Pada medium ini, setelah inkubasi 48 jam akan tampak koloni yang
transparan. Sedikit cembung, halus mukoid dan kecil-kecil sperti ujung
jarum. Neiserria non pathogen (Neiserria sicca, Neiserria catarrhalis) tidak
tumbuh pada media ini. Media yang digunakan unutk media transport
adalah sedium Muller Hinton dan Transgrow.
Koloni genus Neiserria menghasilkan indofenol oksidase sehingga
memberikan tes oksidase positif. Tes oksidase dilakukan dengan
meneteskan reagens 1% tetrametil parafenilen diamin monohidrokhlorid
pada koloni maka koloni akan berubah menjadi merah jambu dan makin
lama menjadi hitam. Dalam tes ini, reagens tersebtu membunuh
mikroorganisme tetapi tidak merubah morfologi dan sifat pewarnaan. Tes
oksidase terganggu oleh adanya asam yang dihasilkan pada proses
peragian terhadap karbohidrat, tetapi dapat diatasi dengan penambahan
Natrium bicarbonate. Perlu diingat bahwa tes oksidase positif juga
diberikan oleh beberapa koloni dari genus lain, misalnya:
Ø Pseudomonas
Ø Aeromonas
Ø Acinotobacter
Ø Bordetella
Ø Haemophillus
Ø Pasteurella
Ø Golongan ragi ( yeast)
Neiserria gonorrhoeae meragikan glukosa dengan membentuk asam
tanpa gas dan tidak meragikan gula-gula lainnya.
4. Variabilitas.
Ada 5 macam tipe koloni berdasarkan perbedaan pada antigen
permukaan. Tipe 1 dan 2 virulen untuk manusia, sedangkan tipe 3, 4, 5
avirulen. Tipe yang virulen relative resisten terhadap fagositosis oleh sel
PMN (polimorfonukleur) dan tipe ini mempunyai pili.
5. Struktur antigen.
Antigen gonococcus adalah kompleks, tersusun dari lipid-
karbohidrat nukleo-protein. Bila fraksi glikolipid disuntikkan pada kelinci
akan memberikan titer presipitin yang tinggi, tetapi titer aglutinin rendah.
Fraksi nukleo protein dari Neiserria gonorrhoeae idebntik
dengan Neiserria meningitides dan pneumococcus tipe tertentu. Antigen
lainnya, yaitu berupa antigen pili.
Meskipun terdapat antibody mucosal Ig A, dan Ig M juga Ig G
serum yang bersifat bakterisidal in vitro, tetapi tidak ada imunitas pada
manusia. Pada simpanse pernah diadakan percobaan vaksinasi dan
menimbulkan kekebalan, tetapi pada manusia belum berhabsil.
6. Metabolit bacterial.
Gonococcus menghasilkan metabolit yang pada dasarnya dapat
dikelompokan menjadi 2 yaitu metabolit toksin dan toksin.
a) Metabolit non toksin
Ø Polisakarida spesifik
Ø Enzim katalase
Ø Enzim endofenol oksidase
a) Toksin
Sel bakteri mengandung endotoksin yang mampu membunuh
hewan percobaan bila disuntikan dalam jumlah besar. Endotoksin ini
mirip dengan endotoksin meningococcus.
b) Bentuk klinis.
Masa inkubasi penyakit bervariasi antara 1-32 hari, biasanya sekitar 4
hari atau 2-8 hari.
Gejala pada laki-laki:
1. Urethritis anterior acuta.
Keluhan mula-mula terasa gatal dan panasa seperti terbakar
dibagian distal urethra. Kadang-kadang terdapat pula ereksi-erksi yang
nyeri, demam dan leukositas. Tetapi pada 10% penderita terjadi tanpa
gejala sama sekali, disebut urethtritis gonorrhoeica yang asimptomatik.
Kemudian dari mulut urethra, akan keluar secret yang mukopurlen
berwarna kuning.
Neiserria gonorrhoeae tidak bisa menyerang epitel squamus
bertatah tetapi menyerang epitel stratifiedcollumnar. Penetrasi bakteri
ke dinding urethra laki-laki lewat ruang intraseluler dan mencapai
jaringan bawah epitel pada hari ke 3-4. Sel PMN, limfosit, sel plasma
dan sel mast, segera muncul ditempat tersebut terutama didaerah
kelenjar littre dan salurannya, serta Lacuna morgagni. Sejumlah besar
leukosit dan serum yang mengandung gonococcus masuk ke lumen
urethra menimbulkan secret yang khas disebut ecoulement. Sasluran
kelenjar littre dapat tersumbat sehingga terbentuk retensi kista dan
terjadi abses. Penyebaran bakteri selanjutnya melalui jaringan bawah
epitel dan secara limfogen, menimbulkan prostatitis dan epididimitis.
Keluhan prostatitis misalnya anyang-anyangan (dull pain) di daerah
perineum dan dengan rectal touching (mesase prostat) dadpat
dikeluarkan secret. Pada pemeriksaan klinis osteum urethraeksterna
tampak merah bengkak dan ekteropion.
2. Urethritis posterior
Biasanya, terjadi 2 minggu sesudah urethritis akut. Keluhan
yangtimbul sama dengan urethritis anterior, hanya tempat yang sakit di
bagian proksimal urethra. Terdapat keluhan-keluhan miksi, seperti
disuria, polakisuria, misuria bahkan hematuria.
d) Penularan
Penularan infeksi Neiserria gonorrhoeae biasanya melalui
hubungan seksual, tetapi dapat pula melalui benda yang baru saja
terkontaminasi, misalnya handuk, sapu tangan, dan bantal.
e) Diagnosis laboratorium
Untuk pengambiln bahan pemeriksaan, diperlukan prasarana sebagai
berikut:
1. Kapas steril.
2. Lidi kapas (kapas yang diberi tangkai dengan panjang 10-20 cm) steril.
3. Speculum vagina, khususn untuk pengambilan bahan pada wanita dari
vagina dan serviks uteri.
4. Tabung steril untuk mengirimkan bahan ke laboraturium atau lebih baik
specimen dimasukkan kedalam medium transport.
Untuk specimen pada penderita laki-laki:
1. berupa nanah yang keluar dari urethra.
2. Bila terjadi urethritis posterior, bahan pemeriksaan diambil dengan cara
memasukan lidi kapas steril yang dibasahi aquadest kedalam urethra.
3. Dapat berupa hasil sentrifugasi dari urin.
4. Pada prostatitis, specimen diperoleh dari endapan urin setelah pemijatan
kelenjar prostat.
Selain itu, specimen pada wanita dan laki-laki juga bisa diambil dari
rectum (prokitis), sendi (arthritis), mata (gonoblenorrhoe), darah
(gonokoksemia), faring (faringitis), kulit (lesi kutaneus).
Beberapa keadaan yang dapat merupakan rangsangan
untuk maksud pengambilan specimen adalah:
1. Rangsangan alamiah, misalnya menstruasi.
2. Rangsangan fisiologis, misalnya koitu menggunakan kondom.
3. Rangsangan artificial:
Ø Mekanik, masasse urethra laki-laki dan masasse vesikuloprostat.
Ø Khemis.
Ø Minum alcohol.
Selanjutnya terhadap specimen dilakukan:
1. Pemeriksaan langsung dengan pewarnaan Gram.
2. Pembiakan pada medium selktif.
3. Fermentasi gula.
4. IFA (Imunne Flouresence Antibody) technique.
f) Pengobatan
Untuk pengobatan, penisilin merupakan obat pilihan, tetapi
sekarang diperlukan dosis yang sangat besar karena mekanisme
resistensi bakteri.
1. Procaine peniciline G (injeksi) atau ampicilin (per oral), yang dikombinasi
dengan probenisid.
2. Obat lainnya tetrasiklin, spektinomisin, kanamisin, dan golongan
kuinolon.
Terdapat kesulitan untuk melakukan control terhadap penyakit
gonorrhoe oleh karena beberapa hal berikut ini:
Ø Masa inkubasi yang sangat pendek.
Ø Adanya gonorrhoe asimptomatik.
Ø Aktivitas seksual dengan partner seks yang banyak.
Ø Kadar hambat minimal penisilin terhadap Neiserria gonorrhoeae yang
makin meningkat.
g) Pencegahan
1) Profilaksis mekanis dengan kondom.
2) Pendidikan kesehatan (helath education).
3) Pencegahan dengan obat antimokroba tidak dianjurkan karena
cenderung meningkatkan resistensi bakteri.
4) Tindakan crede pada bayi baru lahir.
F. Cara Kerja
Hari I :
a. Pengambilan sampel secret vagina dan urethra.
– Secret vagina
1. Memberitahu dan menjelaskan kepada pasien tentang tindakan
yang akan dilakukan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Memasang sampiran
4. Membuka atau menganjurkan pasien menanggalkan pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien)
5. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
6. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dan keringkan
8. Memakai sarung tangan
9. Buka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang
tidak dominan
10. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dan tangan yang
dominan sesuai kebutuhan
11. Menghapuskan sekret vagina pada gelas obyek yang disediakan
atau diberikan pada media transport carry and blair.
12. Membuang kapas lidi dalam keadaan bengkok
13. Memasukkan gelas obyek dalam piring petri atau ke dalam tabung
kimia dan ditutup atau tutup botol media transport,
14. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk
dikirim ke laboratorium
15. Membereskan alat
16. Melepas sarung tangan
17. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir serta
mengeringkannya dengan handuk bersih
– Secret urethra
1. Pasien diminta melepaskan celana yang menutupi bagian organ
genitalnya dan diminta untuk tidur tertelentang.
2. Bila pasien tidak disirkumsisi, tariklah preputium kearah pangkal.
3. Dengan pincet, bersihkanlah glans penis dengan kain kasa steril yang
dibasahi air garam fisiologis steril.
4. Buanglah kain kasa bekas pakai ini ke dalam tempat sampah medis.
Pincet yang telah dipakai diamsukkan ke dalam baskom yang berisi
chlorin 0,5%.
5. Masukkanlah kapas lidi yang telah dibasahi NaCl fisiologis steril
sedalam kira-kira 1 cm sambil diputar untuk membersihkan orificium
urthrae ecterna dan bagian distal dari urethra.
6. Buanglahkapas lidi ini ke tempat sampah medis.
7. Pelan-pelan masukkanlah kapas lidi kedua yang dibasahi air garam
fisiologis steril, kedalam urethra sampai sedalam kira-kira 2 – 3 cm
sambil diputar searah jarum jam, kemudian sambil memutar,
tarik kapas lidi tersebut pelan-pelan keluar.
8. Sapukanlah melingkar kapas lidi ini pada bagian tengah
permukaansatu kaca benda bersih yang telah disiapkan. Biarkan
terletak di meja sampai mengering.
9. Buanglah kapas lidi kedua ini ke dalam tempat sampah medis.
10. Masukkanlah lidi kapas basah ketiga ke dalam urethra sampai
sedalam kira-kira 2 – 3 cm sambil diputar searah jarum jam.
11. Masukkanlah hapusan kapas lidi ketiga ini ke dalam medium transport
carry and blair hingga seluruh bagian kapas terbenam dalam medium.
12. Kemudian patahkanlah lidi tersebut dengan cara membakanya
padaapi bunzen
13. Tutuplah botol medium transport dengan rapat dan disegel
14. Berikanlah label yang berisi data penderita pada botol medium
tersebut
15. Fiksasilah preparat hapus tadi setelah kering.
G. Hasil Pengamatan
Gambar Hasil