Anda di halaman 1dari 10

Ruang merupakan elemen yang sangat penting dalam arsitektur.

Secara harfiah, ruang


(space) berasal dari bahasa Latin, yaitu spatium yang berarti ruangan atau luas (extent).
Jika dilihat dalam bahasa Yunani dapat diartikan sebagai tempat (topos) atau lokasi
(choros) yaitu ruang yang memiliki ekspresi kualitas tiga dimensi. Menurut Aristoteles,
ruang adalah suatu yang terukur dan terlihat, dibatasi oleh kejelasan fisik, enclosure yang
terlihat sehingga dapat dipahami keberadaanya dengan jelas dan mudah.
Dalam arsitektur, ruang terbagi menjadi ruang dalam dan ruang luar. Salah satu ruang
yang ada dalam arsitektur adalah ruang terbuka publik. Ruang terbuka publik sendiri
terbagi menjadi ruang eksterior dan ruang interior. Untuk ruang eksterior (Alexander et
al, 1977), terdapat dua bagian tipe ruang, yaitu:
1. Positif: yaitu ruang yang mempunyai batas yang pasti dan jelas. Ruang ini dapat dirasakan
dan dapat diukur dengan seksama. Sebagai bayangan, ruangan ini dapat diisi oleh air untuk
menunjukan keberadaannya. Ruang ini dibentuk dari bangunan yang berada disekitarnya.
2. Negatif: yaitu ruang yang tidak mempunyai bentuk yang jelas. Jenis ruang ini sulit
dibayangkan serta keberadaannya sulit dirasakan.
Di dalam buku Public Places – Urban Spaces, ruang positif dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Streets (road, path, avenue, lanes, boulevard, alleys, malls)
Streets adalah tipe ruang terbuka publik yang bersifat dinamik dan mempunyai
kuantitas perpindahan yang lebih tinggi.

b. Squares (plazas, circuses, piazzas, places, courts)


Squares adalah tipe statis dimana orang lebih sering untuk berdiam diri dalam waktu
lama di ruang terbuka publik ini.

Kedua jenis ini dapat bersifat formal maupun informal. Sehingga keduanya dapat
ditempatkan sebagai ruang terbuka publik dimanapun berada. Namun untuk Negara
berkembang seperti Indonesia, tipe streets lebih sering dijadikan sebagai ruang terbuka
publik daripada squares.

1.1. FUNGSI

A. Pengertian fungsi

Dari segi pengeriatan dapat di bagi menjadi :

concept
1. Pengertian Umum Bagi Para Ahli Bahasa ( Linguist ) Fungsi Adalah :
pendekatan pada studi bahasa yang berkenan dengan fungsi yang di tunjukan oleh
bahasa, terutama dalam hal kejadian ( informasi yang berhubungan ), ekpresi (
mengindikasikan suasana hati ), dan pergaruh keahlian.
2. Pengertian Umum Bagi Para sosiologis ( Linguist ) Fungsi Adalah :
Teori tentang hubungan bagian-bagian dalam masyarakat pada keseluruhan dan
satu dengan yang lai. Pendekatannya terkemukan dalam pekerjaan sosiolog pada
abad, khususnya mereka yang melihat masyarakat sebagai organisme.
3. Pengertian Arsitekturalnya adalah :
Suatu prinsip Arsitekturalnya dimana bentuk suatu bangunan harus di peroleh dari
fungsi yang harus di penuhinya; aspek skematis dan teknis dari moderenisasi
arsitektural ( rasionalisme ), yang pendirian teoritisnya yang lebih luas juga
membentuk pertanyaan simbolik, filsafat, politik, sosial ekonomi.

Fungsi traditional understanding ; utility, fitnes for purpose ( ketepatan guna ),”task” (
tugas/ guna ) yang harus di penuhi oleh suatu bangunan. Efek atau pengaruhnya
terhadap pengguna atau pengamat.commodity bagi teori vitu virus tentang ”
commodity ”, firmness and delight”.
Firmness = technics ” , delight = form ”. Ketiganya adalah dimensi yang tidak
telepaskan dari sebuah karya/ pekerjaan arsitektur, dan fungsi sendiri dapat di
bicarakannya dalam tujuan-tujuan analisis dengan pengertian bahwa dalam
kenyataannya fungsi tidak bisa ” ada ” ( exist ) tanpa bentuk dan material konstruksi
dan teknik.

B. Multifungsionalitas Arsitektur
Dalam kegiatan perancangan kita tidak pernah lepas dari instilah ” Fungsi ”.
Sayangnya istilah ini seringkali sangat di batasi pada pengertian sebagai aktifitas
didalam bangunan maupun diluat bangunan. Tetapi pada prinsipnya pengertian
fungsi sangat luas.

Berhubungan dengan hal ini, maka kita akan berhadapan dengan sebuah obyek
yang melaksanakan satu atau beberapa atau bahkan seluruh fungsi. Hal inilah yang
mendorong arsitektur untuk menjalankan berbagai fungsi, yang dikatakan
Multifungsionalitas Arsitektur ( josef Prijotomo, 1998 ).

Beberapa tokoh yang berkecimpung dalam bidang arsitektur maupun diluar


melontarkan beberapa fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur :

 Geoffrey Broadhint
Menurutnya ada enam fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitektur enam fungsi
tersebut adalah :
1. Environmental Filter ( =Modofier of the phsycal climate ). Bangunan bias
mengontrol iklin. Bangunan berfungsi sebagai penyaring terhadap iklim di luar
(filter). Bangunan dapat membuat kita merasa aman dan nyaman untuk
melaksanakan aktifitas kita. Kita dapat menentukan ruangan mana yang harus dekat
dan mana yang harus di jauhkan.
2. Container of actifities. Bangunan sebagai wadah kegiatan yang menempatkannya
pada tempat tertentu
3. Capital invesment (=changer of land value ). Bangunan dapat memberikan nilai
lebih pada tapak. Dapat menjadi sumber investasi yang baik.
4. symbolic function ( = implication cultural ). Dalam pengertian ini bangunan dapat
memberikan nilai Sombolik, khususnya keagamaan dan budaya.
5. Behavior modifier. Bangunan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku, sesuai
dengan suasana ruang.
6. Aesthetic function (= Pursuit of delight ). Bangunan akan menyenangkan jika
tampak cantik, sesuai dengan fashionable saat ini.
Geoffrey Broadhint, memahami fungsi sebagai sesuatu yang di pancarkan dan di
informasikan melalui panca indrkita.

 Christian Notberg-Scuhltz
Memunculkan empat fungsi yang dapat dijalankan oleh arsitektur. Dalam menjawab
: apa tugas bangunan :
1. phsycal Control. Peranan phsycal Control dalam fungsi bangunan adalah :
untuk mengontrol iklim.
*. Udara, kelembaban, temperetur, angin, curah hujan dan lain-lain
*. Hal-hal lain seperti, asap, serangga, hewan, manusia, dan radioaktif.
Secara umum physcal control adalah berupa hubungan bangunan terhadap
lingkungan. Dapat mengontrol lingkungan sesuai dengan aktifitas yang dilakukan di
dalam bangunan.
2. functional frame. Pada prinsipnya manusia selalu melakukan aktifitas oleh kerena
itu di perlukan wadah Arsiterktural dalam menentukan fungsi dari tiap-tiap wadah
yang di tentukan. Manusia membutuhkan ruangan untuk melaksanakan
kegiatannya, fungsi ruangan dapat berubah apabila terjadi perubahan gaya hidup
yang di dasari atas kebutuhan. Tak peduli jika ruangan dalam bentuk apapun ( bujur
sangkar, lingkaran, elipse, dll ) yang terpenting fungsi dapat terpenuhi.
3. Social Milieu. Bisa menjadi ekxpresi statis, peranan, kelompok, institusi dan
sekolompok bangunan yang dapat merepresentasikan system sosial sebagai suatu
kesatuan. Contoh : istana raja dibuat lebih besar dari bangunan lain dengan tujuan,
menunjukan status sosial.
Dari sinilah akan lahir ekxpresi bentuk, baik yang terjadi di dalam maupun di luat
harus dapat memberikan suatu informasi. Tentang apa dan fungsi dari bangunan
tersebut.
Bangunan dan ligkungan memberikan manusia tempat untuk melakukan kegiatan-
kegiatan umum dan khusus.
4. Cultural symbolization. Arsitektur adalah obyek budaya dan merupakan hasil
karya mansusia yang melayani aktifitas manusia secara umum. Kita telah sepakat
bahwa seni menerangkan nilai budaya dan sains menerangkan fakta-fakta, dan seni
adalah nilai-nilai budaya yang harus di masyarakatkan.

 Larry R. Ligo
Ligo memunculkan lima Fungsi yang dapat di jalankan oleh arsitekrur untuk
menjawab fungsi sebagai konsep. Kelima fungsi bangunan menurut liggo ( dari
concepts of function of the twentieth century Atchitecture ) adalah :
1. Structural Articulation ( artikulasi structural ) menunjuk pada pengupasan dalam
design, dari material struktur dan metode sebuah bangunan ( misalnya “ fungsi “
material dan metode maupun pada artikulasi exterior bangunan dengan variasi
kegiatan yang terkandung di dalamnya.
2. Physcal function. ( fungsi fisik ). Meliputi control dari lingkungan dan akomodasi
bangunan terhadap aspek-aspek fisik dari tujuan yang di inginkan, aspek-aspek
seperti pola jalan dan fleksibilitas dari pengaturan ruang.
3. Physcal function. ( fungsi Psiokoligi ). Mengacu kepada “feelings”
( perasaan atau rasa ) dimana bangunan-bangunan itu berbaur dengan pengamat-
pengamatnya, penghuni/pemakai dan pengkritikannya, termasuk penyakit-penyakit
psikologis seperti vertigo, clausphobia, kebingungan arah (direction), kenyamanan
fisik atau kurangnya rasa dan emosi yang spesifik/khas.

4. Social function. ( fungsi Sosial ). Mengacu kepada kongkritisasi dari institusi social
dan karakteristik yang bernilai budaya atau masa tertentu
5. Cultural/existential function. ( fungsi budaya/keberadaan ). Mengacu kepada
kongritisasi dati nilai-nilai universal atau struktur subconcius dari spatial dan orientasi
psikologi yang berhubungan lebih kepada esensi kemanusiaan dari pada hidup
manusia dalam suatu waktu dan tempat tertentu.
Larry R. ligo memahami fungsi sebagai tugas/pekerjaan ataupun efek-efek yang
dapat di timbulkan oleh Arsitektur.

1.2. RUANG

2. Pengertian Ruang

Menurut Lao Tzu


Ruang adalah ” kekosongan ” yang ada di sekitar kita maupun disekitar obtek atau
benda. Ruang yang ada di dalamnya lebih hakiki ketimbang materialnya/masannya.
Kekosongan yang terbingkaikan adalah sebagai transisi yang memisahkan arsitektur
dengan fundamental, ada Tiga Tahapan hirarki ruang :
1. ruang adalah hasil serangkaian secara tektonik
2. ruang yang dilingkupi bentuk
3. ruang peralihan yang membentuk suatu hubungan antara dunia di dalam dan
dunia di luar.
Menurut Plato
Ruang adalah sesuatu yang dapat terlihat dan terab, mejadi teraba karena memiki
karakter yang jelas berbeda dengan semua unsur lainnya. Plato menginginkan : kini,
segala sesuatunya harus berwadaq, kasat mata, dan teraba.

Ruang adalah sebagai tempat( topos ), tempat ( topos ) sebagai suatu dimana, atau
suatu place of belonging, uang menjadi lokasi yang tepat diman setiap elemen fisik
cenderung berada. Arsitoteles mengatakan : wadaq- wadaq sementara bergerak
keatas dan kebawah menuju tempatnya yang tepat dan setiap hal berada di suatu
tempat, yakni dalam suatu tempat. ” suatu tempat, atau ruang, tidak dapat memiliki
sesuatu wadaq. ( cornelis van de ven, 1995 ).
Karakteristik dari ruang dirangkum menjadi lima butir :
1) Tempat melingkupi objek yang ada padanya
2) Tempat bukan bagian yang di linkunginya
3) Tempat dari suatu objek yang tidak lebih besar atau lebih kecil dari objek tersebut
4) Tempat dapat di tinggalkan oleh objek dan dapat di pisahkan dari objek
5) Tempat selau mengikuti objek walaupun objek terus bergerak

Menurut Josef Prijotomo


Ruang adalah bagian dari bangunan yang berupa rongga, sela yang terletak
diantara dua objek dan alam terbuka yang mengelilingi dan melingkupi kita. Tidak
terlihat hanya dapat dirasakan oleh pendengaran, penciuman dan perabaan.

Menurut Rudolf Amheim


Ruang adalah sesuatu yang dapat di bayangkan sebagai suatu kesatuan terbatas
atau tak terbatas, seperti keadaan yang kosong yang sudah di siapkan untuk
mengisi barang.

Menurut Imanuel Kant


Ruang bukanlah merupakan sesuatu yang objektif atau nyata merupakan sesuatu
yang subjektif sebagai hasil pikiran manusia.

2.1. RUANG

3. Unsur – Unsur Pembentuk Ruang

Ruang tidak dapat di pisahkan dari kehidupan manusia, baik secara Psikologi,
emosional, dan dimensional. Manusia berada dalam ruang, bergerak, menghayati,
berfikir dan juga menciptakan dan menyatakan bentuk dinianya.

Secara umum, ruang di bentuk oleh tiga pembentuk elemen ruangan yaitu :
1. Bidang Alas/Lantai ( The base Plane ). Oleh karena lantai Merupakan pendukung
segala aktifitas kita di dalam ruangan.
2. Bidang Dinding/pembatas ( The vertical Space Devider ). Sebagai unsur
perancangan bidang dinding dapat menyatu dengan bidang lantai atau sebagai
bidang yang terpisah.
3. bidang atap/langit-langi ( The Overhead Plane ). Bidang atap adalah unsure
pelindung utama dari suatu bangunan dan pelindung terhadap pengaruh iklim.

4. Hubungan Antara Penentu Keterangkuman Dan Kualitas Barangruang

Selain ketiga unsur diatas adapun beberapa faktor lain yang turut mempengaruhi
terbentuknya suatu ruang. Faktor-faktor tersebut adalah dimensi,wujud, konfigurasim
permukaan, sisi bidang dan bukaan-bukaan. Suatu ruang tidak saja mempunyai
bentuk secara fisik. Ruang di bentuk oleh bidang alas, bidang dinding, sbidang
langit-langit. Sedangkan kualitas suatu ruang di tentukan oleh faktor-faktor tersebut
diatas, yang di sebut sebagai faktor penentu keterangkuman ruang.

Hubungan antara faktor-faktor penentu keterangkuman ruangan dengan kualitas


ruang yang di hasilkannya disimpulkan di dalam matriks di bawah ini :

Penentu keterangkuman
Kualitas ruangan
Dimensi
Proporsi
Skala
Wujud
konfigurasi Bentuk
Definisi
Permukaan
Sisi-sisi
Warna
Tekstur
Pola
Bukaan Tingkat ketertutupan
Cahaya
Pandangan

Sebagai contoh, hubungan antara penentu keterangkuman ruang DIMENSI dengan


kualitas ruang yang dapat di hasilkannya melalui SKALA dan PROFESI adalah bila
kita ingin mendapatkan efek yang wajar, megah dan mencekam ( lihat ilustrasi di
bawah ini )

Dalam contoh ini dimensi adalah ukuran panjang, lebar dan tinggi ruang. Skala wajar
di hasilkan dengan dimensi panjang, lebar, dan tinggi ruang yang sebanding dengan
tinggi manusia normal, contohnya pada bangunan rumah tinggal. Skala megah
dapat di capai dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi ruang yang jauh lebih besar
dari ukuran manusia normal, contohnya pada bangunan-bangunan monumental
seperti istana, theatre dan lain sebagainya.
Wujud adalah ciri-ciri pokok yang menentukan bentuk. Dengan membuat konfigurasi
dari permukaan dan sisi, maka akan di hasilkan suatu wujud terentu pula. Semakin
banyang konfigurasi dan wujud suatu banguna, akan semakin banyak ragam bentuk
yang di hasilkan. Bentuk-bentuk yang terjadi dari konfigurasi tersebut akan dapat
memberikan baik secara fisik maupun secara psikologis kepada pengamat dan
pengguna ruang. Misalnya konfigurasi bentuk ruang segi banyak ( segi enam, segi
delapan, dsb ), secara fisik akan mempengaruhi penataan perabot di dalamnya dan
akan memberikan kesan kaku dan tegas terhadap ruang tersebut. Sedangkan
bentuk ruang yang melenkung ( lingkaran, elipse, dsb ) akan memperjelas adanya
continuitas permukaan-permukaan bentuk, kekompakan volume ruang dan
kelembutan kontur.

Faktor keterangkuman ruang PERMUKAAN DAN SISI akan menentukan kualitas


ruang melalui WARNA, TEKSTUR, DAN POLA. Dengan memberikan warna dan
tekstur pada permukaan-permukaan bidang pembentuk ruang ( lantai, dinding, dan
langit-langit ) akan memberikan kesan tertentu pada ruang yang bersangkutan
kesan yang di timbulkannya lebih bersifat psikologis dari pada bersifat fisik sebagai
contoh, bila suatu ruang di beri warna-warna lembut dan cerah, maka ruang menjadi
terasa lebih luas dan pada gilirannya akan menyebabkan pengguna ruang menjadi
lebih tenang dan nyaman. Sebaliknya jika di beri warna-warna gelap dan warna-
warna panas ( merah, kuning, jingga ) akan memberikan kesan sempit atau
bersemangat demikian pula dengan tekstur, baik halus maupun kasar akan
memnerikan kesan berbeda pada suatu ruang atau bangunan, misalnya pada
bangunan yang menggunakan beton expose, maka kesan yang di timbulkan adalah
bangunan yang berat dan kokoh. Pola yang di buat pada penyusun material penutup
lantai ( keramik, marmer, granit, dll ) akan meningkatkan kualitas suatu ruang dari
ruang yang ’ biasa-biasa’, saja menjadi ruang yang memiliki nilai estetika yang baik.
Pola juga dapat memperkuat atau menyamarkan kesan yang sudah ada. Misalnya
pada dinding yang tinggi atau tidak terlalu lebat di beri pola garis-garis vertikal masa
dinding tersebut akan terasa menjadi lebih tinggi, tetapi jika di beri pola garis-gari
horizontal maka akan menyamarkan ketinggiannya.

Contoh lain bisa kita ambil pada hubungan antara faktor keterangkuman ruang
PERMUKAAN dengan kualitas yang di hasilkan dalam penyamanan ruang. Ukuran,
rupa dan letak dari bukaan atau void didalam bentuk penutupan ruang yang
terangkum akan mempengaruhi nilai/kulitas dari suatu ruang dalam hal : bentuk
ruang yang terjadi, pencahayaan ruang dan penerangan pada permukaan-
permukaan dan bentuk-bentuknya, serta pada fokus dan orierntasi akibat dari
adanya bukaan.

Pengertian Ruang dan Ruangan


Dilihat dari sudu pandang umum, ruang merupakan bagian dari semesta yang
memiliki dimensi 3 (panjang, lebar dan tinggi) dan dapat dihuni oleh bagian terkecil
suatu benda (atom).

Dari segi Arsitektur, ruang merpakan bagian tiga dimensi (memiliki panjang, lebar
dan tinggi) dibatasi oleh elemen penyusun bawah, samping dan atas sebagai
pembatas keluar/masuk ruangan tersebut.

Ruang berbeda dengan ruangan, ruangan hanalah dalam konteks ruang dalam,
sedangkan ruang meliputi inerior dan eksteriosnya.

Organisasi Ruang
Penataan ruang dalam suatu wilayah atau dalam suatu bangunan sendiri memiliki
beberapa metode organisasi, diantaranya :

1. Organisasi Linier
Suatu urutan dalam satu garis dan ruang-ruang yang berulang.

2. Organisasi Axial
Organisasi ruang yang terbentuk berdasarkan garis axis tertentu yang
menghubungkan antar ruang dan membuat sebuah pola.

3. Organisasi Grid
Organisasi ruang-ruang dalam daerah struktural grid atau struktur tiga dimensi lain.

4. Organisasi Terpusat (Central)


Sebuah ruang dominan terpusat dengan pengelompokan sejumlah ruang sekunder.

5. Organisasi Radial
Sebuah ruang pusat yang menjadi acuan organisasi ruang-ruang Iinier yang
berkembang menurut arah jari-jari.

6. Organisasi Cluster
Kelompok ruang berdasarkan kedekatan hubungan atau bersama-sama
memanfaatkan satu cirii atau hubungan visual.
Organisasi Ruang dalam Arsitektur

Korelasi/Hubungan Ruang
Suatu bangunan yang memiliki ruang, apabila ditempati atau dihuni maka akan
terjadi suatu hubungan timbal balik antara ruang dengan penghuni tersebut.

Dalam konteks ini tidak hanya manusia saja yang disebut penghuni ruang, tetapi
juga makhluk hidup lainnya yang menempati ruangan tersebut.Karena selain rumah
manusia juga ada rumah anjing, kandang sapi, kandang ayam, sampai rumah
semut.

Namun dalam konteks manusia dan arsitektur, manusialah yang memiliki paling
banyak macam korelasi dengan ruangan karena memiliki cipta rasa dan
karsa.Hubungan tersebut dibagi menjadi hubungan secara fisik maupun non fisik
(psikis) ruang.

Dalam hal ini arsitek memiliki peran untuk menjembatani antara ruang dengan
penghuninya agar terjadi hubungan timbal balik yang harmonis.

Anda mungkin juga menyukai