Ka V1 K12 V2
C1 C2
K21
K10
Ka =laju absorbsi
1 = kompartemen sentral
2 = kompartemen perifer
(Boumer, 2010)
All transfer processes are 1st order
Drug elimination : from central
compartment
kompartemen sentral terdapat pada hepar
dan ginjal, pada kedua organ tsb terjadi
metabolisme dan eliminasi perfusi tinggi
Model kompartemen tidak bermakna faal
Kompartemen sentral merupakan suatu
kompartemen yg perfusinya cepat dan
kompartemen perifer perfusinya lambat
Pembagian model berdasarkan perfusi
dan ikatan afinitas, bukan per organ
Obat yg diberikan scr ev → obat hrs
mengalami absorpsi dulu u/ dpt masuk
ke pembuluh darah
Setelah diabsorpsi → obat langsung
didistribusi dan sebagian ada yg
mengalami eliminasi
Semua proses ini terjadi secara simultan
Absorpsi sudah terjadi tetapi sangat
lambat
Proses absorbsi merupakan proses yang
paling dominan
Distribusi dan eliminasi sudah terjadi →
jumlahnya sangat kecil selama fase
absorbsi
Cp
Fase absorpsi
t
t .t Ka.t
Cp(t ) A.e B.e C.e
A, B, C merupakan interseps
α =tetapan laju distribusi
β =tetapan laju eliminasi
Ka =tetapan laju absorpsi
Berlaku jika Ka>α >β
Fase absorbsi : sangat lambat & fraksi yg
diabsorbsi sangat besar
Pada puncak : kadar maksimal dalam darah
terjadi kesetimbangan jumlah yg masuk
dalam darah dg yg dieliminasi mrpk
kesetimbangan semu & tjd sangat singkat
Fase distribusi : masih terjadi proses
absorbsi & sudah terjadi fase eliminasi,
namun proses distribusi dominan
Buat profil kurvanya (pastikan kompt 2 dg
absorbsi)
Untuk R I : gunakan semua titik pada fase
eliminasi (min 3 ttk). Buat regresi Cp (dlm
btk ln atau log) vs t didapat R I
Masukkan nilai t pada fase distribusi pada
RI dari anti ln didapat Cp eks 1 =B.e-βt (M
pada tabel)
Cp sebenarnya - Cp eks 1 (M pada tabel) =Cr1
Cari titik yg mengalami distribusi, buat regresi Cr 1 (dlm btk ln
atau log) vs t diperoleh R II
R II A & α
Masukkan t pada fase absorpsi ke R II C eks 2 (A.e-αt ) L
pada tabel)
Cr1 - A.e-αt (C pada tabel) = Cr 2 R III (Hakim, 2011)
hasilnya digunakan nilai absolut (tidak ada tanda negatif)
Atau Cr2 = A.e-αt – Cp sebenarnya (Shargel) (yg dipakai)
Buat R III dari Cr 2 (ln/log) vs t absorpsi dari slope didapat
nilai Ka, dari intersep antiLn = C
t Cp B.e-βt Cr1 A.e-αt Cr2
t1 Cp1 C1 L1 Cr1 Reg III
t2 Cp2 C2 L2 Cr2 (abs)
t3 Cp3 C3 L3 Cr3 Cr2 vs t
t4 Cp4 C4 L4 Cr4
t5 Cp5 M5 C5 C & Ka
Reg II (distr)
t6 Cp6 M6 C6
Cr 1 vs t
t7 Cp7 M7 C7
t8 Cp8
A&α
Reg I (elim)
t9 Cp9 B&β
Cp vs t
t10 Cp10
t
k a FDev k 21
B
Vsk a
ka FDev k21 ka
C
Vs ka ka
k a FDev k 21
A
Vsk a
F = ketersediaan hayati
A B
k21
A B
A B
k k
k 21 A B
AB
2
k12
A B A B
k12 = α + β – k21 - k
AUC non model
A B C
AUC
Ka
AUC model
dengan metode trapezoid
ab
AUC (t 2 t1)
2
b a
t1 t2
Drug concentration
c3 c4
c2
c5
c1 c6
t t2 t3 t4 t t
1 5 6
Time
tn
F .DEV
Vd area V
. AUC 0
CL
Vd area
Berlaku jika α > Ka > β
Kuva normal : Ka> α > β
Cp
Fase distribusi (α)
Fase absorpsi
t
Persamaan : Cp (t) = Ce-Ka.t + Be-βt - Ae-α.t
AUC menjadi : AUC B C A
Ka
Kurva di atas berlaku u/ obat yg absorpsinya
lambat
Laju absorpsi lebih lambat daripada laju distribusi
Berlaku untuk obat-obat yg sukar larut dan sukar
menembus membran sel absorpsi sebelum
mencapai pembuluh darah
Terjadi pada obat-obat lipofilik dan obat yg hanya
larut dalam solven organik
Contoh : digoksin, asam mefenamat, digitoxin,
furosemid, griseofulvin dsb
T (min) Cp (µg/ml)
2 30
4 35
7 45 Suatu obat diberikan
10 60 secara oral dg dosis =
15 92 100 mg, ketersediaan
hayati = 0,8. Obat
20* 90
termasuk dalam model
25* 85
kompartemen dua
30* 76 terbuka. Kadar obat
40* 63 dalam darah diambil
60 43 dalam waktu tertentu
90 24 sehingga diperoleh
data sbb :
110 20
130 16,5
150 14
170 12
Ka
α
Catt :
Hitung dengan nilai
β
tiga angka di
t½ β belakang koma
K12 Ambil 3 titik pada
masing2 fase
K21
K10
Waktu (jam) Cp (mg/L)
0,1 1
0,2 12
Konsentrasi obat 0,3 28
dalam plasma setelah 0,4 46
pemberian per oral 0,6 56
suatu obat dengan 0,75 59,7
dosis 500 mg , F 0,8 1 60
adalah sbb : 2 40
Tentukan 3 26,2
α 4 17,5
β 5 11,5
Ka 6 7,58
AUC 10 1,4
K, K12, K21 14 0,3