TINJAUAN PUSTAKA
menentukan umur simpan produk olahan susu. Salah satu teknik pengolahan
yang sering digunakan adalah pasteurisasi.
Pasteurisasi dilakukan dengan 2 cara yaitu memanaskan susu pada suhu
63 C selama 30 menit atau suhu 820C selama 2 menit. (Ebing & Rutgers 2006).
0
Susu Fermentasi
Banyak orang tidak suka mengkonsumsi susu dalam bentuk cair, oleh
karena itu terdapat beberapa jenis produk olahan susu dengan mempertahankan
nilai-nilai gizi susu dan membuatnya mudah diterima konsumen. Salah satu
contoh produk olahan susu adalah produk susu fermentasi (Kumbhar et al.
2009). Fermentasi susu juga dapat memperpanjang daya tahan simpan dan
meningkatkan nilai ekonomi susu (Widodo 2002).
Menurut FAO (2007) di dalam Codex Alimentarius, susu fermentasi
adalah produk susu yang diperoleh dengan cara fermentasi susu, dimana produk
yang diperoleh dari susu dengan dibuat dengan atau tanpa modifikasi komposisi
yang dibatasi oleh ketentuan yang ditetapkan dengan perlakuan yang cocok dari
mikroorganisme sehingga mengakibatkan penurunan pH dengan atau tanpa
koagulasi. Menurut Darwis dan Sukara (1989), fermentasi ialah proses baik
secara aerob maupun anaerob yang menghasilkan berbagai produk yang
melibatkan aktivitas mikroba atau ekstraknya dengan aktivitas terkontrol.
Widowati dan Misgiyarta (2009) menjelaskan bahwa fermentasi memiliki
berbagai manfaat, antara lain untuk mengawetkan produk pangan, memberi cita
rasa atau aroma terhadap produk pangan tertentu, memberikan tekstur tertentu
pada produk pangan. Proses fermentasi oleh mikroba tertentu dapat
meningkatkan nilai gizi yang ada pada produk fermentasi. Perbaikan mutu
produk pangan meningkatkan nilai terima produk oleh konsumen, dengan kata
lain, meningkatkan permintaan terhadap produk susu fermentasi. Panesar (2011)
menjelaskan bahwa keinginan konsumen terhadap produk susu fermentasi
merupakan saat yang tepat karena perkembangan teknologi pengolahan pangan
yang pesat, perubahan pada gaya hidup, dan manfaat kesehatan dari bukti-
bukti ilmiah.
Produk susu fermentasi merupakan komponen penting dari makanan
manusia di dunia yang tersebar di setiap daerah. Produk fermentasi susu yang
5
paling terkenal adalah yogurt. Yogurt sudah lama dikonsumsi oleh masyarakat
sejak Elie Metchnikov mengisolasi bakteri asam laktat yang bermanfaat bagi
kesehatan usus manusia pada tahun 1908 (Widodo 2002). Menurut Panesar
(2011), bakteri asam laktat secara alami dapat diterima dan umumnya dianggap
aman. Selama fermentasi berbagai perubahan fisik dan kimia terjadi karena
aktivitas fermentasi bakteri asam laktat yang digunakan sebagai kultur starter.
Produk susu fermentasi merupakan agen perantara penyampaian bakteri
probiotik.
Pembuatan produk susu fermentasi kering mengadopsi teknologi
fermentasi dari negara timur tengah. Jandal (1996) membuat susu fermentasi
kering berbahan baku susu domba. Komposisi kimia susu fermentasi kering
berbahan baku susu domba pada tabel 1.
menjadi asam dengan pH yang rendah. Pada titik isoelektrik protein yaitu dengan
nilai pH sekitar 4,6, kasein akan mengendap dikarenakan kondisi yang asam.
Produk kasein dapat menyerap sejumlah besar air sehingga mereka dapat
memodifikasi tekstur produk dan meningkatkan konsistensi (Southward 2001).
produk terkait susu fermentasi adalah untuk mencapai karakteristik rasa produk
yang diinginkan, terutama laktat, komponen pembentuk aroma dan
eksopolisakarida, sehingga dapat menyediakan berbagai pilihan produk kepada
konsumen. Komponen pembentuk aroma dan rasa ini terdiri atas empat kategori
antara lain: (1) asam-asam non volatil yaitu laktat, piruvat, oksalat, dan suksinat;
(2) asam-asam volatil yaitu format, asetat, propionat, dan butirat; (3) komponen
karbonil yaitu asetaldehid, aseton, asetoin, dan diasetil; (4) komponen lain yaitu
asam amino tertentu dan atau pembentuk konstituen hasil degradasi protein,
lemak, atau laktosa.
Pada proses fermentasi susu, BAL homofermentatif memproduksi asam
laktat sebagai hasil akhir utama sedangkan pada BAL heterofermentatif selain
memproduksi asam laktat, bakteri ini juga memproduksi asam asetat dan etanol,
senyawa asetaldehid, peptoglikan, peptida, vitamin dan antimikroba yang
berperan dalam pembentukan rasa, tekstur, dan manfaat kesehatan produk.
Selama dikonsumsi, susu fermentasi menyalurkan sejumlah besar BAL ke
saluran pencernaan. Sebagian mikroorganisme ini mampu menahan asam
lambung dan empedu (Djouzi et al. 1997)
2. Streptococcus thermophilus
Streptococcus merupakan bakteri Gram positif dan tumbuh baik pada
suhu 37-400C. Bakteri ini bersifat homofermentatif, fakultatif anaerob dan
memproduksi asam laktat. Streptococcus memfermentasi fruktosa,
mannosa, dan laktosa. Streptococcus memproduksi asam format dari piruvat
oleh enzim format liase. Enzim B-galaktosidae pada S. thermophilus
mempolimerisasi glukosa untuk memproduksi oligosakarida dan glikan yang
memberikan tekstur padat pada yogurt (Ray 2004).
Yogurt merupakan produk fermentasi susu dengan memakai kultur
bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus. Peran utama bakteri ini dalam
pembuatan yogurt adalah mengasamkan susu dengan memproduksi
sejumlah besar asam laktat dari laktosa. Asam laktat menurunkan pH susu
dan menyebabkan solubilisasi misel kalsium fosfat dengan cepat. Hal ini
menyebabkan demineralisasi misel-misel kasein dan menghasilkan
pengendapan kasein pada pH 4,6-4,7. Asam laktat juga berkontribusi
terhadap rasa yang asam yang tajam (Zourari et al. 1992). Pada awalnya L.
bulgaricus menghidrolisis protein susu oleh proteinase ekstraseluler
menghasilkan asam-asam amino yang diperlukan oleh S. thermophilus untuk
tumbuh baik. Streptococcus thermophilus pada gilirannya akan
menghasilkan asam format yang merangsang pertumbuhan L. bulgaricus.
Apabila kedua bakteri ini ditumbuhkan bersama pada susu jumlah
asetaldehid yang dihasilkan lebih tinggi (Ray 2004).
3. Lactobacillus bulgaricus
Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri asam laktat yang
bersifat homofermentatif dan memproduksi asam laktat dari glukosa.
Bakteri ini berbentuk batang dan fakultatif anaerob. (Ray 2004). Bakteri ini
termasuk bakteri Gram positif, sel berbentuk batang tunggal dan dalam
rantai, bersifat non motil. Bakteri ini memerlukan kebutuhan gizi yang
sangat kompleks untuk tumbuh termasuk karbohidrat, pepton, vitamin, dan
lain-lain. Bakteri ini memproduksi asam laktat dan asetaldehid dimana
9
B. Probiotik
Probiotik adalah mikroba hidup yang menempel pada dinding usus dan
bersifat menguntungkan bagi kesehatan inangnya (Salminen et al. 1999), Hull et
al. (1992) menyatakan probiotik sebagai suplemen makanan yang
menguntungkan bagi manusia atau hewan dengan cara menjaga keseimbangan
mikroba indigenus.
Bakteri probiotik menurut Food and Agriculture Organization (FAO) dalam
Burn et al. (2008) adalah mikroorganisme hidup yang bila diberikan dalam jumlah
yang cukup akan memberikan manfaat kesehatan bagi penggunanya. Salah satu
karakteristik terpenting yang diperlukan untuk pemilihan kandidiat probiotik
adalah ketahanan terhadap keasaman asam lambung dan garam empedu
(Hattingh & Viljoen 2001)
Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh bakteri asam laktat yang
berfungsi sebagai probiotik antara lain: (1) stabil terhadap asam (terutama asam
lambung) (2) stabil terhadap garam empedu dan mampu bertahan hidup selama
berada pada bagian atas usus kecil (3) memproduksi senyawa antimikroba
antara lain asam-asam organik, hidrogen peroksida dan bakteriosin (4) mampu
menempel dan mengkolonisasi sel usus manusia (5) tumbuh baik dan
berkembang dalam saluran pencernaan (6) aman digunakan oleh manusia (7)
koagregasi membentuk lingkungan mikroflora yang normal dan seimbang
(Salminen et al. 1998). Keberadaan bifidobakteri dan laktobasili dalam saluran
pencernaan penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem mikroflora dalam
usus (Bernet et al. 1993). Bakteri-bakteri ini menunjukkan aktivitas
penghambatan terhadap bakteri patogen Listeria monocytogenes, E. Coli, dan
Salmonella sp. (Jenie 2003). Bakteri asam laktat menghasilkan asam organik,
hidrogen peroksida, bakteriosin untuk menghambat pertumbuhan bakteri
patogen.
10
Jumlah sel mikroba hidup yang harus terdapat pada produk probiotik
masih menjadi perdebatan, akan tetapi umumnya adalah sebesar 106-108
cfu/gram (Tannock 1999) dimana jumlah (viabilitas) mikroorganisme setelah
melalui saluran pencernaan adalah sekitar 106-107 cfu/gram mukosa (Charterist
et al. 1998). Charterist et al. (1998) juga menyatakan bahwa jumlah minimal
mikroorganisme probiotik dalam bioproduk untuk dapat memberikan manfaat
kesehatan adalah 107-108 cfu/gram produk. Codex standar:243 (2003),
menguatkan bahwa jumlah mikroba hidup yang diinginkan dalam suatu produk
susu fermentasi yaitu minimal 106 cfu/g.
Jenie (2003) menyatakan bahwa permasalahan yang dihadapi oleh kultur
probiotik adalah pertumbuhannya yang lambat, serta sifat sensori seperti flavour
yang kurang baik. Permasalahan ini dapat diatasi dengan penggunaan kultur
starter campuran sehingga lama fermentasi dapat direduksi serta menghasilkan
sifat sensori dan tekstur yang lebih baik.
1. Lactobacillus casei
Lactobacillus casei merupakan bakteri Gram positif, anaerob
fakultatif, non-motil, tidak membentuk spora, dan berbentuk batang. Bakteri
ini sama seperti bakteri asam laktat lainnya, L. casei bersifat toleran
terhadap asam, tidak dapat mensistesis porfirin, dan menghasilkan asam
laktat sebagai produk akhir metabolisme. Bakteri ini termasuk ke dalam
genus Lactobacillus yang bersifat fakultatif hetero fermentatif (Axelsson
1998).
Lactobacillus casei dapat tumbuh antara suhu 15 – 45 0C dan
membutuhkan riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan niasin. Bakteri
ini termasuk spesies yang adaptif dan dapat diisolasi dari susu yang mentah
dan yang telah difermentasi, usus manusia dan hewan lainnya (Kandler &
Weiss 1986). Pada industri makanan, L. casei digunakan sebagai kultur awal
untuk fermentasi susu, mempercepat dan memperbesar pembentukan rasa
pada varietas keju tertentu, dan saat ini juga digunakan sebagai probiotik
(Fonden et al. 2000).
Hutkins (2006) menegaskan bahwa L. casei sering digunakan
sebagai kultur pembuatan keju dan produk-produk fermentasi susu lainnya.
Lactobacillus casei menghasilkan peptidase dan enzim hidrolase protein
lainnya yang diperlukan untuk membentuk rasa dan tekstur produk yang
tepat. Selain itu, L. casei menghasilkan asam sitrat, komponen diasetil rasa,
11
dan gas karbon dioksida. Proses pengasaman susu yang dilakukan oleh
bakteri ini lambat sehingga membantu mengurangi pengendapan protein
pada produk (Kang & Lee 1985). Menurut Mitsuoka (1990), L. casei diisolasi
dari keju dan merupakan flavor utama keju. Nama pertama yang diberikan
adalah Bacillus casei, “casei” adalah nama latin untuk keju.
Sebagai mikroorganisme yang meningkatkan kesehatan,
Lactobacillus casei telah digunakan pada kombinasi yang berbeda dengan
kultur bakteri asam laktat lainnya untuk memproduksi produk-produk
fermentasi. (Tamime & Robinson 2007).
2. Bifidobacterium longum
Bifidobacterium longum termasuk ke dalam bakteri Gram positif,
katalase negatif, non motil, non spora, dan berbentuk batang.
Bifidobacterium longum ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada usus
besar. Bifidobacterium longum membantu mencegah kolonisasi bakteri
patogen dengan cara menempel pada dinding usus dan mendesak bakteri
jahat keluar. Bakteri ini menghasilkan asam laktat dan asam asetat sehingga
menurunkan pH usus dan menghalangi bakteri yang tidak diinginkan.
(Wahyudi & Samsundari 2008).
Jenis bakteri Bifidobacterium longum NCC2705 memiliki beberapa
jumlah keistimewaan, yaitu kemampuannya dalam bertahan hidup pada
saluran pencernaan manusia bagian bawah (Schell et al. dalam Tamime
2005). Genus Bifidobacterium memiliki sifat sebagai probiotik yang memiliki
beberapa manfaat bagi inangnya, seperti sistem kekebalan tubuh,
mencegah penyakit diare, menjaga keseimbangan saluran pencernaan, dan
memperbaiki lactose intolerance. Bifidobacterium longum merupakan bakteri
yang memfermentasi secara anaerob dan bersifat heterofermentatif. Produk
metabolit utama B. longum selain asam laktat adalah asam asetat (Tamime
2005).
Proses Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penghilangan sejumlah air dari material
tertentu. Air dihilangkan dengan prinsip perbedaan kelembapan antara udara
dengan bahan makanan yang dikeringkan. Pengeringan pangan berarti
pemindahan air dengan sengaja dari bahan pangan. Selama pengeringan terjadi
penguapan air yang terdapat dalam bahan pangan. Oleh sebab itu, makanan
12