Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI

KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA

PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2010-2015

(Studi Kasus Pada Pemda Kota Pangkalpinang)

Oleh :

Kelompok 6

Robbyan Dino Samantha (17133082)

Sri Andriyani (17133092)

Yossi Desmita Sari (17133105)

Vinna Anggrea May Andry (17133113)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

FAKULTAS EKONOMI

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat, taufik serta
hidayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat
untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Daerah ANALISIS RASIO
KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH
DAERAH KOTA PANGKALPINANG TAHUN ANGGARAN 2010-2015

Penulisan makalah ini dapat selesai dengan baik berkat bantuan bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Semoga budi baik mereka di terima Allah SWT sebagai
amal ibadah dan akan diberi balasan berupa pahala yang berlipat ganda. Dan kami
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
guna penyempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan khususnya
untuk teman-teman dan masyarakat pada umumnya.

Padang, 16 September 2019

Kelompok 6

i
BAB 1
PENDAHULUAN

Reformasi Keuangan Daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No. 22 Tahun


1999 tentangPemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan Antarapemerintah Pusat dan Daerah. Dengan adanya Undang-undang tersebut,
maka terjadi perubahan yang cukup mendasar dalam pengelolaan daerah, termasuk dalam
manajemen atau pengelolaan keuangan daerah.
Manajemen keuangan daerah merupakan alat untuk mengurus dan mengatur rumah
tangga pemerintahan daerah.Salah satu bagian dari manajemen keuangan daerah tersebut
adalah akuntansi keuangan daerah.
Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bentuk tata usaha dalam
manajemen keuangan daerah selain tata usaha umum atau administrasi (Abdul Halim, 2002:
9).Akuntansi keuangan daerah tersebut merupakan bagian dari akuntansi sektor
publik.Tingkatan tertinggi dalam akuntansi sektor publik adalah tingkatan Negara.Oleh
karenanya, akuntansi keuangan daerah juga berhubungan dengan akuntansi keuangan Negara
Keuangan Negara adalah semua hak dan kewajiban Negara yang dapat dinilai dengan uang,
demikian pula segala sesuatu baik yang berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan
milik Negara sehubungan dengan pelaksanaak hak dan kewajiban dimaksud.Ruang lingkup
keuangan Negara dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang dikelola langsung oleh
pemerintah dan yang dipisahkan kepengurusannya.Salah satu kekayaan Negara yang dikelola
langsung oleh pemerintah adalah APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).APBN
adalah rencanapenerimaan belanja dan pengeluaran belanja suatu Negara untuk suatu periode
tertentu.Semua program kerja dan besarnya biaya yang dicatat pada APBN adalah program
kerja dan biaya yang mencakup seluruh daerah di wilayah Indonesia.
Dilain pihak pada tingkatan daerah, terdapat pula ruang lingkup yang serupa dengan
keuangan daerah yaitu yang dikelola langsung oleh pemerintah dan yang dipisahkan
kepengurusannya.Dan kekayaan daerah yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah
adalah APBD (Anggaran Pendapatan dan BelanjaDaerah).APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD). APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan
(Nordiawan, 2009:39). Lewat APBD inilah pemerintah daerah merancang pembangunan di

ii
wilayahnya

.APBD menunjukkan alokasi belanja untuk melaksanakan program/kegiatan dan


sumber-sumber pendapatan, serta pembiayaan yang digunakan untuk
membiayainya.Program/kegiatan dimaksud dilaksanakan untuk mendorong perekonomian
daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor. Pencapaian tujuan
tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui peningkatan potensi PAD (Pendapatan Asli
Daerah) ditambah dengan dana transfer dari pemerintah pusat yang digunakan untuk
mendanai penyelengaraan layanan publik dalam jumlah yang mencukupi
juga berkualitas.
Dalam melaksanakan pelayanan masyarakat tersebut tentunya anggaran
belanja yang diperlukan juga akan meningkat. Anggaran belanja tersebut
dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya dan pendapatan yang dimiliki
daerah.Anggaran pendapatan dan belanja yang dikumpulkan dituang dalam suatu
program atau rancangan pemerintah yang
disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD).APBD merupakan salah satu
laporan yang ada di dalam laporan keuangan pemerintah daerah.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor71Tahun 2010
Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, laporan keuangan berperan untuk
memberikaninformasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan transaksiselama satu
periode pelaporan. Laporan keuangan PemerintahDaerah juga berfungsi sebagai dasar
pengambilan keputusan,sehingga laporan tersebut harus dibuat secara sederhana agar
mudah dipahami oleh pembaca laporan. Meskipun laporankeuangan sudah bersifat
general purposive, artinya dibuat lebihumum dan sesederhana mungkin untuk memenuhi
kebutuhan informasi semua pihak, tetapi tidak semua pembaca laporandapat memahami
laporan tersebut dengan baik.
Tidak semua pemangku kepentingan memahami akuntansiyang merupakan alat
untuk menghasilkan laporan keuangan.Karena tidak semua pengguna laporan keuangan
memahami
akuntansi dengan baik, sementara mereka akan mengandalkaninformasi keuangan itu
untuk membuat keputusan,makaketidakmampuan memahami dan menginterpretasikan
laporan
keuangan tersebut perlu dibantu dengan analisis laporan keuangan.
Salah satu teknik yang paling banyak digunakan untukmenganalisis laporan

i
keuanganadalah Analisis Rasio Keuangan. Analisis Rasio Keuangan adalah suatu
ukuran untuk mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang
tersedia.Menurut Mardiasmo (2005:169) penggunaan AnalisisRasio Keuangan sebagai
alat analisis kinerja keuangan secara luas telah diterapkan pada lembaga perusahaan
yang bersifat komersial, sedangkan pada lembaga publik khususnya pemerintah
daerah masih sangat terbatas sehingga secara teoritis masih belum ada kesepakatan
yang bulat mengenai nama dan kaidah pengukurannya. Ada beberapa cara
untukmenghitung Kinerja Keuangan Daerah, diantaranya adalahdengan mengitung
Rasio Kemandirian Keuangan Daerah, RasioDerajat Desentralisasi Fiskal, Rasio
Efektifitas PAD, Rasio Efisiensi Keuangan Daerah, Rasio Keserasian,Rasio
Pertumbuhan dan Rasio Proporsi Pendapatan dan Belanja Daerah (Abdul Halim,
2002:128).Tujuan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut :
1. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Kemandirian Keuangan Daerah
Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun
Anggaran 2010 sampai dengan 2015.
2. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Derajat Desentralisasi Fiskal Anggaran
Pendapatandan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran
2010 sampai dengan 2015.
3. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan DaerahKota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitungan Rasio Efektifitas PAD Anggaran Pendapatan
dan BelanjaDaerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai
dengan 2015.
4. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Efisiensi Belanja Anggaran
Pendapatan dan BelanjaDaerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran
2010 sampai dengan 2015.
5. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Keserasian Anggaran Pendapatan dan
Belanja DaerahKota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampaidengan
2015.
6. Untuk Mengukur Kinerja Keuangan Pemerintahan Daerah Kota Pangkalpinang
berdasarkan hasil dari perhitunganRasio Pertumbuhan Anggaran Pendapatan

i
dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang selama Tahun Anggaran 2010 sampai
dengan 2015.

i
II.
LANDASAN TEORI

1) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Rasio Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) menunjukkan tingkat kemampuan suatu
daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintah, pembangunan dan pelayanan
kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber
pendapatan yang diperlukan daerah. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah
ditunjukkan oleh besarnya Pendapatan Asli Daerah dibandingkan dengan Pendapatan
Daerah yang berasal dari sumber lain (Pendapatan Transfer) antara lain : Bagi hasil
pajak, Bagi hasil bukan pajak sumber daya alam, Dana alokasi umum dan alokasi
khusus, Dana Darurat dan Pinjaman (Abdul Halim 2007:L-5).Rumus Rasio
Kemandirian Keuangan DaerahRasio Kemandirian Keuangan Daerah
mengambarkankan ketergantungan daerah terhadap pendapatan transfer. Semakin
tinggi Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mengandung arti bahwa tingkat
ketergantungan daerah terhadap bantuan pihak ekstern semakin rendah dan
demikian pula sebaliknya.Rasio Kemandirian Keuangan Daerah mengambarkan
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pembangunan daerah.Semakin tinggi Rasio
Kemandirian Keuangan Daerah, semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam
membayar pajak dan retribusi daerah yang merupakan komponen utama
Pendapatan Asli Daerah.
Semakin tinggi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah
mengambarkankan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat semakin
tinggi.sebagai pedoman dalam melihat pola hubungan dengan kemampuan daerah
(dari sisi keuangan) dapat
dikemukakanTABELsebagaiberikut
TABEL 1
Pola Hubungan dan Tingkat Kemampuan Daerah
Kemampuan Keuangan Kemandirian (%) Pola Hubungan
Rendah Sekali 0%-25% Instruktif
Rendah 25%-50% Konsultatif
Sedang 50%-75% Partisipatif

7
2) Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal adalah ukuran yang menunjukkan tingkatkewenangan


dan tanggung jawab yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk
melaksanakan pembangunan. Menurut Mahmudi (2010), derajat desentralisasi
fiskaldihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah Pendapatan Asli Daerah dengan
total Penerimaan daerah. Rasio ini menunjukkan derajat kontribusi PAD terhadap total

penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan
pemerintah daerah dalam penyelenggaraan desentralisasi.

TABEL 2

Kriteria derajat Desentrasasi Fiskal

Presentase PAD terhadap TPD kriteria derajat desentralisai fiskal

0,00 – 10,00 sangat kurang

10,01 – 20,00 kurang

20,01 – 30,00 sedang

30,01 – 40,00 cukup

40,01 – 50,00 baik

 50,00 sangat baik

3) Rasio Efisiensi Belanja

Rasio Efisiensi Belanja merupakan perbandingan antara realisasi belanja dengan


anggaran belanja.Rasio efisiensi belanja ini digunakan untuk mengukur tingkat
penghematan anggaran yang dilakukan pemerintah.

TABEL 3

Standar Pengukuran Kriteria Rasio Efisiensi Belanja

Kategori Predikat

Efisien <100%

8
Tidak Efisien ≥100%

111
PEMBAHASAN
Berdasarkan data dan informasi yang diringkas dari APBD Kota Pangkalpinang Tahun
anggaran 2010-2015 maka penulis akan menyajikan hasil dari penelitian yang telah
dilakukan sebagai berikut.

Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


KotaPangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015

TAHUN ANGGARAN REALISASI PAD PENDAPATAN TRANSFER RKKP % POLA HUBUNGAN


2010 36,066,904,811.43 351,635,087,521.37 10.26 Instruktif
2011 37,500,962,649.85 450,175,414,371.25 08.33 Instruktif
2012 65,970,229,685.05 519,481,694,197.93 0,548611 Instruktif
2013 92,106,752,248.02 569,883,066,755.97 16.16 Instruktif
2014 113,817,278,385.97 632,070,856,429.12 18.01 Instruktif
2015 135,305,782,559.87 662,513,956,228.41 20.42 Instruktif
RATA-RATA RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH 14.31 Instruktif

Perhitungan Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal Kota


Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010-2015

TAHUN REALISASI PAD TOTAL RDDF KRITERIA


ANGGARAN (Rp) REALISASI (% RDDF
PENDAPATAN (Rp)
2010 36,066,904,811.43 398,683,635,056.90 09.05 Sangat Kurang
2011 37,500,962,649.85 488,781,036,229.60 0,338194 Sangat Kurang
2012 65,970,229,685.05 586,524,654,015.98 11.25 Kurang
2013 92,106,752,248.02 662,197,444,473.99 0,604861 Kurang
2014 113,817,278,385.97 745,888,134,815.09 15.26 Kurang
2015 135,305,782,559.87 797,819,738,788.28 0,733333 Kurang
Rata-rata Rasio De rajat De s e ntralisas i Fiskal 12.35 Kurang

Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal


Kota Pangkalpinang Tahun Anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 mengalami
peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun2011. Tahun 2011 Rasio Derajat
Desentralisasi Fiskal mengalami penurunan sebesar 1,38% kemudian pada tahun 2012
9
naik kembali sebesar 3,58%. Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal tertinggi terjadi pada
tahun 2015 yaitu sebesar 16,96% dan nilai terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar
7,67%. Tahun-tahun lainnya yaitu tahun 2010, 2012, 2013, dan 2015 masing-masing
sebesar 9,05%, 11,25%, 13,91%, dan 15,26%. Jadi Rata-rata Rasio Derajat Desentralisasi
Fiskal Kota Pangkalpinang selama 6 tahun sebesar 12,35%
Dengan jumlah tersebut, menurut Kriteria Derajat Desentralisasi Fiskal, Tingkat
Derajat Desentralisasi Fiskal Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang masih dikatakan
kurang.Hal ini menunjukkan bahwa, tingkat kewenangan dan tanggung jawab yang
diberikan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah cenderung kecil.Peningkatan PAD
setiap periodenya menunjukkan peningkatan kinerja Pemerintah Daerah Kota
Pangkalpinang.Akan tetapi, ketergantungan Pemerintah Derah Kota Pangkalpinang
terhadap Pemerintah Pusat tergolong besar. Hal ini ditunjukkan dengan kontribusi PAD
dalam menopang pendapatan daerah, serta peran PAD atau kemampuan keuangan daerah
untuk membiayai pembangunannya sendirikurang dari 20%, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kurangnya kemampuan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang dalam
melaksanakan penyelenggaraan desentralisasi.

Perhitungan Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang


TahunAnggaran 2010-2015.

TAHUN ANGGARAN REALISASI RASIO KRITERIA


ANGGARAN BELANJA (Rp BELANJA (Rp) EFISIENSI
BELANJA
2010 464,889,285,483.84 409,820,870,958.05 88.15.00 Efisien
2011 535,893,573,615.03 446,660,453,844.54 83.35.00 Efisien
2012 665,158,823,137.77 556,324,603,950.77 83.64 Efisien
2013 763,390,685,032.42 643,204,288,066.70 84.26.00 Efisien
2014 880,723,097,008.22 715,100,862,297.05 81.19.00 Efisien
2015 993,998,838,491.51 808,027,416,873.64 81.29.00 Efisien
Rata-Rata Rasio Efesiensi Belanja 83.65 Efisien
terlihat pada tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 Rasio Efisiensi Belanja Kota
Pangkalpinang tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 88,15% dan rasio terendah
terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 81,19%. Tahun-tahun lainnya yaitu tahun 2011,
2012, 2013, dan tahun 2015 masing-masing sebesar 83,35%, 83,64%, 84,26% dan
81,29%.
Selama periode 2010-2015 Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang masih

10
masuk kedalam kategori efisien, karena rata-rata Rasio efisiensi Belanja masih kurang dari
100% yaitu sebesar 83,65%. Artinya realisasi anggaran belanja daerah KotaPangkalpinang
lebih kecil dari pada belanja daerah yang ditargetkan pada Anggaran Pendapatan Dan
Belanja Daerah (APBD) Kota Pangkalpinang.hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah
Kota Pangkalpinang sudah efisien dalam menggunakan anggaran belanjanya.

11
IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Bersasarkan hasil penelitian dan pembahasan analisis rasio keuangan untuk menilai
kinerja keuangan pemerintah daerah kota pangkalpinang tahun anggaran 2011 sampai
dengan tahun 2016, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika dilihat dariRasio


Kemandirian Keuangan Daerah (RKKD) pada tahun anggaran 2010 sampai
dengan 2015 masih tergolong rendah sekali dalam memenuhi kebutuhan dana
untuk penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
social masyaratak. Ini terlihat dari hasil rata-rata RKKD Pemerintah Daerah
Kota Pangkalpinang dari tahun anggaran 2010 sampai dengan 2015, berdasarkan
pengolahan data yang diringkas dari Laporan Realisasi APBD kotPangkalpinang
adalah sebesar 14,31%. Pada kisaran rata-rata RKKD kota pangkalpinang
tersebut maka pola hubungankeuangan daerah Kota Pangkalpinang masuk
kedalam kategori Instruktif. Dimana pengelolaan keuangan daerah Kota
Pangkalpinang masih didominasi oleh bantuan dana dari Pemerintah Pusat.
Maka dapat dikatakan Pemerintah Daerah kota Pangkalpinang masih belum
mampu melaksanakan otonomi daerah.

2. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika dilihat dari


Rasio Derajat Desentralisasi Fiskal (RDDF) tahun anggaran 2010 sampai dengan
2015 masih kurang. Ini terlihat dari rata-rata RDDF selama tahun 2010 sampai
dengan tahun 2015 sebesar 12,35%. Artinya pemerintah pusat memberikan
kewenangan dan tanggung jawab yang kecil kepada Pemerintah Daerah Kota
Pangkalpinang dalam melaksanakan pembangunan. Hal ini juga berkaitan
dengan Rasio Kemandirian Keuangan Daerah yang masih sangat rendah, dimana
pengelolaan keuangan pemerintah daerah kota pangkalpinang masih bergantung
kepada bantuan dana dari pemerintah pusat.

3. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika dilihat dari


Rasio Efektifitas PAD terbilang masih cukup efektif dalam merealisasikan PAD
yang direncanakan dibandingkan dengan target yang sudah ditetapkan dalam

12
laporan APBD. Hal ini terlihat dari rata-rata Rasio Efektifitas PAD pemerintah
Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggran 2010 sampai dengan tahun 2015 adalah
sebesar 99,81% sehingga termasuk kedalam kategorii yang cukup efektif.

4. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang jika di lihat dari Rasio
Efisiensi Belanja tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun 2015 sudah efisien. Hal
ini terlihat dari hasil Rasio Efisiensi Belanja Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010
sampai dengan tahun 2015 yakni sebesar 83,65%. Karena Rasio Efisiensi Belanja
Pemerintah Daerah kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun
2015 masih kurang dari 100% dari nilai anggaran belanjanya sehingga dapat
dikatakan bahwa Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang sudah efisien dalam
menggunakan anggaran belanjanya.

5. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010


sampai dengan tahun 2015 jika dilihat dari Rasio Keserasian masih banyak
mengalokasikan dana belanja untuk belanja operasi daripada belanja modal.Rata-rata
belanja operasi pemerintah daerah kota pangkalpinang tahun anggaran 2010 sampai
dengan tahun 2015 adalah sebesar 77,42% dan belanja modalnya sebesar 23,82%. Hal

ini menunjukkan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang lebih condong kepada


pengeluaran-pengeluaran rutin daripada memperhatikan pembangunan daerah.

6. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang tahun anggaran 2010


sampai dengan tahun 2015 jika dilihat dari Rasio Pertumbuhan PAD, Rasio
Pertumbuhan Pendapatan Daerah, Rasio Pertumbuhan Belanja Operasi dan Rasio
Pertumbuhan Belanja Modal sudah mengalami pertumbuhan yang positif walaupun
masih mengalami kenaikan dan penurunan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Halim, Abdul. (2001). Akuntansi Keuangan DaerahAkuntansi Sektor Publik,Jakarta:


Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2002). Akuntansi Keuangan Daerah Akuntansi Sektor Publik,Jakarta:


Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2004). Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik,Jakarta:


Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2007). AkuntansiKeuangan Daerah Akuntansi Sektor Publik,Jakarta:


SalembaEmpat.

Halim, Abdul. (2008). Akuntansi Keuangan Daerah-Akuntansi Sektor Publik,Jakarta:


Salemba Empat.

Halim,Abdul&Muhammad SyamKusufi.(2012).Akuntansi Keuangan Daera Akuntansi


Sektor Publik,Jakarta: Salemba Empat.

Ariana, Hermawati. (2012). Analisis Pendapatan dan Belanja Pada Pemerintah Daerah
Kabupaten Kutai Timur Skripsi.

14

Anda mungkin juga menyukai