Anda di halaman 1dari 8

TERM OF REFERENCE (TOR)

Seminar Kesehatan Nasional


Bagian Manajemen Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin
Periode 2016-2017

A. Latar Belakang

JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah salah satu program pemerintah yang

bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat

Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. JKN yang dikembangkan di

Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN ini

diselenggarakan melalui mekanisme Asuransi Kesehatan Sosial yang bersifat wajib

(mandatory) berdasarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN. Tujuannya

adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga

mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak.

Asuransi kesehatan sosial memberikan beberapa keuntungan. Pertama, memberikan

manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi kesehatan sosial

menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu. Itu berarti peserta bisa mendapatkan

pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang wajar dan terkendali, bukan “terserah

dokter” atau terserah “rumah sakit”. Ketiga, asuransi kesehatan sosial menjamin

sustainabilitas (kepastian pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan).

Keempat, asuransi kesehatan sosial memiliki portabilitas, sehingga dapat digunakan di

seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh warga, kepesertaan

asuransi kesehatan sosial dalam hal ini JKN bersifat wajib.

Akan tetapi pelaksanaan JKN selama dua tahun terakhir, banyak menuai kontroversi

terutama dari masyarakat seperti sosialisasi BPJS yang masih kurang. Ini menyebabkan
informasi yang beredar mengenai prosedur pendaftaran dan pemanfaatan BPJS Kesehatan

simpang siur dan membingungkan. Akibatnya tidak jarang staf RS yang menerima

komplain atau kemarahan pasien, dituduh mempersulit, bahkan dituding mencari

keuntungan.

Kendala lain yaitu pada sistem layanan rujukan, banyak pasien yang tidak bersedia

mengunjungi Pemberi Pelayanan Kesehatan tingkat Pertama (PPK I) misalnya

Puskesmas Klinik, Rumah sakit kelas D (Rumah sakit yang didirikan di desa tertinggal,

perbatasan atau kepulauan) dan Praktik Dokter atau dokter gigi, sebelum ke Pemberi

Pelayanan Kesehatan tingkat Kedua (PPK II) contohnya rumah sakit. Seharusnya petugas

BPJS yang menjelaskan hal ini ke pasien, namun kenyataan di lapangan petugas RS

menghabiskan cukup banyak waktu untuk menjelaskan hal ini kepada pasien. Masyarakat

yang tinggal di kepulauan juga menjadi korban kurangnya sosialisasi mengenai sistem

rujukan pada BPJS. Perjalanan jauh yang telah ditempuh dengan menyeberangi pulau dan

biaya tidak sedikit menjadi sia-sia karena RS terpaksa menolak pasien.

Pelayanan rujukan juga menjadi sesuatu yang rumit di daerah seperti Papua. Banyak

daerah yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan darat, sehingga diperlukan heli-

ambulans untuk mengangkut pasien gawat atau pasien rujukan. Namun fasilitas ini tidak

tersedia di BPJS. Tidak jarang juga penolakan oleh RS dilakukan karena ruangan benar-

benar penuh. Ini tentu saja menyebabkan mutu pelayanan RS jadi menurun. Seharusnya

pasien tersebut dapat dirujuk ke RS lain yang setingkat. Namun ada banyak RS yang

menolak (swasta) atau belum siap (swasta dan pemerintah) untuk bekerjasama dengan

BPJS, misalnya di Bogor, Sulawesi Selatan (Makassar), Sulawesi Utara, dan

Banjarmasin.

Terdapat dua jenis sistem pembiayaan pelayanan kesehatan, yaitu dengan retrospektif

dan prospektif. Metode pembayaran retrospektif adalah metode pembayaran yang


dilakukan atas layanan kesehatan yang diberikan kepada pasien berdasar pada setiap

aktifitas layanan yang diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan

semakin besar biaya yang harus dibayarkan. Sedangkan metode pembayaran prospektif

adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya

sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan.

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Indonesia memilih menggunakan sistem

pembiayaan prospektif, alasannya : (1) Dapat mengendalikan biaya kesehatan; (2)

Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar; (3) Membatasi pelayanan

kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan; (4) Mempermudah administrasi klaim; dan

(5) Mendorong provider untuk melakukan cost containment.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari Seminar Kesehatan Nasional ini adalah :


1. Untuk mengetahui mutu pelayanan dari sistem JKN.
2. Untuk mengetahui efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan selama dua tahun
era JKN.
3. Sebagai dasar pertimbangan untuk kebijakan dalam penguatan sistem rujukan.

C. Kegiatan

Jenis kegiatan yang kami lakukan berupa Seminar Kesehatan Nasional dengan tema
“Optimalisasi Sistem Rujukan Menuju Universal Health Coverage 2019”. Adapun
pembahasan yang disampaikan pada seminar tersebut yaitu :
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

a. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai kebijakan pemerintah


terkait dengan sistem rujukan pelayanan kesehatan.
b. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai tantangan dan kesiapan
fasilitas pelayanan kesehatan di Era JKN.
c. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai issue-issue strategis
terkait dengan pelayanan kesehatan.
d. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai program kerja Kemenkes
untuk mengatasi kendala-kendala terkait dengan sistem rujukan pelayanan
kesehatan
2. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS)
a. Memberikan pemahaman kepada peserta seminar tentang pelaksanaan JKN
selama dua tahun terakhir.
b. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai pembiayaan dan kenaikan
tarif yang menjadi masalah dalam pelaksanaan JKN.
c. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai kendala-kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan JKN.
d. Memberikan pemahaman kepada peserta mengenai solusi yang dapat
diberikan oleh BPJS untuk mengatasi berbagai kendala-kendala yang terjadi.
3. Guru Besar MARS Unhas
a. Memberikan pemahaman kepada peserta seminar mengenai efektivitas system
rujukan sebelum dan sesudah era JKN.
b. Memberikan pemahaman kepada peserta seminar mengenai masalah dan
tantangan sistem rujukan di rumah sakit.
c. Memberikan pemahaman kepada peserta seminar mengenai solusi yang dapat
diberikan oleh akademisi dalam mendukung optimalisasi sistem rujukan.

Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut perlu persiapan yang maksimal. Adapun


tahapan-tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1. OC (Organizing Committee) pada tanggal 26 September 2016.
2. Pengonsepan dan penentuan tema pada tanggal 28 September 2016.
3. Penyediaan tempat telah disepakati oleh OC (Organizing Committee) sejak tanggal 26
September 2016 pada saat rapat perdana.
4. Penentuan konsep acara bersama OC (Organizing Committee) pada tanggal 1
Oktober 2016..
5. Persuratan permohonan pemateri ke Kementrian Kesehatan, Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial (BPJS), Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Selatan dan Guru Besar
FKM Unhas.
6. Pencarian dana berupa penjualan kue, mengadakan bazar, surat permohonan bantuan
dana dan pendistribusian proposal pada tanggal 5 Oktober 2014.
7. Seminar internasional akan dilaksanakan tanggal 19 November 2016 di Gedung
Ipteks Unhas
D. Anggaran Dana
RENCANA ANGGARAN
A. Acara
No. Item Unit Cost/Unit Total
Fee Pemateri (Termasuk
1. 4 Orang Rp 4.000.000 Rp 16.000.000
Akomodasi Transportasi)
2. Cendramata 4 Buah Rp 250.000 Rp 1.000.000
3. Pengisi Acara Group 1 Group Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
Rp 19.000.000
B. Humas
1. Transportasi 7 Orang Rp 50.000 Rp 350.000
2. Biaya Print 2 Botol Rp 100.000 Rp 200.000
Rp 550.000
C. Publikasi dan Dokumentasi
1. Spanduk Ukuran 3x1 2 Buah Rp 100.000 Rp 200.000
2. Baliho Ukuran 6x4 2 Buah Rp 250.000 Rp 500.000
3. Kertas Karton. (tiket) 100 Lembar Rp 2000 Rp 200.000
4. PlakatKayu 5 Buah Rp 200.000 Rp 1.000.000
5. Kertas A4 (pamflet) 2 Rim Rp 50.000 Rp 100.000
6. Kertas Sertifikat(sertifikat) 250 Lembar Rp 5000 Rp 1.250.000
7. Tinta Print 3 Buah Rp 100.000 Rp 300.000
Rp 3.450.000
D. Perlengkapan
1. Gedung 1 Unit Rp 2.000.000 Rp 2.000.000
2. Sound dan mic 1 Unit Rp 500.000 Rp 500.000
3. Colokan 2 Buah Rp 50.000 Rp 100.000
Rp 2.600.000
E. Konsumsi
1. Nasi Dos 100 Dos Rp 15.000 Rp 1.500.000
2. Kue Holland 4 Kotak Rp 50.000 Rp 200.000
3. Snack 100 Dos Rp 5000 Rp 500.000
4. The Botol Sosro 4 Buah Rp 5000 Rp 20.000
5. Aqua Botol 4 Buah Rp 5000 Rp 20.000
Rp 2.240.000

E. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Seminar Kesehatan Nasional ini mulai dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2016
Waktu : 08.00-selesai
Tempat : Gedung IPTEKS UNHAS

F. Pembagian Kerja
Team pelaksana atau OC (Organizing Committe) terdiri dari ketua panitia, sekretaris,
bendahara, seksi acara, seksi humas, seksi perlengkapan, seksi publidok, seksi dana, dan
seksi konsumsi. Berikut susunan panitia Seminar Kesehatan Nasional :
Ketua : Nurfadilah
Sekretaris : Andi Rifqah Hasanah
Bendahara : Vinani Fajariani

Divisi Acara Divisi Humas


Koordinator : Melani Asmarani Koordinator : Erika Utami
Anggota : Anggota :
Ika Ardianti Anjas Irma
Nur Miftahul Jannah Ulfa Annisa Ridwan
Harfiah Widyanti Andi Rezkiawati Anma
Anisah Maulidyah Triyuliandini Mene Paradila
Fatmala Rezeki Arifah Maharany Nur
Mustainah Besse Sitti Hajar
Nur Fitriani
Rezky Amalia Poetri

Divisi Dana Divisi Publidok


Koordinator : Anis Khaerunnisa Koordinator : Mitra Dewi Ferarry
Anggota : Anggota :
Andi Nurnaningsih Della Aprilani
Kumalasary Apriandani Kezia Djlau
Faradillah Rahmi Januarti
Suhaila Valianda Putri T
Putri Delima Andi Niartiningsih
Rizky Amaliah
Sri Dewiyanti
Adinda Pramitha
Warda Ningsih

Divisi Konsumsi Divisi Perlengkapan


Koordinator : Hasri Khumaerah Koordinator : Ayu Nanda Pratiwi
Anggota : Anggota :
Reni Widiastuti Erva Novitasari
Ni’matul Khaerah Novi Anggraeni
Diani Sumarno Andi Ratu Pratiwi
Ilma Auliya Nurul Fajriani
Mawadda Lukman

Team ini melaksanakan segala hal dari hasil rapat OC (Organizing Committee) yang
dilaksanakan satu kali dalam seminggu sejak tanggal 22 September. Adapun pembagian
kerja yang dilaksanakan yaitu :
1. Ketua panitia : membantu dan mengarahkan setiap anggotanya untuk melaksanakan
tugas masing-masing dan bertanggung jawab penuh terhadap anggotanya atas segala
tindakan yang telah diperbuat selama proses persiapan hingga terlaksananya kegiatan
seminar internasional tersebut.
2. Sekretaris : membuat persuratan, proposal terkait seminar internasional tersebut, dan
mencatat dari setiap hasil keputusan rapat OC (Organizing Committee).
3. Bendahara : membuat anggaran dana dan memegang hasil pencarian dana yang
terkumpul pada seksi dana.
4. Seksi acara : menyusun rencana kegiatan, membagi tugas dan tanggungjawab
mengenai hal-hal teknis pada saat kegiatan berlangsung, berkoordinasi dengan seksi-
seksi yang lain, mengatur dan memberi tugas mengenai kegiatan seminar yaitu
menghubungi pembicara, moderator dan lain lain.
5. Seksi dana : mencari dana tambahan, mendata atau membuat daftar alamat donator
dan sumber-sumber yang bisa mendapatkan dana.
6. Seksi konsumsi : menyediakan makanan dan minuman pada saat kegiatan
berlangsung.
7. Seksi humas : menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat yang ada di
sekitar, mengusahakan tempat pelaksanaan kegiatan, menyampaikan informasi yang
ingin disampaikan kepada publik.
8. Seksi publidok : mempublikasikan dan mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan
dengan seminar.
9. Seksi perlengkapan : mencari tahu semua kebutuhan seksi, terutama peralatan
kesekretariatan, mengecek peralatan dan segala kebutuhan, mendata dan mencatat
semua alat yang berupa pinjaman.
G. Evaluasi
Evaluasi akan dilaksanakan pada tanggal 19 November 2016 di Gedung Ipteks
Unhas.

Anda mungkin juga menyukai