Anda di halaman 1dari 16

ISSN 2442-9422

MODEL KETULUSAN (ALTRUISTIC) BIDAN


DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN
Rani Darma Sakti Tanjung
Dosen Akademi Kebidanan Ika Bina Labuhanbatu – Sumatera Utara
HP. 082160444577; e-mail: ranizaidan@gmail.com

Abstrak
Altruistik (ketulusan) merupakan sikap dan perilaku yang senantiasa dituntut dari setiap
bidan dalam melakukan pelayanan profesinya. Ketulusan bidan dalam memberikan
pelayanan terlihat dari adanya dorongan perasaan rela untuk membantu orang lain
dengan mengutamakan kepentingan orang lain (ibu dan anak, keluarga dan masyarakat)
melampaui kepentingan dirinya sendiri. Indikasi ketulusan tersebut terlihat dari kemauan
untuk berkorban (menanggung resiko), menolong tanpa pamrih, berempati, menolong
tanpa paksaan, menerima dan memberi kritik. Model ketulusan bidan dalam
memberikan pelayanan. Model ketulusan tersebut bermula dari adanya permasalahan
persalinan, kesehatan ibu, anak dan keluarga. Bidan memastikan adanya permasalahan
yang memerlukan pertolongan. Berdasarkan kompetensi dan kode etik selanjutnya
muncul tanggungjawab moral dan tanggungjawab profesi. Dengan mempertimbangkan
kebutuhan sumber daya pendukung yang dimiliki dan ketersediaan dana, maka bidan
membuat keputusan untuk memberikan pertolongan. Dalam proses pemberian
pertolongan, perilaku tulus terlihat dari senyum bidan, rela berkorban, tanpa pamrih,
berempati dan melakukan pertolongan tanpa paksaan. Pasca pemberian pertolongan,
bidan merasakan adanya kepuasan melayani, dan pada gilirannya perilaku ketulusan
bidan dapat di rasakan, dialami dan diamati oleh ibu, anak, keluarga dan masyarakat.
Kata Kunci: ketulusan, bidan, pelayanan, ibu, anak.
Abstract
Altruistic (sincerity) is an attitude and behavior that is always demanded of every
midwife in the service of his profession. Sincerity midwives in providing services visible
from feeling the urge willing to help others with the interests of other people (mother
and child, family and community) beyond the interests of himself. The sincerity visible
indication of a willingness to sacrifice (to risk), selflessly helping, empathy, helpfulness
without coercion, receive and give criticism. Model sincerity midwives in providing
services. The sincerity of the model stems from the problems of labor, maternal health,
child and family. Midwives ensure any problems that require help. Based on the
competence and ethical codes subsequently appeared moral responsibility and the
responsibility of the profession. Taking into account the need for supporting resources
owned and the availability of funds, and the midwife made the decision to provide aid. In
the process of aid delivery, sincere behavior seen from a midwife smile, willing to
sacrifice, selfless, empathetic and did aid without coercion. Post-ministration, midwives
feel the satisfaction of serving, and in turn midwife sincerity behavior can be felt,
experienced and observed by mothers, children, families and communities.
Keywords: sincerity, midwife, care, mother, child.

18 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

A. PENDAHULUAN dimanapun dia berada. Ungkapan


Altruistik (ketulusan) merupakan terakhir tentang “siap melayani...“
sikap dan perilaku yang senantiasa membutuhkan sikap dan perilaku yang
dituntut dari setiap bidan dalam menginternalisasi karakteristik ketulusan.
melakukan pelayanan profesinya. Yang Wujud ketulusan bidan dapat
terus menjadi pertanyaan adalah masih dirasakan, dialami dan diamati dari
adakah ketulusan para bidan dalam keseharian bidan dalam memberikan
memberikan pelayanannya sebagai pelayanan kebidanan yang paripurna dan
wujud pengabdiannya kepada berkesinambungan dengan berorientasi
masyarakat. Kenapa hal ini penting, pada asuhan kebidanan yang bersifat
karena bidan merupakan salah satu holistik, meliputi pemahaman aspek –
tenaga kesehatan yang memiliki posisi aspek sosial, emosional, kultural,
penting dan strategis terutama dalam spiritual, psikologikal dan fisik
penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) perempuan. Indikasi asuhan kebidanan
dan angka kesakitan dan kematian Bayi juga terlihat dari caranya memberikan
(AKB). Hasil survey dari Indonesian nasihat, informasi dan fasilitas yang
Demographic and Health Survey (2013) dibutuhkan perempuan agar mereka
mengungkapkan bahwa angka kematian mampu berpartisipasi serta mengambil
ibu (AKI) di Indonesia masih cukup keputusan untuk peningkatan
tinggi yaitu 359/100.000 kelahiran hidup kesehatannya. Bahkan fungsi layanan
dan angka kematian bayi (AKB) yaitu kebidanan seyogianya sejalan dengan
34/1000 kelahiran hidup, sedangkan perkembangan obstetrik, dan pada
dunia memproyeksikan target penekanan gilirannya masyarakat memiliki
AKI menjadi 102/100.000 kelahiran kepuasan atas layanan kebidanan yang
hidup dan AKB menjadi 15/1000 di alaminya.
kelahiran hidup. Oleh karena itu bidan Berdasarkan hasil survey tentang
sebagai mitra perempuan, memiliki kinerja bidan (Tim IBI & AIPKIND,
posisi penting dan strategis dalam 2010) melalui pendekatan kualitatif
membantu upaya penurunan AKI dan menunjukkan bahwa adanya
AKB, terutama tuntutan dalam kekurangpuasan masyarakat atas layanan
meningkatkan kesehatan ibu dan anak. kebidanan yang pada intinya masyarakat
Tuntutan tersebut sesuai dengan amanat mengharapkan bidan yang ramah,
dalam Keputusan Menteri Kesehatan terampil dan tanggap dibidangnya.
Republik Indonesia Nomor Merespon harapan masyarakat tersebut,
369/Menkes/Sk/III/2007 Tentang secara adabtif dan responsif organisasi
Standar Profesi Bidan, bahwa bidan profesi dan asosiasi institusi pendidikan
memberikan pelayanan kebidanan yang kebidanan (IBI dan AIPKIND) sudah
berkesinambungan dan paripurna, menyusun suatu standar kompetensi
berfokus pada aspek pencegahan, bidang yang dapat digunakan sebagai
promosi dengan berlandaskan kemitraan acuan dalam penyelenggaraan
dan pemberdayaan masyarakat bersama- pendidikan kebidanan, agar lulusan yang
sama dengan tenaga kesehatan lainnya dihasilkan dapat memberikan pelayanan
untuk senantiasa siap melayani siapa saja kebidanan berkualitas. Standar
yang membutuhkannya, kapan dan kompetensi bidan disusun berdasarkan

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 19


ISSN 2442-9422

tinjauan yuridis, body of knowledge, asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi.
filosofi dan paradigma pelayanan Asuhan ini mencakup upaya pencegahan,
kebidanan dengan mengacu pada promosi persalinan normal, deteksi
Permenkes No. 369/ Menkes/ SK/ III/ komplikasi pada ibu dan anak, dan akses
2007, tentang Standar Profesi Bidan, bantuan medis atau bantuan lain yang
Permenkes No. 161/ Menkes/ PER/ I/ sesuai, serta melaksanakan tindakan
2010 tentang registrasi tenaga kesehatan; kegawat-daruratan. Selain itu bidan
dan Permenkes No 1464/ Menkes/ Per/ mempunyai tugas penting dalam
X/ 2010 tentang izin dan konseling dan pendidikan kesehatan,
penyelenggaraan praktik bidan; serta tidak hanya kepada perempuan, tetapi
essential competencies International juga kepada keluarga dan masyarakat.
Confederation of Midwives (ICM) tahun Kegiatan tersebut mencakup pendidikan
2010. antenatal dan persiapan menjadi orang
Ikatan Bidan Indonesia (IBI) telah tua serta dapat meluas pada kesehatan
menjadi anggota ICM sejak tahun 1956. perempuan, kesehatan seksual atau
Artinya seluruh kebijakan dan kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
pengembangan profesi kebidanan di Atas dasar fungsi dan tugas bidan yang
Indonesia merujuk dan sedemikian rupa, maka bidan dapat
mempertimbangkan kebijakan ICM, praktik diberbagai tatanan pelayanan,
mulai dari definisi sampai kepada termasuk di rumah, masyarakat, Rumah
prosedur kerja (SOP). Definisi bidan Sakit, klinik atau unit kesehatan lainnya.
menurut ICM yang dianut dan diadopsi Secara keseluruhan fungsi-fungsi
oleh seluruh organisasi bidan di seluruh layanan tersebut dilakukan sesuai standar
dunia, dan diakui oleh WHO dan kompetensi dengan penerapan kode etik
Federation of International Gynecologist dengan tulus (altruisme).
Obstetrition (FIGO). Definisi terakhir Berdasarkan dengan fenomena dan
berdasarkan hasil review dalam konggres gejala-gejala yang berkembang dalam
ICM ke 27 pada bulan Juli tahun 2005 di pendahuluan di atas, maka melalui
Brisbane Australia ditetapkan sebagai tulisan akan dijabarkan tentang:
berikut: Bidan adalah seseorang yang a. Gambaran tentang komptensi dan
telah mengikuti program pendidikan kode etik bidan.
bidan yang diakui di negaranya, telah b. Batasan ketulusan (altruistik)
lulus dari pendidikan tersebut, serta c. Model ketulusan bidan.
memenuhi kualifikasi untuk didaftar
(register) dan atau memiliki izin yang B. KOMPETENSI DAN KODE
sah (lisensi) untuk melakukan praktik ETIK BIDAN
bidan. Kompetensi bidan menurut PP IBI
Sebagai tenaga professional, bidan (2004) adalah seperangkat kemampuan
bertanggungjawab sebagai mitra yang dilandasi oleh pengetahuan,
perempuan untuk memberikan keterampilan, dan sikap seorang bidan
dukungan, asuhan dan nasehat selama dalam melaksanakan praktik kebidanan
masa hamil, masa persalinan dan masa pada berbagai tatanan pelayanan
nifas, memimpin persalinan atas kesehatan, secara aman, dan tanggung
tanggung jawab sendiri dan memberikan jawab sesuai dengan standar yang

20 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

disyaratkan. Batasan perangkat pengetahuan, dan keterampilan yang


kompetensi bidan tersebut secara dinyatakan dalam rumusan capaian
kelembagaan disiapkan oleh institusi pembelajaran lulusan. Sedangkan Pasal 5
pendidikan tinggi yang dikenal dengan ayat (2) menegaskan bahwa Standar
Diploma Tiga (D3) Akademi Kebidanan. kompetensi lulusan yang dinyatakan
Lulusan D3 akademi tersebut dalam rumusan capaian pembelajaran
dipersiapkan dengan berorientasi kepada lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat
pemenuhan Peraturan Presiden Nomor 8 (1) digunakan sebagai acuan utama
Tahun 2012 tentang Kerangka pengembangan standar isi pembelajaran,
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), standar proses pembelajaran, standar
dimana lulusan D3 akademi harus setara penilaian pembelajaran, standar dosen
dengan kualifikasi 5. Adapun tuntutan dan tenaga kependidikan, standar sarana
indikator kualifikasi 5 pada lulusan D3 dan prasarana pembelajaran, standar
Akademik adalah: (1) Mampu pengelolaan pembelajaran, dan standar
menyelesaikan pekerjaan berlingkup pembiayaan pembelajaran.
luas, memilih metode yang sesuai dari Lampiran Permendikbud Nomor
beragam pilihan yang sudah maupun 49 tahum 2014 pada bagian B
belum baku dengan menganalisis data, menegaskan tentang rumusan
serta mampu menunjukkan kinerja keterampilan umum bagi lulusan
dengan mutu dan kuantitas yang Program Diploma Tiga wajib memiliki
terukur. (2) Menguasai konsep teoritis keterampilan umum sebagai berikut:
bidang pengetahuan tertentu secara a. mampu menyelesaikan pekerjaan
umum, serta mampu memformulasikan berlingkup luas dan menganalisis
penyelesaian masalah prosedural. (3) data dengan beragam metode yang
Mampu mengelola kelompok kerja sesuai, baik yang belum maupun
dan menyusun laporan tertulis secara yang sudah baku;
komprehensif. (4) Bertanggung jawab b. mampu menunjukkan kinerja
pada pekerjaan sendiri dan dapat bermutu dan terukur;
diberi tanggung jawab atas pencapaian c. mampu memecahkan masalah
hasil kerja kelompok. Selanjutnya pekerjaan dengan sifat dan konteks
indikator KKNI sebagaimana tertuang yang sesuai dengan bidang keahlian
dalam Peraturan Presiden, selanjutnya terapannya didasarkan pada
diturunkan menjadi standar kompetensi pemikiran logis, inovatif, dan
lulusan D3 Akademi yang sifatnya bertanggungjawab atas hasilnya
merupakan standar minimum melalui secara mandiri;
perangkat pengembangan kurikulum d. mampu menyusun laporan hasil dan
berbasis KKNI. proses kerja secara akurat dan sahih
Berdasarkan Permendikbud Nomor serta mengomuni- kasikannya secara
49 tahum 2014 tentang Standar Nasional efektif kepada pihak lain yang
Pendidikan Tinggi Pasal 5 ayat (1) membutuhkan;
menyebutkan bahwa Standar e. mampu bekerja sama,
kompetensi lulusan merupakan kriteria berkomunikasi, dan berinovatif
minimal tentang kualifikasi kemampuan dalam pekerjaannya;
lulusan yang mencakup sikap,

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 21


ISSN 2442-9422

f. mampu bertanggungjawab atas kehidupan keluarga yang sehat,


pencapaian hasil kerja kelompok dan perencanaan kehamilan dan kesiapan
melakukan supervisi dan evaluasi menjadi orangtua.
terhadap penyelesaian pekerjaan 3. Asuhan Konseling Selama
yang ditugaskan kepada pekerja yang Kehamilan
berada di bawah tanggungjawabnya; Kompetensi ke-3: Bidan memberikan
dan asuhan antenatal yang bermutu
g. mampu melakukan proses evaluasi tinggi, meliputi : deteksi dini,
diri terhadap kelompok kerja yang pengobatan dan rujukan.
berada di bawah tanggungjawabnya, 4. Asuhan Selama Persalinan dan
dan mengelola pengembangan Kelahiran
kompetensi kerja secara mandiri; Kompetensi ke-4: Bidan memberikan
h. mampu mendokumentasikan, asuhan yang bermutu tinggi, tanggap
menyimpan, mengamankan, dan terhadap kebudayaan setempat
menemukan kembali data untuk selama persalinan, memimpin suatu
menjamin kesahihan dan mencegah persalinan yang bersih dan aman,
plagiasi. menangani situasi kegawatdaruratan
Dalam konteks kompetensi tertentu untuk mengoptimalkan
profesional, dietapkan 9 kompetensi kesehatan wanita dan bayinya yang
bidan dan wewenangnya berdasarkan baru lahir.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik 5. Asuhan Pada Ibu Nifas dan
Indonesia Nomor Menyusui
369/Menkes/Sk/III/2007 Tentang Kompetensi ke-5: Bidan memberikan
Standar Profesi Bidan, yaitu: asuhan pada ibu nifas dan menyusui
1. Pengetahuan Umum, Ketrampilan yang bermutu tinggi dan tanggap
dan Perilaku yang Berhubungan terhadap budaya setempat.
dengan Ilmu-ilmu Sosial, Kesehatan 6. Asuhan Pada Bayi Baru Lahir
Masyarakat dan Kesehatan Kompetensi ke-6: Bidan memberikan
Profesional asuhan yang bermutu tinggi,
Kompetensi ke-1: Bidan mempunyai komprehensif pada bayi baru lahir
persyaratan pengetahuan dan sehat sampai dengan 1 bulan.
ketrampilan dari ilmu-ilmu sosial, 7. Asuhan Pada Bayi dan Balita
kesehatan masyarakat dan etik yang Kompetensi ke-7: Bidan memberikan
membentuk dasar dari asuhan yang asuhan yang bermutu tinggi,
bermutu tinggi sesuai dengan budaya, komprehensif pada bayi dan balita
untuk wanita, bayi baru lahir dan sehat (1 bulan – 5 tahun).
keluarganya. 8. Kebidanan Komunitas
2. Pra Konsepsi, KB dan Ginekologi Kompetensi ke-8: Bidan merupakan
Kompetensi ke-2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi dan
asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada keluarga,
pendidikan kesehatan yang tanggap kelompok dan masyarakat sesuai
terhadap budaya dan pelayanan dengan budaya setempat.
menyeluruh di masyarakat dalam 9. Asuhan pada Ibu/Wanita dengan
rangka untuk meningkatkan Gangguan Reproduksi

22 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

Kompetensi ke-9: melaksanakan Butir-butir perilaku profesional


asuhan kebidanan pada wanita/ibu tersebut akan bersifat mengikat jika butir
dengan gangguan sistem reproduksi. perilaku tersebut diturunkan dalam
Dalam menjalankan tugas dan bentuk kode etik. Kode etik merupakan
fungsinya, seorang bidan dituntut suatu ciri profesi yang bersumber dari
berperilaku profesional, dengan rincian nilai-nilai internal dan eksternal suatu
perilaku adalah sebagai berikut. disiplin ilmu dan merupakan pernyataan
1. Berpegang teguh pada filosofi, etika komprehensif suatu profesi yang
profesi dan aspek legal. memberikan tuntunan bagi anggota
2. Bertanggung jawab dan dalam melaksanakan pengabdian profesi.
mempertanggung jawabkan Kode etik profesi bidan hanya
keputusan klinis yang dibuatnya. ditetapkan oleh organisasi profesi,
3. Senantiasa mengikuti perkembangan Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam suatu
pengetahuan dan keterampilan keputusan kongres. Kehadiran kode etik
mutakhir. profesi bidan berdampak positif terhadap
4. Menggunakan cara pencegahan penegakan disiplin di kalangan profesi
universal untuk penyakit, penularan bidan. Adapun kode etik profesi bidan
dan strategis dan pengendalian dirumuskan dalam bentuk kewajiban
infeksi. sesuai dengan kelompok sasaran yang
5. Melakukan konsultasi dan rujukan dilayani, yaitu:
yang tepat dalam memberikan asuhan 1. Kewajiban bidan terhadap klien dan
kebidanan. masyarakat
6. Menghargai budaya setempat a. Setiap bidan senantiasa
sehubungan dengan praktik menjunjung tinggi, menghayati
kesehatan, kehamilan, kelahiran, dan mengamalkan sumpah
periode pasca persalinan, bayi baru jabatannya dalam melaksanakan
lahir dan anak. tugas pengabdiannya.
7. Menggunakan model kemitraan b. Setiap bidan dalam menjalankan
dalam bekerja sama dengan kaum tugas profesinya menjunjung
wanita/ibu agar mereka dapat tinggi harkat dan martabat
menentukan pilihan yang telah kemanusiaan yang utuh dan
diinformasikan tentang semua aspek memelihara citra bidan.
asuhan, meminta persetujuan secara c. Setiap bidan dalam menjalankan
tertulis supaya mereka bertanggung tugasnya senantiasa
jawab atas kesehatannya sendiri. berpedoman pada peran, tugas
8. Menggunakan keterampilan dan tanggung jawab sesuai
mendengar dan memfasilitasi. dengan kebutuhan klien,
9. Bekerjasama dengan petugas keluarga dan masyarakat.
kesehatan lain untuk meningkatkan d. Setiap bidan dalam menjalankan
pelayanan kesehatan kepada ibu dan tugasnya mendahulukan
keluarga. kepentingan klien, menghormati
10. Advokasi terhadap pilihan ibu dalam hak klien dan nilai-nilai yang
tatanan pelayanan. dianut oleh klien.
e. Setiap bidan dalam menjalankan

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 23


ISSN 2442-9422

tugasnya senantiasa melaksanakan tugasnya harus


mendahulukan kepentingan saling menghormati baik
klien, keluaraga dan masyarakat terhadap sejawatnya maupun
dengan identitas yang sama tenaga kesehatan lainnya.
sesuai dengan kebutuhan 4. Kewajiban bidan terhadap
berdasarkan kemampuan yang profesinya
dimilikinya. a. Setiap bidan wajib menjaga
f. Setiap bidan senantiasa nama baik dan menjunjung
menciptakan suasana yang tinggi citra profesi dengan
serasi dalam hubungan menampilkan kepribadian yang
pelaksanaan tugasnya dengan bermartabat dan memberikan
mendorong partisipasi pelayanan yang bermutu kepada
masyarakat untuk meningkatkan masyarakat
derajart kesehatannya secara b. Setiap bidan wajib senantiasa
optimal. mengembangkan diri dan
2. Kewajiban bidan terhadap tugasnya meningkatkan kemampuan
a. Setiap bidan senantiasa profesinya sesuai dengan
memberikan pelayanan perkembangan ilmu pengetahuan
paripurna kepada klien, keluarga dan teknologi.
dan masyarakat sesuai dengan c. Setiap bidan senantiasa berperan
kemampuan profesi yang serta dalam kegiatan penelitian
dimilikinya berdasarkan dan kegiatan sejenisnya yang
kebutuhan klien, keluarga dan dapat meningkatkan mutu dan
masyarakat citra profesinya.
b. Setiap bidan berkewajiaban 5. Kewajiban bidan terhadap diri
memberikan pertolongan sesuai sendiri
dengan kewenangan dalam a. Setiap bidan wajib memelihara
mengambil keputusan termasuk kesehatannya agar dapat
mengadakan konsultasi dan/atau melaksanakan tugas profesinya
rujukan dengan baik
c. Setiap bidan harus menjamin b. Setiap bidan wajib meningkatkan
kerahasiaan keterangan yang pengetahuan dan keterampilan
didapat dan/atau dipercayakan sesuai dengan dengan
kepadanya, kecuali bila diminta perkembangan ilmu pengetahuan
oleh pengadilan atau diperlukan dan teknologi
sehubungan dengan kepentingan c. Setiap bidan wajib memelihara
klien kepribadian dan penampilan diri.
3. Kewajiban bidan terhadap sejawat 6. Kewajiban bidan terhadap
dan tenaga kesehatan lainnya pemerintah, nusa, bangsa dan tanah
a. Setiap bidan harus menjalin air.
hubungan dengan teman a. Setiap bidan dalam menjalankan
sejawatnya untuk menciptakan tugasnya, senantiasa
suasana kerja yang serasi. melaksanakan
b. Setiap bidan dalam ketentuanketentuan pemerintah

24 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

dalam bidang kesehatan, lain sebagai tindakan moral. Lawan kata


khususnya dalam pelayananan atruism adalah egois atau mementingkan
Kesehatan Reproduksi, Keluarga diri sendiri atau selfish. Sehingga
Berencana dan Kesehatan altruism adalah kesetiaan/keinginan
Keluarga. untuk mensejahterakan pihak lain
b. Setiap bidan melalui profesinya (seluruh makhluk dan manusia lainnya)
berpartisipasi dan sebagai tindakan moral.
menyumbangkan pemikiran Tujuan moral yang benar adalah
kepada pemerintah untuk kesempatan membantu orang lain tanpa
meningkatkan mutu dan mengharapkan imbalan dan hal ini
jangkauan pelayanan kesehatan memberikan kepuasan atau kebahagiaan
terutama pelayanan KIA/KB dan bagi seorang yang altruistik. Baron dan
kesehatan keluarga Graziano (1996) mengatakan bahwa
altruism refers to a motivation to
C. BATASAN KETULUSAN increase another person’s welfare
(ALTRUISTIK) without concern for one’s own welfare.
Altruisme menunjukkan adanya
Ketulusan adalah sinyal yang dapat
dorongan atau motivasi untuk
diraba dengan perasaan. Hal ini akan
meningkatkan kesejahteraan orang lain
dapat diketahui hanya jika seseorang
tanpa memperhatikan kesejahteraannya
telah menolong atau membentu
sendiri. Karena kesejahteraan orang lain
seseorang. Bantuan tersebut dilakukan
merupakan tujuan orang altruistik, maka
tanpa mengharapkan pamrih dari orang
dia akan berusaha dengan berbagai cara
yang ditolong. Dengan menghiasi setiap
untuk merealisasikannya meskipun
pikiran dengan ketulusan maka hati akan
mengalami berbagai rintangan. Orang
melahirkan perilaku yang baik, yang
lain dalam hal ini dapat diartikan sebagai
dalam bahasa Inggris dikenal dengan
masyarakat banyak. Bidan dengan
istilah “altruism”.
dedikasi yang tinggi terutama di daerah
Istilah “altruism” menurut Bram
terpencil memerlukan upaya yang keras
dan Dicky (1990) berasal dari bahasa
Prancis yaitu “altruisme”. Istilah dalam memberikan layanan kesehatan.
Myers (1994) An altruistic person
“altruisme” pertama kali dipakai oleh
is concerned and helpful even when no
filosofis dan sosiologis Prancis yang
benafits are offered or expected in
bernama Auguste Comte, yang pada
return. Kata konsern diartikan sebagai
mulanya diserap dari bahasa Italia yakni
prihatin atau turut merasakan
“altrui” yang berarti “of or to other”.
penderitaann orang lain atau empati.
Pengenalannya ke dalam bahasa Inggris
Konsern dan suka membantu ini dimiliki
dilakukan oleh pengikut Comte pada
oleh sekelompok orang yang dermawan,
abad ke 19, kemudian istilah ini secara
yaitu orang yang rela membantu orang
berangsur-angsur digunakan secara
lain tanpa harus menerima imbalan atau
umum. Secara filosofis, altruism
pengembalian dari pemberian yang telah
menggambarkan suatu teori perilaku
diberikan. Kelompok yang memberikan
tentang keinginan/cita-cita memberikan
kebaikan yang terbaik bagi pihak yang bantuan/pinjaman tanpa mendapatkan
bunga dapat digolongkan kepada orang

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 25


ISSN 2442-9422

yang memiliki atruisme. Istilah konsern dikatakan, jika seseorang dapat


dan suka membantu adalah sejalan, memberikan pertolongan kepada orang
karena dengan konsern saja belum ada lain dan di dalam dirinya ada suatu
tindakan, tetapi turut membantu berarti perasaan untuk mendapatkan perhatian
tindakan. Hal ini berarti bahwa altriusme orang lain, ia tidak dapat digolongkan
merupakan sikap yang nyata dalam sebagai seorang altruisme. Sebagaimana
tindakan jiwa menolong seseorang tidak dikatakan oleh Quinn (1985) bahwa
mengenal waktu dan situasi, sehingga di “Altruism is helping without expecting
dalam setiap kesempatan yang tersedia, any reward or benefit”. Altruism adalah
ia rela membantu jika ada yang menolong tanpa mengharapkan imbalan
membutuhkannya. atau keuntungan. Bahkan menurut para
Menurut Schoeder, Penner, Dovido psikologis, faktor-faktor yang
dan Pilliavin yang dikutip oleh Taylor, mempengaruhi seseorang memberikan
Peplan dan Sears (1997), bahwa pertolongan, adalah: (1) Sebagai “by
“altruism refers to an act perfermed stander effect”, mempertimbangkan
voluntarly to help someone else when apakah menolong atau menjadi saksi (2)
there is no expectation of receiving a Pengaruh lokasi peristiwa. (3) Pengaruh
reward in any form, except perhaps a kesamaan penampilan, pakaian atau
feeling of having done a good deed”. warna kulit dll. (4) Jasa atau pengaruh
Pengertian altruisme disini adalah sebuah seseorang yang sudah dikenal. (5)
tindakan yang dilakukan seseorang untuk Pengaruh peristiwa cuaca seperti hujan
membantu orang lain tanpa dll. (6) Harga diri (self-esteem).
mengharapkan sesuatu dari tindakan Berdasarkan beberapa pandangan
yang diberikan tersebut, kecuali di atas dapat disintesiskan bahwa
kemungkinan adanya perasaan puas. altruistik atau ketulusan bidan adalah
Kepuasan yang diperoleh karena telah dorongan perasaan rela untuk membantu
melakukan sesuatu yang baik, dan itu orang lain dengan mengutamakan
hanyalah sesuatu produk akibat dari kepentingan orang lain (ibu dan anak,
tindakan itu sendiri, sebaliknya jika ia keluarga dan masyarakat) melebihi
gagal dalam membantu seseorang, ia kepentingan dirinya sendiri, dengan
dapat saja merasa menyesal. indikator ketulusan: (1) mau berkorban
Tentu saja penyesalan tidak pernah (menanggung resiko), (2) tanpa pamrih,
diharapkan seseorang, tetapi penyesalan (3) empati, (4) tanpa paksaan, (5)
dapat saja terjadi serta merta jika kebiasaan menolong, dan (6) menerima
seseorang tidak dapat melakukan sesuatu dan memberi kritik.
dengan baik. Seseorang yang memiliki
altruisme tidak berpikir bahwa ketika ia D. MODEL KETULUSAN BIDAN.
memberikan bantuan, maka ia akan Seorang menjadi tulus dalam
mendapatkan sesuatu imbalan dalam menjalankan peran dan fungsi tidak
bentuk apapun. Jika ia berpikir demikian, terjadi secara tiba-tiba, akan tetapi
kemungkinan besar ia tidak akan melalui proses penerimaan dan
memberikan bantuan, apalagi tindakan kematangan diri, termasuk ketulusan
memberi bantuan ini akan mengancam bidan-bidan dalam menjalankan tugas
keselamatan jiwanya, sehingga dapat dan pelayanannya. Taylor, Peplan dan

26 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

Sears (1997) mengatakan bahwa seorang kepada korban atau seseorang, maka ia
altruisme akan memberikan bantuan akan memberikan bantuan, dan begitu
dalam langkah keputusan berikut: (1) juga sebaliknya. Oleh karena itu pada
Mempersiapkan sebuah kebutuhan dasarnya bagi seorang bidan yang
apakah seseorang membutuhkan memiliki altruisme yang tinggi selain
bantuan. (2) Mengambil tanggungjawab mau bertanggungjawab, ia juga mau
pribadi: Apakah saya bertanggungjawab. menghadapi resiko atau mau berkorban.
(3) Menimbang biaya dan keuntungan: Langkah-langkah yang dilakukan
Apakah bantuan yang diberikan bernilai seseorang termasuk bidan dalam
bagi orang tersebut atau tidak. (4) mengambil keputusan untuk memberikan
Memutuskan bagaimana membantu: bantuan kepada orang lain yang tidak ia
Apakah yang harus saya lakukan. Jika dikenal dapat dijelaskan dalam bagan di
seseorang mempersepsikan bahwa ia bawah ini:
menilai perlu memberikan bantuan

Perceiving a need
Does someone need help? No, there is no problem?

Taking personal responsibility.


Should I help him? No, It’s not my resposibility

Weighting the costs and benefits. No, it’s too risky, time
How much the cost should I pay for consuming, unpleasant, etc.

Deciding how to help. No, I can’t figure out


What should I do. what to do

Help is given

Gambar 1. Perspektif pengambilan keputusan dalam memberikan pertolongan


Sumber: Shelley E. Taylor, Latitia Anne Peplan dan David O. Sears, Social Psychology,
(New Jersey: Prentice-Hall, 1997), hal 338.

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 27


ISSN 2442-9422

Vaughan dan Hogg (1995) seseorang terdapat jiwa yang


mengatakan bahwa altruism is a special mementingkan diri sendiri dan
form of helping behavior sometime mementingkan orang lain, dan keduanya
costly, that shows concern for fellow bekerja untuk memajukan dirinya dan
human being and is performed without membantu orang lain.
expectation of personal gain. Altruisme Menurut Baum, Fisher dan Singer
merupakan perilaku khusus, suka (1995), seorang anak akan bertambah
membantu orang lain tanpa pamrih. murah hati seiring dengan bertambahnya
Seseorang yang berperilaku altruisme usia, namun ketika ia dewasa, kebaikan
akan dengan ikhlas memberikan bantuan hati sebagai bagian dari karakteristik
kepada orang yang membutuhkan apa altruisme dan akan berkurang akibat
saja yang dapat dibantunya. persaingan yang semakin ketat.
Altruisme sebagai sikap dapat Seseorang yang dibesarkan dalam
diamati dari perilaku seseorang atau suasana kerja sama dan saling peduli
dapat dinilai dari responnya terhadap mendorong seseorancg bertambah
objek sikap dalam memberikan bantuan altruisme. Keluarga merupakan awal dari
tanpa mengharapkan suatu imbalan. pembentukan moral seseorang. Makin
Kondisi nyata dalam diri seseorang yang tinggi tingkat moral seseorang, makin
memiliki altruisme adalah bahwa dalam tinggi pula sikap dan perilaku
membantu orang lain ia rela berkorban altruismenya.
sekalipun membutuhkan biaya yang Menurut Beck (1990) bahwa
besar. Salah satu ukuran seseorang kadar/konsentrasi atau tingkat keinginan
altruistik adalah kata “sometime costly”, membantu orang lain berbeda-beda. Ada
artinya untuk hal tertentu harus yang dipengaruhi oleh situasi,
berkorban sekalipun dengan membayar karakteristik korban, atau karakteristik
biaya yang besar, atau dengan perkataan penolong. Ada orang lain menolong
lain ia harus berjuang untuk dapat karena ada orang lain yang melihatnya,
mewujudkan hasratnya untuk dan individu seperti itu adalah orang
merealisasikan keinginannya. yang eksibisionis, yang memamerkan
Aronson, Wilson dan Akert (1994) bahwa ia seorang penolong. Tidak
mengatakan bahwa, If philip tends to be masalah seberapa besar bantuan yang
self-centered he should be less willing diberikan dan yang penting bahwa orang
than the others to do any of the altruistic lain yang menolong
acts. Pernyataan ini menunjukkan Tidak semua pertolongan
perbedaan yang mementingkan diri mengharapkan penghargaan dan balasan.
dengan seorang yang altruisme. Jika Bagi yang berperilaku sosial
seseorang cenderung mementingkan memperlihatkan sifat altruistik,
dirinya atau menunjukkan keakuannya, pertolongan yang bermanfaat bagi orang
berarti kesediaannya membantu orang lain membutuhkan pengorbanan dari
lain lebih kecil dibandingkan dengan penolong. Seseorang melindungi
orang yang altruisme. Dalam kondisi ini, anaknya sambil mengorbankan hidupnya
kutub altruisme adalah mementingkan selama terjadinya bencana dan seorang
diri sendiri dan mementingkan orang prajurid yang mengajak beberapa
lain. Dengan demikian, dalam diri anggota pleton untuk melindungi dalam

28 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

melawan api, dan keduanya adalah dipertimbangkan sifat orang yang


wujud dari kegiatan altruism. Altruism altruistik. Robert S. Feldman (1989)
memberikan suatu keluasaan yang luas mereview model proses pertolongan
bagi penolong. Bila tidak ada yang pernah dikembangkan Latane &
keuntungan yang diharapkan dan tidak Darley yang terdiri atas empat langkah
ada pihak yang memaksa, maka dasar, yaitu:
pertolongan yang diberikan dapat

Noticing a person, event, or situation that may require help.

Interpreting stimulus as one requiring help.

Assuming responsibility for helping.

Desiding on and implementing the form of helping.

Gambar 2. Model proses pemberian pertolongan yang tulus


Sumber: Robert S. Feldman, Adjustment: Applying Psychology in a Complex World,
(New York : McGraw- Hill Book Company, 1989), pp. 427.

Perilaku menolong bagi altruistik yang lain tanpa ada manfaat nyata bagi
ketika membaca tentang prasangka yang dirinya sendiri. Perilaku prososial seperti
tidak baik, diskriminasi dan aggresi, dikenal dengan dengan istilah ketulusan
sehingga orang tidak akan ragu untuk hati.
meringankan penderitaan melalui Berdasarkan perspektif pengambilan
pergolakan positif sebagai perilaku sosial keputusan dan model pemberian
yang baik. Orang menolong dan pertolongan, maka dapat dirumuskan
mendukung orang lain dengan bentuk perilaku ketulusan bidan dalam
menyumbangkan darah, waktu dan uang memberikan pertolongan kepada orang lain,
sebagai derma, pertolongan pantai dan adalah sebagai berikut.
lain-lain. Altruism sebagai perilaku
prososial berkaitan dengan aksi yang
dirancang atau tidak untuk menolong

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 29


ISSN 2442-9422

Permasalahan
Persalinan, Kesehatan
KETULUSAN BIDAN:
Ibu, Anak & Keluarga dirasakan, dialami,
diamati
Tanggungawab Moral
KODE ETIK & Tanggungjawab KOMPTENSI
PROFESI BIDAN Profesi BIDAN

Mempertimbangkan
Kebutuhan Sumber KEBIASAAN
Daya dan Dana MENOLONG

PERILAKU TULUS:
Senyum, berkorban, Membuat Keputusan KEPUASAN
tanpa pamrih, empati, pemberian pertolongan
MELAYANI
tanpa paksaan

Gambar 3. Model ketulusan bidan dalam memberikan pelayanan


Ketulusan hati atau altruistik Menerima kritikan secara anggun dan
menurut Linda Bradford (2004) adalah elegan dari siapapun, renungkan dan
sinyal yang dapat diraba dengan melakukan perubahan. Menerima
perasaan, pikiran dan tindakan. kritik dengan pikiran terbuka, tidak
Ketulusan hati melahirkan kepercayaan langsung menerima atau menolak.
yang pada gilirannya menumbuhkan rasa Renungkan sebelum merespon dan
hormat. Ketulusan, rasa hormat dan ucapkan terima kasih.
saling percaya hanya muncul dalam c. Mengkritik dengan tulus. Mengkritik
hubungan sosial yang dihiasi dengan dengan arif dan bijak, perlu
perhatian. Perhatian sebagai bukti mempertimbangkan (a) waktu, (b)
ketulusan hati adalah memberi sesuatu tempat, (c) memahami karakter
tanpa pamrih. Perhatian yang tulus dapat orang, (d) suasana tidak tegang, (e)
terlihat dalam perilaku sehari-hari sebutkan perilaku kongkrit dan tidak
ditandai oleh: memancing perdebatan, (f) ajukan
a. Senyum. Senyum adalah kosmetika saran dalam ungkapan positif, (g)
yang paling berharga, karena ia tawarkan pikiran konstruktif, realistik
merupakan kecantikan yang muncul dan empaty, (h) tawarkan bantuan
dari lubuk hati yang paling dalam jika ada, (i) batasi jumlah kritikan
dan didasari kebesaran jiwa dan dan fokus.
kelapangan dada. d. Tidak membuat rumit situasi yang
b. Menerima kritik dengan tulus. sederhana. Tidak mendramatisir

30 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015


ISSN 2442-9422

persoalan sehingga substansinya jadi ketersediaan dana. Berdasarkan


kabur. Fokus pada masalah dan cara pertimbangan tersebut maka ditentukan
mengatasinya. bidan membuat keputusan pemberian
e. Kembali pada diri sendiri. Setiap pertolongan. Ketika proses pemberian
pemikiran dan tindakan hidup, cepat pertolongan, perilaku tulus terlihat dari
atau lembat pasti akan kembali pada senyum, rela berkorban, tanpa pamrih,
diri sendiri dalam bentuk bahagia berempati dan melakukan pertolongan
atau sebaliknya, seperti gema, tanpa paksaan dari pihak manapun. Pasca
pedang bermata dua atau benih yang pemberian pertolongan, bidan merasakan
ditabur. Sehingga dapat meredam adanya kepuasan melayani, dan pada
kebencian dan menghindari rasa gilirannya perilaku ketulusan bidan dapat
dendam. di rasakan, dialami dan diamati oleh ibu,
anak, keluarga dan masyarakat.
E. PENUTUP
Ketulusan bidan dalam DAFTAR PUSTAKA
memberikan pelayanan terlihat dari Baron and Graziano, Psychology Social,
adanya dorongan perasaan rela untuk New York: Mc.Graw-Hill. Inc.,
membantu orang lain dengan 1996.
mengutamakan kepentingan orang lain Beck, Robert C., Motivation: Theory
(ibu dan anak, keluarga dan masyarakat) and Principle, New Jersey:
melebihi kepentingan dirinya sendiri. Prentice-Hall, 1990.
Indikasi ketulusan tersebut terlihat dari Bradford, Linda, Inner Beauty, Jakarta:
kemauan untuk berkorban (menanggung Penerbit Cakrawala, 2004.
resiko), menolong tanpa pamrih,
berempati, menolong tanpa paksaan, Bram, Leon L. dan Norma H. Dicky,
menerima dan memberi kritik. Pada Funk & Wagnalls New
gilirannya wujud ketulusan bidan terlihat Encyclopedia, Volume 1. USA:
perilaku melayani menjadi kebiasaan Funk & Wagnalls, Inc., 1990.
menolong. Kebiasaan menolong tersebut Feldman, Robert S., Adjustment:
membentuk paradigma yang selanjutnya Applying Psychology in a
berubah menjadi model ketulusan bidan Complex World, New York :
dalam memberikan pelayanan. McGraw- Hill Book Company,
1989.
Model ketulusan tersebut bermula
dari adanya permasalahan persalinan, Keputusan Menteri Kesehatan Republik
kesehatan ibu, anak dan keluarga. Bidan Indonesia Nomor 369/Menkes/
memastikan memang permasalahan yang Sk/III/2007 Tentang Standar
sedang dihadapi memerlukan Profesi Bidan.
pertolongan. Berdasarkan internalisasi Myers, David G., Exploring Social
kompetensi dan kode etik selanjutnya Psychology, New York: McGraw-
melahirkan tanggungjawab moral dan Hill, Inc., 1994.
tanggungjawab profesi, dengan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2012
mempertimbangkan kebutuhan sumber tentang Kerangka Kualifikasi
daya pendukung yang dimiliki dan Nasional Indonesia.

Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1, April 2015 31


ISSN 2442-9422

Permendikbud Nomor 49 tahun 2014 Vaughan, Graham and Michael Hogg,


tentang Standar Nasional Introduction to Social Psychology,
Pendidikan Tinggi. Sydney: Prentice-Hall, Inc., 1995.
Quinn, Virginia Nichols, Applying
Psychology, New York: McGraw-
Hill Book Company, 1985.
Sofyan, M. 2006. Bidan Menyongsong
Masa Depan. Jakarta : PI IBI.
Survey Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI). (2013). Laporan
Pendahuluan Survei Demografi
Indonesia.
http://www.bkkbn.go.id.
Taylor, Shelley E., Latitia Anne Peplan
dan David O. Sears, Social
Psycholoy, New Jersey: Prentice-
Hall, 1997.

32 Jurnal Pendidikan dan Kepengawasan, Vol 2 No. 1 April 2015

Anda mungkin juga menyukai