Anda di halaman 1dari 135

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuhan Kebidanan Komprehensif merupakan asuhan kebidanan yang

diberikan secara menyeluruh dimulai dari ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir

dan keluarga berencana. Dalam program pemerintah yaitu mengurangi

kemungkinan seorang perempuan menjadi hamil dengan upaya keluarga

berencana, mengurangi kemungkinan seorang perempuan hamil dengan

komplikasi dalam kehamilan, persalinan atau masa nifas dengan melakukan

asuhan antenatal dan persalinan dengan prinsip bersih dan aman, mengurangi

kompliksi persalinan yang berarkhir dengan kematian atau kesakitan melalui

pelayanan obstetrik dan neonatal esensial dasar dan komprehensif. (Saifuddin,

2014)

Menurut World Health Organization (WHO), kematian ibu adalah

kematian seseorang selama kehamilan hingga 42 hari setelah berakhirnya

kehamilan yang disebabkan dengan atau diperberat oleh komplikasi kehamilan

atau penanganannya, kematian ini bukan disebabkan oleh kecelakaan atau cedera.

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator pembangunan

1
2

kesehatan di Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015-2019 dan SDG’s.

Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia jumlah kematian ibu di provinsi Jawa Barat sebanyak 901 jiwa

sedangkan di kota Tasikmalaya sebanyak 7 jiwa. Jumlah Kematian Bayi di

Provinsi Jawa Barat sebanyak 5795 jiwa sedangkan di kota Tasikmalaya

sebanyak 35 jiwa.

Continuity of midwifery care merupakan pelayanan yang dicapai ketika terjalin

hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang

berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu ke waktu yang

membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga kesehatan

profesional. Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal

kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam

minggu pertama postpartum. (Pratami, 2014)

Pelayanan antenatal care terpadu adalah keterpaduan pelayanan antenatal

dengan beberapa program lain yang memerlukan intervensi selama masa

kehamilan. Tujuan dari ANC terpadu ini adalah menyediakan pelayanan yang

komprehensif dan berkualitas, menghilangkan miss opportunity, deteksi dini

kelainan/penyakit/ganguan pada ibu hamil, intervensi dini terhadap kelainan atau

gangguan atau penyakit lain, serta menyediakan rujukan sesuai dengan sistem

yang ada. (Dainty, 2017)


3

Asuhan pada persalinan normal secara umum adalah mengupayakan

kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan

bayinya melalui berbagai upaya yang berintegrasi dan lengkap serta intervensi

minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada

tingkat yang optimal. Asuhan persalinan normal (APN) adalah asuhan yang bersih

dan aman dari setiap tahapan persalinan yaitu mulai dari kala satu sampai dengan

kala empat dan upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pasca

persalinan, hipotermi serta asfiksia pada bayi baru lahir. (JNPK-KR, 2013)

Berdasarkan uraian di atas penulis sebagai calon bidan merasa perlu untuk

melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif salah satunya dengan judul

“Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny. A 37 Tahun di PMB bidan N

Puskesmas Mangkubumi Kota Tasikmalaya” tanggal 27 Agustus - 6 Oktober

2018.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komprehensif pada

kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana Ny. A 37

Tahun menggunakan manajemen varney.

2. Tujuan Khusus

a. Mengumpulkan data subjektif dan objektif Ny. A

b. Menginterpretasi data Ny. A


4

c. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial pada Ny. A

d. Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera berdasarkan kondisi Ny.A

e. Menyusun rencanan asuhan yang menyeluruh pada Ny. A

f. Melakukan pelaksanaan asuhan pada Ny. A

g. Mengevaluasi hasil asuhan pad Ny. A

C. Ruang Lingkup

1. Sasaran

Sasaran pada kasus ini adalah Ny. A 37 tahun G2P1A0 hamil 36-37 minggu.

2. Tempat

Pengambilan kasus dilaksanakan di kecamatan Mangkubumi kota

Tasikmalaya.

3. Waktu

Tanggal 27 Agustus 2018 sampai dengan 6 Oktober 2018.

D. Manfaat

1. Bagi Penulis

Menambah ilmu pengetahuan dan mengaplikasikan teori yang di dapatkan

selama perkuliahan ke dalam kehidupan nyata sehingga mampu mengerti dan

melakukan penatalaksanaan asuhan komprehensif pada ibu hamil, bersalin,

nifas, bayi baru lahir, dan kb.


5

2. Bagi Lahan Praktik

Dapat menjadi bahan masukan bagi lahan praktik dalam rangka meningkatkan

kualitas pelayanan dan pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif pada ibu

hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir, dan kb secara intensif dan kontinu.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber referensi, sumber bacaan dan bahan pengajaran terutama yang

berkaitan dengan asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru

lahir, dan kb sebagai pengembangan ilmu dan studi kepustakaan khususnya

masalah kebidanan sehingga diharapkan lulusannya terampil dalam mengatasi

masalah tersebut.
6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

1. Pengertian

Asuhan kehamilan (antenatal) adalah usaha preventif program

pelayanan kesehatan obstetrik optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan.

(Saifuddin, 2014)

Kehamilan berlangsung selama 40 minggu (10 bulan) dihitung dari

saat hari pertama haid terakhir sampai lahirnya bayi (Mochtar R, 2012).

Dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah proses penyatuan spermatozoa

dan ovum sehingga akan terjadi nidasi yang berlangsung selama 40 minggu

dihitung dari hari pertama haid terakhir hingga bayi lahir.

Asuhan kehamilan bertujuan untuk membantu ibu dalam menyiapkan

aspek fisik, spiritual, sosial dan psikologis dalam menghadapi persalinan dan

nifas. Sasaran utama pemberian asuhan yaitu untuk memastikan bahwa ibu

dan bayinya memiliki kesehatan yang baik pada akhir kehamilan dan

mendeteksi dini adanya komplikasi yang mungkin timbul. (Winkjosastro,

2009)

1. Standar Pelayanan antenatal care

Standar Pelayanan adalah tolak ukur yang dipergunakan sebagai


7

pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan

sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka

pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau, dan terukur. Terdapat

10 standar pelayanan antenatal care, diantaranya :

a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

b. Ukur tekanan darah

c. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

d. Ukur tinggi fundus uteri

e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

f. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid

(TT) bila diperlukan

Imunisasi Selang waktu minimal


Langkah Perlindungan
TT pemberian imunisasi

Langkah awal pembentukan

TT 1 - kekebalan tubuh terhadap

penyakit Tetanus

TT 2 1 bulan setelah TT 1 3 tahun

TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun

TT 4 12 bulan setelah TT 3 10 tahun

TT 5 12 bulan setelah TT 4 ≥ 25 tahun

Tabel 2.1
Waktu Imunisasi Tetanus Toxoid (Kemenkes RI, 2013)
8

g. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

h. Test laboratorium

i. Tatalaksana kasus

j. Temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pascapersalinan (Kemenkes RI,

2015).

2. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologi pada Ibu Hamil Trimester I, II,

dan III.

a. Sistem Reproduksi

Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang

penting meskipun tidak berperan dalam homeostatis dan esensial bagi

kehidupan seseorang. Perubahan organ reproduksi wanita diantaranya :

1) Vagina dan Vulva

a) Trimester I

Pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva mengalami

peningkatan pembuluh darah sehingga nampak semakin merah

dan kebiru-biruan. Selama masa hamil pH sekresi vagina menjadi

lebih asam. Keasaman berubah dari 4 menjadi 6,5, peningkatan

pH membuat wanita hamil lebih rentan terhadap infeksi vagina,

khususnya jamur. (Romauli, 2011)


9

b) Trimester II

Karena hormon estrogen dan progesteron terus meningkat

dan terjadi hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh

darah alat genitalia membesar. Hal ini dapat dimengerti karena

oksigenasi dan nutrisi pada alat-alat genitalia tersebut meningkat.

Peningkatan sensivitas dapat meningkatkan keinginan dan

bangkitan seksual, khususnya pada trimester kedua kehamilan.

(Romauli, 2011)

Peningkatan kongesti ditambah relaksasi dinding

pembuluh darah dan uterus yang berat dapat menyebabkan

timbulnya edema dan varises vulva. Edema dan varises biasanya

membaik selama periode post partum. (Romauli, 2011)

c) Trimester III

Dinding vagina mengalami banyak perubahan yang

merupakan persiapan untuk mengalami peregangan pada waktu

persalinan dengan meningkatnya ketebalan mukosa,

mengendornya jaringan ikat, dan hipertropi sel otot polos.

Perubahan ini mengakibatkan bertambah panjangnya dinding

vagina. (Romauli, 2011)


10

2) Uterus

Gambar 2.1
Besar uterus pada kehamilan

a) Trimester I

Uterus akan membesar pada bulan–bulan pertama karena

dipengaruhi hormon estrogen dan prgesteron. Hypertropi otot

polos uterus dan serabut–serabut kolagen yang adapun menjadi

higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus

dapat mengikuti pertumbuhan janin. Uterus juga mengalami

perubahan berat, bentuk dan posisi dinding–dinding otot menjadi

kuat dan elastis, fundus pada serviks mudah fleksi yang disebut

mc Donald. Setelah minggu ke 8 corpus uteri dan serviks melunak

dan membesar secara keseluruhan. Fundus menekan kandung

kemih, menyebabkan wanita sering mengalami winary frequency

(sering berkemih). (Saryono, 2012)


11

Kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek

dan pada kehamilan 12 minggu kira–kira sebesar telur angsa. Pada

saat ini fundus uteri telah dapat diraba dari luar diatas simfisis.

Pada minggu pertama isthmus uteri mengadakan hypertropi

seperti corpus uteri. Hal ini menyebabkan pada triwulan pertama

isthmus menjadi lebih panjang dan lunak yang disebut tanda

hegar. Perlunakan isthmus uteri pada sambungan serviks dan

corpus ini timbul pada 6 minggu pertama setelah haid terakhir.

(Saryono, 2012)

b) Trimester II

Pada kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi

oleh ruang amnion yang terisi janin dan isthmus menjadi bagian

corpus uteri. Bentuk uterus menjadi bulat dan berangsur–angsur

berbentuk lonjong seperti telur ukurannya kira–kira sebesar kepala

bayi atau tinju orang dewasa. Pada saat ini uterus mulai memasuki

rongga peritoneum. (Saryono, 2012)

c) Trimester III

Pada masa ini isthmus lebih nyata menjadi bagian korpus

uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim (SBR). SBR

akan menjadi lebih lebar dan tipis, tampak batas yang nyata antara
12

bagian atas yang lebih tebal dan segmen bawah yang lebih tipis.

(Saryono, 2012)

Untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar

akibat hipertropi dan hiperplasi otot polos rahim. Serabut-serabut

kolagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi desidua.

Ukuran kehamilan pada cukup bulan adalah 30x25x20 cm dengan

kapasitas lebih dari 4000 cc. (Dewi dan Sunarsih, 2012)

3) Serviks Uteri

Menurut Rustam Mochtar serviks bertambah vaskularisasinya

dan menjadi lunak (soft) yang disebut dengan tanda Goodell.

Kelenjar endoservikal membesar dan mengeluarkan banyak cairan

mukus. Oleh karena penambahan dan pelebaran pembuluh darah,

warnanya menjadi biru kehitaman (livid) yang disebut tanda

Chadwick. (Dewi dan Sunarsih, 2012)

4) Ovarium (Indung telur)

Menurut Rustam Mochtar saat ovulasi terhenti masih terdapat

korpus luteum gradivitas sampai terbentuknya plasenta yang

mengambil alih pengeluaran estrogen dan progesteron (kira-kira pada

kehamilan 16 minggu dan korpus luteum gradivitas berdiameter

kurang lebih 3 cm). (Dewi dan Sunarsih, 2012)


13

5) Segmen Bawah Uterus

Segmen bawah uterus berkembang dari bagian atas kanalis

servikalis setinggi ostium interna bersama-sama isthimus uteri.

Segmen bawah lebih tipis dari pada segmen atas dan menjadi lunak

serta berdilatasi selama minggu-minggu terakhir kehamilan sehingga

memungkinkan segmen tersebut menampung presenting part janin.

Serviks bagian bawah baru menipis dan menegang setelah persalinan

terjadi dengan dipengaruhi oleh hormon estrogen yang rendah

ataupun adanya kerusakan pada Rahim. (Farrer, 2001)

6) Payudara

Menurut Rustam Mochtar, Selama kehamilan payudara

bertambah besar, tegang, dan berat. Dapat teraba nodul-nodul akibat

hipertrofi kelenjar alveoli, bayangan vena-vena lebih membiru.

Hiperpigmentasi pada puting susu dan areola payudara. Apabila

diperas akan keluar air susu (kolostrum) berwarna kuning (Dewi dan

Sunarsih, 2012).

Gambar 2.2
(Perubahan payudara saat kehamilan)
14

Menurut Rustam Mochtar, Perkembangan payudara ini terjadi

karena pengaruh hormon saat kehamilan yaitu estrogen, progesteron,

dan somatomatropin. Menurut Hanifa Wiknjosastro, Fungsi hormon

yang mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI, antara lain

sebagai berikut :

a) Estrogen

(1) Menimbulkan hipertrofi sistem saluran payudara.

(2) Menimbulkan penimbunan lemak dan air, serta garam

sehingga payudara tampak makin besar.

(3) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan

garam menyebabkan rasa sakit pada payudara.

b) Progesteron

(1) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi.

(2) Menambah sel asinus.

c) Somatomatropin

(1) Mempengaruhi sel asinus untuk membuat kasein,

laktalbumin, dan laktoglobulin.

(2) Penimbunan lemak sekitar alveolus payudara. (Pantikawati

dan Saryono, 2012)

Perubahan payudara pada ibu hamil

a) Payudara menjadi lebih besar.


15

b) Areola payudara makin hitam karena hiperpigmentasi.

c) Glandula montgomery makin tampak menonjol di permukaan

areola mamae.

d) Pada kehamilan 12 minggu ke atas dari puting susu akan keluar

cairan putih jernih (kolostrum) yang berasal dari kelenjar asinus

yang mulai bereaksi.

e) Pengeluaran ASI belum terjadi karena prolaktin ini ditekan oleh

PIH (Prolactine Inhibiting Hormone).

f) Setelah persalinan, dengan dilahirkannya plasenta, maka

pengaruh estrogen, progesteron, dan somatomatropin terhadap

hipotalamus hilang sehingga prolaktin dapat dikeluarkan dan

laktasi terjadi. (Pantikawati dan Saryono, 2012)

b. Sistem Perkemihan

Ureter membesar, tonus otot-otot saluran kemih menurun akibat

pengaruh hormon estrogen dan progesteron. Kencing lebih sering

(poliuria), laju filtrasi meningkat hingga 60%-150%. Dinding saluran

kemih bisa tertekan oleh pembesaran uterus, menyebabkan hidroureter

dan mungkin hidronefrosis sementara. Kadar kreatinin, urea dan asam

urat dalam darah mungkin menurun, namun ini dianggap normal.

(Asrinah, dkk, 2010)


16

1) Trimester I

Pada bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan

sehingga sering timbul kencing. Keadaan ini hilang dengan tuanya

kehamilan bila uterus gravidus keluar rongga panggul dan ginjal

wanita harus mengakomodasi tuntutan metabolisme dan sirkulasi

tubuh ibu yang meningkatkan dan juga mengekresi produk sampah

janin. Fungsi ginjal berubah karena adanya hormon kehamilan yaitu

hormon estrogen dan progesteron, peningkatan volume darah, postur

wanita, aktifitas fisik dan asupan makanan. (Romauli, 2011)

Ginjal pada kehamilan sedikit bertambah besar panjang

bertambah 1-1,5 cm, volume renal meningkat 60 ml dari 10 ml pada

wanita yang tidak hamil. Protein urin secara normal disekresikan

200-300 mg/hari, bila melebihi 300 mg/hari maka harus di waspadai

terjadi komplikasi. (Romauli, 2011)

2) Trimester II

Kandung kencing tertekan oleh uterus yang membesar mulai

berkurang, karena uterus sudah mulai keluar dari uterus. Pada

trimester kedua, kandungan kemih tertarik keatas dan keluar dari

panggul sejati kearah abdomen. Uretra memanjang sampai 7,5 cm

karena kandung kemih bergeser kearah keatas. Kongesti panggul


17

pada masa hamil ditujukkan oleh hiperemia kandung kemih dan

uretra. Peningkatan vaskularisasi ini membuat mukosa kandung

kemih menjadi mudah luka dan berdarah. (Romauli, 2011)

3) Trimester III

Pada kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas

panggul keluhan sering kencing akan timbul lagi karena kandung

kencing akan mulai tertekan kembali. Pada kehamilan tahap lanjut

pelvis ginjal kanan dan ureter lebih berdelatasi dari pada pelvis kiri

akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan. Perubahan-perubahan

ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urin dalam

volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urin.

(Romauli, 2011)

c. Sistem Pernapasan

Menurut Rustam Mochtar wanita hamil sering mengeluh sesak dan

napas pendek. Hal ini disebabkan oleh usus yang tertekan ke arah

diafragma akibat pembesaran rahim kapasitas vital meningkat sedikit

selama hamil. Seorang wanita hamil selalu menggunakan napas dada

(thorax breathing). (Dewi dan Sunarsih, 2012)

1) Trimester I

Peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamentum pada

kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada meningkat.


18

Wanita hamil bernapas lebih dalam tetapi frekuensi napasnya hanya

sedikit meningkat. Peningkatan volume pernapasan yang berhubungan

dengan frekuensi napas normal menyebabkan meningkatnya volume

napas 1 menit sekitar 26%. (Romauli, 2011)

Peningkatan volume napas satu menit disebut hiperventilasi

kehamilan, yang menyebabkan konsentrasi karbon dioksida di alveoli

menurun. Selain itu pada kehamilan terjadi juga perubahan sitem

respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi

desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada

umur kehamilan 32 minggu sebagai kompensasi terjadi desakan

rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat. (Romauli, 2011)

2) Trimester II

Karena adanya penurunan tekanan CO2 dan peningkatan kadar

O2 seorang wanita hamil sering mengeluarkan sesak napas sehingga

meningkatkan usaha bernapas. Hal ini disebabkan karena usus-usus

tertekan oleh uterus yang membesar ke arah diafragma, sehingga

diafragma kurang leluasa bergerak. (Romauli, 2011)

3) Trimester III

Pada usia 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus

yang membesar kearah diafgrama sehingga diafragma kurang leluasa


19

bergerak mengakibatkan wanita hamil derajat kesulitan bernapas.

(Romauli, 2011)

d. Sistem Hematologi

Pada kehamilan kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu

peningkatan produksi eritropoietin. Akibatnya, volume plasma bertambah

dan sel darah merah (eritrosit) meningkat. Peningkatan plasma terjadi

dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan dengan peningkatan

eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi hemoglobin (Hb) akibat

hemodilusi.

Anemia fisiologik dalam kehamilan bertujuan menurunkan viskositas

darah maternal sehingga meningkatkan perfusi plasental dan membantu

penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin.

Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke-6 kehamilan dan

mencapai maksimun pada minggu ke-24 kehamilan, tetapi dapat terus

meningkat sampai minggu ke-37. Penurunan hematokrit, konsentrasi

hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke-7

samapi minggu ke-8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke-16

sampai ke-22 ketika titik keseimbangan tercapai.

Pada trimester pertama, konsentrasi Hb tampak menurun, kecuali pada

perempuan yang telah memiliki kada Hb rendah (<11,5 g/dL).

Konsentrasi paling rendah didapatkan pada trimester kedua, yaitu pada


20

usia kehamilan sekitar 30 minggu. Pada trimester ketiga terjadi sedikit

peningkatan Hb, kecuali pada perempuan yang sudah memiliki kadar Hb

tinggi (>14,6 g/dL) pada pemeriksaan pertama (Saifuddin,2010).

Status Kehamilan Hemoglobin (g/dL) Hematokrit (%)


Tidak hamil 12,0 36
Hamil
Trimester I 11,0 33
Trimester II 10,5 32
Trimester III 11,0 33
Tabel 2.2
Nilai batas untuk anemia pada perempuan (Saifuddin,2010)

Kadar Hb (g/dL) Klasifikasi


≥11 Tidak Anemia
9—10,9 Anemia Ringan
7—8,9 Anemia Sedang
≤7 Anemia Berat
Tabel 2.3
Klasifikasi Anemia pada Ibu Hamil (Sohimah, 2008)

Penyebab tersering adalah defisiensi zat-zat nutrisi yang bersifat

multipel dengan manifestasi klinik yang disertai infeksi, gizi buruk, atau

kelainan herediter seperti hemoglobinopati. Namun penyebab mendasar

anemia nutrisional meliputi asupan yang tidak cukup, absorpsi yang tidak

adekuat, bertambahnnya zat gizi yang hilang, kebutuhan yang berlebihan

dan kurangnya utilisasi nutrisi hemopoietik.

Penyebab tersering adalah anemia megaloblastik yang disebabkan oleh

defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12. Sedangkan, penyebab


21

yang jarang ditemui adalah hemoglobinopati, proses inflamasi, toksisitas

zat kimia, dan keganasan (Saifuddin,2010).

e. Sistem Kardiovaskuler

Penurunan tahanan vaskular perifer selama kehamilan terutama

disebabkan karena relaksasi otot polos sebagai akibat pengaruh

hormon progesteron. Penurunan tersebut mengakibatkan penurunan

tekanan darah selama usia kehamilan pertama. Ada sedikit penurunan

pada sistolik (5-10 mmHg) dan diastolik (10-15 mmHg). Tekanan

darah sedikit demi sedikit akan naik ke level sebelum hamil pada saat

usia kehamilan lanjut (aterm).

Perubahan sistem kardiovaskular yang dirasakan ibu hamil

adalah sebagai berikut:

1) Trimester I

Pada akhir trimester I mulai terjadi palpitasi karena

pembesaran ukuran serta bertambahnya curah jantung.Hidung

tersumbat/berdarah karena pengaruh hormon estrogen dan

progesteron terjadi pembesaran kapiler, relaksasi otot vaskular,

serta peningkatan sirkulasi darah.

2) Trimester II dan III

Terjadi edema dependent kongesti sirkulasi pada ekstremitas

bawah karena peningkatan permeabilitas kapiler dan tekanan dari


22

pembesaran uterus pada vena pelvis atau pada vena cava inferior,

gusi berdarah akibat trauma terhadap gusi, dimana karena

pengaruh hormon estrogen, gusi akan sangat vaskular, adanya

perubahan percepatan pergantian pelapis epitel gusi, dan

berkurangnya ketebalan epitel tersebut, hemoroid akibat tekanan

uterus terhadap vena hemoroidal, hipotensi supinasi karena

tertutupnya aliran darah di vena cava inferior, timbul spider nevi

dan palmar eritema karena meningkatnya aliran darah ke daerah

kulit.

f. Sistem Pencernaan

Perubahan sistem pencernaan yang dirasakan ibu hamil adalah sebagai

berikut:

1) Trimester I

Penurunan mutlitas otot polos pada trakts digestifus dan

penurunan sekresi asam hidroklorid da peptin di lambung sehingga

akan menimbulkan gejala berupa pyrosis yang disebabkan oleh

refleks asam lambung ke esofagus bawah sebagai akibat perubahan

posisi lambung dan menurunnya tonus sfingter esofagus bagaian

bawah.

Mual terjadi akibat penurunan asam hidro klorid dan penurunan

motilitas, serta konstipasi sebagai akibat penurunan motilitas usus


23

besar.Mual yang sering terjadi pada pagi hari disebut “morning

sickness”.

2) Trimester II

Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron

yang meningkat, perut kembung juga terjadi karena adanya tekanan

uterus yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-

organ dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah

atas dan lateral, wasir cukup sering pada kehamilan yang sebagian

besar akibat konstipasi dan naiknya tekanan vena-vena di bawah

uterus termsuk hemorrhoid, panas perut terjadi karena terjadinya

aliran balik asam gas ke dalam esofagus bagian bawah.

3) Trimester III

Konstipasi karena pengruh hormon progesteron yang meningkat.

Perut kembung juga terjadi karena adanya adanya tekanan uterus

yang membesar dalam rongga perut yang mendesak organ-organ

dalam perut khususnya saluran pencernaan, usus besar, ke arah atas

dan lateral.

3. Pemeriksaan Ibu Hamil

Berikut adalah kegiatan yang dilakukan pada pemeriksaan ibu hamil :

a. Anamnesa

Suatu kegiatan wawancara antara pasien/keluarga pasien dan dokter


24

atau tenaga kesehatan lainnya yang berwenang untuk memperoleh

keterangan-keterangan tentang keluhan dan penyakit yang diderita pasien.

1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, pendidikan,

pekerjaan, golongan darah dan alamat.

2) Anamnesa umum:

a) Tentang keluhan- keluhan, nafsu makan, tidur, miksi, defekasi,

perkawinan, dan sebagainya.

b) Tentang haid, kapan haid terakhir (HT). Bila hari pertama haid

terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalinan

memakai rumus Naegele: hari + 7, bulan – 3, dan tahun + 1

c) Tentang kehamilan, persalinan, keguguran, dan kehamilan ektopik

atau kehamilan mola sebelumnya.

b. Inspeksi dan pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik, meliputi : tekanan darah,

nadi, suhu, pernapasan jantung, paru-paru dan sebagainya.

c. Palpasi

Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba nadi, kulit, perut dan

bagian tertentu pada tubuh. Ibu hamil diminta untuk berbaring terlentang,

kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa

berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah


25

palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi

perut menentukan:

1) Besar dan konsistensi rahim

2) Bagian-bagian janin, letak, presentasi

3) Gerakan janin

4) Kontraksi rahim Braxton Hicks dan His

Manuver palpasi menurut Leopold:

1) Leopold I

a) Pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus

c) Konsistensi uterus

2) Leopold II

a) Menentukan batas samping rahim kanan-kiri

b) Menentukan letak punggung janin

c) Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

3) Leopold III

a) Menentukan bagian terbawah janin

b) Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang

4) Leopold IV

a) Pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil.


26

b) Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan seberapa jauh

sudah masuk pintu atas panggul.

d. Perkusi

Perkusi adalah teknik pengkajian yang dihasilkan bunyi dengan

mengetuk dinding dada dengan tangan. Pada pemeriksaan kehamilan tidak

begitu banyak artinya, kecuali bila ada indikasi.

e. Auskultasi

Auskultasi adalah keterampilan untuk mendengar suara tubuh pada

paru-paru, jantung, pembuluh darah dan bagian dalam/viscera abdomen.

Pada pemeriksaan kehamila menggunakan stetoskop monoaural (stetoskop

obstetrik) untuk mendengarkan denyut jantung janin. Yang dapat kita

dengarkan adalah:

1) Dari janin:

a) DJJ pada minggu ke 16

b) Bising tali pusat

c) Gerakan dan tendangan janin

2) Dari ibu:

a) Bising rahim

b) Bising aorta

c) Peristaltik usus
27

f. Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang-

kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali pada

akhir kehamilan. (Mochtar, 2013)

4. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Kehamilan

a. Data Subjektif

1) Identitas Klien

2) Alasan kunjungan saat ini

3) Keluhan utama

4) Riwayat obstetri (riwayat haid, riwayat kehamilan-persalinan-nifas yang

lalu, riwayat kehamilan sekarang)

5) Riwayat KB

6) Riwayat Kesehatan

7) Riwayat Perkawinan

8) Riwayat Psikososial, Spiritual, Ekonomi

9) Riwayat Pola Kebiasaan Sehari-hari

b. Data Objektif

Meggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien, hasil

lab, dan hasil tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk

mendukung assessment. Tanda gejala objektif yang diperoleh dan hasil

pemeriksaan (tanda KU, vital sighn, pemeriksaan fisik head to toe,


28

pemeriksaan khusus, pemeriksaan kebidanan, pemeriksaan dalam,

laboratorium dan pemeriksaan penunjang). Pemeriksaan dengan inspeksi,

palpasi, auskultasi dan perkusi.

c. Analisa Data

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan.

Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik

subjektif maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah pisah,

maka proses pengkaian adalah suatu proses yang dinamik.

d. Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assement SOAP untuk perencanaan, implementasi dan

evaluasi dimasukan dalam “A”.

B. Persalinan

1. Definisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri)

yang telah cukup bulan (37-42 minggu) atau hidup di luar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam, tanpa

komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. (Machmudah, 2010)


29

Persalinan adalah proses alami yang akan berlangsung dengan

sendirinya, tetapi persalinan pada manusia setiap saat terancam penyulit yang

membahayakan ibu maupun janinnya sehingga memerlukan pengawasan,

pertolongan, dan pelayanan dengan fasilitas yang memadai. (Manuaba, 2009)

Persalinan berlangung secara alamiah, tetapi tetap diperlukan

pemantauan khusus karena setiap ibu memiliki kondisi kesehatan yang

berbeda-beda,sehingga dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada

saat persalinan. Selain itu, selama kehamilan ataupun persalinan dapat terjadi

komplikasi karena kesalahan penolong dalam persalinaan, baik tenaga non-

kesehatan seperti dukun ataupun tenaga kesehatan khususnya bidan.

(Wahyuni, 2014)

Berdasarkan pengertian diatas, persalinan adalah suatu proses alamiah

yang dialami oleh ibu hami berupa pengeluaran hasil konsepsi melalui jalam

lahir yang normalnya pada usia kehamilan 37-42 minggu.

2. Jenis Persalinan

Berdasarkan caranya, persalinan dapat dikelompokan dalam 4 cara, yaitu:

a. Persalinan normal adalah proses kelahiran janin pada kehamilan cukup

bulan (aterm, 37-42 minggu), pada janin letak memanjang, presentasi

belakang kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh

proses kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa

tindakan/pertolongan buatan dan tanpa komplikasi.


30

b. Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi jika kekuatan yang

diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan

rangsangan, yaitu merangsang otot rahim berkontraksi seperti dengan

menggunakan prostaglandin, oksitosin, atau memecahkan ketuban.

c. Persalinan tindakan adalah persalinan yang tidak dapat berjalan normal

secara spontan atau tidak berjalan sendiri, oleh karena terdapat indikasi

adanya penyulit persalinan sehingga persalinan dilakukan dengan

memberikan tindakan menggunakan alat bantu.

3. Faktor-faktor yang berperan dalam proses persalinan

Menurut Manuaba (2009), terdapat lima faktor yang mempengaruhi

proses persalinan, yaitu :

a. Power (kekuatan) ibu melakukan kontraksi involunteer dan volunteer

secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.

Kontraksi involunteer disebut kekuatan primer, menandai dimulainya

persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk

mendorong yang disebut kekuatan sekunder, yang memperbesar

kekuatan kontraksi involunter.

b. Passage (jalan lahir), meliputi jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu

bagian tulang yang padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina,

c. Passanger (penumpang), meliputi janin.


31

4. Tanda-tanda Persalinan

Menurut Mochtar, tanda-tanda persalinan diantaranya :

a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lender bercampur darah (show) yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks

c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada

5. Tanda Bahaya Persalinan

a. Ketuban pecah dini

Normalnya ketuban pecah beberapa saat sebelum melahirkan. Jika

sebelum tanggal perkiraan persalinan ibu telah merasa keluarnya cairan

dalam jumlah banyak dari kemaluan segeralah ke tenaga kesehatan,

karena ketuban pecah dini meningkatkan resiko terjadinya infeksi.

b. Perdarahan

Perdarahan pada kehamilan lanjut (usiakehamilan >20 minggu)

meskipun sangat sedikit dapat merupakan ancaman bagi ibu dan janin.

c. Pergerakan janin berkurang

Berkurang atau hilangnya pergerakan janin dapat merupakan suatu

tanda gawat janin yang dapat berakhir dengan kematian janin. Karena

itu sebaiknya ibu mengerti cara menghitung pergerakan janin dalam satu

hari, dan segera ke tenaga kesehatan jika menduga pergerakan janin


32

berkurang. Pemantauan pergerakan janin harus sudah dimulai sejak

awal, yakni sejak ibu merasa pergerakan janinnya, karena ibu sendirilah

yang paling tahu dan mungkin mendeteksi kesehatan janinnya, bisanya

memperhatikan gerakan janin setiap hari, dianjurkan untuk

memperhatikannya pada malaam hari, saat itu janin sedang ’bangun’.

Caranya : ibu berbaring ( malam hari dan menghitung gerakan janin

selama 20 menit. Janin yang sehat akan bergerak lebih dari 5 kali dalam

20 menit. Apabila ini terjadi, janin ibu akan baik selama 24 jam

berikutnya sehingga dengan memantau gerakan janin ibu dapat

memprediksi kesehatan janin setidaknya 24 jam kedepan. Apabila janin

bergerak kurang dari 5 kali dalam 20 menit segera hubungi tenaga

kesehatan untuk mendapatkan pemantauan yang lebih akurat dengan

cara NST (Non Stress Test).

d. Tekanan darah meningkat

Tekanan darah meningkat tanpa pemeriksaan tekanan darah sulit

diketahui, tetapi apabila ibu merasa bengkak pada kaki yang tidak hilang

setelah diistirahatkan, bengkak pada punggung tangan, bengkak pada

kelopak mata atau bagian tubuh lainnya segera hubungi tenaga

kesehatan karena kemungkinan terancam pre-eklampsi (keracunan

kehamilan).
33

6. Tahapan Persalinan

a. Kala I (Pembukaan)

Kala satu persalinan didefinisikan sebagai permulaan kontraksi

persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif

dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10cm). Hal ini dikenal

sebagai tahap pembukaan serviks. (Varney, 2007)

Lama kala 1 pada primigravida berlangsung sekitar 12 jam dan

pada multigravida berlangsung sekitar 8 jam. Pasien dikatakan dalam

persalinan kala I jika sudah terjadi pembukaan servik dan kontaksi

teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah

kala pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. (Sulistyowati,

2010)

` Persalinan kala I dibagi menjadi dua fase, yaitu :

1) Fase Laten

Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm, berlangsung

dalam 7- 8 jam.

2) Fase Aktif

Berlangsung selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase


34

a) Periode akselerasi: berlangsung selama 2 jam, pembukaan

menjadi 4 cm

b) Periode dilatasi maksimal: berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm

c) Periode deselerasi: berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap (Sulistyowati, 2010).

Tabel berikut menguraikan frekuensi minimal penilaian dan

intervensi. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda komplikasi atau

perubahan kondisi, penilaian harus dilakukan lebih sering.

Parameter Frekuensi Pada Frekuensi Pada

Fase Laten Fase Aktif

Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam

Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam

Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit

Denyut jantung Setiap 1 jam Setiap 30 menit

janin

Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit

Pembukaan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*


35

serviks

Penurunan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

Warna cairan Setiap 4 jam* Setiap 4 jam*

amnion

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

Tabel 2.4
Frekuensi minimal penilan dan intervensi dalam persalinan normal
(Kemenkes RI, 2013)
3) Tata laksana

a) Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan,

dan kesakitan.

(1) Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

(2) Berikan informasi mengenai proses dan kemajuan

persalinannya

(3) Dengarkan keluhannya dan cobalah untuk lebih sensitif

terhadap perasannya

b) Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang

dapat diberikan yaitu:

(1) Lakukan perubahan posisi

(2) Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di

tempat tidur sebaiknya dianjurkan tidur miring ke kiri

(3) Sarankan ibu untuk berjalan


36

(4) Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk

memijat atau menggosok punggungnya di antara kontraksi

(5) Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai

kesanggupannya

(6) Ajarkan kepadanya teknik bernafas; ibu diminta untuk

menarik nafas panjang, menahan nafasnya sebentar kemudian

dipelaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa

kontraksi

c) Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara

lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang

lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu.

d) Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi

serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil pemeriksaan

e) Membolehkan ibu untuk mandi atau membasuh sekitar

kemaluannya setelah buang air kecil atau besar

f) Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi

dengan cara:

(1)Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

(2)Menggunakan kipas biasa

(3)Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya


37

g) Untuk memenuhi kebutuhan energy dan mencegah dehidrasi,

berikan cukup minum

h) Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

i) Pasang infus intravena untuk pasien dengan:

(1)Kehamilan lebih dari 5

(2)Hemoglobin ≤9 g/dL atau hematokrit ≤27 %

(3)Riwayat gangguan perdarahan

(4)Sungsang

(5)Kehamilan ganda

(6)Hipertensi

(7)Persalinan lama

j) Pemeriksaan Dalam

(1)Vaginal Toucher (VT)

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui:

(1)Bagian terbawah janin

(2)Bila bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan

posisi UUK, UUB, dagu, hidung, orbita, mulut, dan

sebagainya

(3)Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber

ischii
38

(4)Pembukaan serviks, turunnya bagian terendah janin, kaput

suksedaneum, dan sebagainya

(5)Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan

panggul

(6)Pelvimetri klinik: Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk

dan jari tengah dengan mencoba meraba promontorium. Bila

teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu

telunjuk dikeluarkan dan diukur.

Pemeriksaan dalam sebaiknya dilakukan setiap 4 jam

selama kala I pada persalinan, dan setelah selaput ketuban

pecah. Gambarkan temuan-temuan yang ada pada partograf

k) Isi dan letakkan partograf di samping tempat tidur atau di dekat

pasien

l) Persiapkan rujukan jika terjadi komplikasi.

b. Kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama

2 jam dan pada multipara 1 jam. (Rohani dkk, 2011)

1) Tatalaksana

a) Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan:

(1) Mendampingi ibu agar merasa nyaman


39

(2) Menawarkan minum, mengipasi, dan memijat ibu

b) Menjaga kebersihan diri:

(1) Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi

(2) Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan.

c) Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu.

d) Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau

ketakutan ibu, dengan cara:

(1)Menjaga privasi ibu,

(2)Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

(3)Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan

keterlibatan ibu.

e) Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dapat dipilih

posisi berikut:

(1) Jongkok

(2) Menungging

(3) Tidur miring

(4) Setengah duduk

(5) Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri,

mudah mengedan, kurangnya trauma vagina dan perineum dan

infeksi.
40

f) Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu dianjurkan berkemih

sesering mungkin

g) Memberikan cukup minum: memberi tenaga, dan mencegah

dehidrasi

c. Kala III

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan

lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. (Rohani dkk, 2011)

1) Tatalaksana

a) Beritahukan kepada ibu bahwa penolong akan menyuntikkan

oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik

b) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, berikan suntikan oksitosin

10 unit IM di sepertiga paha atas bagian distal lateral

c) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali

pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada

asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem

penjepit, dorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan

penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama

d) Potong dan ikat tali pusat

e) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi.

Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu


41

bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut

ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan

posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. Selimuti ibu dan bayi

dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi

f) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5—10 cm dari vulva

g) Letakkan satu tangan di atas kain yang ada diperut ibu, tepat di tepi

atas simpisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang

lain

h) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah dorso—kranial

secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversio uteri

i) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta

terlepas, lalu minta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti

poros jalan lahir dengan tetap melakukan tekanan dorso—kranial

j) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan

k) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan

masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus

berkontraksi (fundus teraba keras)


42

l) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh

m) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan

penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

d. Kala IV

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah

proses tersebut (Rohani dkk, 2011).

1) Tatalaksana

a) Patikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam

b) Celupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam

larutan klorin 0,5%, bersihkan noda darah dan cairan tubuh,

lepaskan secara terbalik dan rendam sarung tangan dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci tangan dengan sabun dan air

bersih mengalir, keringkan tangan dengan tissu atau handuk pribadi

yang bersih dan kering

c) Pastikan kandung kemih kosong

d) Ajarkan ibu/keluarga dengan melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

e) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

f) Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik


43

g) Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

h) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%

untuk dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan

setelah didekontaminasi

i) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

j) Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan

menggunakan air DTT. Bersihkan cairan ketuban, lendir dan darah

diranjang atau sekitar ibu berbaring. Bantu ibu mengenakan pakaian

yang bersih dan kering

k) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan

keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya

l) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

m) Celupkan sarung tangan kotor kedalam klorin 0,5%, balikan bagian

dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit

n) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan tangan dengan tisu atau handuk bersih dan kering

o) Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan pemeriksaan

fisik bayi
44

p) Dalam satu jam pertama, beri salep atau tetes mata profilaksis

infeksi, vitamin K1 1 mg secara Intramuskular di paha kiri bawah

lateral, pemeriksaan bawah fisik bayi baru lahir, pernafasan bayi

(normal 40—60 kali/menit) dan temperatur tubuh (normal 36,5—

37,5°C) setiap 15 menit

q) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 sertakan suntikan imunisasi

Hepatitis B dipaha kanan bawah lateral. Letakkan bayi didalam

jangkauan ibu agar sewaktu-waktu dapat disusukan

r) Lepaskan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dalam

keadaan terbalik dan rendam selama 10 menit

s) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian

keringkan dengan tisu atau handuk pribadi yang kering dan bersih

t) Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV

persalinan

C. Nifas

1. Pengertian

Nifas adalah darah yang keluar dari rahim yang disebabkan

melahirkan atau setelah melahirkan. Darah nifas merupakan darah yang

tertahan dan tidak bisa keluar dari rahim selama hamil. Ketika melahirkan

darah tersebut keluar sedikit demi sedikit.


45

Puerperium (masa nifas atau postpartum) berasal dari bahasa Latin,

yaitu dari kata “puer” yaitu “bayi” dan “parous” yang berarti “melahirkan”.

Puerperium adalah masa pemulihan ibu, yang dimulai dari saat persalinan

selesai sampai alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.

2. Klasifikasi Masa Nifas

Menurut potensi bahaya yang bisa terjadi pada ibu, periode masa nifas

dibagi menjadi tiga sebagai berikut:

a. Periode immediate postpartum (hari pertama) yaitu masa segera setelah

plasenta lahir sampai dengan 24 jam berikutnya. Pada masa ini sering

terjadi masalah seperti perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu,

secara teratur harus dilakukan pemeriksaan pada kontraksi uterus,

pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu ibu.

b. Periode early postpartum (minggu pertama). Pada masa ini involusi uterus

harus dipastikan dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak

berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan,

serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode late postpartum (minggu kedua-minggu keenam), adalah masa bagi

perawatan dan pemeriksaan kondisin sehari-hari, serta konseling KB. Pada

masa ini juga terjadi perubahan secara bertahap pada kondisi fisik ibu.
46

Menurut proses pemulihan ibu, masa nifas dibagi dalam tiga periode yaitu:

a. Puerperium dini yaitu kepulihan di mana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan.

b. Puerperium intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia

yang lamanya 6-8 minggu.

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan bagi ibu untuk pulih

dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan

mempunyai komplikasi. Waktu pemulihan ini bisa beberapa minggu,

beberapa bulan, atau beberapa tahun, tergantung komplikasi yang dialami

ibu. (Federal, Edyanna. 2013)

3. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a. Sistem Reproduksi

Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun

perubahan fisik yang terjadi adalah pada masa nifas, alat genetalia external

dan internal akan berangsur–angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil.

b. Perubahan vulva vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan dan peregangan yang sangat

besar selama melahirkan bayi. Dalam beberapa hari pertama sesudah

proses tersebut, kedua oran ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah

tiga minggu vulva dan vagina kembali dalam keadaan tidak hamil

sementara labia menjadi lebih menonjol.


47

Pada masa nifas biasanya terdapat luka-luka jalan lahir. Luka pada

vagina umumnya tidak seberapa luas dan akan sembuh secara perpriman

(sembuh dengan sendirinya), kecuali apabila terdapat infeksi. Infeksi

mungkin menyebabkan sellulitia yang dapat menjalar sampai terjadi sepsis

(Purwati, Eni. 2012)

c. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

posnatal hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dibandingkan keadaan sebelum

melahirkan. (Federal, Edyanna. 2013) Perubahan pada serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan

bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman,

konsistensinya lunak, terkadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil.

Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah dua jam

serviks dapat dilalui 2-3 jari, dan setelah tujuh hari hanya dapat dilalui satu

jari. Pada enam minggu dari saat persalinan, serviks akan menutup

d. Perubahan Pada Uterus

Perubahan pada masa nifas yang paling dominan adalah involusi

uterus atau pengerutan uterus. Dalam proses ini uterus secara berangsur-

angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti keadaan


48

sebelum hamil. Proses yang melatar belakangi terjadinya involusi uterus

adalah sebagai berikut:

1) Autolisis, yaitu proses penghancuran diri sendiri yang terjadi dalam

otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekan jaringan otot uterus

yang telah mengendur akibat perubahan panjang 10 kali lipat dan lebar

lima kali lipat yang terjadi selama kehamilan.

2) Terdapat polymorph phagocytes dan makrofag di dalam sistem

vaskular dan sistem limfatik.

3) Efek oksitosin (bekerjanya oksitosin), yang menyebabkan terjadinya

kontraksi dan retraksi otot uteri. Hal ini akan menekan pembuluh darah

sehingga mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses

ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta,

serta mengurangi perdarahan.

Perubahan pada ukuran uterus yang terjadi selama persalinan dan masa

nifas adalah sebagai berikut:

1) Saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat dengan berat uterus 1000

gram.

2) Pada akhir kala III persalinan, tinggu fundus uteri teraba dua jari

bawah pusat dengan berat uterus 750 gram.

3) Pada satu minggu postpartum, tinggi fundus uteri teraba pertengahan

pusat simfisis dengan berat uterus 500 gram.


49

4) Pada dua minggu postpartum, tinggi fundus uteri tidak teraba di atas

simfisis dengan berat uterus 350 gram.

5) Pada enam minggu postpartum, fundus uteri bertambah kecil dengan

berat uterus 50 gram.

Perubahan uterus pada masa nifas :

Bobot Diameter
Masa Nifas Palpasi Serviks
Uterus Uterus

Akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak

Akhir minggu ke-I 450 gram 7,5 cm 2 cm

Akhir minggu ke-II 200 gram 5,0 cm 1 cm

Akhir minggu ke-VI 60 gram 2,5 cm Menyempit

Tabel 2.5
(Perubahan uterus pada masa nifas)

Tinggi fundus uteri (TFU) dan berat uterus selama masa involusi

Masa Involusi Tinggi Fundus Uteri (TFU) Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi umbilicus 1000 gram

1 minggu Pertengahan pusat-simfisis 750 gram

2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 500 gram


50

6 minggu Normal 50 gram

8 minggu Normal seperti sebelum hamil 30 gram

Tabel 2.6
(Tinggi fundus uteri (TFU) dan berat uterus selama masa involusi)
Berkurangnya ukuran uterus tidak mempengaruhi jumlah otot sel

yang terdapat di uterus. Perubahan darah uterus yangg besar pada masa

kehamilan sudah tidak diperlukan lagi pada masa nifas, karena uterus

pada kondisi tidak hamil permukaannya tidak lagi luas dan besar yang

memerlukan banyak darah. Pembuluh darah uterus akan menua,

kemudian menjadi hilang disertai dengan penyerapan kembali endapan-

endapan hialin, sehingga dianggap telah digantikan dengan pembuluh

darah baru yang lebih kecil. (Federal, Edyanna. 2013)

e. Lochea

Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari desidua yang

mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik (layu/mati). Desidua

yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara

darah dan desidua tersebut dinamakan lochea.

Lochea adalah sekresi cairan selama masa nifas dan bersifat basa

atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat

daripada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochea

mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat


51

dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Biasanya lokia lebih

sedikit saat ibu berbaring dan lebih banyak saat berdiri. Jumlah rata-rata

pengeluaran lokia adalah berkisar 240-270 mL per-hari. (Federal,

Edyanna 2013)

Lochea terbagi menjadi 4 jenis yaitu:

1) Lochea Rubra : Berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel-sel

dari desidua, verniks kaseosa, lanugo dan mekonium. Lochea ini

akan keluar selama 2 sampai 3 hari postpartum.

2) Lochea Sanguinolenta : Berwarna merah kuning berisi darah dan

lendir hari ke 3-7 pasca persalinan.

3) Lochea Serosa : berwarna merah jambu kemudian menjadi kuning,

cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan.

4) Lochea Alba : cairan berwarna putih yang keluar setelah 2 minggu,

terdiri atas leukosit dan sel-sel desidua.

f. Diastasis Rekti

Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari

2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat

pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan

mekanis dinding abdomen. Pemeriksaan diastasis rektus abdominalis

1) Posisikan pasien berbaring tanpa bantal dikepala


52

2) Letakkan tangan kanan merapat dibawah umbilicus tengah abdominal

dengan ujung jari telunjuk dibawah umbilicus dan tangan kiri

dengan jari merapat di atas simfisis.

3) minta pasien mengangkat kepala dan berusaha meletakkan dagunya

di daerah antara payudara fungsi supaya otot aabdominal

mengencang. Tempat tidur pastikan pasien tidak menekan dagu pada

klavikula, tangan tidak menekan dan mensengkram kasur dan tempat

tidur.

4) Tangan bidan akan merasakan otot abdominal sperti 2 pita karet,

arahkan kedua tangan kegaris tengah darin 2 otot jika ada diastasis

maka akan terasa batas yang tegas.

5) Ukur jarak kedua otot tersebut dengan satuan jari tangan

6) Letakkan kedua tangan dengan punggung tangan berhadapan untuk

memebri tanda batas diatasis otot, posis kedua tangan dipertahankan.

7) Minta pasien untuk menurunkan kepala dan rileks kembali.

8) Ukur kembali jarak kedua otot dengan cara yang sama.

9) Dokumentasikan hasisl pemeriksaan dengan hasil=diastasis 2/5 jari

(artinya 2 jari saat kontrksi dan 5 jari saat rilkes)

4. Kunjungan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan 4 kali untuk menilai

status ibu dan BBL juga untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
53

masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas (Saifuddin, 2013).

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

1 6-8 jam § Mencegah perdarahan § Memantau tekanan darah,

setelah masa nifas karena atonia nadi, suhu, tinggi fundus

persalina uteri uteri, kantung kemih dan

n § Mendeteksi dan merawwat pendarahan pervaginam

penyebab lain perdarahan: § Mengajarkan ibu dan

rujuk jika perdarahan keluarganya bagaimana

berlanjut menilai tonus dan pendarahan

§ Memberikan konseling uterus dan bagaimana

pada ibu atau salah satu melakukan pemijatan jika

anggota keluarga uterus lembek dengan cara

bagaimana mencegah memijat atau memutar perut

perdarahan masa nifas selama 15 kali.

§ Pemberian ASI awal § Menganjurkan ibu untuk

§ Melakukan hubungan segera memberikan ASI pada

antara ibu dan bayi baru bayinya

lahir § Meenjaga kehangatan pada

§ Menjaga bayi tetap hangat bayi dengan cara selimuti


54

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

dengan mencegah Bayi

hipotermia § Menganjurkan ibu untuk

§ Jika petugas kesehatan segera memberikan ASI pada

menolong persalinan, ia bayinya

harus tinggal dengan ibu § Menganjurkan ibu untuk

dan bayi baru lahir untuk mobilisasi dini

jam pertama kelahiran, § Menganjurkan ibu untuk

atau sampai ibu dan bayi menempatkan bayinya di

dalam keadaan stabil. tempat tidur yang sama

2 6 hari § Memastikan involusi § Memantau tekanan darah,

setelah uterus berjalan normal: nadi, suhu, tinggi fundus

persalina uterus berkontraksi dengan uteri, kantung kemih dan

n baik, fundus di bawah pendarahan pervaginam

umbilicus, tidak ada § Memantau keadaan ibu suhu

perdarahan abnormal tubuh

§ Menilai adanya tanda- § Menganjurkan ibu untuk

tanda demam makan-makanan yang

§ Memastikan ibu mengandung protein, banyak


55

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

mendapatkan cukup cairan, saturan dan buah-

makanan, cairan dan buahan dan minuman

istirahat sedikitnya 3 liter air setiap

§ Memastikan ibu menyusui hari

dengan baik dan tidak § Menganjurkan ibu untuk

memperlihatkan tanda- menyusui bayinya setiap 2

tanda pan kenyulit jam, siang malam dengan

§ Memberikan konseling lama menyusui 10-15 menit

pada ibu mengenai asuhan di setiap payudara

pada bayi, tali pusat, § Menganjurkan ibu agar

menjaga bayi tetap hangat istirahat cukup untuk

dan merawat bayi sehari- mencegah kelelahan yang

hari berlebihan.

§ Menganjurkan ibu untuk

menjaga payudara tetap

bersih dan kering. Terutama

putting susu,Menganjurkan

ibu untuk memakai BH yang


56

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

menyongkong payudara

§ Menganjurkan ibu untuk

menyusui bayinya setiap 2

jam, siang dan malam hari

dengan lama menyusui 10-15

menit di setiap payudaranya.

§ Melakukan imunisasi BCG

3 2 minggu § Sama seperti di atas (6 hari § Memantau tekanan darah,

setelah setelah persalinan) nadi, suhu, tinggi fundus

persalina uteri, kantung kemih dan

n pendarahan pervaginam

§ Memantau keadaan ibu suhu

tubuh

§ Menganjurkan ibu untuk

makan-makanan yang

mengandung protein, banyak

cairan, saturan dan buah-

buahan dan minuman


57

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

sedikitnya 3 liter air setiap

hari

§ Menganjurkan ibu untuk

menyusui bayinya setiap 2

jam, siang malam dengan

lama menyusui 10-15 menit

di setiap payudara

§ Menganjurkan ibu agar

istirahat cukup untuk

mencegah kelelahan yang

berlebihan.

§ Menganjurkan ibu untuk

menjaga payudara tetap

bersih dan kering. Terutama

putting susu, Menganjurkan

ibu untuk memakai BH yang

menyongkong payudara

§ Menganjurkan ibu untuk


58

Kun

jung Waktu Tujuan Penatalaksanaan

an

menyusui bayinya setiap 2

jam, siang dan malam hari

dengan lama menyusui 10-15

menit di setiap payudaranya.

§ Melakukan imunisasi BCG

4 6 minggu § Menanyakan pada ibu § Memeriksa tekanan darah,

setelah tentang penyulit-penyulit nadi, suhu, tinggi fundus dan

persalina yang ia atau bayi alami pengeluaran pervaginam

n § Memberikan konseling § Memberitahukan pada ibu

untuk KB secara dini bahwa aman untuk memulai

hubungan suami istri kapan

saja ibu siap

§ Menganjurkan ibu dan suami

untuk memakai alat

kontrasepsi dan menjelaskan

kelbihan, kekurangan, dan

efek sampingnya.

Tabel 2.7
(Kunjungan Nifas, DEPKES RI, 2009)
59

D. Bayi Baru Lahir

1. Pengertian

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan

37- 42 mingguatau 294 hari dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan

4000 gram, bayi baru lahir (newborn atau neonatus) adalah bayi yang baru di

lahirkan sampai dengan usia empat minggu. (Wahyuni, 2012)

Bayi merupakan manusia yang baru lahir sampai umur 12 bulan,

namun tidak ada batasan yang pasti.Menurut psikologi, bayi adalah periode

perkembangan yang panjang dari kelahiran hingga 18 atau 24 bulan. Asuhan

tidak hanya diberikan kepada ibu, tapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru

lahir (BBL). Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu,

tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan (Bayi)

maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila

selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal.

Memberikan asuhan yang segera, aman, dan bersih untuk BBL

merupakan bagian esensial asuhan BBL. Bayi cukup bulan adalah bayi yang

dilahirkan setelah usia kehamilan genap mencapai 37 minggu dan sebelum

usia kehamilan genap mencapai 41 minggu. (Williamson, 2014)

2. Ciri-ciri Bayi Normal

a. Berat badan 2500-4000 gram.

b. Panjang badan lahir 48-52 cm.


60

c. Lingkar dada 30-38 cm.

d. Lingkar kepala 33-35 cm .

e. Bunyi jantung dalam menit-menit pertama kira-kira 180×/menit,

kemudian menurun sampai 120-140×/menit.

f. Pernafasan pada menit-menit pertama kira-kira 80x/menit, kemudian

menurun setelah tenang kira-kira 40×menit.

g. Kulit kemerah- merahan dan licin karena jaringan subkutan yang

cukup terbentuk dan diliputi vernix caseosa,Kuku panjang .

h. Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala biasanya telah

sempurna.

i. Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora (pada

perempuan), testis sudah turun (pada laki-laki).

j. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

k. Refleksmoro sudah baik: bayi bila dikagetkan akan memperlihatkan

gerakan seperti memeluk.

l. Refleks grasping sudah baik: apabila diletakkan suatu benda diatas

telapak tangan, bayi akan menggengam / adanya gerakan refleks.

m. Refleks rooting/mencari puting susu dengan rangsangan tektil pada

pipi dan daerah mulut Sudah terbentuk dengan baik.

n. Eliminasi baik: urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam

pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan. (Saleha, 2012)


61

3. Tahapan Bayi Baru Lahir

a. Tahap I: terjadi segera setelah lahir, selama menit- menit pertama

kelahiran. Pada tahap ini digunakan sistem skoring apgar untuk fisik dan

scoring gray untuk interaksi bayi dan ibu.

b. Tahap II: di sebut transisional reaktivitas. Pada tahap II

dilakukanpengkajian selama 24 jam pertama terhadap adanya perubahan

perilaku.

c. Tahap III: disebut tahap periodik, pengkajian dilakukan setelah 24 jam

pertama yang meliputi pemeriksaan seluruh tubuh. (Saleha, 2012)

4. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus merupakan kontal bayi baru lahir dengan petugas

kesehatan minimal 3 kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan

kesehatan baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan

desa, polindes dan kunjungan rumah.

Kunjungan Penatalaksanaan

Kunjungan 1. Mempertahankan suhu tubuh bayi

Neonatal ke-1 Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam

(KN 1) dilakukan dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis

dalam kurun dan jika suhunya 36.5oC. Bungkus bayi dengan kain

waktu 6-48 jam yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup

setelah bayi lahir.2. Pemeriksaan fisik bayi


62

Kunjungan Penatalaksanaan

a. Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk

pemeriksaan

b. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan

lakukan pemeriksaan

c. Mata :. Tanda-tanda infeksi

d. Hidung dan mulut : Bibir dan langitan diperiksa

adanya sumbing. Refleks hisap, dilihat pada saat

menyusu

e. Telinga : Periksa dalam hubungan letak dengan mata

dan kepala

f. Leher : Pembekakan, gumpalan

g. Dada : Bentuk, puting, bunyi nafas, bunyi jantung

h. Bahu lengan dan tangan : gerakan normal, jumlah

Jari

i. System syaraf : Adanya reflek moro

j. Perut : Bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada

saat menangis, Pendarahan tali pusat? tiga

pembuluh, Lembek (pada saat tidak menangis),

tonjolan

k. Genetalia laki-laki : Testis berada dalam skrotum,


63

Kunjungan Penatalaksanaan

Penis berlubang pada letak ujung lubang

l. Genitalia perempuan :Vagina berlubang, uretra

berlubang, labia minor dan labia mayor

m. Tungkai dan kaki : Gerak normal, tampak

normal, jumlah jari

n. Punggung dan Anus: Pembekakan atau cekungan,

ada anus atau lubang

o. Kulit : Verniks, warna, pembekakan atau bercak

hitam, tanda-tanda lahir

p. Konseling : Jaga kehangatan, pemberian ASI,

perawatan tali pusat, Agar ibu mengawasi tanda-

tanda bahaya

q. Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu

: Pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah

hisapan, Kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat > 60

x/m atau menggunakan otot tambahan, Letargi - bayi

terus menerus tidur tanpa bangun untuk makan,Warna

kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning, Suhu-

terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi),

Tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa,


64

Kunjungan Penatalaksanaan

Ganggguan gastrointestinal misalnya tidak bertinja

selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut

membengkak, tinja hijau tua dan darah berlendir, Mata

bengkak atau mengeluarkan cairan

r. Lakukan perawatan tali pusat Pertahankan sisa tali

pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan

dengan kain bersih secara longgar, lipatlah popok di

bawah tali pusat, jika tali pusat terkena kotoran tinja,

cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan

benar.

4. Memberikan Imunisasi HB-0

Kunjungan a. Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan

Neonatal ke-2 kering

(KN 2) dilakukan b. Menjaga kebersihan bayi

pada kurun waktu c. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan

hari ke-3 sampai infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah

dengan hari ke 7 dan Masalah pemberian ASI

setelah bayi lahir. d. Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal

10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca

persalinan
65

Kunjungan Penatalaksanaan

e. Menjaga keamanan bayi

f. Menjaga suhu tubuh bayi

g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi

dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir

dirumah dengan menggunakan Buku KIA

h. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Kunjungan a. Pemeriksaan fisik

Neonatal ke-3 b. Menjaga kebersihan bayi

(KN-3) dilakukan c. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya Bayi

pada kurun waktu baru lahir

hari ke-8 sampai d. Memberikan ASIBayi harus disusukan minimal 10-

dengan hari ke-28 15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca

setelah lahir. persalinan.

e. Menjaga keamanan bayi

f. Menjaga suhu tubuh bayi

g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk

memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan

melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah

dengan menggunakan Buku KIA


66

Kunjungan Penatalaksanaan

h. Memberitahu ibu tentang Imunisasi BCG

i. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan

Tabel 2.8
(Kunjungan Neonatus)

5. Imunisasi Dasar

Ada 5 jenis imunisasi dasar menurut Hasuki Irfan dikutip Atikah

(2010), yang diwajibkan oleh pemerintah. Imunisasi dasar atau PPI (Program

Pengembangan Imunisasi) antara lain :

a. Imunisasi BCG (Bacille Calmette Guerin)

Imunisasi BCG bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif

terhadap penyakit tuberculosis (TBC) pada anak. Vaksin TBC

mengandung kuman bacillus calmette guerin yang dibuat dari bibit

penyakit atau virus hidup yang sudah dilemahkan. BCG diberikan pada

umur < 3 bulan. Dengan cara pemberian imunisasi ini dilakukan secara

Intra Cutan(IC) di lengan kanan pada bayi baru lahir 0,05 ml.

b. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B bertujuan untuk mendapatkan kekebalan aktif

terhadap penyakit Hepatitis B (Atikah, 2010). Hepatitis B adalah penyakit

yang disebabkan oleh virus Hepatitis B yang merusak hati. Vaksin ini

terbuat dari bagian virus Hepatitis B yang dinamakan HbsAg, yang dapat

menimbulkan kekebalan tetapi tidak menimbulkan penyakit. Imunisasi


67

Hepatitis B diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah bayi

lahir. Khusus bagi bayi yang lahir dari seorang ibu pengidap virus hepatitis

B, harus dilakukan imunisasi pasif memakai imunoglobulin khusus antu

hepatitis B dalam waktu 24 jam kelahiran. Imunisasi dasar diberikan

sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan Hb 1 dengan

Hb 2, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan Hb 2 dengan Hb 3.

Hepatitis B disuntikkan secara Intra Muscular (IM) di daerah paha luar

dengan dosis 0,5 ml.

c. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT bertujuan untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam

waktu yang bersamaan terhadap serangan penyakit difteri, pertusis, tetanus

(Atikah, 2010). Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri

Corynebacterium diptheriae.

Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernapasan. Gejala awal

penyakit ini adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan, dan demam

ringan. Dalam dua sampai tiga hari timbul selaput putih kebiru-biruan

pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi

berupa gangguan pernapasan yang berakibat kematian.

Pertusis adalah penyakit pada saluran pernafasan yang dapat

disebabkan oleh bakteri Bordettela pertusis. Penyebarannya melalui

tetesan kecil yang keluar dari batuk dan bersin. Gejalanya adalah pilek,
68

mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama kelamaan

batukmenjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan

keras. Komplikasi pertusis adalah Pneumonia bacterialis yang dapat

menyebabkan kematian.

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani

yang menghasilkan neurotoksin. Penyebarannya melalui kotoran yang

masuk kedalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit ini adalah kaku

otot pada rahang, disetai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot

perut, berkeringat dan demam. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat

dan tubuh menjadi kaku.

Vaksin ini mengandung kuman difteri dan tetanus yang dilemahkan serta

kuman Bordetella pertusi yang dimatikan. Imunisasi DPT diberikan 3 kali

usia kurang dari 7 bulan, DPT 1 diberikan pada usia 2 bulan, DPT 2

diberikan pada usia 3 bulan, DPT 3 diberikan pada usia 4 bulan selang

waktu tidak kurang dari 4 minggu. Ulangan booster diberikan 1 tahun

setelah DPT 3.

d. Imunisasi Polio

Imunisasi polio bertujuan untuk mencegah penyakit poliomyelitis (Atikah,

2010). Vaksin polio ada dua jenis yaitu :

1) Inactivated polio vaccine (IPV= vaksin salk) mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan.


69

2) Oral polio vaccine (OPV= vaksin sabin) mengandung vaksin hidup

yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan.

Imunisasi Polio dasar diberiakan 4 kali dengan interval tidak kurang

dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah

imunisasi polio 4.

e. Imunisasi Campak

Imunisasi campak bertujuan untuk memberikan kekebalan aktif

terhadap penyakit campak (Atikah, 2010). Vaksin dari virus hidup (CAM

70-chick chorioallantonik membrane) yang dilemahkan ditambah

kanamisin sulfat dan eritromisin berbentuk kering. Imunisasi campak

diberikan pada usia 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh

dari ibu. Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan,

diulang 6 bulan kemudia. Cara pemberian imunisasi campak adalah melalui

injeksi di lengan kiri atas secara subcutan (SC) dengan dosis 0,5 ml.

Sebelum disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan

pelarut steril yang telah tersedia berisi 5 ml pelarut aquades.

E. Keluarga Berencana

1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga berencana (KB) adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah kelahiran dan jarak kelahiran dengan memakai

kontrasepsi. (Mochtar, 2007)


70

2. Manfaat KB

Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

adalah melalui program KB. Keluarga Berencana dapat mencegah munculnya

bahaya-bahaya akibat:

a. Kehamilan terlalu dini.

Wanita yang sudah hamil tatkala umurnya belum mencapai 17 tahun

sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan. Karena tubuhnya

belum sepenuhnya tumbuh cukup matang dan siap untuk dilewati oleh

bayi. Lagi pula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian sebelum

usianya mencapai 1 tahun.

b. Kehamilan terlalu terlambat

Wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk mengandung dan

melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu mempunyai

problem kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan melahirkan.

c. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya

Kehamilan dan persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh

wanita. Kalau ibu belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi,

tubuhnya tak sempat memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah

bahkan juga bahaya kematian menghadang.

d. Terlalu sering hamil dan melahirkan


71

Wanita yang sudah punya lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian

akibat pendarahan hebat dan macam-macam kelainan bila ibu terus saja

hamil dan bersalin lagi. (Prawirohardjo, 2007)

3. Syarat alat kontrasepsi

Menurut Prawirohadjo Kontrasepsi ideal harus memenuhi syarat- syarat

sebagai berikut:

a. Dapat dipercaya

b. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan

c. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan

d. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus

e. Tidak memerlukan motivasi terus menerus

f. Mudah pelaksanaannya

g. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan

h. masyarakat

i. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan

4. Macam- macam Kontrasepsi

Terdapat beberapa macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan, antara lain:

a. Metode kontrasepsi sederhana

1) Metode kalender

Metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang diperoleh

dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi secara


72

berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan pencatatan

siklus menstruasi dengan durasi minimal enam dan dianjurkan dua

belas siklus. Untuk menjamin efektivitas maksimum, metode

kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator

lainnya. (Glaiser, 2005)

2) Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Menyusui eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi

sementara yang cukup efektif, selama klien belum mendapat haid dan

waktunya kurang dari enam bulan pasca persalinan. Efektifnya dapat

mencapai 98%. MAL efektif bila menyusui lebih dari delapan kali

sehari dan bayi mendapat cukup asupan perlaktasi. (Saifuddin, 2006)

3) Metode suhu tubuh

Saat ovulasi peningkatan progesteron menyebabkan peningkatan

suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C. Peningkatan suhu tubuh

adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi. Selama 3 hari berikutnya

memperhitungkan waktu ekstra dalam masa hidup sel telur

diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu

mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya. (Glaiser, 2006)

4) Senggama terputus (koitus interuptus)

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana

tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari


73

vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas bergantung pada

kesediaan pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap

pelaksanaannya (angka kegagalan 4– 18 kehamilan per 100 wanita).

(Saifuddin, 2006)

b. Metode Barrier

1) Kondom

Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat

dibuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil),

atau bahan alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat

berhubungan seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan

tetapi juga mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.

2) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari

lateks (karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum

berhubungan seksual dan menutup serviks.

c. Metode Kontrasepsi Modern

1) Kontrasepsi pil

Kontrasepsi pil merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus

diminum setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks

sehingga sulit dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu

kontrasepsi kombinasi atau sering disebut pil kombinasi yang


74

mengandung progesteron dan estrogen, kemudian kontrasepsi pil

progestin yang sering disebut dengan minipil yang mengandung

hormon progesterone. (Rabe, 2003)

2) Kontrasepsi implant

Kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi silastik berisi

hormon jenis progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah

kulit, yang bekerja mengurangi transportasi sperma.

3) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Alat kontrasepsi dalam rahim adalah alat kontrasepsi yang

dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat

sperma untuk masuk ke tuba fallopii. (Saifuddin, 2006)

4) Kontrasepsi Mantap (KONTAP)

Kontrasepsi mantap merupakan suatu cara permanen baik pada

pria dan pada wanita, dilakukan dengan tindakan operasi kecil untuk

mengikat atau menjepit atau memotong saluran telur (wanita), atau

menutup saluran mani laki-laki. (Siswosudarmo, 2006)

5) Kontrasepsi Suntikan

Kontrasepsi suntikan adalah kontrasepsi yang diberikan dengan

cara disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot bokong (gluteus

maximus). (Siswosudarmo, 2000)


75

F. Pijat Endorphin

1. Pengertian

Pijat endorphin adalah suatu metode sentuhan ringan yang pertama

kali dikembangkan oleh Constance Palinsky dan digunakan untuk mengelola

rasa sakit. Teknik ini bisa dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman

selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu

perasaan nyaman melalui permukaan kulit. Teknik sentuhan ringan juga

membantu menormalkan denyut jantung dan tekanan darah. Teknik sentuhan

ringan ini mencakup pemijatan ringan yang bisa membuat bulu-bulu halus

dipermukaan kulit berdiri. Sejumlah penelitian membuktikan bahwa teknik ini

meningkatkan pelepasan hormon endorphin dan oksitosin. (Aprilia, 2010)

2. Indikasi dan kontra indikasi

Indikasi dari pijat endorphin adalah orang yang sedang mengalami

stress dan nyeri, seperti ibu hamil yang sudah memasuki usia kehamilan 36

minggu. Pada usia ini pijat endorphin yang dilakukan akan merangsang

lepasnya hormon endorphin dan oksitosin yang bisa memicu kontraksi.

Kontra indikasi dari pijat endorphin adalah :

a. Adanya bengkak atau tumor

b. Adanya hematoma atau memar

c. Suhu panas pada kulit

d. Adanya penyakit kulit


76

e. Pada kehamilan: usia awal kehamilan atau usia kehamilan belum aterm,

ketuban pecah dini, kehamilan resiko tinggi, kelainan kontraksi uterus.

(Astuti & Masruroh, 2012)

3. Metode

Teknik sentuhan ringan ini bisa dilakukan siapa saja yang

mendampingi tapi idealnya dilakukan oleh orang yang bersangkutan. Jika

untuk ibu hamil hal ini dapat mempererat hubungan antara suami, istri dan

janin yang akan dilahirkan.

Berikut langkah-langak dalam melakukan pijat endorphin untuk ibu

hamil menurut Aprillia (2010), yaitu:

a. Anjurkan ibu hamil untuk mengambil posisi senyaman mungkin, bisa

sambil duduk atau berbaring miring. Anjurkan suami untuk duduk di

samping atau dibelakang ibu hamil.

b. Anjurkan ibu hamil untuk bernapas dalam sambil memejamkan mata.

Setelah itu, biarkan suami mulai memberikan sentuhan ringan permukaan

bagian luar lengan ibu hamil, mulai dari tangan sampai lengan bawah.

Belaian ini sangat lembut dan dilakukan dengan jari jemari atu ujung-

ujung jari.

c. Setelah kira-kira lima menit, lakukan pada lengan yang satunya.

Walaupun sentuhan ringan ini dilakukan dikedua lengan, ibu hamil akan

merasakan efeknya diseluruh tubuh.


77

d. Teknik sentuhan ringan ini sangat efektif jika dilakukan dibagian

punggung. Caranya adalah:

1) Anjurkan ibu hamil untuk berbaring miring atau duduk. Dimulai daril

leher, pijat ringan membentuk huruf “v” ke arah luar menuju sisi

tulang rusuk ibu hamil. Lalu bimbing agar pijatan-pijatan ini terus

turun ke bawah dan ke belakang.

2) Anjurkan ibu hamil untuk rileks dan merasakan sensainya. Saat

melakukan sentuhan ringan tersebut, anjurkan suami untuk

menyentuh perut istri dari belakang untuk beberapa menit, dan

merasakan gerakan janin bersama dengan istri sambil mengucapkan

niat atau afirmasi positif. Suami dapat memperkuat efek

menegangkan dengan mengucap kata-kata yang menentramkan ia

memijat istri dengan lembut.

3) Setelah melakukan pijat endorphin anjurkan suami untuk memeluk

istri sehingga tercipta suasana yang menyenangkan.

G. Kewenangan Bidan dalam Pemberian Obat

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun

2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Pelimpahan kewenangan

terdapat pada Pasal berikut ini:

Pasal 22

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki


78

kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan:

a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau

b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter.

Pasal 27

(1) Pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara

mandat dari dokter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b

diberikan secara tertulis oleh dokter pada Fasilitas Pelayanan

Kesehatan tingkat pertama tempat Bidan bekerja.

(2) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) hanya dapat diberikan dalam keadaan di mana terdapat

kebutuhan pelayanan yang melebihi ketersediaan dokter di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan tingkat pertama tersebut.

(3) Pelimpahan tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:

a. tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang

telah dimiliki oleh Bidan penerima pelimpahan;

b. pelaksanaan tindakan yang dilimpahkan tetap di bawah pengawasan

dokter pemberi pelimpahan;

c. tindakan yang dilimpahkan tidak termasuk mengambil

keputusan klinis sebagai dasar pelaksanaan tindakan; dan


79

d. tindakan yang dilimpahkan tidak bersifat terus menerus.

(4) Tindakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) menjadi tanggung jawab dokter pemberi mandat,

sepanjang pelaksanaan tindakan sesuai dengan pelimpahan yang

diberikan.

(5) Obat Kegawatdaruratan dan Obat Lain

NO. JENIS OBAT SEDIAAN JUMLAH

1. Oksitosin Inj Ampul Sesuai Kebutuhan

2. Metilergometrin Inj. Ampul Sesuai Kebutuhan

3. MgSO4 40% inj. Ampul Sesuai Kebutuhan


4. Kalsium Glukonat 10% inj. Ampul Sesuai Kebutuhan

5. Nifedipin/amlodipine Sesuai Kebutuhan


6. Metildopa Sesuai Kebutuhan
7. Vitamin A Dosis tinggi Softgel Sesuai Kebutuhan
8. Tablet tambah darah tablet Sesuai Kebutuhan
9. Vitamin K 1 injeksi ampul Sesuai Kebutuhan
10. Salep mata Gentamicin tube Sesuai Kebutuhan

H. Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam


80

rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Asrinahdkk,2010).

2. Prinsip Proses Manajemen Kebidanan

Menurut Mufdlillah (2011) prinsip manajemen kebidanan sebagiberikut:

a. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbarui data yang lengkap

dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap

kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan

pemeriksaan fisik.

b. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan

intepretasi data dasar.

c. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam

menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan

bersama klien.

d. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat

keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.

e. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.

f. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap implementasi rencana

individu.

g. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanakan manajemen

dengan kolaborsi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan

selanjutnya.
81

h. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi

darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.

i. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan

kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.

3. Langkah-langkahManajemenKebidanan

Proses Manajemen Kebidanan menurut Varney (2007) terdiri dari 7 langkah

yang secara periodik disaring ulang, proses manajemen ini terdiri dari

pengumpulan data, antisipasi atau tindakan gawatdaruratan, rencana

tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.

a. Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi

keadaan klien secara lengkap. (Asrinah, 2010)

1) DataSubyektif

Merupakan Informasi yang dicatat dan diperoleh dari hasil

wawancara langsung kepada pasien/klien atau dari keluarga dan

tenaga kesehatan. (Hidayat, 2009)

2) DataObyektif

Pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan

khusus kebidanan, data penunjang yang dilakukan sesuai dengan

beratnya masalah. (Hidayat, 2009)


82

b. Langkah II : Intepretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi

yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

sudah dikumpulkan dinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau

diagnosis yang spesifik. (Arsinah, 2010)

c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial.

Pada langkah ini Kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan. (Arsinah dkk. 2010)

d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

memerlukan Penanganan Segera

Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan

menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosa dan masalah

ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi,

dan melakukan rujukan. (Sari, 2012)

e. LangkahV(Kelima) : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan

perencanaan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosa yang

ada. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
83

sudah teridentifikasi dari kondisi klien, atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap

perempuan tersebut. (Arsinah dkk, 2010)

f. LangkahVI : Melaksanakan Perencanan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efiensi dan aman

Pelaksaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun

berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak

melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggunga jawab untuk

mengarahkan pelaksanaannya. (Sari, 2012)

g. Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ke 7 ini dilakukan evaluasi efektivitas dari asuhan

yang telah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan telah

apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan apa yang telah

diidentifikasi dalam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut bisa

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada

kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang

sebagian belum efektif. (Arsinah dkk, 2010)


84

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 31 Agustus 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

I. DATA SUBJEKTIF

A. Biodata

Ibu Suami

Nama : Ny. A Tn. M

Umur : 37 Tahun 40 Tahun

Pendidikan : SMP SMA

: Mengurus Rumah
Pekerjaan Karyawan swasta
Tangga
Golongan Darah : O A

Agama : Islam Islam

Alamat : Mangkubumi kota Tasikmalaya

B. Keluhan Utama

Kaki terasa bengkak, sakit pinggang, keputihan berwarna putih tidak berbau

dan sering buang air kecil.


85

C. Riwayat Obstetri

1. Riwayat Mestruasi

HPHT : 20 Desember 2017

2. Riwayat Kehamilan yang Lalu

Ini merupakan kehamilan yang kedua, tidak pernah keguguran. Anak

pertama lahir tahun 2001 jenis kelamin laki-laki, berat badan lahir 3200

gram, di tolong oleh Paraji.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pada kehamilan ini ibu teratur memeriksakan diri ke Bidan 1 bulan 1 kali.

Ibu rutin mengkonsumsi tablet penambah darah. Status imunisai ibu T1.

Pergerakan janin mulai dirasakan saat usia kehamilan 16 minggu/ 4 bulan,

serta bergerak ±10x/12 jam dalam sehari dan masih dirasakan sampai

sekarang. Saat usia kehamilan muda ibu merasakan mual muntah.

D. Riwayat Penyakit

Ibu tidak menderita penyakit berat, menular, keturunan maupun penyakit

yang berhubungan dengan reproduksi. Ibu juga tidak memiliki alergi.

E. Riwayat Pernikahan

Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami. Lama pernikahan

±18 tahun.

F. Riwayat Psikososial

Kehamilan ini diharapkan oleh keluarga, baik keluarga maupun suami sangat
86

mendukung. Pengambilan keputusan dimusyawarahkan bersama suaminya.

G. Riwayat KB

Ibu menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulan selama ±1 tahun, kemudian

beralih pil selama ±6 tahun.

H. Rencana Persalinan

Ibu berencana bersalin di Bidan dan ditolong oleh Bidan, serta sudah

mempersiapkan perlengkapan untuk persalinan.

I. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Ibu biasa makan 2—3 kali sehari, minum ±10 gelas perhari tidak ada

makanan dan minuman yang dipantang. BAB tidak ada keluhan, ibu mengeluh

sering BAK ±8 kali sehari terutama saat malam hari. Tidur malam ±6 jam dan

tidur siang ±1 jam sehari.

II. DATA OBJEKTIF

A. Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

Emosional : Stabil

B. Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 90 x/menit

Pernafasan : 22 x/menit

Suhu : 36,5 °C
87

C. Antropometri

BB Sekarang : 61 Kg BB Sebelum Hamil : 50 Kg

TB : 150 cm LILA : 26 cm

D. Pemeriksaan Fisik

1. Kepala : Kulit kepala bersih, tidak ada benjolan, rambut

tidak rontok

2. Wajah : Tidak ada oedema

3. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil

+/+

4. Hidung : Tidak terdapat polip hidung, tidak ada pengeluaran

sekret abnormal

5. Mulut dan Gigi : Bibir kemerahan, tidak terdapat stomatitis dan karies

gigi

6. Telinga : Tidak ada pengeluaran abnormal, pendengaran jelas

7. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening,

kelenjar tiroid dan vena jugularis

8. Dada : Payudara simetris, tidak ada dimpling, puting susu

sedikit menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan

nyeri tekan, pengeluaran colostrum ada.

9. Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi, tidak ada striae

gravidarum. TFU Mc Donald : 31 cm


88

Pemeriksaan Leopold :

a. Leopold I :TFU 3 jari bawah processus xypoideus.

Di fundus teraba bagian bulat, lunak, kurang

melenting

b. Leopold II : Di bagian kiri perut ibu teraba bagian

kecil janin, di kanan perut ibu teraba bagian besar

memanjang ada tahanan.

c. Leopold III : Teraba bagian bundar, keras dan

melenting. Kepala belum masuk PAP.

DJJ : 151 x/menit reguler.

10. Ekstremitas Atas : kuku tidak pucat, tidak ada oedema.

11. Ekstremitas Bawah : tidak ada varises, tidak oedema pada tungkai, reflek

patela +/+

12. Genitalia : Ibu menolak untuk dilakukan pemeriksaan genitalia

dengan alasan malu.

E. Pemeriksaan Penunjang

Hb : 10,2 g/dL

Protein Urin : Negatif

Glukosa : Negatif

III. ANALISA DATA

Ny. A 37 Tahun G2P1A0 36-37 Minggu dengan Anemia Ringan


89

IV. PENATALAKSANAAN

- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. TBBA :

2430—2790 gram, TP: 27 September 2018. Ibu mengetahui

- KIE mengenai ketidaknyamanan kehamilan trimester 3 yaitu sering BAK,

sakit pinggang dan keputihan. Ibu mengerti

- KIE personal hygiene yaitu dengan mengganti celana dalam minimal 2x

sehari atau bila basah, ibu mengerti.

- KIE mengenai konsumsi tablet Fe sebagai asupan suplemen tambahan untuk

mengatasi anemia pada ibu. Ibu mengetahui

- Menginformasikan ibu untuk lebih banyak minum pada siang hari agar

waktu istirahat malam hari tidak terganggu, ibu mengerti

- Menginformasikan ibu untuk tidur dengan posisi kaki lebih tinggi daripada

kepala, ibu mengerti dan akan melakukannya.

- Mengkaji pengetahuan ibu mengenai tanda bahaya kehamilan dan tanda-

tanda persalinan. Ibu mengetahui sebagian

- Memberikan penkes tanda bahaya kehamilan dan tanda-tanda persalinan. Ibu

mengerti

- Melakukan penatalaksanaan relaksasi, senam hamil dan komunikasi dengan

janin. Ibu merasa nyaman

- Menginformasikan jadwal kunjungan ulang. Ibu akan dikunjungi untuk 7


hari selanjutnya tanggal 7 September 2018 atau jika terdapat keluhan
bertujuan untuk memantau kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe
dan memantau kesejahteraan ibu dan janin, ibu bersedia.
90

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 7 September 2018

Waktu : 16.00 WIB

Tempat : Rumah Klien

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh kaki masih terasa bengkak

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 110/80 mmHg, N: 82

x/menit, R: 21 x/menit, S: 36,8 °C, konjungtiva merah muda, sklera putih,

leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid ataupun kelenjar lympe, payudara

tidak ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak

ada nyeri tekan, pengeluaran colostrum ada. Abdomen Tidak ada luka bekas

operasi, TFU Mc Donald: 31 cm leopold I : TFU 3 jari bawah processus

xypoideus. Teraba bagian bulat, lunak, kurang melenting. Leopold II : di

bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin, di bagian kanan perut ibu teraba

bagian besar memanjang seperti ada tahanan. Leopold III : dibagian bawah

perut ibu teraba bagian bundar, keras dan melenting, belum masuk PAP. DJJ :

136 x/menit, reguler. Kandung kemih tidak penuh. Ekstermitas atas kuku tidak

pucat, tidak ada oedema. Ekstremitas Bawah: tidak ada varises, ada oedema
91

pada tungkai, reflek patela +/+. Hb : 10, 7 gr %.

Ny. A 37 Tahun G2P1A0 37-38 Minggu dengan Anemia Ringan.


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu

mengetahui

- Menginformasikan ibu untuk tidur dengan posisi kaki lebih tinggi daripada

kepala, ibu mengerti dan akan melakukannya.

- Mengevaluasi konsumsi tablet Fe. Ibu minum tablet Fe 1x sehari di malam

hari dengan air putih

- Mengevaluasi tentang tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan mampu

menyebutkan tanda persalinan

- Menginformasikan jadwal kunjungan ulang. Ibu akan dikunjungi untuk 7

hari selanjutnya pada tanggal 14 September 2018 bertujuan untuk

memantau keadaan ibu dan janin. Ibu bersedia.


92

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 14 September 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh sakit di bagian perut bawah

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N: 78

x/menit, R: 19 x/menit, S: 36,5°C, konjungtiva merah muda, sklera putih, leher

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid ataupun kelenjar lympe, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal, tidak ada

nyeri tekan, pengeluaran colostrum ada. Abdomen Tidak ada luka bekas

operasi, TFU Mc Donald: 32 cm leopold I : TFU 2 jari bawah processus

xypoideus. Teraba bagian bulat, lunak, kurang melenting. Leopold II : di

bagian kiri perut ibu teraba bagian kecil janin, di bagian kanan perut ibu teraba

bagian besar memanjang seperti ada tahanan. Leopold III : teraba bagian

bundar, keras dan melenting, belum masuk PAP. DJJ : 138 x/menit, reguler.

Kandung kemih tidak penuh. Ekstermitas atas kuku tidak pucat, tidak ada

oedema. Ekstremitas Bawah: ada oedema pada tungkai, reflek patela +/+.
93

A: Ny. A 37 Tahun G2P1A0 38-39 Minggu.

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu

mengetahui

- KIE mengenai ketidaknyamanan kehamilan trimester 3 yaitu sakit perut

bagian bawah. Ibu mengerti

- Mengevaluasi konsumsi tablet Fe. Ibu minum tablet Fe 1x sehari di malam

hari dengan air putih

- Membimbing ibu melakukan senam hamil. Ibu dapat melakukan gerakan

senam hamil

- Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya hamil. Ibu mampu

menyebutkan tanda bahaya kehamilan

- Mengingatkan kembali tentang tanda-tanda persalinan. Ibu mengerti dan

mampu menyebutkan tanda persalinan

- Menginformasikan jadwal kunjungan ulang. Ibu akan dikunjungi untuk 7

hari selanjutnya pada tanggal 21 September 2018 atau jika terdapat

keluhan. Ibu bersedia.


94

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 19 September 2018

Waktu : 00.15 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh keluar air-air bercampur darah dan perut terasa meregang sejak

pukul 00.00 WIB

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 130/90 mmHg, N:

90x/m, R : 21x/m, S : 36.5oC. kepala tidak ada kelainan, konjungtiva merah

muda, sklera putih, tidak ada polip pada hidung, telinga, mulut tidak ada

kelainan, leher tidak ada pembengkakan kelenjar limfe dan tyroid, payudara

tidak ada dimpling dan benjolan abnormal, colostrum ada. Abdomen tidak

ada luka bekas operasi, leopold I : TFU 3 jari dibawah px, difundus teraba

bulat lunak, kurang meleting, leopold II : di bagian kiri perut ibu teraba bagian

kecil janin, di bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang seperti ada

tahanan, leopold III : teraba bulat, lunak, melenting, sudah masuk PAP,

leopold IV: convergen 3/5. TFU Mc Donald : 31 cm, DJJ : 139x/m. His

2x10’x25”. Genetalia tidak ada kelainan, pemeriksaan dalam v/t v/v t.a.k

portio tebal lembek pembukaan 1 cm ketuban utuh presentasi kepala Hodge II.
95

Anus tidak ada hemoroid. Ekstermitas atas dan bawah tidak ada kelainan.

Lakmus (-).

Ny A 37 tahun G2P1A0 hamil 39-40 minggu inpartu kala I fase Laten


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu, ibu mengerti

- Menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil, ibu mengerti dan akan

melakukannya

- Memberikan KIE tanda-tanda persalinan, ibu mengerti

- Memberikan KIE tanda bahaya persalinan, ibu mengerti

- Pukul 00.45 WIB ibu pulang


96

CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 19 September 2018

Waktu : 04.30 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh mulas-mulas semakin sering sejak pukul 01.00 WIB serta keluar

air-air.

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD : 120/80 mmHg, N:

95x/m, R: 20x/m, S : 36.4oC. DJJ : 136 x/m. His : 3x10’x35”. Pemeriksaan

dalam: v/t v/v t.a.k portio tebal lembek pembukaan 2 cm ketuban negatif uuk

kanan depan hodge II sisa cairan ketuban bercampur darah. Ekstermitas atas

dan bawah tidak ada kelainan.

Ny A 37 tahun G2P1A0 hamil 39-40 minggu inpartu kala I fase Laten


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan diberikan

kepada ibu, ibu mengerti dan menyetujui

- Menginformasikan kepada ibu untuk rileks yaitu dengan menarik nafas

dalam ketika ada kontraksi, ibu mengerti dan melakukan dengan baik

- Melakukan pijat endorfin, ibu merasa nyaman

- Memfasilitasi ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi, ibu makan dan minum
97

- Memantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin, hasil dalam batas

normal.

Pukul 08.00 WIB

S : Ibu mengeluh mulas-mulas yang semakin sering dan ingin mengedan.

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis TD : 110/80 mmHg N: 88x/m

R : 20x/m S : 36,7oC. DJJ : 149x/m His 4x10’x50”. Pemeriksaan dalam : v/v

t.a.k portio tipis lembek pembukaan lengkap ketuban negatif uuk kanan

depan, hodge III, molase 0 sisa cairan ketuban bercampur darah.

Ny. A 37 tahun G2P1A0 inpartu kala II


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan,

ibu mengerti dan menyetujuinya

- Memfasilitasi persiapan alat dan pasien, peralatan dan obat-obatan

disiapkan

- Menyiapkan diri untuk menolong persalinan, memakai alat pelindung diri

lengkap

- Mengingatkan cara meneran yang baik dan posisi melahirkan yang aman

sesuai keinginan ibu. Ibu melakukannya dan memilih posisi litotomi

- Memimpin meneran saat ada his dan memberi pujian saat ibu meneran

dengan baik, ibu mengedan dengan baik saat ada his

- Menganjurkan ibu istirahat dan minum saat tidak ada kontraksi. Ibu
98

bersedia

- Memantau pemantauan DJJ saat tidak ada kontraksi, hasil dalam batas

normal

- Menolong persalinan : menahan perineum saat diameter 5-6 cm di vulva,

memeriksa lilitan (tidak ada lilitan), melakukan teknik biparietal dan

melahirkan bahu depan-belakang, melakukan sanggah susur (bayi lahir

spontan jam 08.36 WIB langsung menangis kuat, warna kulit kemerahan,

tonus otot aktif jenis kelamin laki-laki.

- Meletakan bayi di perut ibu dan mengeringkan bayi, bayi menangis kuat

Pukul 08.37 WIB

S : Ibu merasa lega dan bahagia setelah melahirkan anaknya

O: Keadaan umum baik kesadaran composmentis, TFU sepusat tidak teraba janin

kedua, kandung kemih tidak penuh, tampak tali pusat di vulva

A: Ny. A 37 tahun P2 A0 Inpartu kala III

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan

kepada ibu, ibu mengerti dan menyetujui.

- Menyuntikan oksitosin 10 IU di sepertiga paha luar ibu

- Melakukan penjepitan tali pusat saat tali pusat ketika sudah tidak berdenyut

dan memotong tali pusat, tali pusat terjepit kuat

- Memfasilitasi IMD
99

- Melakukan penegangan tali pusat terkendali pada saat terlihat tanda-tanda

pelepasan plasenta (semburan darah, uterus globuler dan tali pusat

memanjang)

- Pukul 08.44 WIB plasenta lahir spontan dilakukan masase uterus 15 kali

dalam 15 detik, kontraksi uterus baik.

Pukul 08.45 WIB

S : Masih terasa mulas dan lelah

O: Keadaan umum baik kesadaran composmentis, TFU 1 jari dibawah pusat

kontraksi uterus kuat, kandung kemih tidak penuh

Ny. A 37 tahun P2 A0 Inpartu kala IV


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan

kepada ibu, ibu mengerti dan menyetujui.

- Mengecek kelengkapan plasenta. Plasenta lahir lengkap

- Melakukan pengecekan laserasi. Terdapat laserasi derajat 2 (mukosa

vagina, komisura posterior, kulit dan otot perineum)

- Mengajarkan ibu teknik masase uterus. Ibu memahami

- Melakukan inform consent kepada ibu untuk dilakukan penjahitan luka

perineum. Ibu bersedia

- Memberikan lidokain 1% + 1mL Aquabides di daerah laserasi. Lidokain

telah disuntikkan
100

- Melakukan penjahitan luka perineum dengan menggunakan teknik jelujur

dan subkutikuler untuk menutup luka. Luka perineum telah selesai dijahit

- Membersihkan ibu dan memakaikan pembalut. Ibu merasa lebih nyaman

- Melakukan pemantauan kala IV. Hasil terlampir dalam partograf

- Membersihkan dan membereskan tempat bersalin dengan lap dan larutan

klorin 0,5%. Tempat bersalin bersih kembali

- Merendam alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit,

kemudian cuci bilas dan di DTT. Peralatan telah siap digunakan kembali

- Membersihkan diri dan alat APD. Sudah bersih

- Memfasilitasi ibu istirahat, makan, minum. Ibu bersedia

- Melengkapi partograf.
101

CATATAN PERKEMBANGAN V

Tanggal : 19 September 2018

Waktu : 10.36 WIB

Tempat : Praktik Bidan Mandiri

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh masih merasa lelah dan ada sedikit mules.

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, N: 76x/m,

R: 20 x/m, S: 36,7oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri

tekan, colostrum ada. TFU 1 jari dibawah pusat, kontraksi uterus kuat,

kandung kemih tidak penuh, perdarahan normal.

Ny. A 37 tahun P2A0 2 jam post partum


A:

P:
- Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan. Ibu dan

keluarga memahami

- Menginformasikan mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas dan

menyusui. Ibu memahami dan ibu bersedia makan nasi dan sayur

- Memberikan KIE mengenai perawatan luka jahitan. Ibu memahami

- Memberikan KIE mengenai tanda bahaya nifas dan bayi baru lahir. Ibu
102

memahami

- Memberikan KIE dan membimbing ibu melakukan cara menyusui yang

benar. Ibu memahami dan dapat melakukan dengan baik

- Menginformasikan mengenai kebutuhan istirahat bagi ibu. Ibu memahami

- Menginformasikan mengenai kebutuhan eliminasi bagi ibu. Ibu memahami

- Menginformasikan mengenai kebutuhan mobilisasi bagi ibu. Ibu

memahami
103

CATATAN PERKEMBANGAN VI

Tanggal : 19 September 2018

Waktu : 14.36 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh masih mules, bekas jahitan masih terasa linu, sudah BAK ke

kamar mandi.

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 110/70 mmHg, N: 78x/m,

R: 21 x/m, S: 36,7oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri

tekan, colostrum ada. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus kuat,

kandung kemih tidak penuh, perdarahan normal.

Ny. A 37 tahun P2A0 6 jam post partum


A:

P:
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan

keluarga memahami

- Mengevaluasi ibu tentang perawatan luka jahitan. Ibu dapat mengingat dan

menyebutkan

- Mengingatkan kembali mengenai tanda bahaya nifas dan bayi baru lahir.
104

Ibu memahami

- Mengevaluasi ibu tentang pemberian ASI Ekslusif bagi bayi. Ibu dapat

mengingat dan menyebutkan

- Mengajarkan ibu senam nifas hari pertama. Ibu dapat melakukannya

- Menginformasikan mengenai teknik dan manfaat pijat oksitosin. Ibu

memahami dan mau mempraktikannya di rumah

- Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi oral vitamin

A 200.000UI 1x1, vitonal F 1x1 dan paracetamol 3x500 mg . Ibu

memahami

- Memberitahu jadwal kunjungan nifas 3 hari kemudian atau apabila ada

keluhan. Ibu memahami


105

CATATAN PERKEMBANGAN VII

Tanggal : 2 September 2018

Waktu : 07.15 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu merasa kurang tidur, linu bagian luka jahitan, BAB dan BAK lancar, ibu

mium ±8 gelas sehari .

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 100/70 mmHg, N: 80x/m,

R: 18 x/m, S: 36,4oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri

tekan, colostrum ada. TFU 3 jari dibawah pusat, kontraksi uterus kuat,

kandung kemih tidak penuh, lochea sanguinolenta, luka jahitan baik, tanda

homman -/-.

Ny. A 37 tahun P2A0 3 hari post partum


A:

P:
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan

keluarga memahami

- Menginformasikan kepada ibu mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas

dan menyusui. Ibu memahami


106

- Menginformasikan kebutuhan istirahat dan tidur pada ibu nifas. Ibu

memahami

- Mengajarkan senam nifas hari ketiga. Ibu memahami dan mampu

mempraktikan

- Mengevaluasi kembali mengenai perawatan luka jahitan. Ibu melakukan

perawatan luka jahitan

- Mengevaluasi ibu untuk teratur mengkonsumsi obat dan vitamin. Ibu

memahami

- Memberitahu jadwal kunjungan nifas hari ke-7 atau apabila ada keluhan.

Ibu memahami
107

CATATAN PERKEMBANGAN VIII

Tanggal : 26 September 2018

Waktu : 09.30 WIB

Tempat : Rumah Pasien

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengeluh lecet pada puting

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 110/80 mmHg, N: 84x/m,

R: 22 x/m, S: 36,5oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri

tekan, colostrum ada. TFU 3 jari diatas simfisis, kontraksi uterus kuat,

kandung kemih tidak penuh, lochea sanguinolenta, luka jahitan perineum baik,

tanda homman -/-.

Ny. A 37 tahun P2A0 7 hari post partum


A:

P:
- Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan

keluarga memahami

- Memberitahu ibu untuk mengoleskan ASI ke sekitar puting dan areola

sebelum dan sesudah menyusui. Ibu mengerti

- Mengevaluasi teknik menyusui yang benar, ibu melakukan dengan baik.


108

- Mengevaluasi kembali mengenai perawatan luka jahitan. Ibu melakukan

perawatan luka jahitan

- Mengevaluasi kembali mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas dan

menyusui. Ibu memahami

- Mengevaluasi kembali mengenai pemberian ASI Ekslusif bagi bayi. Ibu

memahami dan memberikan ASI

- Mengevaluasi ibu untuk teratur mengkonsumsi obat dan vitamin. Ibu

memahami

- Menginformasikan kembali mengenai tanda bahaya nifas kepada ibu dan

keluarga. Ibu dan keluarga memahami

- Memberitahu jadwal kunjungan nifas hari ke-14 atau apabila ada keluhan.

Ibu memahami
109

CATATAN PERKEMBANGAN IX

Tanggal : 4 Oktober 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Tidak ada keluhan yang dirasakan

O: Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, TD: 110/80 mmHg, N: 84x/m,

R: 22 x/m, S: 36,5oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara tidak

ada dimpling, puting susu menonjol, tidak ada benjolan abnormal dan nyeri

tekan, colostrum ada. TFU tidak teraba, kandung kemih tidak penuh, diastasis

rekti 2 jari, lochea alba, luka jahitan perineum baik.

Ny. A 37 tahun P2A0 15 hari post partum


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu dan

keluarga memahami

- Melakukan konseling keluarga berencana menggunakan alat bantu

pengambilan keputusan, ibu memilih kb suntik 3 bulan.

- Mengevaluasi kembali mengenai kebutuhan nutrisi bagi ibu nifas dan

menyusui. Ibu memahami


110

- Mengevaluasi kembali mengenai pemberian ASI Ekslusif bagi bayi. Ibu

memahami dan memberikan ASI

- Menginformasikan kembali mengenai tanda bahaya nifas kepada ibu dan

keluarga. Ibu dan keluarga memahami


111

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY NY A BAYI BARU LAHIR

Tanggal : 19 September 2018

Waktu : 08.36 WIB

Tempat : Praktik Bidan Mandiri

Pengkaji : Detty Chotimah

IDENTITAS

Nama bayi : By. Ny. A

Tanggal Lahir : 19 September 2018

Jenis kelamin : Laki-laki

S : -

O: Keadaan umum baik, tonus otot aktif, bayi menangis kuat, warna kulit

kemerahan.

By. Ny. A bayi baru lahir


A:

P :
- Mengeringkan, merangsang taktil dan mengganti kain basah dengan kain

kering

- Mengklem, memotong dan mengikat tali pusat

- Meletakkan bayi di atas perut ibu untuk IMD dengan kepala ditutupi topi
112

dan diselimuti

- IMD dimulai dari pukul 08.37 - 09.37 WIB

- Pukul 09.36 WIB melakukan pengukuran antropometri, hasil BB 3500

gram, PB 49 cm, LK 34 cm, LD 33 cm, LILA 10 cm

- Meyuntikkan Neo K 1 mg (0,5 mL) secara IM di 1/3 paha luar sebelah kiri,

Neo K di injeksikan.

- Mengoleskan salep mata Tetrasiklin 1% pada kedua mata untuk mencegah

infeksi pada mata, salep mata dioleskan.

- Menjaga bayi agar tetap hangat dengan menyelimuti bayi dan menutup

kepalanya

- Pukul 10.37 WIB Menyuntikkan vaksin HB0 secara IM 1/3 paha luar

sebelah kanan, vaksin diinjeksikan.


113

CATATAN PERKEMBANGAN I

Tanggal : 19 September 2017

Waktu : 14.37 WIB

Tempat : Praktik Bidan Mandiri

Pengkaji : Detty Chotimah

S : -

O: Keadaan umum baik, tonus otot aktif, bayi menangis kuat, warna kulit

kemerahan. N: 140 x/menit, R: 48 x/menit, : 36.9oC. Wajah tidak ada kelainan,

konjungtiva merah muda, sklera. Hidung simetris, tidak ada sekret. Telinga

tidak ada kelainan. Warna bibir merah muda, bibir dan palatum utuh. Leher

tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid. Dada bentuk simetris, tidak ada

tarikan dinding dada, bunyi nafas bersih, bunyi jantung reguler, tidak ada

kelainan. Abdomen tidak ada benjolan abnormal, tali pusat berwarna putih

terbuka, tidak ada perdarahan tali pusat, tidak ada kelainan. Ekstremitas atas

dan bawah bentuk simetris, jari-jari lengkap, pergerakkan aktif, punggung

tidak ada spina bifida. Genitalia testis telah turun ke skrotum. Anus terdapat

lubang anus, mekonium sudah keluar.


114

Reflek-reflek

a. Reflek glabela : Ada reflek, saat dahi bayi diketuk terdapat respon

mata bayi ikut mengedip

b. Reflek rooting : Ada reflek, saat ujung bibir bayi disentuh terdapat

respon bayi mencari ke arah sentuhan dan membuka

mulutnya

c. Reflek sucking: Ada reflek, saat bibir bayi diberi sentuhan jari

pemeriksa terdapat respon menghisap

d. Reflek tonik Ada reflek, saat kepala bayi di gerakkan ke kanan,

neck : lengan kanan bayi lurus dan lengan kiri bayi menekuk

begitupun sebaliknya

e. Reflek moro: Ada reflek, saat dikagetkan oleh tepukan pemeriksa,

bayi melengkungkan punggung, melemparkan kepala

ke belakang dan merentangkan tangan dan kaki

f. Reflek graps : Ada reflek, saat tangan bayi disentuh terdapat respon

menggenggam

g. Reflek babinski: Ada reflek, saat bagian telapak kaki bayi diusap jari-

jari kaki menyebar dan ibu jari ekstensi

h. Reflek plantar : Ada reflek, saat kaki bayi disentuh terdapat respon

seperti menggenggam
115

i. Reflek gallant : Ada reflek, saat punggung bayi diusap, tubuh bayi

melengkung ke sisi yang diusap

By. Ny. A bayi baru lahir usia 6 jam.


A:

P :
- Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa

keadaan bayi dalam keadaan normal. Ibu dan keluarga memahami

- Memenuhi kebutuhan kenyamanan bayi. Mengganti popok saat BAK dan

BAB. Bayi dalam keadaan nyaman

- Memberitahukan kepada ibu bahwa bayinya akan dimandikan jam 15.00

WIB. Ibu mengerti dan mengizinkan

- Menjaga kehangatan bayi. Bayi diselimuti

- Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi. Bayi diberi ASI semau bayi atau setiap

2 jam sekali

- Menginformasikan kepada ibu dan keluarga mengenai tanda bahaya bayi

baru lahir. Ibu dan keluarga memahami.


116

CATATAN PERKEMBANGAN II

Tanggal : 22 September 2018

Waktu : 07.30 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : -

O: Keadaan umum baik, tonus otot aktif, N: 138 x/menit, R: 46 x/menit, S: 37 oC.

Konjungtiva merah muda, sklera putih. Abdomen tali pusat belum lepas,

keadaan bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi.

By. Ny. A bayi baru lahir usia 3 hari


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan keluarga bahwa

keadaan bayi dalam keadaan normal. Ibu dan keluarga memahaminya

- Memandikan bayi. Bayi terlihat nyaman

- Menjaga kehangatan bayi. Bayi diselimuti

- Memberikan motivasi kepada ibu untuk memberikan ASI saja selama 6

bulan. Ibu melakukan dan menyetujuinya

- Memberikan penkes 5 imunisasi dasar lengkap kepada ibu. Ibu memahami

- Menginformasikan kunjungan ulang 4 hari lagi atau bila ada keluhan.


117

CATATAN PERKEMBANGAN III

Tanggal : 26 September 2018

Waktu : 10.00 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : -

O: Keadaan umum baik, tonus otot aktif, BB : 3350 gram PB: 51 cm LK: 34 cm

LD: 33 cm N: 146 x/menit, R: 48 x/menit, S: 36,5oC. Konjungtiva merah

muda, sklera putih. Abdomen tali pusat sudah lepas, keadaan bersih, tidak ada

tanda-tanda infeksi. Warna kulit tidak ikterik

By. Ny. A bayi baru lahir usia 7 hari


A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan keluarga bahwa

keadaan bayi dalam keadaan normal. Ibu dan keluarga memahaminya

- Memandikan bayi. Bayi terlihat nyaman

- Menjaga kehangatan bayi. Bayi diselimuti

- Memberikan asupan nutrisi. Bayi diberikan ASI oleh ibunya

- Mengevaluasi tentang pemberian nutrisi pada bayi. Bayi hanya di berikan

ASI
118

- Memotivasi ibu untuk memberikan ASI saja selama 6 bulan. Ibu mau

melakukan dan menyetujuinya

- Mengingatkan ibu untuk pemberian imuniasi BCG dan Polio 1 pada

tanggal 04 Oktober 2018. Ibu mengerti


119

CATATAN PERKEMBANGAN IV

Tanggal : 4 Oktober 2018

Waktu : 09.00 WIB

Tempat : PMB Bidan N

Pengkaji : Detty Chotimah

S : Ibu mengatakan bayi nya akan di Imunisasi BCG

O: Keadaan umum baik, tonus otot aktif, BB : 3400 gram N: 144 x/menit, R: 46

x/menit, S: 36,7oC. Konjungtiva merah muda, sklera putih. Abdomen tidak

kembung. Warna kulit tidak ikterik

By. Ny. A bayi baru lahir usia 15 hari dengan imunisasi BCG dan Polio 1
A:

P: - Menginformasikan hasil pemeriksaan bayi kepada ibu dan keluarga bahwa

keadaan bayi dalam keadaan normal. Ibu dan keluarga memahaminya

- Melakukan pemberian Imunisasi BCG secara Intracutan pada lengan kanan

atas. Imunisasi diberikan.

- Memberikan 2 tetes polio secara oral, tidak dimuntahkan.

- Mengevaluasi mengenai pemberian nutrisi pada bayi. Ibu hanya

memberikan ASI saja

- Memotivasi ibu untuk selalu memberikan ASI saja sampai 6 bulan. Ibu
120

mau melakukan

- Menginformasikan kepada ibu mengenai tanda bahaya pada bayi. Ibu

memahami.
121

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai Manajemen Asuhan Kebidanan

Komprehensif mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir pada Ny. A

37 tahun G2P1A0 yang dilakukan mulai tanggal 28 Agustus - 6 Oktober 2018 di

Praktik Bidan Mandiri yaitu Bidan N. Disamping itu penulis juga akan membahas

kesesuaian serta kesenjangan antara teori dengan asuhan yang diberikan. Adapun

pembahasannya adalah sebagai berikut :

A. Asuhan Kehamilan

Pengkajian dan pemberian asuhan kebidanan masa kehamilan pada Ny. A dari

kehamilan 36-37 minggu yaitu bertujuan untuk membantu ibu dalam menyiapkan

aspek fisik, spiritual, sosial dan psikologis dalam menghadapi persalinan dan

nifas. Sasaran utama pemberian asuhan yaitu untuk memastikan bahwa ibu dan

bayinya memiliki kesehatan yang baik pada akhir kehamilan dan mendeteksi dini

adanya komplikasi yang mungkin timbul (Winkjosastro, 2009).

Ny. A telah melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara teratur sebanyak 10

kali. Hal ini berdasarkan kebijakan yaitu kunjungan pemeriksaan kehamilan

untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan janin minimal 4 kali

selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut: kehamilan trimester pertama


122

satu kali kunjungan, kehamilan trimester kedua satu kali kunjungan, dan

kehamilan trimester ketiga dua kali kunjungan. (Kemenkes RI, 2015)

Dua kali kunjungan pada trimester 3 adalah 2 minggu sekali pada usia

kehamilan 28-36 minggu, dan 1 minggu sekali pada usia kehamilan 37-42

minggu. Dalam asuhan kebidanan komprehensif ini, Ny. A dilakukan kunjungan

kehamilan sebanyak 3 kali. Kunjungan pertama yaitu tanggal 31 agustus 2018,

pada kunjungan kedua adalah 7 hari setelah kunjungan pertama, bertujuan untuk

memantau kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe yang telah diberikan,

dikarena ibu didiagnosa memiliki Anemia Ringan. Dan kunjungan ketiga adalah

7 hari setelah kunjungan pertama bertujuan untuk memantau keadaaan ibu dan

janin.

Ibu merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16 minggu, hal ini sesuai

dengan teori yang menyatakan gerakan fetus dapat dirasakan pada usia

kehamilan 16 minggu (Winkjosastro, 2009). Gerakkan janin dirasakan ibu >10

kali/12 jam. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cardiff dalam jurnal Endjun, Judi

Januadi (2012) yang berjudul Standarisasi Pemantauan Kesejahteraan Janin :

Pengalaman RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad / FK UPN Veteran menyatakan

bahwa pemantauan gerakakan janin dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring ke

kiri atau duduk, dan menghitung berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai

10 gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam tidak tercapai 10 gerakan, maka
123

pasien harus segera ke dokter / bidan untuk penanganan lebih lanjut. Hal ini

sesuai teori dan tidak ada kesenjangan.

Pada Ny. A belum melengkapi imunisasi TT pada kehamilan yang

sebelumnya. Ibu mendapatkan imunisasi TT2 dan untuk mendapatkan imunisasi

TT3 ibu harus menunggu 6 bulan setelah pemberian TT2 (Kemenkes RI, 2013).

Ibu mengeluh sering BAK dalam sehari ±8 kali sehari atau lebih. Pada

kehamilan trimester III kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul keluhan

sering kencing akan timbul lagi karena kandung kencing akan mulai tertekan

kembali. Pada kehamilan tahap lanjut pelvis ginjal kanan dan ureter lebih

berdilatasi dari pada pelvis kiri akibat pergeseran uterus yang berat ke kanan.

Perubahan-perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung, urin

dalam volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urin

(Romauli, 2011).

Keluhan pegal-pegal disertai bengkak pada kaki mulai ibu rasakan saat usia

kehamilan 7 bulan. Penurunan darah arterial, tahanan vaskuler dan peningkatan

metabolisme darah mempengaruhi cardiac output. Keluhan pusing yang sering

terjadi selama kehamilan trimester II, karena rahim membesar dapat menekan

pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun dan

tampak sedikit pembengkakan pada wajah dan terutama terlihat pada kaki bagian

bawah dan pergelangan kaki.


124

Keluhan keputihan dipengaruhi oleh hormon estrogen selama kehamilan yang

bisa meningkatkan produksi cairan vagina serta menurunnya keasaman vagina.

Kondisi itulah yang menyebabkan terjadinya keputihan, khususnya yang

disebabkan oleh infeksi jamur.

Selama kehamilan ini ibu mengalami kenaikan berat badan sebanyak 11 kg,

yaitu berat badan sebelum hamil 50 kg, dan berat badan pada usia kehamilan 39

minggu menjadi 61 kg. Ibu sempat mengalami penurunan berat badan hingga 1

kg saat usia kehamilan 13—14 minggu. Hal ini dipicu akibat mual muntah pada

kehamilan awal. Hal ini tentunya berbeda dengan teori yang seharusnya bahwa

ibu akan mengalami kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg selama kehamilan

trimester pertama (Manuaba, 2010). Saat pemeriksaan usia kehamilan ibu adalah

36—37 minggu didapatkan TFU 3 jari bawah Px. Hal ini sesuai dengan teori

menurut Kemenkes RI, 2013

Usia Kehamilan Ukuran TFU


12 minggu 3 jari diatas simpisis pubis
16 minggu Pertengahan simpisis pubis dan pusat
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 3 jari diatas pusat
32 minggu Pertengahan pusat dan Px
36 minggu 3 jari dibawah Px
40 minggu 2 jari dibawah Px
Tabel 4.1
(Ukuran TFU dan usia kehamilan)
125

Belum masuk PAP, convergen. Hal ini masih wajar karena ibu

merupakan seorang multigravida. Biasanya kepala bayi masuk bersamaan

dengan adanya dilatasi serviks.

Ny. A telah melakukan pemeriksaan laboratorium yaitu urine untuk

menentukan kadar protein dan glukosa serta pemeriksaan darah untuk

menentukan Hb (haemoglobin) sebanyak 2 kali pada awal kehamilan dan

memasuki usia kehamilan 36 minggu. Hal ini kurang sesuai dengan teori

yang menyebutkan bahwa Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan

darahnya sekurang–kurangnya 2x selama kehamilan, sekali pada permulaan

dan sekali pada akhir kehamilan (Mochtar, 2013).

Ny. A mendapatkan tablet Fe dari awal trimester 2 hingga bulan agustus

sebanyak 70 tablet, mengeluh mudah lesu dan lemas, hal ini berdasarkan

hasil pemeriksaan penunjang kadar hemoglobin ibu 10,2 gr%. Bila dilihat

dari jumlah kadar normal hemoglobin dalam darah pada ibu hamil trimester

III adalah 11 g/dL, dan klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Sohimah,

2008.

Kadar Hb (g/dL) Klasifikasi


≥11 Tidak Anemia
9—10,9 Anemia Ringan
7—8,9 Anemia Sedang
≤7 Anemia Berat
Tabel 4.2
(Klasifikasi Anemia)
maka Ny. A dikategorikan kedalam ibu hamil dengan anemia ringan.
126

Pada tanggal 7 september 2018 ibu dilakukan pemeriksaan ulang Hb,

hasil dengan hasil 10,7 g/dl. Peningkatan kadar Hb ini dapat dipengaruhi

oleh kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe dan makanan yang mengandung

banyak zat besi.

Resiko anemia saat hamil diantaranya berat badan kurang, eklamsia,

ketuban pecah dini, partus prematur, perdarahan antepartum, gangguan

pertumbuhan janin dalam rahim, dan mudah terkena infeksi, dan

dekompensasi kordis hingga kematian ibu (Mansjoer A. dkk., 2008).

Penatalaksanaan asuhan ibu hamil dengan anemia ringan dengan cara

meminum tablet Fe dan mengupayakan perbaikan menu makanan. Misalnya

dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi. Selain itu

tambahkan substansi yang memudahkan penyerapan zat besi seperti vitamin

C, air jeruk, daging ayam dan ikan. Sebaliknya substansi penghambat

penyerapan zat besi seperti teh dan kopi patut dihindari. Dan dapat dibantu

dengan konsumsi tablet Fe (Wiknjosastro, 2009).

B. Asuhan Persalinan

Pengkajian subjektif pada Ny. A tanggal 19 September 2018 pukul 00.30 WIB

dengan keluhan keluar air-air bercampur darah sejak pukul 00.00 WIB.

Berdasarkan dengan teori keluhan yang dirasakan ibu dapat dikatakan ibu telah

masuk kedalam inpartu. Adapun tanda-tanda inpartu yaitu rasa sakit oleh adanya

his datang lebih kuat, sering, dan teratur. Keluar lendir bercampur darah (bloody
127

show) yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks. Kadang–

kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pada pemeriksaan dalam: serviks

mendatar dan pembukaan telah ada. Hal ini tidak ada kesenjangan antara praktik

dan teori (Mochtar, 2013).

Keluhan mules-mules yang dirasakan oleh ibu merupakan hal yang wajar

dialami oleh ibu bersalin. Salah satu faktor yang berperan dalam persalinan

menurut Sumarah, 2008 adalah Power atau kekuatan. Power adalah kekuatan-

kekuatan yang ada pada ibu seperti kekuatan his dan mengejan yang dapat

menyebabkan serviks membuka dan mendorong janin keluar. His yang normal

mulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata

simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundus

uteri dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan

relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang amnion

kembali ke asalnya.

Persalinan berlangsung spontan tanggal 19 September 2018 pada pukul 08.36

WIB dan kala I berlangsung selama ± 8 jam, menurut teori kala I pada

multigravida berlangsung ± 8 jam (Winkjosastro, 2009). Sehingga hal ini sesuai

dengan teori dan tidak ada kesenjangan.

Kala II persalinan berlangsung selama 36 menit, hal ini sesuai dengan teori

yang menyatakan bahwa kala II pada multigravida berlangsung tidak lebih dari 1

jam. (Winkjosastro, 2009) hali ini sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan.
128

Kala III pada kasus Ny. A berlangsung 8 menit pada pukul 08.44 WIB,

melahirkan plasenta secara spontan. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya

berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir (Rohani dkk, 2011). Pada asuhan kala

III telah menggunakan manajemen aktif kala III yang membantu menghindarkan

terjadinya perdarahan pasca persalinan. Hal ini sesuai dengan teori yaitu

memberikan oksitosin dengan segera, penegangan tali pusat terkendali dan

pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir (Saifuddin, 2013).

Pada kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum yang

merupakan waktu kritis bagi ibu dan bayi, maka dari itu dilakukan pemeriksaan

setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.

Pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan tinggi fundus uteri, kontraksi

uterus, jumlah perdarahan, kandung kemih, dan tanda – tanda vital. Hal ini sudah

dilakukan dan tidak ada kesenjangan dengan teori (Saifuddin, 2013).]

C. Asuhan Masa Nifas

Ny. A melakukan mobilisasi dengan miring ke kiri dan ke kanan segera setelah

melahirkan dan turun sendiri dari tempat tidur ke kamar mandi setelah 2 jam

melahirkan. Mobilisasi dan early ambulation ini perlu dilakukan, karena dapat

mencegah terjadinya tromboflebitis.


129

Pada pemeriksaan nifas 6 jam post partum ibu sudah BAK ke kamar mandi

serta dilakukan pemeriksaan tanda–tanda vital dengan hasil TD: 110/70 mmHg,

P: 78 x/menit, R: 21 x/menit, S: 36,70C, TFU 2 jari dibawah pusat, kandung

kemih tidak penuh, kontraksi uterus baik, keluar colostrum dari ke-2 payudara,

mengajarkan massase fundus uteri. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pemeriksaan

untuk 6 jam post partum yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri (Saifuddin, 2013).

Pada 6 jam post partum (sebelum pasien pulang), pasien diberikan terapi oral

vitamin A 200.000UI 1x1, vitonal F 1x1 dan paracetamol 3x500 mg. Dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 tahun 2017, bidan tidak

mempunyai hak untuk memberikan terapi oral Paracetamol. Namun, berdasarkan

kajian lapangan, pemberian terapi oral tersebut dimaksudkan sebagai analgetik

dan antipiretik untuk mencegah nyeri dan demam pada masa nifas. Hal tersebut

merupakan hasil kolaborasi dengan dokter di puskesmas.

Pada kunjungan post partum hari ke-3 ibu mengatakan merasa kurang tidur,

linu bagian luka jahitan, BAB dan BAK lancar, ibu mium ±8 gelas sehari.

Keadaan umum ibu baik, TD : 110/70 mmHg, N: 80 x/menit, R: 18 x/menit, S:

36,40C, payudara tidak ada nyeri dan ASI keluar lancar, TFU 3 jari bawah pusat,

pengeluaran lochea sanguinolenta, Hal ini sesuai dengan tujuan nifas hari ke 2

sampai dengan hari ke 6, menurut teori yaitu memastikan involusi uteri berjalan

normal (kontraksi baik), memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak
130

memperlihatkan tanda – tanda penyulit, mengajarkan ibu cara perawatan tali

pusat. (Saifuddin, 2013). Adapun linu dibagian luka jahitan karena luka jahitan

belum kering sepenuhnya sehingga masih dapat dirasakan perih dan linu ketika

terkena air.

Pada kunjungan post partum hari ke 7, ibu mengatakan lecet pada puting. TD:

110/80 mmHg, N: 84 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,50C, payudara tidak ada

nyeri, puting lecet, ASI keluar lancar, TFU 3 jari diatas simpisis, pengeluaran

lochea sanguinolenta, hali ini sesuai dengan tujuan kunjungan nifas hari ke 7

yaitu memastikan involusi uterus berjalan normal, dan memastikan TFU di

bawah umbilikus, memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar. Terjadinya

puting lecet di awal menyusui pada umumnya disebabkan oleh posisi dan

perlekatan bayi tidak tepat saat menyusu atau bayi tidak menghisap dengan baik.

Keadaan puting Ny. A yang sedikit menonjol menjadi salah satu penyulit Ny. A

dalam menyusui anaknya.

Pada kunjungan post partum hari ke 15 ibu mengatakan tidak ada keluhan.

Hasil pemeriksaan dalam batas normal, lochea alba, TFU tidak teraba diastasis

rekti 2/5 jari. Hal ini sesuai dengan teori.

D. Asuhan Bayi Baru Lahir

Segera setelah bayi lahir, penulis menetekkan bayi pada Ny. A dengan

melakukan proses Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Hal ini dilakukan agar dapat

merangsang uterus berkontraksi dan mencegah perdarahan. Setelah persalinan


131

selesai penulis melakukan penilaian pada bayi dan melakukan perawatan

selanjutnya pada bayi yaitu menjaga kehangatan pada bayi, menganjurkan ibu

untuk menyusui bayinya dengan cara memberitahu ibu cara menyusui yang benar.

Pada bayi Ny. A penulis memberikan salep mata sebagai profilaktif yaitu salep

mata tetrasiklin 1% dan vitamin K1 1 mg yang diberikan secara IM dengan dosis

0,5 mg. Hal ini sudah sesuai dengan teori dan tidak ada kesenjangan

(Winkjosastro, 2009).

Pada kunjungan ke I (2 – 6 jam) dan kunjungan harike 3 keadan umum bayi

baik, menangis kuat, refleks hisap baik, tali pusat masih basah dan dibiarkan

terbuka. Hal ini sudah sesuai dengan teori (Winkjosastro, 2009).

Kunjungan hari ke 7 hasil pemantauan bayi dalam keadaan normal BB 3350

gram, tidak ada ikterus, ibu hanya memberikan ASI saja, ini sesuai dengan teori

yang mengatakan bahwa bayi baru lahir hanya diberikan ASI saja, tidak ada tanda-

tanda infeksi. Kunjungan hari ke 15 hasil pemantauan bayi dalam keadaan

normal, BB: 3400 gram, bayi di imunisasi BCG.

Perubahan berat badan selama masa neonatus terjadi akibat perpindahan cairan

dari intraseluler menuju ekstraseluler. Peningkatan cairan ekstraseluler pada

neonatus menyebabkan diuresis garam dan air dalam 48-72 jam pertama.

Pengeluaran cairan ekstraseluler yang berlebihan mengakibatkan penurunan berat

badan fisiologis pada minggu pertama kehidupan. Kehilangan cairan pada

neonatus harus diimbangi dengan pemberian nutrisi yang mencukupi untuk


132

mencegah kondisi dehidrasi ataupun kekurangan kalori. Penurunan berat badan

fisiologis terjadi setelah neonatus usia 5 - 7 hari dan berat badan bertambah pada

usia 12 – 14 hari.

E. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan

Dalam pembuatan dokumentasi asuhan kebidanan, penulis tidak menemukan

kesenjangan antara teori dengan praktik. Apa yang ditulis kedalam asuhan adalah

asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi.


133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.

A 37 tahun G2P1A0 di Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya yang

dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2018 - 06 Oktober 2018 yang dimulai dari

tahap pengkajian, menentukan diagnosa, melakukan penatalaksanaan sekaligus

evalasi tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan serta

mendokumentasikannya dalam bentuk catatan SOAP, maka penulis dapat menarik

kesimpulan bahwa :

1. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan kehamilan pada Ny. A. Pada

pelaksanaan pengambilan data subjektif penulis tidak mengalami hambatan, hal

ini didukung oleh respon positif dan kooperatif dari ibu dan keluarga

2. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny. A. Pada

pelaksanaan pengambilan data subjektif dan objektif serta dalam memberikan

asuhan selama bersalin penulis tidak mengalami hambatan, hal ini didukung

oleh respon positif dan kooperatif dari ibu dan keluarga

3. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan nifas pada Ny. A Adapun keluhan-

keluhan yang dirasakan oleh klien merupakan hal yang bersifat fisiologis
134

4. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. A Pada

pelaksanaan pengambilan data subjektif penulis tidak mengalami hambatan, hal

ini didukung oleh respon positif dan kooperatif dari ibu dan keluarga

5. Penulis telah melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. A

Pada pelaksanaan penulis melalukan konseling mengenai metode kontrasepsi

pasca melahirkan dan ibu bersedia untuk berKB dan memilih kontrasepsi

suntik 3 bulan

6. Penulis telah mendokumentasikan asuhan kebidanan dengan metode SOAP.

Tidak ditemukananya kesenjangan anatara teori dengan praktik.

B. Saran

1. Bagi Klien dan Keluarga

Agar dapat menghasilkan asuhan yang baik dan bermutu, kerjasama yang

telah terbina antara klien, keluarga dan bidan harus tetap dipertahankan

2. Bagi Bidan

Bagi bidan sebagai pelaksana pelayanan kesehatan diharapkan selalu

memberikan pelayanan kebidanan yang komprehensif mulai dari kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir dan KB

3. Bagi Institusi

Hendaknya dilakukan asuhan kebidanan komprensif ini diagendakan lebih

sering agar generasi selanjutnya dapat memahami situasi dan kondisi di


135

lapangan dalam melakukan asuhan kebidanan dan dapat meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan sesuai dengan teori-teori yang didapat di dalam kelas.

Anda mungkin juga menyukai