TINJAUAN PUSTAKA
atau tidak berubah, yang digunakan dalam pengolahan obat walaupun tidak semua
Menurut Dirjen POM (2012), bahan aktif obat adalah tiap bahan atau
campuran bahan yang digunakan dalam pembuatan sediaan farmasi dan apabila
digunakan dalam pembuatan obat akan menjadi zat aktif obat tersebut. Bahan
R/ Thiamin mononitrat 2 mg
Ribofalvina 2 mg
Piridoksina 2 mg
Nikotinamide 20 mg
Kalsium Pantotenat 10 mg
produk yang sempurna, untuk mencegah atau mengurangi kesalahan pada tiap
tahap produksi. Meskipun tanggung jawab pengawasan mutu pada prinsipnya ada
ditangan seorang pengawas mutu, namun diperlukan kerjasama yang baik. Mutu
dari bahan tersebut. Harus pula dipertimbangkan bahnnya, proses yang sedang
berjalan dan kontrol produksi, pengawasan serta sediaan akhir. Serta menjaga
yang baik, wadah serta label dan cara penutupan yang baik (Lieberman, 1994).
Spesifikasi yang baik mengenai bahan baku harus ditulis secara lengkap,
terperinci, jenis alat dan cara sampling yang digunakan, dan harus diidentifikasi
dengan benar. Seperti daftar uji umum, batas, dan data fisika serta kimia lainnyan
untuk bahan baku sehubungan dengan identitas, kemurnian, kekuatan, dan mutu
(Lieberman, 1994).
2.4 Uraian vitamin
oleh tubuh dalam jumlah sangat kecil, dan harus didapatkan dari luar tubuh,
karena tidak dapat disintesa atau dibentuk oleh tubuh sendiri. Vitamin ada yang
larut dalam air dan larut dalam lemak. Vitamin yang larut dalam air seperti
vitamin C dan B komplek, sedangkan vitamin yang larut dalam lemak yakni
2.4.2 Vitamin B1
Rumus Bangun :
lemah
Kelarutan : Agak sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan
dalam kloroform
Pemerian paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara umum meliputi
wujud, rupa, warna, rasa, bau, dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan sifat
didalamnya tidak cukup kuat dijadikan syarat baku (Dirjen POM, 1979).
2.5.2 Kelarutan
perubahan kimia yang mungkin terjadi pada pelarutan tersebut. Jika kelarutan
suatu zat tidak diketahui dengan pasti, kelarutannya dapat ditunjukkan dengan
kelarutan yang tertera pada kelarutan dalam etanol merupakan syarat baku obat
2.5.3 Identifikasi
kuat digunakan untuk mengenal obat secara pasti. Uji kualitatif ataupun uji
kuantitatif yang dimuat dalam farmakope indonesia cara yang dapat memberikan
hasil yang sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan bagi masing-masing obat
Yang dimaksud pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH
meter) yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu
peka terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode pembanding
yang sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida (Dirjen
POM, 1995).
Perlu ditekankan disini bahwa defenisi pH, skala pH, dan harga yang
laboratorium. Harga pH yang diukur disini tidak persis sama dengan yang
diproleh dengan defenisi klasik, bahwa pH= -log [H+ ] dalam air. Jika pH larutan
yang diukur mempunyai komposisi yang cukup mirip dengan larutan dapar yang
kadar ion hidrogen , harga yang diproleh mendekati aktivitas ion hidrogen dalam
digunakan untuk mengukur ”pH” larutan atau suspensi dalam pelarut bukan air,
maka tetapan pengionan dari asam atau basa, tetapan dielektrik dari medium,
unit pH), dan respons ion hidrogen dari elektrode kaca, semua akan berubah. Oleh
karena itu, harga yang diproleh dengan larutan yang sifatnya hanya mengandung
sebagian air, dapat dianggap hanya sebagai harga pH. Keasaman dapat diukur
1995).
Larutan dapar untuk pembakuan buat menurut petunjuk sesuai tabel. Simpan
dalam wadah tahan bahan kimia, tertutup rapat, sebaiknya dibuat dengan interval
tidak lebih dari 3 bulan. pH dari larutan dapar sebagai fungsi dari suhu. Untuk
sistem molalitas dari kadar larutan. Jumlah yang disebutkan tidak dapat secara
mempunyai perbedaan pH tidak lebih dari 4 unit dan sedemikian rupa sehingga
pH larutan uji diharapkan terletak diantaranya. Isi sel dengan salah satu larutan
dapar untuk pembakuan pada suhu yang larutan ujinya akan diukur. Pasang
kendali suhu pada suhu larutan, dan atur kontrol kalibrasi untuk membuat pH
identik dengan yang tercantum. Bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan
larutan dapar untuk pembakuan yang kedua, kemudian isi sel dengan larutan
tersebut pada suhu yang sama dengan larutan uji. Atur ”kemiringan” atau ”suhu”
pembakuan memberikan harga pH tidak lebih dari 0,02 unit pH dari harga yang
tertera dalam tabel, tanpa pengaturan lebih lanjut dari pengendali. Jika sistem
telah berfungsi dengan baik, bilas elektrode dan sel beberapa kali dengan larutan
uji, isi sel dengan sedikit larutan uji dan baca harga pH. Gunakan air bebas karbon
dioksida P untuk pelarutan atau pengenceran larutan uji. Jika hanya diperlukan
harga pH perkiraan dapat digunakan indikator dan kertas indikator (Dirjen POM,
1995).
Prosedur ini digunakan untuk penetapan jumlah semua jenis bahan yang
mudah menguap dan hilang pada kondisi tertentu. Untuk zat yang diperkirakan
mengandung air sebagai satu-satunya bahan mudah menguap, cara yang terdapat
pada penetapan kadar air sudah memadai dan dicantumkan dalam masing-masing
berupa hablur besar, gerus secara cepat hingga ukuran partikel lebih kurang 2 mm.
Tara botol timbang dangkal bersumbat kaca yang telah dikeringkan selama 30
menit pada kondisi seperti yang akan digunakan dalam penetapan. Masukkan zat
uji kedalam botol beserta isinya. Perlahan-lahan dengan menggoyang, ratakan zat
uji sampai setinggi lebih kurang 50 mm dan dalam hal zat ruahan tidak lebih dari
10 mm. Masukkan kedalam oven. Panaskan zat uji pada suhu dan waktu tertentu
Jika zat uji melebur pada suhu lebih rendah dari suhu yang ditetapkan untuk
penetapan susut pengeringan, biarkan botol beserta isinya selama 1 jam hingga 2
jam pada suhu 5º hingga 10º dibawah suhu lebur, kemudian keringkan pada suhu
tidak kurang dari 4 kapsul. Jika contoh diuji berupa tablet, gunakan serbuk tablet
Jika dalam monografi ditetapkan pengeringan dalam hampa udara diatas zat
pengering, gunakan sebuah desikator vakum atau pistol pengering vakum atau alat
terutama terdiri dari beras giling. Gejala beri-beri, adalah gangguan neurologik
(kelemahan, lumpuh, neuritis yang nyeri), diare, hilang nafsu makan, dermatitis
dan anemia. Semua gejala ini terutama akibat penimbunan piruvat dan laktat
(Nogrady, 1992).
Pada akhirnya otot betis dan otot paha akan mengecil (atrofi) dan timbul
footdrop dan toedrop (keadaan dimana kaki atau jari-jari kaki tergantung timpang
dan tidak dapat diangkat). Hal ini terjadi karena saraf-saraf dan otot-otot tidak
• Pelebaran pembuluh darah yang menyebabkan kulit menjadi hangat dan lembab.
curah jantung yang tinggi dan dapat terjadi kegagalan jantung, dimana ditemukan:
• Pelebaran vena-vena
• Sesak napas
2.6.1 Indikasi
dinegara barat ialah keadaan defisiensi yang disebabkan oleh kebutuhan vitamin
B1 yang meningkat. Hal ini berlaku misalnya untuk para pecandu minuman
1990).
2.6.2 Farmakologi
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai fungsi dari panjang
gelombang dari sinar putih lebih terseleksi dan ini diproleh dengan alat pengurai
seperti prisma, grating ataupun celah optis. Suatu spektrofotometer tersusun dari
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
gelombang 190 nm - 380 nm) atau pada daerah cahaya tampak (panjang
gelombang 380 nm – 780 nm). Meskipun spektrum pada daerah ultraviolet dan
daerah cahaya tampak dari suatu zat tidak khas, tetapi sangat cocok untuk
Serapan cahaya oleh molekul dalam daerah spektrum ultraviolet dan terlihat
tergantung pada struktur elektronik dari molekul. Spektra ultraviolet terlihat dari
tingkatan tenaga elektronik. Pemisahan tenaga yang paling tinggi diproleh bila
dari 120 hingga 200 nm. Daerah ini dikenal sebagai daerah ultraviolet vakum dan
orbital-orbital p dan d dan orbital π segera dapat diukur dan spektra yang diproleh
intensitas, efek pH, dan pelarut. Yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya.
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies
terjadi jika foton/ radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama
pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil
1. Sumber
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu wolfram.
Arus cahaya tergantung pada tegangan lampu. Lampu hidrogen atau lampu deuterium
digunakan untuk sumber pada daerah UV. Kebaikan lampu wolfarm adalah energi radiasi
yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang gelombang. Untuk memproleh
tegangan yang stabil dapat digunakan transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan
mendapatkan energi yang bervariasi. Untuk mengompensasi hal ini maka dilakukan
2010).
2. Monokromator
berupa prisma ataupun grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan
dari hasil penguraian ini dapat digunakan celah. Jika celah posisinya tetap, maka prisma
atau gratingnya yang dirotasikan untuk mendapatkan panjang gelombang yang diinginkan
(Khopkar, 2010).
3. Sel absorpsi
Pada pengukuran didaerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa
karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 10
mm, tetapi yang lebih kecil ataupun yang lebih besar dapat digunakan. Kita harus
menggunakan kuvet yang bertutup untuk pelarut organik. Sel yang baik adalah kuarsa
4. Detektor
Hubungan antara serapan radiasi dan panjang jalan melewati medium yang
kadang dikaitkan kepada Lambert (1768). Hukum Bouguer dan hukum Beer
mudah digabungkan menjadi suatu rumus yang nyaman. Kita pelajari bahwa
panjang jalan melewati larutan dijaga agar konstan, namun hasil-hasil yang diukur
akan bergantung pada besarnya nilai konstan itu. Dengan perkataan lain, hukum
Beer seperti tertulis k4 = f(b). Serupa pula hukum bouguer, dengan k2 = f(c).
Substitusi hubungan mendasar ini kedalam hukum Bouguer dan hukum Beer
memberikan:
𝑃𝑃𝑃𝑃 𝑃𝑃𝑃𝑃
log = = 𝑓𝑓. 𝑐𝑐. 𝑏𝑏 log = = 𝑓𝑓. 𝑏𝑏. 𝑐𝑐
𝑃𝑃 𝑃𝑃
Bouguer Beer
Kedua hukum itu harus berlaku serempak pada sebarang titik, jadi
f.c.b = f.b. c
Keterangan:
f/a : absorptivitas
c : konsentrasi
maka absorptivitas dapat ditulis dengan E dan juga seringkali ditulis dengan A
(Rohman, 2007).
didefenisikan sebagai:
𝐼𝐼𝐼𝐼
A = 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙
𝐼𝐼
dengan A= absorbans