonesia adalah sebagai
berikut:

Kategori IMT

Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <>

Kurus sekali Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4

Normal Normal 18,5 – 25,0


Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0

Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0

Untuk mengukur status gizi anak baru lahir adalah dengan menimbang berat badannya
yaitu : jika ≤ 2500 gram maka dikategorikan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) jika
2500 – 3900 gram Normal dan jika ≥ 4000 gram dianggap gizi lebih.
Untuk Wanita hamil jika LILA (LLA) atau Lingkar lengan atas <>
b. Klinis
1) Pengertian
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi
masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang
dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada
organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
2) Penggunaan
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum
dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Di samping itu digunakan untuk
mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fifik yaitu
tanda (sign) dan gejala (Symptom) atau riwayat penyakit.
c. Biokimia
1) Pengertian
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati
dan otot.
2) Penggunaan
Metode ini digunakan untuk suata peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik,
maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan
kekurangan gizi yang spesifik.
d. Biofisik
1) Pengertian
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari
jaringan.
2) Penggunaan
Umumnya dapat digunaakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja
epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
2. Penilaian gizi secara tidak langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : Survei Konsumsi
makanan, statistik vital dan faktor ekologi.
a. Survei Konsumsi Makanan
1) Pengertian
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung
dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.
2) Penggunaan
Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi
berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat
mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat gizi.
b. Statistik Vital
1) Pengertian
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis dan beberapa
statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan
kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan.
2) Penggunaan
Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung
pengukuran status gizi masyarakat.
c. Faktor Ekologi
1) Pengertian
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil
interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang
tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dll.

2) Penggunaan
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab
malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

D. Indikator Penentuan Status Gizi


Menurut Soekirman (2000), beberapa cara pengukuran status gizi adalah
sebagai berikut :
1-Pengukuran anthropometri
Pengukuran tubuh manusia dengan anthropometric dipelopori oleh antropolog
Amerika Serikat bernama Ales Hrdlicka (1869-1943). Dalam anthropometric dapat
dilakukan beberapa macam pengukuran, yaitu pengukuran terhadap berat badan, tinggi
badan, lingkar lengan atas dan sebagainya. Dari beberapa pengukuran tersebut, berat
badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah yang paling sering
dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan di keluarga, pengukuran
berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) adalah yang paling dikenal. Untuk mengetahui
tingkat status gizi seorang baik tinggi, normal atau rendah, harus dibandingkan dengan
standar internasional yang ditetapkan oleh WHO.
Indikator yang sering digunakan untuk mengetahui status gizi ada 3 macam,
yaitu berat badan menurut umur yang disimbulkan dengan BB/U, tinggi badan
menurut umur disimbulkan dengan TB/U dan kombinasi BB dan TB yang disimbulkan
dengan BB/TB. Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah berubah, tetapi indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan
selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indikator TB/U
menggambarkan status gizi masa lalu, sedangkan indikator BB/TB menggambarkan
secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

2-Indikator BB/U
Status gizi dapat diketahui dengan melihat berat badan menurut umur,
kemudian dibandingkan dengan standar WHO. Kemungkinan yang terjadi adalah
lebih rendah, lebih tinggi atau normal. BB/U normal, digolongkan pada status gizi
baik, BB/U lebih rendah berarti status gizi kurang atau buruk, BB/U tinggi berarti
status gizi lebih. Status gizi kurang yang diukur dengan indikator BB/U
dikelompokkan menjadi berat badan rendah (BBR). Menurut tingkat keparahannya,
BBR dibedakan menjadi ringan (mild), sedang (moderate) dan berat (severe). BBR
tingkat berat atau sangat berat sering disebut dengan status gizi buruk. Di masyarakat
gizi buruk pada orang dewasa disebut HO sedangkan pada anak-anak disebut
marasmus dan kwashiorkor. Kelebihan indikator BB/U dalam penentuan status gizi di
adalah mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, sensitif untuk melihat
perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek dan dapat mendeteksi kegemukan.

3-Indikator TB/U
Indikator TB/U dipakai untuk mengukur status gizi anak balita umur 0-24
bulan yang pengukurannya dilakukan dengan terlentang (tidak berdiri). Hasil
pengukuran dapat digolongkan menjadi TBnya normal, kurang dan tinggi setelah
dibandingkan dengan standar WHO. TB/U kurang disebut pendek tak sesuai umurnya
(PTSU). Hasil pengukuran TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, seorang yang
tergolong PTSU kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Indikator TB/U dapat
digunakan untuk menggambarkan riwayat keadaan gizi masa lalu dan dapat dijadikan
indikator keadaan sosial ekonomi penduduk.

4-Indikator BB/TB
BB/TB merupakan indikator pengukuran antropometric yang paling baik,
karena dapat meggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.
Berat badan berkorelasi linier dengan tinggi badan, artinya perkembangan berat badan
akan diikuti oleh pertambahan tinggi badan. Oleh karena itu, berat badan yang normal
akan proporsional dengan tinggi badannya.
Indikator BB/U dipakai di dalam kartu menuju sehat (KMS) untuk memantau
pertumbuhan anak secara perorangan. Indikator ini digunakan karena relatif lebih
mudah dalam menentukan status gizi balita. Kartu Menuju Sehat yang digunakan di
posyandu pada dasarnya adalah penerapan Pengukuran status gizi anak balita. Kartu
menuju sehat adalah alat yang sederhana dan murah yang digunakan untuk memantau
pertumbuhan anak dan harus selalu dibawa setiap mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan termasuk bidan dan dokter (Depkes, 2001).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bentuk variabel tertentu. Adapun
factor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah ada factor eksternal (pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, budaya) dan factor internal (usia, fisik, dan infeksi). Status gizi
seseorang dapat diketahui dengan beberapa cara yaitu secara langsung (antropometri,
klinis, biokimia, dan biofisik,) dan secara tidak langsung (survey konsumsi makanan,
statistic vital, dan factor ekologi).
DAFTAR PUSTAKA

Supariasa. et.al. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.


Atmarita, Tatang S. Fallah. 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat.
Makalah pada Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII, Jakarta 17-19
Mei 2004
Hadi, Hamam (2005). Beban Ganda Masalah Gizi Dan Implikasinya Terhadap
Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional : Pidato Pengukuhan
Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, 5 Februari 2005.
Azwar. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi Dan Tantangan Di Masa Datang ;
Makalah pada Pertemuan Advokasi Program Perbaikan Gizi Menuju
Keluarga Sadar Gizi, di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, 27 September 2004
Arisman, M.B. (2007), Buku Ajar Ilmu Gizi, Gizi dalam Daur Kehidupan,
Soekirman (2000), Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat.
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia (2001), Panduan
penggunaan kartu menuju sehat (KMS) balita bagi petugas kesehatan
Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2002, SK Menteri Kesehatan RI Nomor :
920/ Menkes / SK / VIII / 2002 tentang Klasifikasi Status Gizi Anak Bawah
Lima Tahun, Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai