A. Latar Belakang
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah salah satu program pemerintah yang
bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat
Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif dan sejahtera. JKN yang dikembangkan di
Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). SJSN ini
adalah agar semua penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi, sehingga
manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau. Kedua, asuransi kesehatan sosial
menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu. Itu berarti peserta bisa mendapatkan
pelayanan bermutu memadai dengan biaya yang wajar dan terkendali, bukan “terserah
dokter” atau terserah “rumah sakit”. Ketiga, asuransi kesehatan sosial menjamin
seluruh wilayah Indonesia. Oleh sebab itu, untuk melindungi seluruh warga, kepesertaan
Akan tetapi pelaksanaan JKN selama dua tahun terakhir, banyak menuai kontroversi
terutama dari masyarakat seperti sosialisasi BPJS yang masih kurang. Ini menyebabkan
informasi yang beredar mengenai prosedur pendaftaran dan pemanfaatan BPJS Kesehatan
simpang siur dan membingungkan. Akibatnya tidak jarang staf RS yang menerima
keuntungan.
Kendala lain yaitu pada sistem layanan rujukan, banyak pasien yang tidak bersedia
Puskesmas Klinik, Rumah sakit kelas D (Rumah sakit yang didirikan di desa tertinggal,
perbatasan atau kepulauan) dan Praktik Dokter atau dokter gigi, sebelum ke Pemberi
Pelayanan Kesehatan tingkat Kedua (PPK II) contohnya rumah sakit. Seharusnya petugas
BPJS yang menjelaskan hal ini ke pasien, namun kenyataan di lapangan petugas RS
menghabiskan cukup banyak waktu untuk menjelaskan hal ini kepada pasien. Masyarakat
yang tinggal di kepulauan juga menjadi korban kurangnya sosialisasi mengenai sistem
rujukan pada BPJS. Perjalanan jauh yang telah ditempuh dengan menyeberangi pulau dan
Pelayanan rujukan juga menjadi sesuatu yang rumit di daerah seperti Papua. Banyak
daerah yang tidak bisa dijangkau oleh kendaraan darat, sehingga diperlukan heli-
ambulans untuk mengangkut pasien gawat atau pasien rujukan. Namun fasilitas ini tidak
tersedia di BPJS. Tidak jarang juga penolakan oleh RS dilakukan karena ruangan benar-
benar penuh. Ini tentu saja menyebabkan mutu pelayanan RS jadi menurun. Seharusnya
pasien tersebut dapat dirujuk ke RS lain yang setingkat. Namun ada banyak RS yang
menolak (swasta) atau belum siap (swasta dan pemerintah) untuk bekerjasama dengan
Banjarmasin.
Terdapat dua jenis sistem pembiayaan pelayanan kesehatan, yaitu dengan retrospektif
aktifitas layanan yang diberikan, semakin banyak layanan kesehatan yang diberikan
semakin besar biaya yang harus dibayarkan. Sedangkan metode pembayaran prospektif
adalah metode pembayaran yang dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya
Mendorong pelayanan kesehatan tetap bermutu sesuai standar; (3) Membatasi pelayanan
kesehatan yang tidak diperlukan berlebihan; (4) Mempermudah administrasi klaim; dan
B. Tujuan
C. Kegiatan
Jenis kegiatan yang kami lakukan berupa Seminar Kesehatan Nasional dengan tema
“Optimalisasi Sistem Rujukan Menuju Universal Health Coverage 2019”. Adapun
pembahasan yang disampaikan pada seminar tersebut yaitu :
1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
E. Jadwal Kegiatan
Kegiatan Seminar Kesehatan Nasional ini mulai dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Sabtu, 19 November 2016
Waktu : 08.00-selesai
Tempat : Gedung IPTEKS UNHAS
F. Pembagian Kerja
Team pelaksana atau OC (Organizing Committe) terdiri dari ketua panitia, sekretaris,
bendahara, seksi acara, seksi humas, seksi perlengkapan, seksi publidok, seksi dana, dan
seksi konsumsi. Berikut susunan panitia Seminar Kesehatan Nasional :
Ketua : Nurfadilah
Sekretaris : Andi Rifqah Hasanah
Bendahara : Vinani Fajariani
Team ini melaksanakan segala hal dari hasil rapat OC (Organizing Committee) yang
dilaksanakan satu kali dalam seminggu sejak tanggal 22 September. Adapun pembagian
kerja yang dilaksanakan yaitu :
1. Ketua panitia : membantu dan mengarahkan setiap anggotanya untuk melaksanakan
tugas masing-masing dan bertanggung jawab penuh terhadap anggotanya atas segala
tindakan yang telah diperbuat selama proses persiapan hingga terlaksananya kegiatan
seminar internasional tersebut.
2. Sekretaris : membuat persuratan, proposal terkait seminar internasional tersebut, dan
mencatat dari setiap hasil keputusan rapat OC (Organizing Committee).
3. Bendahara : membuat anggaran dana dan memegang hasil pencarian dana yang
terkumpul pada seksi dana.
4. Seksi acara : menyusun rencana kegiatan, membagi tugas dan tanggungjawab
mengenai hal-hal teknis pada saat kegiatan berlangsung, berkoordinasi dengan seksi-
seksi yang lain, mengatur dan memberi tugas mengenai kegiatan seminar yaitu
menghubungi pembicara, moderator dan lain lain.
5. Seksi dana : mencari dana tambahan, mendata atau membuat daftar alamat donator
dan sumber-sumber yang bisa mendapatkan dana.
6. Seksi konsumsi : menyediakan makanan dan minuman pada saat kegiatan
berlangsung.
7. Seksi humas : menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat yang ada di
sekitar, mengusahakan tempat pelaksanaan kegiatan, menyampaikan informasi yang
ingin disampaikan kepada publik.
8. Seksi publidok : mempublikasikan dan mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan
dengan seminar.
9. Seksi perlengkapan : mencari tahu semua kebutuhan seksi, terutama peralatan
kesekretariatan, mengecek peralatan dan segala kebutuhan, mendata dan mencatat
semua alat yang berupa pinjaman.
G. Evaluasi
Evaluasi akan dilaksanakan pada tanggal 19 November 2016 di Gedung Ipteks
Unhas.