Akti - Ab Bahan Alam

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

ANALISIS AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM

Disusun Oleh :

RINY ERFIAH RINDA

150 2014 0310

Laboratorium Mikrobiologi Farmasi

Program Studi S1 Ilmu Farmasi

Fakultas Farmasi

Universitas Muslim Indonesia

Makassar

2016
ARTIKEL HASIL PRAKTIKUM

ANALISIS AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM

Dipersiapkan dan disusun oleh


Riny Erfiah Rinda
150 2014 0310

Telah dipertahankan di depan asisten pendamping


pada tanggal.................

Telah disetujui oleh :

Asisten Pendamping

Bachrum Nur Rifai, S.Farm tanggal,............................


ANALISIS AKTIVITAS ANTIMIKROBA DARI BAHAN ALAM

Riny Erfiah Rinda1 dan Bachrum Nur Rifai 2

1 Mahasiswa Fakultas Farmasi, UMI


2 Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi, UMI
Email : Rhinyrhana@gmail.com
ABSTRAK

ABSTRAK
Latar Belakang: Pada mikroba populasinya amat banyak di alam dan menempati
berbagai macam tempat baik ditubuh maupun di tempat lainnya. Untuk
mengetahui jenis apa saja jenis dari mikroba tersebut maka perlu adanya suatu
penelitian seperti pada tanaman atau tumbuhan yang memiliki aktivitas
antimikroba dengan cara mengisolasi ektrak atau perasan tanaman atau tumbuhan
tersebut dan di amati daya hambat terhadap mikroba apa yang cocok untuk
tanaman tersebut.
Tujuan Penelitian: Mengetahui dan memahami cara uji antimikroba terhadap
bahan alam.
Metode: Pada praktikum ini menggunakan metode eksperimental
Hasil: Zona hambat difusi agar Pseduomonas Solanacear ( 10% ) 13,13 , (1%)
14,3 dan (0,1%) 7,3%). Zona hambat difusi agar Staphylococcus aereus ( 10% )
15,6 , (1%) 14,3 dan (0,1%) 9,3%).Tida ada zona hambat untuk KLT
Kesimpulan: ekstrak daun Maja (Aegle marmelos L.) kurang efektif dalam
menghambat pertumbuhan bakteri bakteri Propionibacterium acne dan
Staphylococcus aureus.
Kata Kunci: Antimikroba, Bahan Alam, Isolasi, Ekstrak
PENDAHULUAN
Isolasi adalah ekstraksi dan pemurnian bahan kimia dari substansi yang
tidak diketahui yang berasal dari alam 1. Cara isolasi dan identifikasi bakteri
adalah merupakan suatu topic yang sangat luas dan hanya dapat dilakukan oleh
orang-orang yang telah berpengalaman. Cara-cara ini adalah suatu tantangan yang
menarik bagi para mikrobologiawan, karena mikroorganisme atau bakteri tersebut
terdapat dalam berbagai sumber yang terdiri dari ribuan spesies, dan terdapat
dalam berbagai habitat. Namun dalam beberapa hal identifikasi terhadap bakteri
dapat dibuat dari pengamatan preparat dari yang diwarnai seseorang dan dapat
ditentukan ukuran, bentuk dan kelompok atau group organismenya (apakah
termasuk basillus, kokus, gram positif atau gram negative) 2
Teknik yang digunakan dan tipe medium yang dipilih tergantung pada
sifat penelitian. Pada umumnya tiga situasi dapat ditemukan (1) seseorang
berkepentingan untuk memperbanyak sel spesies tertentu; (2) seseorang
berkepentingan untuk menentukan jumlah dan tipe organisme yang ada pada
bahan yang diberikan; atau (3) seseorang menginginkan mengisolasi
mikroorganisme tertentu dari sumber alami : (a) Menumbuhkan sel spesies
tertentu: mikroorganisme yang teramati secara mikroskopik dan yang tumbuh
dalam lingkungan alami dapat terbukti sangat sukar untuk tumbuh secara murni
pada medium muatan (b) Pemeriksaan mikrobiologik bahan-bahan alami: bahan
alami tertentu mengandung berbagai lingkungan mikro yang berbeda, masing-
masing menyediakan tempat untuk spesies yang berbeda (c) Isolasi tipe tertentu
mikroorganisme: sedikit contoh tanah, jika ditanam dengan tepat, akan
menghasilkan tipe organisme yang berbeda untuk tiap lingkungan mikro yang
ada3
Antimikroba (AM) adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan
untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia, termasuk golongan ini yang
akan dibicarakan yang behubungan dengan dunia farmasi yaitu antibiotika,
antiseptika, kemoterapeutika dan presertif. Obat-obat yang digunakan untuk
membasmi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan
ataupun tumbuhan harus bersifat toksisitas relative selektif artinya obat atau zat
tersebut harus bersifat sangan toksisitas terhadap mikroorganisme penyebab
penyakit tetapi relative tidak toksik terhadap jasad inang atau hopes4
Pengujian aktivitas antimikroba dapat dilakukan secara (a) Metode
Difusi yaitu dengan metode difusi dengan silinder pipih, difusi dengan mangkuk
pipih dan difusi dengan kertas saring atau Kirby-Bauer. (b) Metode Dilusi
(pngenceran). (c)Metode KLT-Bioautografi dengan metode bioautografi
langsung, bioautografi kontak dan bioautografi pencelupan5
Jenis dan Rancangan Praktikum
Jenis praktikum berupa eksperimental. Rancangan praktikum One-shot case study.

Bahan dan Alat Praktikum


Adapun alat yang digunakan dalam praktikum yaitu yaitu Autoklaf,
Botol coklat, Cawan petri steril, Chamber, Erlenmeyer, Inkubator, Lampu spiritus,
Lampu UV, Pinset, Pipa kapiler, Ose bulat, Rak tabung, Spoit 1 ml dan 5 ml,
Tabung reaksi, dan vial
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu air suling ,
Alkohol 70%, , karet gelang, kapas, medium NA (Nutrient Agar) no. reg:
1.05450.0500 Merck KG A, 64271 Darmstadt, medium PDA (Potato Dextrose
Agar) no. reg: 1.101300500 Merck KG A, 64271 Darmstadt, larutan DMSO,
suspensi bakteri dan sampel ekstrak daun Maja
Penyiapan Medium
Untuk medium NA, disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Ditimbang masing-masing NA sebanyak 5,75 gram. Dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer dan dilarutkan dengan menggunakan air suling sebanyak 250 ml,
kemudian diaduk sampai homogen. Dipanaskan. Erlenmeyer kemudian ditutup
dengan menggunakan kapas. Disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu
121oC selama 15 menit.
Untuk medium PDA (Potato Dextrosa Agar), disiapkan alat dan bahan
yang akan digunakan. Ditimbang PDA sebanyak 9,75 gram. Dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer dan dilarutkan dengan menggunakan air suling sebanyak 250
ml, kemudian diaduk sampai homogen dan dipanaskan .Erlenmeyer kemudian
ditutup dengan kapas. Disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC
selama 15 menit.
Pengujian Skrining
Ditimbang ekstrak daun sebanyak 1 g. Dimasukkan dalam vial steril,
ditambahkan 0,2 ml DMSO. Ditambahkan medium NA untuk suspensi bakteri
dan medium PDA untuk suspensi jamur sebanyak 9,8 ml dan dihomogenkan.
Dimasukkan dalam cawan petri steril (satu cawan petri untuk PDA dan dua cawan
petri untuk NA), dihomogenkan. Cawan petri PDA dibagi dua, dan cawan petri
NA pertama dibagi 4 dan yag kedua dibagi 4. Untuk medium NA, digoreskan
suspensi bakteri Basillus subtilis, E.coli, Pseudimonas aureginase,
Propionibacterium acnes, Salmonella thyposa, Shigella dysenteriae,
Staphylococcus aureus, Staphylococcus episermidis, Streptococcus mutans,
Vibrio cholerae,. Untuk medium PDA, dogoreskan suspensi jamur Candida
albicans dan Aspergillus niger. Diinkubasi (untuk bakteri pada incubator dan
jamur pada enkas). Diamati 1 x 24 jam untuk bakteri dan 3 x 24 jam untuk jamur
Metode KLT Bioautografi
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Dibuat eluen n-heksan :
etil asetat dengan perbandingan 8 : 2. Dimasukkan sampel ekstrak daun
secukupnya dalam vial . Dilarutkan dengan DMSO . Ditotolkan pada 2 lempeng
KLT . Dimasukkan dalam camber untuk dielusi yang berisi eluen eluen n-heksan :
etil asetat. Dilihat pada sinar Ultra Violet 254 nm dan 366 nm . Diamati dan
difoto. Dimasukkan dalam cawan petri yang berisi medium NA dan
mikroorganisme Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus. Dibiarkan
selama 15 menit, lempeng dibuka dari medium. . Diinkubasi 1 x 24 jam untuk
bakteri (dalam incubator). Diamati
Metode Difusi Agar
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Ditimbang ekstrak
daun pulai dengan konsentrasi 0,1 %, 0,5 % dan 1 % masing-masing. Dimasukkan
kedalam vial dan dilarutkan dengan DMSO 2 ml. Ditambahkan dengan air steril
9,8 ml dan dimasukkan disk blank ke dalam vial dan dibiarkan selama 30 menit.
Kemudian airnya dibuang dan disk blank ditempelkan pada dinding vial. Medium
NA 10 ml dimasukkan ke dalam vial steril dan dimasukkan suspensi bakteri
Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus sebanyak 3 ose . Dimasukkan
dalam medium cawan petri yang telah dibagi menjadi 3 bagian, diabiarkan
memadat . Dimasukkan disk blank yang telah direndam kedalam ekstark dengan
konsentrasi yang berbeda.Dilakukan hal yang sama untuk suspensi mikroba yang
lain

HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil praktikum hasil dari praktikum analisis aktivitas
antimikroba dari bahan alam ini dimana digunakan biakan bakteri dari hasil uji
skrining, didapatkan hasil pada tabel berikut :

Tabel 1. Uji Skrining terhadap beberapa bakteri uji

Mikroba Uji
N
Ekstrak B E P S S S S S V A C
o PAC
S C A T D A E M C N A
1 Daun Maja - - - - - + - - - + -
2 Daun Gamal - - - + - + - - - - -
3 Daun Girang + + - + - - - - - - -
4 Daun Pulai - + - + - - - - - + -
Keterangan :
(+) : ada zona hambat
(-) : tidak ada zona hambat
Tabel 2. Analisis aktivitas antimikroba dari bahan alam yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara uji Metode difusi Agar
Klp Bakteri Konsentrasi Zona Hambat (cm) Σ (mm)
(%) 1 2 3
1 Pseduomonas 10 1,8 1,7 1,7 13,13
Solanacearum 1 1,4 1,5 1,4 14,3
0,1 0,6 0,8 0,8 7,3
Staphylococcus 10 1,7 1,5 1,5 15,6
aereus 1 1,5 1,3 1,5 14,3
0,1 0,9 1 0,9 9,3

Tabel 3. Analisis aktivitas antimikroba dari bahan alam yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri secara uji KLT
No Ekstrak Bakteri Uji Zona Hambat (mm)
Pseduomonas -
1 Daun Maja Solanacearum
Staphylococcus aereus -

Gambar 1. Uji Skrining.

Gambar 2.Bercak noda pada sinar UV 366 dan UV 254


Gambar 3. Uji Aktivitas Antimikroba dengan Metode Difusi Agar

Gambar 4. Uji Aktivitas Antimikroba dengan Metode KLT-Bioatografi

Perhitungan 1. Nilai Rf pada ektrak daun maja dengan eluen n-heksan : etil
asetat

Pada UV 366
Rf = 4 = 0,7 cm
5,5
Pada UV 354
Rf = 4,8 = 0,8 cm
5,5
PEMBAHASAN
Pengujian aktivitas antimikroba dari bahan alam dilakukan agar kita
mengetahui bahan alam yang mana yang mempunyai aktivitas antimikroba agar
dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari–hari. Sehingga bahan alam yang
selama ini belum diketahui khasiatnya dapat bermanfaat dalam penyembuhan
suatu penyakit infeksi oleh mikroorganisme.
Pada percobaan ini dilakukan uji untuk menentukan daya hambat
antimikroba yang terkandung dalam ekstrak daun Maja . Dimana dalam uji ini
terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap pertama adalah uji skrining. Alasan ditambahkan
DMSO (Dimetil sulfoksida) pada uji skrining adalah karena DMSO merupakan
pelarut yang bersifat semipolar dengan adanya dua gugus metil (CH3) pada
DMSO ini membuat pelarut ini bersifat nonpolar. Dimana diketahui bahwa
semakin panjang rantai C maka akan bersifat semakin nonpolar. Gugus metil ini
akan berikatan dengan ekstrak bahan alam selanjutnya gugus sulfoksida yang
bersifat polar karena berikatan rangkap akan melepaskan electron bebas yang
terdapat pada gugus ini akan memperbaiki kelarutan ekstrak dari bahan alam.
Hasil yang didapat pada uji skrining bakteri yang positif yaitu Propionibacterium
acne dan Staphylococcus aureus
Pada tahap kedua, dilakukan uji difusi agar dengan dibuat 3 variasi
konsentrasi pada ekstrak daun maja untuk mengetahui pada konsentrasi berapa
ekstrak jamblang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme. Hasil
zona hambat yang paling besar diperoleh pada uji difusi agar adalah
diameter zona hambat 10% pada bakteri Propionibacterium acne dan
Staphylococcus aureus. Hal ini menunjukkan semakin tinggi konsentrasi ektrak
semakin besar daya hambatnya sebagai antimikroba.
Pada tahap ketiga yaitu uji bioautobiografi KLT, bertujuan untuk
menentukan senyawa aktif yang terdapat pada suatu ekstrak tanaman yang
diperoleh dari hasil penotolan pada lempeng kromatografi yang kemudian diuji
efek aktifitas antimikroba pada medium yang terdapat antimikroba. Sebelum
melakukan uji bioautografi KLT adalah nilai Rf ektrak daun Maja pada UV 366
adalah 0,7 sedangkan pada UV 354 adalah 0,8. Pada pengujian bioautografi KLT
tidak terdapat zona hambatan pada pada bakteri Propionibacterium acne dan
Staphylococcus aureus.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak daun Maja (Aegle marmelos L.) kurang efektif dalam menghambat
pertumbuhan bakteri bakteri Propionibacterium acne dan Staphylococcus aureus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brooks, Geo F, dkk. 2008. Mikrobiologi Kedokteran. Surabaya : Universitas


Airlangga.
2. Dorland, W.A. Newman. 2011. Kamus saku Kedokteran Dorland. Penerbit
buku kedokteran. Jakarta : EGC.
3. Sartini,dkk. 2008. Dasar-dasar Mikrobiologi. Makassar : Universitas
Hasanuddin.
4. Natsir, D. 2008. Analisis Mikrobiologi Farmasi. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
5. Anonim. 2014.Tuntunan Praktikum Mikrobiologi Farmasi. Makassar :
Universitas Muslim Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai