Dosen Pengasuh :
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat Rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dalam makalah ini, pokok bahasan kami mengenai definisi motivasi, dan teori-
teori motivasi.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Arga Galih Karismawan
selaku dosen mata kuliah Prilaku Organisasi yang membimbing kami dalam
mengerjakan makalah ini. Kami juga berterima kasih kepada keluarga serta teman-
teman yang sudah ikut kerja sama dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun pengkajian
dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Motivasi merupakan salah satu topik yang paling sering diteliti dalam
Perilaku Organisasi. Banyak individu secara salah memandang motivasi
sebagai sebuah sifat pribadi. Dalam praktiknya, manajer yang tidak
berpengalaman seringmenyebut karyawan mereka yang terlihat kurang
termotivasi sebagai karyawan malas. Pendapat demikian memberi asumsi
bahwa karyawan tersebut malas ataukurang termotivasi.Banyak organisasi di
dunia ini yang gagal dalam mencapai tujuannyadikarenakan kurangnya
motivasi untuk bekerja pada karyawan-karyawannya.Untuk itu, perlu dipelajari
bagaimana membuat motivasi tersebut dan juga menyampaikannya secara tepat
agar karyawan yang semula tidak termotivasi menjadi termotivasi. Dengan
termotivasinya setiap karyawan yang ada, maka mereka akan menyelesaikan
tugasnya dengan baik.Hal ini tentuakan
berimbas pada pencapaian tujuan organisasi. Pencapaian ini akan menjadi lebih
mudahdikarenakan tidak ada karyawan yang malas karena mereka termotivasi
untuk menyelesaikan tugasnya masing-masing.Dalam makalah ini kita akan
mempelajari tentang apa itu motivasi danteori-teorinya. Selanjutnya dijelaskan
pula aplikasinya di organisasi-organisasi.
1.2Rumusan masalah
1.3Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam tentang
motivasi kerja, selain itu juga sebagai tolok ukur sejauh mana motivasi kerja
mempengaruhi kinerja karyawan dalam organisasi. Sehingga dapat menjadi
4
acuan untuk meningkatkan kinerja karyawan, kalau seandainya motivasi
tersebut sudah ada di dalam lingkup organisasi. Dan kalau belum ada maka
diharapkan dengan adanya makalah ini dapat menjadi sumber inspirasi untuk
menciptakan kondisi organisasi yang bermotivasi.
BAB II
PEMBAHASAN
5
b. Menurut Mitchell motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang
menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya persistensi kegiatan-
kegiatan sukarela yang diarahkan ke tujuan terntenu.
c. Menurut Gray mengartikan motivasi sebagai sejumlah proses, yang bersifat
internal, atau eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya
sikap antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu.
d. Menurut T. Hani Handoko mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan
pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan
kegiatan terntentu guna mencapai tujuan.
e. Menurut Henry Simamora, menyebutkan pengertian motivasi menurutnya
adalah sebuah fungsi dari pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan
menghasilkan tingkat kinerja yang pada gilirannya akan membuahkan
imbalan atau hasil yang dikehendaki.
f. Menurut Soemarno secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu
perubahan tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif atau reaksi-reaksi
pencapaian tujuan.
6
1. Kebutuhan Aktualisasi diri: pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang,
dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang ia mampu
capai.
2. Kebutuhan Harga Diri: faktor harga diri internal seperti penghargaan diri,
otonomi, dan pencapaian prestasi dan faktor harga diri esternal seperti harga
diri status, pengakuan (diorangkan), dan perhatian
3. Kebutuhan Sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya, diterima
oleh teman-teman, dan persahabatan.
4. Kebutuhan keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan
emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi
5. Kebutuhan Fisik : makanan, minuman, tempat tinggal, kepuasaan seksual,
dan kebutuhan fisik lain.
Dalam istilah motivasi Maslow berpendapat bahwa tiap tingkat dalam
hirarki itu harus secara subtansial terpuaskan sebelum hirarki berikutnya
menjadi aktif dan setelah kebutuhan tersebut secara subtansial terpenuhi,
kebutuhan tersebut tidak lagi bisa memotivasi perilaku. Jika kita ingin
memotivasi seseorang, menurut Maslow, kita perlu memahami di tingkat
mana keberadaan orang itu dalam hirarki dan perlu berfokus pada pemusatan
kebutuhan pada atau di atas tingkat itu. Sehingga kebutuhan orang tersebut
dapat terpuaskan.
7
diedarkan ke seluruh populasi, dan bukan hanya bagi mereka yang
menduduki posisi manajemen.
Analisis McGregor tersebut selaras dengan kerangka dasar yang dibuat
oleh Maslow. Teori X berasumsi bahwa kebutuhan-kebutuhan tingkat
yang lebih rendah mendominasi individu. Teori Y berasumsi bahwa
kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi mendominasi individu.
McGregor yakin bahwa asumsi-asumsi Teori Y lebih valid daripada
Teori X. Sayangnya asumsi-asumsi Teori Y belum tentu valid mengubah
tindakan sesesorang yang bekerja akan termotivasi.
Teori Motivasi Dua Faktor Higienis Herzbreg
Teori dua faktor (two-factor theory) atau teori motivasi higiene (motivation
hygiene theory) yang dikemukakan oleh Frederick Herzberg ini
berkeyakinan bahwa ada karakteristik-karakteristik tertentu yang cenderung
berhubungan dengan kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja. Faktor
intrinsik seperti kemajuan, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian
tampaknya berhubungan dengan kepuasan kerja. Responden yang merasa
baik dengan pekerjaan mereka, cenderung menghubungkan faktor-faktor ini
dengan diri mereka sendiri. Sebaliknya, responden yang tidak puas
cenderung menyebutkan faktor-faktor ekstrinsik, seperti pengawasan,
imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan, dan kondisi-kondisi kerja.
Menurut Herzberg, kondisi-kondisi yang melingkupi pekerjaan seperti
kualitas pengawasan, imbalan kerja, kebijaksanaan perusahaan, kondisi fisik
pekerjaan, hubungan dengan individu lain, dan keamanan pekerjaan
digolongkan oleh Herzberg sebagai faktor-faktor higiene (higiene factors).
Ketika faktor-faktor tersebut memadai, orang-orang tidak akan merasa tidak
puas, namun bukan berarti mereka merasa puas. Jika kita ingin memotivasi
individu dalam pekerjaan mereka, Herzberg menyatakan penekanan faktor-
faktor yang berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri atau dengan hasil-
hasil yang berasal darinya seperti peluang promosi, peluang pengembangan
diri, pengakuan, tanggung jawab, dan pencapaian.
8
Gambar 2. Teori Motivasi Higienis Herzbreg
9
Individu-individu lebih termotivasi oleh tujuan-tujuan yang sulit karena
tujuan yang sulit mengarahkan perhatian kita pada tugas yang sudah ada dan
menjauh dari gangguan-gangguan yang tidak relevan. Tujuan-tujuan yang
menantang mendapatkan perhatian kita dan akhirnya cenderung membantu kita
untuk berfokus. Tujuan-tujuan sulit juga menambah semangat karena kita harus
bekerja lebih keras untuk mencapainya.
Sumber kedua adalah contoh yang dilakukan oleh individu lain atau menjadi
lebih percaya diri karena anda melihat individu lain melakukan tugas tersebut.
Sumber ketiga adalah bujukan verbal. Yaitu menjadi lebih percaya diri karena
seseorang meyakinkan anda bahwa anda mempunyai ketrampilan yang
dibutuhkan untuk berhasil. Para pembicara motivasional sering sekali
menggunakan taktik ini.
Teori Penguatan
Teori penguatan mempunyai sebuah pendekatan perilaku, yang menunjukkan
bahwa penguatan mempengaruhi perilaku. Teori penguatan mengabaikan
keadaan batin individu dan hanya terpusat pada apa yang terjadi pada seseorang
ketika ia melakukan tindakan. Dalam bentuk murninya, teori penguatan
mengakibatkan perasaan, sikap, harapan, dan variabel kognitif lain yang
diketahui mempengaruhi perilaku.
Teori kesetaraan mengatakan bahwa jika hal itu terjadi, maka para karyawan
dapat:
Teori Harapan
Teori harapan yang dikemukakan Victor Vroom menunjukkan bahwa kekuatan
dari suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada
kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil
yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
Dalam bentuk yang lebih praktis, teori harapan mengatakan bahwa karyawan-
karyawan akan termotivasi untuk mengeluarkan tingkat usaha yang lebih tinggi
ketika mereka yakin bahwa usaha tersebut akan menghasilkan penilaian kinerja
yang baik; penilaian yang baik akan menghasilkan penghargaan-penghargaan
11
organisasional seperti bonus, kenaikan imbalan kerja, atau promosi; dan
penghargaan-penghargaan tersebut akan memuaskan tujuan-tujuan pribadi para
karyawan. Oleh karenanya, teori tersebut berfokus pada tiga hubungan:
1. Hubungan usaha-kinerja. Kemungkinan yang dirasakan oleh individu yang
mengeluarkan sejumlah usaha akan menghasilkan kinerja.
2. Hubungan kinerja-penghargaan. Tingkat sampai mana individu tersebut
yakin bahwa bekerja pada tingkat tertentu akan menghasilakn pencapaian
yang diinginkan.
3. Hubungan penghargaan-tujuan-tujuan pribadi. Tingkat sampai mana
penghargaan-penghargaan organisasional memuaskan tujuan-tujuan pribadi
atau kebutuhan-kebutuhan seorang individu dan daya tarik dari
penghargaan-penghargaan potensial bagi individu tersebut.
13
itu diperlukan motivasi eksternal yang bisa berasal dari atasan, keluarga,
rekan sejawat, guru dan lainnya. Teori motivasi dipengaruhi oleh budaya
dimana seseorang bertempat tinggal dan berinteraksi. Karena itu, dalam
sebuah organisasi atau perusahaan perlukan adanya penciptaan budaya kerja
yang bersifat universal, bisa diterima dan dijalankan oleh anggota organisasi
atau karyawan. Ada kalanya beberapa organisasi atau perusahaan
menciptakan budaya kerja yang benar-benar baru, dan ada pula yang
mengadopsi budaya yang sudah ada dalam masyarakat yang di sesuaikan
dengan tujuan dan kebijakan organisasi atau perusahaan.
Secara umum kita akan menginventarisasi apa saja yang didapatkan
kebanyakan orang di Organisasi, yaitu:
15
Cara yang digunakan kebanyakan adalah memanfaatkan selisih harga (mark
up). Misalnya ada proyek pengadaan seragam. Si A dapat tugas untuk
memesan seragam tersebut. Di Konveksi X si A dapat harga 10.000 per pcs,
di konveksi Y si A dapat 8.000 per pcs, jumlah pesanan ada 1000 pcs.
Lumayan kan, dengan memesan di konveksi Y, si A dapat mengantongi
paling kecil 400.000 rupiah. Ada yang bilang, mencari uang dalam
organisasi nirlaba sah-sah saja. Ada yang bilang hal tersebut tidak etis.
Semua tergantung dari yang menjalaninya. Baik dan buruk hanya penilaian
seseorang. Hati nurani lah yang sebenarnya dapat mengontrol perbuatan
kita.
f. Jabatan-posisi-kekuasaan
Dalam organisasi ada jabatan-jabatan strategis dan bergengsi. Banyak sekali
orang-orang ambisius yang menjadikan jabatan dan kekuasaan ini sebagai
tujuannya berorganisasi. Ada yang mengakuinya secara terang-terangan, ada
yang menyembunyikannya dalam lubuk hati. Dengan sebuah jabatan di
organisasi, terutama jabatan yang tinggi. Tentu seseorang akan punya
kekuasaan-kewenangan lebih besar dari lainnya yang hanya anggota
biasa. Biasanya posisi-posisi ketua, pemimpin, direktur, dan posisi teratas
lainnya banyak menjadi incaran orang. Namun ada juga yang secara sengaja
tidak mengincar posisi tertinggi. Namun malah menyasar posisi tertentu
sesuai fungsinya. Barangkali orang seperti ini sudah terobsesi, atau memang
murni ingin belajar di posisi tersebut
g. Popularitas
Salah satu yang paling menarik minat orang untuk berorganisasi adalah
ingin dikenal orang lain. Dalam bahasa kerennya disebut popuparitas, atau
menjadi populer. Banyak dikenal orang, dimana saja memang
menyenangkan. Terasa seperti selebriti barangkali. Ini sah-sah saja untuk
dijadikan motivasi dan penyemangat dalam berorganisasi. Lagipula,
sebenarnya orang yang aktif di organisasi akan menjadi populis dengan
sendirinya tanpa perlu digembar-gemborkan. Bukan diri seseorang saja yang
dapat membuatnya populer. Bagaimana kinerjanya selama di organisasi?
Apa saja yang dia lakukan untuk organisasi? ini menjadi penilaian tersendiri
bagi banyak orang
Bersambung dengan jabatan dan kekuasaan, popularitas adalah salah satu
buntut dari jabatan. Semakin tinggi jabatan seseorang dalam dunia
organisasi, memungkinkan dia untuk semakin dikenal lebih banyak orang,
dibanding mereka yang berada dalam posisi rendah. Namun tak semua
organisasi menganut sistem semacam ini. Ada juga organisasi yang ketuanya
bahkan tidak dikenal banyak orang. Bahkan terkesan disembunyikan.
h. Latihan-belajar untuk mampu berbicara-menyampaikan pendapat, ide, dan
gagasan pada orang lain
Banyak orang yang punya ide cemerlang, tapi ragu untuk menyampaikan
kepada orang lain. Biasanya terbentur oleh rasa percaya diri yang belum
cukup, atau kemampuan berbicara-menyampaikan pendapat yang dirasa
16
masih kurang. Di organisasi, kamu punya kesempatan yang luas untuk
belajar bicara. Mulai dari forum-forum kecil, sampai forum yang melibatkan
ratusan, bahkan ribuan orang. Mulai dengan tata bahasa yang kacau balau,
sampai akhirnya kamu bisa mengutarakan pendapat, ide, dan gagasan kamu
dalam bahasa yang elegan. Di organisasi lah tempatnya kamu akan
ditempa. Pada saat pertama kali berbicara didepan khalayak ramai,
barangkali kamu merasa tidak percaya diri, kaki gemetar, bahkan sampai
berkeringat dingin dengan jantung dag dig dug.
Kamu sanksi pada diri sendiri. Dalam hati timbul pertanyaan, apakah yang
saya sampaikan dimengerti orang lain? apakah bahasa yang saya gunakan
sudah tepat sehingga dapat dimengerti orang lain. Di organisasi, kamu akan
dilatih, belajar terus menerus, sampai akhirnya percaya dirimu menjadi
tinggi, sehingga semua keraguan itu sirna dari pikiranmu. Dan akhirnya
kamu pun mampu untuk tampil kedepan, mengutarakan gagasan brilianmu.
i. Latihan dan belajar sendiri cara berdiplomasi, bernegosiasi, melobi, atau
mempengaruhi orang lain secara persuasive
Ini adalah soft skill yang langka. Tidak semua orang bisa melakukannya.
Pendekatan persuasif cenderung lebih efektif dalam menyelesaikan masalah.
Walaupun prosesnya butuh kesabaran dan perhitungan yang cermat Tidak
melulu masalah dapat diselesaikan dengan fisik, adu otot, senjata dan
sebagainya. Kadang perlu ada pendekatan-pendekatan yang lebih halus.
Ingat, perjuangan bersenjata saja takkan membuat Indonesia merdeka. Untuk
masalah-masalah yang serius dan sensitif, sedikit saja melakukan kesalahan,
akan fatal akibatnya kedepan. Bayangkan, masalah yang seharusnya dapat
diselesaikan dengan cara negosiasi tapi malah di selesaikan secara fisik,
mubazir bukan? Tentu saja kerugian materi dan tenaga dapat diminimalisir
dengan cara pendekatan persuasif.
Di Organisasi, teknik bernegosiasi, diplomasi dan lobi dapat dipelajari
secara otodidak. Kamu dapat mempraktekkan langsung suatu
konsep/pendekatan yang sudah kamu rancang. Seiring berjalannya waktu
dan seringnya kamu menerapkan cara negosiasi yang baik, maka kamu akan
semakin matang. Terkadang jika terjadi suatu masalah yang melibatkan
lebih dari satu pihak, kesuksesan suatu kegiatan, atau suatu rencana sangat
bergantung pada suksesnya negosiasi. Banyak negosiator yang menjadi
penentu kesuksesan suatu rencana. Namun biasanya mereka bekerja di
belakang layar. Tidak muncul di permukaan
j. Kemampuan admisistrasi, struktural, procedural
Poin ini adalah kemampuan dasar yang akan didapatkan seandainya
seseorang mau terlibat aktif dalam organisasi. Kemampuan administrasi
seperti surat menyurat misalnya, memang terkesan enteng. Namun pada
momen tertentu, masalah enteng ini dapat saja menjadi penghambat jika
diabaikan.
Di Organisasi, kamu akan melihat dan merasakan langsung bagaimana
berhadapan dengan struktur-struktur dalam organisasi, bagaimana
17
berhadapan dengan prosedur-prosedur baku dalam organisasi, bagaimana
pengurusan dan pengelolaan administrasi dalam suatu organisasi. Hal ini
tidak hanya berlaku untuk organisasi yang kamu ikuti, tetapi juga organisasi
yang menjadi partner/rekanan dari organisasimu. Bukankah kamu dapat
mengintip langsung dan belajar banyak darinya?
k. Belajar menjadi pemimpin-memimpin sebuah tim
Ini erat kaitannya dengan jabatan. Jika jabatan adalah posisi struktural, maka
pemimpin adalah posisi operasional. Ketua organisasi sudah jelas akan
merasakan hal ini. Tapi tak tertutup kemungkinan untuk belajar memimpin
bagi pejabat-pejabat dibawahnya. Menjadi ketua dalam sebuah organisasi
belum tentu menjadi pemimpinnya. Ada juga organisasi yang menempatkan
seseorang dalam posisi ketua, namun itu hanya jabatan formal. Ada
seseorang yang lain lagi yang mengontrol gerak organisasi tersebut, inilah
yang dimaksud dengan pemimpin
Dalam organisasi, biasanya masih menganut “primus interpares“, siapa yang
memiliki kecakapan paling bagus, dialah yang dianggap pemimpin oleh
organisasi tersebut. Selain itu, dalam sebuah organisasi seringkali dibentuk
tim-tim kecil untuk menyelesaikan masalah secara fokus. Tim ini akan
dipimpin oleh satu orang atau lebih. Nah, disinilah pintu untuk belajar
memimpin terbuka lebar. Meski setiap orang adalah pemimpin bagi dirinya
sendiri, namun belum tentu dia bisa menjadi pemimpin bagi orang lain
disekitarnya. Di Organisasilah salah satu tempat untuk mengasah jiwa
kepemimpinan ini menjadi semakin matang.
l. Kemampuan untuk memahami karakter orang lain
Bertemu, berkomunikasi, dan berdiskusi dengan banyak orang dalam sebuah
organisasi, maupun lintas organisasi, perlahan kamu akan mempelajari
berbagai karakter manusia. Di organisasi, dimana anggotanya berasal dari
latar belakang yang berbeda-beda, punya tujuan pribadi yang tidak sama
juga misalnya, pemahaman terhadap karakter seseorang menjadi sangat
penting. Memahami karakter sangat berkaitan dengan masalah
kepemimpinan. Seorang pemimpin dituntut mampu memahami karakter
yang dipimpinnya. Dengan mengetahui karakter inilah kemudian pemimpin
dapat mengetahui kecenderungan sikap, atau reaksi anggotanya. Dengan
mengetahui karakter, kemudian pemimpin dapat mengambil langkah
preventif (pencegahan) seandainya terjadi suatu masalah dalam tubuh
organisasi, maupun dalam hubungannya dengan dunia luar
m. Kemampuan untuk menghargai pendapat atau gagasan orang lain
Ada banyak ide yang muncul dari beragam kepala manusia dalam sebuah
organisasi. Menyatukan gagasan itu menjadi sebuah keputusan bersama
bukanlah hal yang mudah, meski itu adalah sesuatu yang sangat
mungkin. Dalam diskusi misalnya, ada banyak pendapat yang dikeluarkan
oleh masing-masing anggota. Tapi hanya satu atau dua yang akan dijadikan
keputusan organisasi. Disini kamu akan belajar bagaimana menerima
pendapat orang lain yang lebih baik, ataupun yang disepakati oleh sebagian
18
besar anggota lain. Pendapat yang baik menurut kita, belum tentu baik
menurut orang lain.
Di Organisasi lah kita akan dilatih menghadapi banyak ide. Menerima atau
menolak adalah urusan pribadi kita. Tetapi, seburuk apapun sebuah gagasan,
kita harus menghargainya. Jika pendapat itu baik, maka kita terima. Jika
pendapat itu buruk, maka kita tolak dengan dasar-dasar yang benar (logis,
rasional, empiris, faktual) dan lebih dapat diterima orang lain. Banyaknya
diskusi dalam sebuah organisasi akan melatih masing-masing anggotanya
untuk menghargai pendapat/gagasan anggota lain. Sebab, meski ada seribu
gagasan, tetap yang terbaiklah yang harus dijadikan keputusan, dan kita
harus dapat menerima jika seandainya pendapat kita tidak disepakati oleh
orang lain
19
c. Pengayaan pekerjaan: merujuk pada perluasan vertikal dari pekerjaan.
Hal ini meningkatkan pengendalian pekerja terhadap perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi kerja. Kelebihannya adalah mengurangi
ketidakhadiran dan biaya perputaran karyawan serta meningkatkan
kepuasan dalam hal produktivitas.
20
Rencana bayaran ini yang menentukan tingkat bayaran berdasarkan berapa
banyak keterampilan yang dimiliki karyawan dan berapa banyak pekerjaan
yang bisa mereka lakukan.
4. Tunjangan fleksibel
Rencana bayaran ini memungkinkan setiap karyawan untuk membuat paket
tunjangan yang disesuikan secara individual dengan kebutuhan dan situasi
dirinya. Tiga jenis rencana tunjangan: (1) Rencana modular adalah paket
tunjangan yang telah dirancang sebelumnya dengan setiap modul dibuat
untuk memenuhi kebutuhan dari kelompok karyawan tertentu. (2) Rencana
inti tambahan terdiri atas inti dari tunjangan dasar dan pilihan opsi
tunjangan lain. (3) Rencana-rencana pengeluaran yang
fleksibel memungkinkan karyawan mengesampingkan jumlah uang yang
ditawarkan dalam rencana untuk membayar jasa tertentu.
5. Penghargaan intrinsic
Penghargaan intrinsik dapat berupa program pengakuan karyawan.
Penghargaan ekstrinsik dapat berupa sistem kompensasi. Program
pengakuan karyawan berkisar dari ucapan terima kasih yang spontan dan
pribadi sampai program formal yang diumumkan secara luas di mana jenis-
jenis perilaku tertentu dianjurkan dan prosedur untuk mencapai pengakuan
diidentifikasikan secara jelas.
21
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Motivasi adalah kerelaan untuk mengeluarkan usaha tingkat tinggi untuk
mencapai sasaran organisasi. Dipersyaratkan oleh kemampuan usaha
tersebut memuaskan kebutuhan individu. Proses motivasi diawali dengan
kebutuhan yang tidak terpuaskan, yang menciptakan ketegangan dan
mendorong seseorng untuk mencari sasaran yang, bila tercapai, akan
memenuhi kebutuhan itu dan dan mengurangi ketegangan tadi.
Teori motivasi awal meliputi teori hirarki kebutuhan Maslow, teori X dan
teori Y McGregor, dan teori higienis Herzbreg. Teori hiraraki kebutuhan
Maslow menyatakan bahwa ada lima kebutuhan yang orang berusaha
pusakan yang bentukanya berupa perkembangan bertahap: fisik, keamanan,
sosial, kepercayaan diri, dan aktualisasi diri. Teori X berdasarkan pada
pandangan negatif tentang sifat manusia mengenai cara memandang
pekerjaan, sementara teori Y merupakan kebalikannya. Teori motivasi
higienis Herzbreg mengusulkan bahwa tidak semua faktor pekerjaan dapat
memotivasi karyawan. Faktor higienis hanya berlaku untuk mengurangi
ketidakpuasan karyawan, sementara itu adalah faktor motivasi menghasilkan
kepuasan karyawan.
Teori penguatan mengatakan bahwa perilaku adalah fungsi dari akibat.
Perluasan kerja adalah perluasan horisontal hingga meningkatkan jangkauan
pekerjaan, jumlah berbagai tugas yang dibutuhkan pekerjaan tertentu dan
frekwensi penguatan tugas-tugas. Dalam teori kesetaraan, individu
memperbandingkan rasio input-hasil pekerjaan mereka dengan rasio-input
pekerjaan orang lain yang relevan. Teori pengharapan mengatakan bahwa
individu cenderung bertindak dengan cara tertentu berdasarkan pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti hasil tertentu dan berdasarkan daya tarik
hasil tersebut bagi di individu itu.
b. Saran
Demikian yang kami dapat paparkan mengenai motivasi dan yang berkaitan
denganya, tentunya kami menyadari betul atas segala kekurangannya. Maka
dari itu, kami berharap para pembaca dan penyimak memberikan kritik dan
saran yang membangun demi sempurnanya makalah ini.
22
Semoga makalah ini berguna khususnya bagi penyusun dan umunya bagi
pihak yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stephen P ; Judge, Timothy A, (2008), Perilaku Organisasi Buku1,
Jakarta: Salemba Empat. Hal.222-232
23