Anda di halaman 1dari 9

REVALUASI

Hingga saat ini, diasumsikan bahwa dalam menilai saet berwujud jangka panjang setelah
akuisisi, perusahaan menggunakan prinsip biaya historis. Namun, untuk menilai aset ini
perusahaan memiliki pilihan yaitu dapat menilai dengan biaya perolehan atau nilai wajar.

Pengakuan Revaluasi

Network Rail (GBR) merupakan contoh perusahaan yang dalam perhitungannya


menggunakan nilai wajar, sehingga menyebabkan (Kieso,dkk., 2017:513):

1. Peningkatan aset berwujud jangka panjang sebesar £4.289 juta karena menggunakan
nilai wajar
2. Ketika perusahaan memilih menggunakan nilai wajar atas aset berwujud jangka
panjang setelah akuisisi, maka perubahan perubahan nilai wajar akan dicatata dengan
menyesuaikan akun aset yang sesuai dan mengakui keuntungan yang belum
direalisasi atas aset berwujud jangka panjang yang direvaluasi.
3. Keuntungan yang belum direalisasi sering disebut sebagai surplus revaluasi.
Aturan umum untuk akuntansi revaluasi adalah sebagai berikut (Kieso,dkk., 2017:522) :
1. Ketika perusahaan menilai kembali aset berwujud jangka panjangnya diatas biaya
historis, maka perusahaan melaporkan keuntungannya yang belum direalisasi yang
meningkatkan pendapatan komprehensif lainnya. Dengan demikian, keuntungan yang
belum direalisasi memotong pendapatan bersih, meningkatkan pendapatan
komprehensif lainnya, dan meningkatkan akumulasi pendapatan komprehensif
lainnya.
2. Jika perusahaan mengalami kerugian penurunan nilai penurunan nilai dibawah biaya
historis), maka kerugian tersebut mengurangi pendapatan dan laba ditahan. Dengan
demikian, keuntungan revaluasi meningkatkan ekuitas tetapi bukan laba bersih,
sedangkan kerugian menurunkan pendapatan dan laba ditahan.
3. Jika kenaikan revaluasi membalikan penurunan yang sebelumnya dilaporkan sebagai
kerugian penurunan nilai, perusahaan mengkredit kenaikan revaluasi ke pendapatan
menggunakan akun pemulihan kerugian penurunan nilai hingga jumlah kerugian
sebelumnya. Setiap kenaikan penilaian tambahan diatas biaya historis akan
meningkatkan pendapatan komprehensif lain dan dikreditkan ke laba belum
direalisasi pada revaluasi
4. Jika penurunan revaluasi membalikan kenaikan yang dilaporkan sebagai keuntungan
yang belum direalisasi, perusahaan awalnya akan mengurnagi pendapatan
komprehensif lain dengan menghilangkan keuntungan yang belum direalisasi. Setiap
perusahaan penilaian tambahan mengurangi laba bersih dan dilaporkan sebagai
kerugian penurunan nilai.

Revaluasi – Aset Depresiasi

Ilustrasi 1:

Pada tanggal 2 Januari 2010 Lenovo Group (CHN) membeli peralatan sebesar ¥
500.000. peralatan tersebut memliki masa manfaat lima tahun, disusutkan dengan
menggunakan metode garis lurus, dan nilai sisa nol. Lenovo memilih untuk merevaluasi
peralatan sebesar nilai wajar sepanjang umur peralatan. Lenovo mencatat beban penyusutan
sebesar ¥ 100.000 (¥ 500.000 : 5) pada tanggal 31 desember 2010, sebagai berikut:

Beban Depresiasi-peralatan ¥ 100.000

Akumulasi Depresiasi-peralatan ¥ 100.000

Peralatan Lenovo memiliki nilai tercatat sebsar ¥ 400.000 (¥ 500.000 - ¥100.000. Pada
tanggal 31 desember 2010 Lenovo menerima penilaian independent untuk menentukan nilai
wajar peralatan sebesar ¥ 460.000. Untuk melaporkan peralatan dengan nilai wajar, Lenovo
melakukan hal berikut:

a) Mengurangi akun akumulasi depresiasi-peralatan menjadi nol


b) Mengurangi akun peralatan sebesar ¥ 40.000 kemudian dilaporkan pada nilai
wajarnya sebesar ¥ 460.000
c) Mencatat keuntungan yang belum direalisasi dari revaluasi-peralatan untuk perbedaan
antara nilai wajar dan jumlah tercatat dari peralatan yaitu ¥60.000 (¥460.000-
¥400.000). Jurnal untuk mencatat penilaian kembali pada 31 desember 2015 adalah
sebegai berikut:

Akumulasi Depresiasi-peralatan ¥ 100.000

Peralatan ¥ 40.000

Laba belum direalisasi dari revaluasi-peralatan ¥ 60.000


Sumber: Kieso, dkk (2017:514)

Lenovo melaporkan beban penyusutan sebesar ¥ 100.000. akun akumulasi pendapatan


komprehensif yang terkait dengan revaluasi tidak adapat memiliki saldo negatif. Banyak

Ilustrasi 2:

Untuk mengilustrasikan akuntansi untuk revaluasi menggunakan aset depresiasi,


asumsikan bahwa Nokia membeli peralatan senilai € 1000.000 pada 2 januari 2015. Peralatan
tersebut mempunyai umur ekonomis yaitu selama 5 tahun dan akan didepresiasikan
menggunakan metode garis lurus, dan nilai sisanya nol

Revaluasi-2015: penilaian meningkat

Nokia memilih untuk menilai ulang peralatannya pada nilai wajar selama umur
peralatan. Nokia mencatat beban depresiasi € 200.000 (€ 1000.000 / 5) sebagai berikut:

31 desember 2015

Beban depresiasi 200.000

Akumulasi depresiasi-peralatan 200.000

Setelah melakukan penjurnalan, peralatan Nokia memiliki nilai buku € 800.000 (€


1000.000-€200.000). nokia mempekerjakan penilai independent yang menentukan nilai wajar
pada 31 desember 2015 adalah €950.000. untuk melaporkan perlatan ini pada nilai wajar,
maka Nokia melakukan hal-hal berikut:

1. Mengurangi akumulasi depresiasi-peralatan menjadi nol

2. Mengurnagi akun perlatan sejumlah €50.000 yang akan dilaporkan pada nilai wajar
senilai €950.000
3. Mencatat laba yang belum direalisasi pada revaluasi-peralatan untuk membedakan
nilai wajar dan nilai buku perlatan, atau €150.000 (€950.000-€800.000). jurnal untuk
mencatat revaluasi pada 31 desember 2015 adalah sebagai berikut:

31 desember 2015

Akumulasi depresiasi-peralatan € 200.000


Peralatan € 50.000
Laba belum direalisasi dari revaluasi-peralatan € 150.000

Sumber: Kieso, dkk (2017:525)

Berdasarkan penyesuaian revaluasi ini, nilai buku dari aset sekarang €950.000. nokia
melaporkan beban depresiasi sebesar €200.000 pada income statement dan laba yang belum
direalisasi dari revaluasi-peralatan sebesar €150.000 dalam pendapatan komprehensif lain.
Laba yang belum direalisasi ini meningkatkan akumulasi pendapatan komprehensif lain.

Revaluasi-2016: berdasarkan biaya historis

Diasumsikan tidak ada perubahan masa manfaat dari sebuah peralatan, beban
depresiasi untuk Nokia dalam 2016 adalah €237.500 (€950.000/4) dan jurnal untuk mencatata
beban depresiasi adalah sebagai berikut:

31 desember 2016

Beban depresiasi 237.500

Akumulasi beban depresiasi 237.500

Dalam IFRS Nokia dapat menstransfer dari AOCI, perbedaan antara depresiasi
berdasarkan carrying amount hasil revaluasi dari peralatan dan depresiasi berdasarkan biaya
perolehan ke laba ditahan. Depresiasi berdasrkan harga perolehan adalah €200.000
(€1000.000/5) dan pada nilai wajar adalah €237.500 atau perbedaannya adalah €37.500
(€237.500-€200.000). jurnal untuk mencatat transfer ini adalah sebagai berikut:

31 desember 2016

Akumulasi pendapatan komprehensif lain € 37.500

Laba ditahan €37.500

Sebelum revaluasi pada 2016, Nokia mencatat following amount yang dibawa oelh
perlatannya, yaitu:

Sumber: Kieso, dkk (2017:526)

Nokia memutuskan menurut penilai bahwa sekarang peralatan memiliki nilai wajar sebesar
€570.000. untuk mencatat perlatan ini pada nilai wajar, Nokia melakukan hal berikut:

1. Mengurnagi akun akumulasi depresiasi sebesar €237.500 menjadi nol

2. Mengurangi akun peralatan dengan €380.000 (€950.000-€570.000) dimana perlatan


ini kemudian dilaporkan sebesar nilai wajar sebesar €570.000

3. Mengurangi laba yang belum direalisasi dari revaluasi-peralatan dengan €112.500,


untuk mengimbangi dengan akun laba yang belum direalisasi (berdasarkan revaluasi
tahun 2015)

4. Mencatat loss in impairment sebesar €30.000

Jurnal untuk mencatat transaksi ini adalah sebagai berikut:

Akumulasi depresiasi-peralatan €237.500


Loss on impairment €30.000
Laba yang belum direalisasi-peralatan €112.500
Peralatan €380.000

Berikut ini adalah rangkuman revaluasi-2016:


Sumber: Kieso, dkk (2017:526)

Setelah jurnal revaluasi, nilai yang sekarang tercatat pada peralatan adalah sebesar
€570.000. nokia melaorkan biaya penyusutan sebesar €237.500 dan rugi penurunan nilai
sebesar €30.000 dalam laporan laba rugi (yang mengurangi laba ditahan). Nokia melaporkan
pembalikan laba yang belum direalisasi sebelumnya dicatat dengan mencatat transfer ke laba
ditahan sebesar €37.500 dan masuk kelaba ditahan revaluasi yang belum direalisasi-peralatan
sebesar €112.500. kedua jurnal tersebut mengurnagi saldo akumulasi pendapatan
komprehensif lain-lain menjadi nol.

Revaluasi-2017: pemulihan atas kerugian penurunan


Dengan asumsi tidak ada perubahan dimasa manfaat peralatan, beban penyusutan
untuk Nokia pada tahun 2017 adalah €190.000 (€570.000/3) dan jurnal untuk mencatat beban
penyusutan adalah sebagai berikut:
31 desember 2017
Beban penyusutan 190.000
Akumulasi penyusutan-peralatan 190.000

Nokia memindahkan perbedaan antara penyusutan berdasarkan nilai tercatat revaluasi


dari peralatan dan penyusutan berdasarkan biaya perolehan aset dari akumulasi pendapatan
komprehensif lain untuk laba ditahan. Penyusutan berdasarkan pada biaya sebenarnya
€200.000 (€1.000.000/5) dan pada nilai wajar €190.000 atau perbedaan dari €10.000
(€200.000-€190.000). jurnal untuk mencatat perpindahan ini adalah sebagai berikut:
31 desember 2017

Laba ditahan 10.000


Akumulasi pendapatan komprehensif lain 10.000

Pada titik ini, sebelum pencadangan di 2016, Nokia memiliki jumlah yang terkait peralatan
yaitu:

Sumber: Kieso, dkk (2017:527)

Nokia menentukan nilai wajar dari peralatan melalui penilaian sebesar €450.000, untuk
melaporkan peralatan tersebut pada nilai wajar, Nokia melakukan hal-hal berikut:
1. Mengurnagi akun akumulasi depresiasi-peralatan dari €190.000 menjadi nol
2. Mengurangi akun peralatan sebesar €120.000 (€570.000-€450.000), kemudian
dilaporkan pada nilai wajar sebesar €450.000
3. Mencatat laba yang belum direalisasi dari revaluasi-peralatan sebesar €40.000
4. Mencatat sebuah recovery of loss on impairment sebesar €30.000
Pencatatan untuk transaksi ini adalah sebagai berikut:
31 desember 2017

Akumulasi depresiasi-peralatan 190.000


Laba yang belum direalisasi dari revaluasi-peralatan 40.000
Peralatan 120.000
Recovery of loss on impairment 30.000

Berikut adalah ringkasan dari penyesuaian revaluasi untuk Nokia pada 2017:
Sumber: Kieso, dkk (2017:528)

Berdasarkan pencatatan revaluasi, carrying ammount dari peralatan sekarang adalah


€450.000. nokia melaporkan beban depresiasi sebesar €190.000 dan impairment loss
recovery sebesar €30.000 pada laporan keuangan. Nokia mencatat laba yang belum direalisasi
dari revaluasi-peralatan sebesar €40.000 yang menaikan pendapatan komprehensif lain
sebesar €50.000.
Pada 2 januari 2018, Nokia menjual peralatan sebesar €450.000. nokia mencatat transaksi
tersebut sebagai berikut:
2 januari 2018

Kas 450.000
Peralatan 450.000

Nokia tidak mencatat keuntungan atau kerugian karena jumlah peralatan yang tercatat
sama dengan nilai wajarnya. Nokia mentransfer sisa saldo di akumulasi pendapatan
komprehensif lainnya pada laba ditahan karena peralatan telah terjual.catatan masuknya
transaksi ini sebagai berikut:
2 januari 2018

Akumulasi pendapatan komprehensif lain 50.000


Laba ditahan 50.000
Transfer dari akumulasi pendapatan komprehensif lain tidak meningkatkan laba
bersih. Meskipun peralatan telah dinilai seharga €50.000, perusahaan tidak mengakui
keuntungan ini pada pendapatan bersih selama periode Nokia memegang peralatan tersebut
(Kieso, dkk., 2017:528).

Isu-isu Revaluasi

Perusahaan dapat memilih hanya satu nilai aset, bangunan, dan tidak merevaluasi aset
lain seperti tanah atau peralatan. Banyak perusahaan yang tidak menggunakan akuntansi
revaluasi, karena (Kieso,dkk., 2017:514-515):

1. Substansial dan biaya perolehan berkelanjutan yang berkaitan dengan penilaian


2. Keuntungan yang terkait dengan revaluasi atas biaya perolehan tersebut tidak
dilaporkan dalam laba bersih tetapi langsung ke ekuitas
3. Kerugian yang terkait dengan revaluasi dengan adanya penurunan biaya perolehan
mengurangi laba bersih. Selain itu, biaya penyusutan yang lebih tinggi terkait dengan
aktiva yang dinilai kembali juga mengurangi laba bersih.

Anda mungkin juga menyukai