Analisis Spektrofotometri
Percobaan 03
TITRASI SPEKTROFOTOMETER
V. Perhitungan
1. Pembakuan EDTA
Dari data absorbansi terkoreksi yang didapat, maka didapatkan kurva titrasi sebagai
berikut :
Dari kurva titrasi, didapatkan 3 gradien yang berbeda dan 3 persamaan yang berbeda,
namun hanya diperlukan 2 persamaan saja untuk menentukan volume EDTA .
Persamaan ke-1 : y1 = 0.0011x + 0.1057
Persamaan ke-2 : y2 = 0,0747x + 0,0379
Nilai titik ekivalen (x) dapat ditentukan dari perpotongan kedua persamaan di sumbu x
y1 = y2
0.0011x + 0.1057 = 0,0747x + 0,0379
0,0736x = 0,0678
x = 0,9212 mL
Konsentrasi EDTA dapat ditentukan dari persamaan reaksi pembentuka kompleks Bi-
EDTA :
Bi3+ + EDTA Bi-EDTA
[Bi3+] x VBi3+ = [EDTA] x VEDTA
[EDTA] = 0,01 M x 25 mL = 0,2714 M
0,9212 mL
0.8
0.7
0.6 y = 0.0066x + 0.6576
y = 0.0765x + 0.0922 R² = 1
0.5 R² = 0.9994
0.4
0.3
0.2
0.1 y = 0.0016x + 0.1649
0 R² = 1
0 2 4 6 8 10 12
VI. Pembahasan
Metode dalam kimia analisis yang sering digunakan adalan spektrofotometri dimana
metode ini merupakan salah satu yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel
baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan
cahaya. Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan
materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi.
Alat yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Pada titrasi
spektrofotometri, larutan yang akan dititrasi ditambahkan larutan peniter sedikit demi
sedikit, setiap penambahan larutan dihomogenkan dan diukur absorbansnya dengan
panjang gelombang tertentu. Perbedaan nilai-nilai absrobtivitas molar berbagai zat
yang ada dalam larutan pada panjang gelombang yang digunakan akan menentukan
alur kurva titrasi yang diperoleh. Pemilihan panjang gelombang yang akan digunakan
selama titrasi perlu dipikirkan baik karena di dalam larutan yang dititrasi paling
sedikit ada 3 komponen yang dapat melakukan penyerapan sinar, yaitu zat yang
dititrasi, zat penitrasi, dan hasil reaksi.
Percobaan ini menggunakan Bi-Nitrat sebagai larutan standar untuk. Bi3+ dan
Cu2+ merupakan cuplikan yang akan ditentukan konsentrasinya. EDTA adalah
reagnesia yang sangat selektif karena ia berkompleks dengan banyak sekali kation di-
, tri-, dan tetra-. EDTA merupakan asam polikarboksilat yang merupakan ligan
heksadentat. Artinya dapat berkordinasi dengan suatu ion logam dari kedua nitrogen
dan keempat gugus karboksilatnya.Sebelum dilakukan titrasi dengan EDTA sebagai
titrannya, perlu dilakukan pembakuan terlebih dahulu terhadap EDTA yang akan
digunakan karena EDTA bukan merupakan larutan standar primer.
TCA lebih diutamakan untuk digunakan sebagai buffer pada percobaan ini,
karena TCA merupakan asam yang kuat dan tidak bereaksi dengan Bi(III) dan Cu(II).
Jika digunakan HCl maka bereaksi dengan Cu(II) menjadi CuCl2 yang akan
mengganggu pengukuran absorbans. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang
745 nm dimana hanya kompleks Cu-ETA yang menyerap sinar dengan panjang
gelombang tersebut sedangkan senyawa atau spesi yang lain yang ada dalam larutan
yang sama tidak menyerap sinar.
Apabila larutan EDTA dimasukkan pada campuran Bi(III) dan Cu(II), maka
yang akan dikomplekskan terlebih dahulu adalah kompleks Bi-EDTA. Hal ini
dikarenakan tetapan kestabilan kompleks Bi(III) lebih besar dibandingkan Cu(II),
kompleks Bi-EDTA menjadi lebih mudah untuk terbentuk. Setelah konsentrasi
Bi(III) menjadi sangat kecil, baru terjadi pengkompleksan Cu-EDTA. Setelah
diketahui volume titran yang digunakan pada percobaan maka akan didapat suatu
kurva hubungan absorbans terhadap volume titran yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi dari Bi(III) dan Cu(II) dalam campuran. Percobaan ini harus dilakukan
pada pH larutan sama dengan 2,0. Pada pH dibawah 2,0 titik ekivalen tidak akan
terlihat jelas. Sedangkan jika lebih besar daripada 2,0 maka ada kemungkinan Bi(III)
akan mengendap sebagai garam basa atau hidroksidanya.
Titrasi asam basa berbeda dengan tirtrasi spektrofotometer. Pada titrasi asam-
basa untuk menentukan titik ekivalen diperlukan indikator sedangkan dalam titrasi
spektofotometer dalam menentukan titik ekivalennya dapat dilihat pada kurva titrasi
yakni terjadinya perubahan nilai absorbansi. Titrasi spektrofotometri lebih akurat
dibanding titrasi asam basa sehingga dalam pengaplikasiannya titrasi spekrofotometri
digunakan untuk menentukan konsentrasi logam dalam suatu analit tertentu misalnya
dalam penentuan logam pada air.
VII. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa
konsentrasi EDTA yang digunakan sebesar 0,2714 M, dimana konsentrasi Bi3+ dalam
sampel adalah 8,0 x 10-3 M dan konsentrasi Cu2+ dalam sampel adalah 1,46 M.