atau disebut juga obat veteriner tercantum dalam Indeks Obat Hewan Indonesia oleh
Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) dan Direktorat Jenderal Peternakan
Departemen Pertanian. Obat hewan adalah obat yang khusus dipakai oleh hewan dan
digolongkan ke dalam sediaan biologik, farmasetik dan premix.
a. Kebiasaan makan
Tiap spesies hewan berbeda kebiasaan makannya. Maka proses penanganan
obatnya akan berbeda pula. Dalam hubungannya dengan fungsi fisiologik sistem
pencernaan merupakan sifat dasar yang membedakan antara spesies. Ciri khusus
lain yang dapat dianggap berkaitan dengan kebiasaan makan, adalah aktivitas
enzim mikrosomal hati dan reaksi pH urin.Spesies herbivor kelihatannya paling
efisien dalam memetabolisme obat-obat oleh reaksi oksidasi mikrosomal hati.
1
b. Ikatan protein plasma
c. pH Urin
Dalam setiap spesies ph urin bergantung pada diet. Hewan yang menyusui
dan diberi minum susu mengeluarkan urin asam. Pengaruh reaksi ph urin atau
sirkulasi enterohepatik pada kecepatan eksresi suatu obat sangat bergantung pada
peranan mekanisme tersebut terhadap proses eksresi obat.
d. Absorpsi Obat
2
Pada umumnya fisiologi pencernaan dan proses absorpsi obat adalah serupa
pada babi, anjing dan kucing, dan tidak berbeda pada manusia. Perut sederhana
manusia dan anjing dilapisi dengan cardiac, gastric (oxyntic), dan pylaric. Perut
babi dilapisi dengan tipe-tipe mukosa yang sama, tetapi berbeda dalam mukosa
cardiac, dimana kelenjar-kelenjarnya mensekresi mucus dan ion bikarbonat,
meliputi daerah yang lebih besar dari dinding perut. Mukosa lambung yang
sebenarnya mengandung kelenjar-kelenjar tubular majemuk yang mensekresi
asam hidroklorida (sel-sel parietal atau oksentrik) yang pepsinogen. Reaksi asam
kuat isi lambung (rentang ph biasa adalah 3 sampai 4) apat menonaktifkan obat-
obat tertentu, seperti penisilin G dan eritromisin. Penonaktifan tipe ini biasanya
dapat diatasi dengan modifikasi bentuk sediaan.
e. Volume Distribusi
3
hendaklah diingat hubungan terbalik diantara volume distribusi dan konsentrasi
obat plasma.
f. Kecepatan eliminasi
Eliminasi obat berdasarkan dengan kinetika orde nol. Waktu paruh suatu
obat dapat berbeda luas di antara spesies hewan, terutama jika biotransformasi
merupakan proses utama eliminasi. Meskipun tidak mungkin menyusun
peringkat spesies berdasarkan waktu paruh obat spesies herbivor, terutama hewan
pemamah biak, kelihatannya mengeliminasi obat-obat yang mengalami
metabolisme hepatik ekstensif, lebih cepat dari spesies karnivor.
4
dan sapi meneteskan banyak bahan-bahan lipoid dari kelenjar-kelenjar sebaseus
untuk melindungi kulitnya. Babi mempunyai suatu lapisan ekstensif keratin, yang
harus dipertimbangkan jika merancang sediaan dermatologik.
b. Endokrinologi
Pengetahuan endokrinologi suatu spesies hewan akan penting dalam
formulasi pengendalian estrus untuk sinkronisasi perkembangiakan dan proses
kelahiran, meningkatkan kecepatan dan keuntungan efisisensi makanan,
kelahiran kembar pada ternak sapi dan domba atau produksi susu atau mencegah
hipokalsemia atau estrus. Variasi spesies dalam fungsi endokrin digambarkan
oleh periode estrus yang berbeda-beda. Misalnya sapi 14-18 jam, kambing 24-35
jam, babi 2-3 hari.
c. Pernafasan
Kebanyakan obat-obat diabsorpsi dari saluran pernafasan, kecepatan dan
luasnya tergantung pada obat, ukuran partikel semprotan, serta volme dan
kecepatan penarikan nafas. Meskipun anatomi dan fisiologi sistempernafasan
pada umumnya sama pada hewan piaraan, system avian (dalam burung) berbeda
dalam beberapa aspek. Paru burung lebh kecil dan terikat pada tulang rusuk.
Kecepatan pernafasan burung dapat berubah-ubah dari 46 sampai 380
pernafasan/menit dibandingkan dengan kira-kira 12/menit untuk kuda, dan
30/menit untuk sapi.
d. Perilaku
Perbedaan-perbedaan perilaku turunan di dalam suatu spesies dapat juga
menimbulkan permasalahan dalam pemilihan obat. Kucing merupakan
“groomers” terus-menerus, kemungkinan setiap obat yang dipakaikan secara
topical akan dicernakan. Juga desinfektan dan bahan-bahan kimia yang
dipakaikan pada kurungan-kurungan, kotak-kotak dan lantai-lantai terpungut
pada cakar kucing dan akhirnya dicernakan. Karena itu suatu desinfektan yang
dipandang aman untuk pemakaian sekitar anjing dapat mengganggu jka
digunakan dekat kucing.
e. Perbandingan spesies memakai konsep-konsep farmakokinetik
5
Farmakokinetik merupakan studi dan karakterisasi dari waktu jalan
absorpsi obat, distribusi, metabolism, ekskresi, dan hubungan proses tersebut
dengan intensitas serta lamanya terapeutik juga efek-efek yang merugikan dari
obat. Ikatan protein plasma dapat mempunyai efek nyata pada distribusi dan
aktivitas suatu obat serta dapat mempengaruhi kecepatan dimana obat dieliminasi
dari tubuh. Pengaruh ikatan protein padawaktu paruh tergantung pada atau hanya
pada fraksi bebas yang tidak terikat dari obat tersirkulasi atau tidak yang tersedia
untuk eliminasi (dalam hali ini metabolisme).
6
Meskipun suatu formula obat dapat mengandung batas-batas tertentu jumlah
sama bahan aktif fisiologik, perbedaan kadar darah atau efektivitas terapetik dapat
terjadi jika obat ini diberikan kepada: