Anda di halaman 1dari 14

-Catatan AKSK Faza Pertemuan 1-

Audit adalah pengumpulan dan pengevaluasian bukti mengenai informasi


untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dan
kriteria yang ditetapkan. Audit harus dilaksanakan oleh seseorang yang
independen. Informasi bukti-bukti harus sesuai kriteria berbentuk bukti yang
dapat diverifikasi sesuai FASB dan IASB.

Auditor harus memiliki sifat Competence, Independence, Judgement &


Experience.
1. Competence, harus berkompeten dan memiliki wawasan yang luas.
2. Independence, bebas dari kepentingan orang lain, mandiri, dan
objektif dalam menilai.
3. Judgement & Experience, memiliki penilaian yang baik dan sudah
berpengalaman agar memberikan kesimpulan yang tepat.

Membedakan Audit dengan Akuntansi.


1. Akuntansi adalah mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas
peristiwa ekonomi untuk tujuan menyediakan informasi keuangan
yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
2. Audit adalah menentukan apakah informasi yang direkam dengan
benar mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi selama periode
akuntansi.

Jenis audit :
1. Audit laporan keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan menurut prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
2. Audit operasional, bertujuan untuk menelaah prosedur dan operasi
suatu organisasi untuk menilai efisiensi an efektifitasnya.
3. Audit ketaatan (compliance), bertujuan untuk mempertimbangkan
apakah auditee telah mengikuti prosedur atau aturan yang telah
ditetapkan oleh pihak yang memiliki otoritas.

Jenis auditor:
1. Akuntan publik terdaftar (Certified Public Accountant), auditor yang
mempunyai tanggung jawab atas kinerja audit laporan keuangan bagi
semua perusahaan publik, perusahaan besar, perusahaan kecil, dan
perusahaan nirlaba.
2. Auditor pemerintah (General Accounting Office Auditors), yaitu
auditor yang mempunyai tanggung jawab mengevaluasi efisiensi,
efektifitas, dan keekonomisan dari program/proyek pemerintah.
Contohnya, BPK, BPKP, Itjen.
3. Auditor pajak (Internal Revenue Agents), yaitu auditor yang
bertanggung jawab melaksanakan pemeriksaan atas tercapainya
penerimaan negara dari sektor perpajakan dan penegakan hukum
dalam pelaksanaan perpajakan. Contohnya, KPP dan KARIKPA dari
DJP.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
4. Auditor intern (Internal Auditor), yaitu auditor yang bekerja di suatu
perusahaan untuk melaksanakan audit bagi kepentingan manajemen
perusahaan. Contohnya, Unit SPI.

Alasan Audit sangat diperlukan :


Untuk mengurangi risiko informasi antara pembuat laporan (manajemen)
dengan pengguna laporan (user). Semakin kompleksnya kondisi masyarakat
memungkinkan pengambil keputusan memperoleh informasi yang tidak
dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkan.
Hal-hal yang menyebabkan risiko informasi:
1. Hubungan yang tidak dekat antara pemberi dan penerima informasi.
2. Sikap memihak dan motif lain yang melatarbelakangi pemberian
informasi.
3. Data yang berlebihan.
4. Transaksi pertukaran yang kompleks.
Hal-hal yang dilakukan untuk menanggulangi risiko informasi:
1. Verifikasi informasi oleh pengguna.
2. Resiko ditanggung bersama antara pengguna dan pembuat.
3. Audit atas laporan keuangan.

Laporan Audit
Pembuatan laporan merupakan langkah terakhir dari keseluruhan proses
audit. Pelaporan harus dilakukan berdasar 4 standar pelaporan dan harus ada
keseragaman. Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit
standar dengan pendapat wajar tanpa pengecualian. Lebih dari 90% laporan
audit menggunakan bentuk ini.
Kondisi untuk laporan wajar tanpa pengecualian:
1. Semua laporan keuangan (neraca, laporan laba rugi, saldo laba, dan
laporan arus kas) sudah tercakup di dalam laporan keuangan.
2. Ketiga standar umum telah diikuti sepenuhnya dalam penugasan.
3. Bahan bukti yang cukup telah dikumpulkan dan auditor tersebut telah
melaksanakan penugasan dengan cara yang memungkinkan baginya
untuk menyimpulkan bahwa ketiga standar pekerjaan lapangan telah
dipenuhi.
4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
5. Tidak terdapat situasi yang memerlukan penambahan paragraf
penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan.

Bagian-bagian dari laporan audit :


1. Judul laporan: harus memuat kata independen.
2. Alamat yang dituju laporan audit, kepada siapa laporan audit
ditujukan.
3. Paragraf pendahuluan, menunjukkan bahwa KAP ybs telah
melaksanakan suatu audit, mencantumkan laporan keuangan yang
diaudit termasuk tanggal dan periodenya, menyatakan bahwa laporan
keuangan adalah tanggung jawab manajemen sedangkan tanggung
jawab auditor adalah menyatakan suatu pendapat atas laporan
keuangan tersebut berdasarkan audit.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
4. Paragraf lingkup audit, merupakan peryataan faktual mengenai apa
yang dilakukan dalam audit dan menyatakan bahwa audit dirancang
untuk dapat memperoleh keyakinan bahwa laporan keuangan bebas
dari salah saji material.
5. Paragraf pendapat, merupakan opini auditor terhadap penyajian
laporan keuangan.
6. Tanda tangan dan nama akuntan publik, menunjukkan nama partner
yang akan bertanggung jawab secara hukum dan jabatan atas mutu
audit menurut standar profesional.
7. Tanggal laporan audit, tanggal saat auditor telah menyelesaikan
bagian terpenting dari proses audit di lapangan.

Kondisi yang menyebabkan pengecualian dari laporan audit standar:


1. Laporan yang menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualian,
disebabkan oleh:
a) Pembatasan lingkup audit.
b) Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.
c) Auditor tidak independen.
2. Laporan wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata/kalimat.

Jenis-jenis laporan audit dan kesimpulan auditor:


1. Wajar tanpa pengecualian (Unqualified): auditor menyimpulkan
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
2. Wajar dengan pengecualian (Qualified): auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disajikan secara wajar, kecuali untuk pos tertentu.
3. Tidak wajar (Adverse): auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar.
4. Tidak memberikan pendapat (Disclaimer): auditor tidak
menyimpulkan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar.

Materialitas adalah faktor penting dalam mempertimbangkan jenis laporan


yang tepat untuk diterbitkan dalam keadaan tertentu. Suatu salah saji dalam
laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan atas salah saji
tersebut dapat mempengaruhi keputusan pemakai laporan keuangan yang
rasional.
Tiga tingkatan materialitas:
1. Jumlahnya tidak material.
2. Jumlahnya material tetapi tidak mengganggu laporan keuangan
secara keseluruhan.
3. Jumlahnya sangat material atau pengaruhnya sangat meluas
sehingga kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan diragukan.
Tingkat Materialitas Pengaruh dari Jenis pendapat
keputusan yang diambil
Tidak Material Keputusan biasanya Wajar tanpa
tidak terpengaruh. pengecualian
Material Keputusan biasanya Wajar dengan
terpengaruh jika pengecualian
informasi penting

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
terhadap keputusan
yang akan diambil.
Laporan keuangan
keseluruhan dianggap
disajikan secara wajar.
Sangat Material Sebagian besar dari Pernyataan tidak
seluruh keputusan yang memberi pendapat atau
didasarkan paa laporan pendapat tidak wajar
keuangan akan sangat
terpengaruh.

Hal-hal yang dipertimbangkan untuk menentukan materialitas:


4. Jumlah rupiah dibandingkan dengan tolak ukur tertentu dalam bentuk
prosentase.
5. Daya ukur, ada tidaknya pengaruh dalam pengambilan keputusan.
6. Hakikat kesalahan, dapat mempengaruhi laporan keuangan dan
pendapat auditor. Misalnya transaksi melanggar hukum, sesuatu yang
menimbulkan konsekuensi penting terhadap kewajiban kontrak.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
-Catatan AKSK Faza Pertemuan 2-

Kantor Akuntan Publik terbagi menjadi empat :


1. Kantor internasional Empat Besar. Merupakan keempat KAP terbesar
di Amerika Serikat. Keempat kantor ini memiliki cabang di seluruh
Amerika Serikat dan seluruh dunia. Kantor Empat Besar mengaudit
hampir semua perusahaan besar baik di Amerika Serikat maupun
dunia serta juga banyak perusahaan yang lebih kecil juga. Keempat
KAP itu ialah Delloitte & Touche, Ernst & Young,
PricewaterhouseCoopers, dan KPMG.
2. Kantor nasional. Tiga KAP di Amerika Serikat disebut kantor nasional
karena memiliki cabang di sebagian besar kota utama. Kantor
nasional memberikan jasa yang sama seperti Empat Besar dan
bersaing secara langsung dengannya untuk mendapat klien. Setiap
kantor nasional berafiliasi dengan kantor-kantor di negara lain dan
karenanya mempunyai kemampuan bertaraf internasional. Kantor
nasional ialah RSM McGladrey & Pullen, Grant Thornton, dan BDO
Seidman.
3. Kantor regional dan kantor lokal yang besar. Terdapat kurang dari 200
KAP yang memiliki staf profesional lebih dari 50 orang. Sebagian
hanya memiliki satu kantor dan terutama melayani klien-klien dalam
jarak yang tidak begitu jauh. KAP yang lainnya memiliki beberapa
cabang di satu negara bagian atau wilayah dan melayani klien
dengan radius yang lebih jauh.
4. Kantor lokal kecil. Lebih dari 95% dari semua KAP mempunya kurang
dari 25 tenaga profesional pada kantor yang hanya memiliki satu
cabang. KAP ini melakukan audit dan jasa-jasa terkait terutama untuk
usaha kecil dan entitas nirlaba, meskipun beberapa memiliki satu
atau dua klien dengan kepemilikan publik. Banyak kantor lokal kecil
tidak melakukan audit dan terutama memberikan jasa akuntansi serta
perpajakan bagi klien-kliennya.

Kegiatan KAP :
1. Jasa akuntansi dan pembukuan. Banyak klien kecil yang memiliki staf
akuntansi terbatas mengandalkan KAP untuk menyusun laporan
keuangannya. Sebagian klien kecil ini tidak memiliki personel atau
keahlian untuk memanfaatkan peranti lunak akuntansi guna
membuat ayat jurnal dan buku besarnya.
2. Jasa perpajakan. KAP menyiapkan SPT pajak korporasi dan
perorangan baik untuk klien audit maupun nonaudit.
3. Jasa konsultasi manajemen. Kebanyakan KAP memberikan jasa
tertentu yang memungkinkan kliennya mengoperasikan bisnis secara
lebih efektif.

Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi


masyarakat, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Jasa Asuran dan Non Asuran.
Jasa asuran adalah jasa profesional yang bersifat independen dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas keputusan bagi pengambil keputusan.
Jasa asuran dapat dilakukan oleh akuntan publik atau profesi lain. Salah satu
jasa asuran yg dilakukan oleh akuntan publik (CPA) adalah jasa atestasi.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
Jasa atestasi adalah salah satu jasa asuran dalam bentuk audit atas
asersi yang dibuat pihak ketiga, dengan keluaran berupa laporan hasil audit.
Jasa atestasi terdiri dari 5 (lima) kelompok:
a) Audit lapkeu,
b) Audit pengendalian internal atas lapkeu,
c) Reviu lapkeu,
d) Jasa atestasi atas teknologi informasi,
e) Jasa atestasi dalam bidang lain yang lebih luas, misalnya jasa asuran
atas kontak kredit dengan bank.

Standar audit adalah pedoman umum pelaksanaan audit untuk


membantu auditor dalam memenuhi tanggungjawab profesionalnya dalam
audit lapkeu. Standar audit mencakup aturan tentang
a) Kualitas profesional seperti kompetensi & independensi,
b) Pelaporan hasil audit,
c) Bukti audit.

Contoh standar audit :


1. International Standards on Auditing (ISA)
2. AICPA Auditing Standards
3. PCAOB Auditing Standards
4. Di Indonesia (SPAP – Standar Profesional Akuntan Publik – Diterbitkan oleh
IAPI – Ikatan Akuntan Publik Indonesia).

Standar AICPA menetapkan standar audit berdasarkan empat prinsip, yaitu :


1. Purpose of Audit (Purpose), memberikan opini atas lapkeu.
2. Personal responsibilities of the auditor (Responsibilities),
a) Memiliki kompetensi dan kapabilitas yang tepat,
b) Mematuhi persyaratan etika,
c) Menjaga skeptisme profesional dan menerapkan pertimbangan
profesional secara tepat.
3. Auditor actions in performing the audit (Performance).
a) Mendapatkan keyakinan memadai tentang apakah lapkeu bebas dari
salah saji material,
b) Membuat perencanaan audit dan melakukan supervisi thdp asisten
auditor,
c) Menentuan dan menerapkan tingkat materialitas ,
d) Mengidentifikasi dan melakukan asesmen atas risiko salah saji
material berdasarkan pemahaman entitas dan lingkungan bisnisnya,
serta pengendalian internal yang berlaku,
e) Mendapatkan bukti audit dalam jumlah yang cukup dan kompeten.
4. Reporting, memberikan opini atau pendapat atas lapkeu dalam bentuk
laporan tertulis, tentang apakah lapkeu disajikan sesuai dengan
frameworknya.

AICPA menetapkan standar dalam lima bidang berikut :


1. Standar auditing, untuk mengeluarkan pernyataan atau keputusan
mengenai permasalahan auditing bagi semua entitas selain perusahaan
terbuka.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
2. Standar kompilasi dan review, untuk mengeluarkan pernyataan
tentang tanggung jawab akuntan publik yang terkait dengan laporan
keuangan perusahaan swasta yang tidak diaudit.
3. Standar atestasi lainnya, memberikan suatu kerangka kerja bagi
pengembangan standar untuk jenis jasa atestasi tertentu.
4. Standar konsultasi, mengeluarkan pernyataan mengenai jasa
konsultasi.
5. Kode perilaku profesi, menetapkan peraturan perilaku yang wajib
dipenuhi para akuntan publik (CPA).

Standar PCAOB menetapkan standar audit berdasarkan empat kelompok


standar, yaitu :
1. Standar Umum (General Standards),
2. Standar Pekerjaan Lapangan (Standards of Field Work),
3. Standar Pelaporan (Standards of Reporting).

Kualitas pribadi seorang auditor :


1. Pelatihan dan Kecakapan Teknis yang Memadai,
a) Auditor harus memiliki pendidikan formal di bidang auditing dan
akuntansi, pengalaman praktik yang memadai bagi pekerjaan
yang sedang dilakukan, serta mengikuti pendidikan profesional
yang berkelanjutan.
2. Independensi Sikap Mental,
a) KAP harus mengikuti praktik-praktik tertentu untuk meningkatkan
kemungkinan independensi semua personil.
3. Kecermatan Profesional,
a) Auditor adalah profesional yang bertanggung jawab
melaksanakan tugasnya dengan tekun dan seksama.
4. Perencanaan dan Pengawasan yang Memadai,
a) Audit direncanakan secara layak untuk memastikan audit itu
memadai dan para asisten diawasi sebagaimana mestinya.
5. Memahami Entitas dan Lingkungannya, termasuk Pengendalian
Internal,
a) Auditor harus memahami bisnis dan industri klien.
6. Bukti yang Mencukupi dan Tepat.
a) Keputusan tentang berapa banyak dan jenis bukti apa saja yang
harus dikumpulkan dalam keadaan tertentu membutuhkan
pertimbangan profesional.

Lima Unsur Pengendalian Mutu


Unsur Ikhtisar Persyaratan Contoh Prosedur
Independensi, Seluruh personel yang bertugas harus Setahun sekali setiap
Integritas, dan mempertahankan independensi dalam partner dan pegawai
Objektivitas fakta dan penampilan, melaksanakan harus menjawab
semua tanggung jawab profesional “kuisioner independensi”
dengan integritas, serta mempertahankan yang menanyakan hal-hal
objektivitas dalam melaksanakan seperti kepemilikan
tanggung jawab profesional mereka. saham dan keanggotaan
dalam dewan direksi.
Manajemen Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan Setiap profesional harus
Kepegawaian untuk memberi KAP kepastian yang wajar dievaluasi atas setiap

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
bahwa : penugasan dengan
a) Semua personel baru memiliki memakai laporan
kualifikasi untuk melakukan penilaian penugasan
pekerjaan secara kompeten. individu dari KAP yang
b) Pekerjaan diserahkan kepada bersangkutan.
personel yang memiliki keahlian dan
pelatihan teknis yang memadai.
c) Semua personel ikut serta dalam
pendidikan profesi berkelanjutan
serta kegiatan pengembangan
profesi yang memungkinkan mereka
memenuhi tanggung jawab yang
diberikan.
d) Personel yang terpilih untuk promosi
kenaikan jabatan memiliki kualifikasi
yang diperlukan untuk memenuhi
tanggung jawab yang diberikan.
Penerimaan Kebijakan dan prosedur harus ditetapkan Sebuah formulir penilaian
dan Kelanjutan untuk memutuskan apakah akan klien, yang berkaitan
Klien serta menerima atau melanjutkan hubungan dengan hal-hal seperti
Penugasan dengan klien. Kebijakan dan prosedur ini komentar audit terdahulu
harus meminimalkan risiko yang dan evaluasi atas
berkaitan dengan klien yang manajemen, harus
manajemennya tidak memiliki integritas. disiapkan untuk setiap
klien baru sebelum
penerimaan.
Kinerja Kebijakan dan prosedur harus Direktur akuntansi dan
Penugasan memastikan bahwa pekerjaan yang auditing KAP yang
Konsultasi dilaksanakan oleh personel penugasan memberikan konsultasi
memenuhi standar profesi yang berlaku, serta harus menyetujui
persyaratan peraturan, dan standar mutu semua penugasan
KAP itu sendiri. sebelum penugasan itu
diakhiri.
Pemantauan Harus ada kebijakan dan prosedur untuk Partner bagian
Prosedur memastikan bahwa keempat unsur pengendalian mutu harus
pengendalian mutu lainnya diterapkan menguji prosedur
secara efektif. pengendalian mutu
setidaknya setahun sekali
untuk memastikan
kepatuhan KAP.

Prinsip-prinsip dasar etika profesi menurut Ikatan Akuntan Publik


Indonesia (IAPI) adalah :
a) Prinsip integritas,
b) Prinsip objektivitas,
c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan & kehati-hatian
profesional,
d) Prinsip kerahasiaan,
e) Prinsip perilaku profesional.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
-Catetan AKSK Faza Pertemuan 3-

Perencanaan Standar lapangan pertama: “Pekerjaan harus direncanakan


sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan
semestinya”.
Alasannya :
1. Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup.
2. Untuk menekan biaya audit.
3. Untuk menghindari salah pengertian dengan klien.

Tujuh bagian utama perencanaan audit :


1. Perencanaan awal.
a) Menerima klien baru, harus dievaluasi prospek, stabilitas
keuangan, dan hubungan dengan auditor. Diperlukan informasi
dari auditor sebelumnya mengenai integritas klien baru tersebut.
b) Melanjutkan klien lama, perlu dievaluasi integritasnya serta
hubungan hukum dengan klien.
c) Mengidentifikasi alasan klien untuk diaudit.
d) Menentukan staf untuk penugasan.
e) Memperoleh surat penugasan.
2. Memperoleh informasi mengenai latar belakang klien. mengetahui
bidang usaha dan industri klien untuk mengetahui kekhasan aturan
akuntansi, mengidentifikasi risiko industri, dan risiko bawaan.
Beberapa faktor telah meningkatkan arti penting dari pemahaman
atas bisnis dan industri klien :
a) Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien
dengan pelanggan dan pemasok utama.
b) Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali
melalui joint venture atau aliansi strategis.
c) Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang
meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
d) Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud
lainnya telah meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya
penilaian dan estimasi manajemen.
e) Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis
dan industri klien untuk memberikan jasa bernilai tambah kepada
klien.
Auditor mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dengan
menggunakan pendekatan sistem strategis untuk memahami bisnis
klien.
Berikut pemahaman sistem strategis atas bisnis dan industri klien :
a) Industri dan Lingkungan Eksternal
1. Tiga alasan utama untuk mendapatkan pemahaman yang baik
tentang industri klien dan lingkungan eksternal :
1) Risiko yang berkaitan dengan industri tertentu dapat
mempengaruhi penilaian auditor atas risiko bisnis klien
dan risiko audit yang dapat diterima.
2) Risiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien
dalam industri tertentu.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
3) Banyak industri memiliki persyaratan akuntansi yang unik
yang harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah
laporan keuangan klien telah sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Operasi dan proses bisnis.
i. Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama
pendapatan, pelanggan, dan pemasok kunci, sumber
pembiayaan, dan informasi tentang pihak terkait yang dapat
menunjukkan area di mana risiko bisnis klien meningkat.
ii. Kunjungan ke fasilitas klien dapat membantu auditor
memperoleh pemahaman yang lebih baik atas kegiatan bisnis
klien, karena kunjungan tersebut akan memberikan
kesempatan untuk mengamati kegiatan perusahaan secara
langsung dan bertemu dengan karyawan kunci.
iii. Mengidentifikasikan pihak yang berkaitan lewat transaksi
yang dilakukan klien dengan mereka sangatlah penting bagi
auditor karena prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
mengharuskan transaksi itu diungkapkan dalam laporan
keuangan jika material.
c) Manajemen dan tata kelola
i. Karena manajemen menetapkan strategi dan proses bisnis
perusahaan, auditor harus menilai filosofi dan gaya operasi
manajemen, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan
merespons risiko, karena hal ini sangat mempengaruhi risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan.
ii. Untuk mendapatkan pemahaman akan sistem tata kelola
klien, auditor harus memahami anggaran dasar dan anggaran
rumah tangga, mempertimbangkan kode etik perusahaan, dan
membaca notulen rapat perusahaan.
1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
Anggaran dasar ini mencakup nama korporasi yang pasti,
tanggal pendirian, jenis dan jumlah modal saham korporasi
yang diotorisasi untuk diterbitkan, serta jenis aktivitas bisnis
korporasi yang diizinkan.
Anggaran rumah tangga mencakup peraturan dan
prosedur yang digunakan oleh para pemegang saham
korporasi.
2) Kode Etik
Perusahaan sering mengomunikasikan standar nilai dan
etika perusahaan melalui pernyataan kebijakan serta kode
perilaku.
3) Notulen Rapat
Notulen ini mencakup otorisasi dan ikhtisar kunci
mengenai topik-topik penting yang dibahas pada perteman
tersebut dan keputusan yang diambil oleh para direktur serta
pemegang saham
d) Tujuan dan strategi klien
i. Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk
mencapai tujuan organisasi.
ii. Auditor harus memaami tujuan klien yang berkaitan dengan :

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
1) Reliabilitas pelaporan keuangan
2) Efektivitas dan efisiensi operasi
3) Ketaatan pada hukum dan peraturan
e) Ukuran dan kinerja
i. Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja
utama yang digunakan manajemen untuk mengukur
kemajuan pencapaian tujuan. Indikator ini melampaui angka
laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang
mencakup ukuran yang disesuaikan dengan klien dan
tujuannya. Indikator kinerja utama tersebut dapat meliputi
pangsa pasar, penjualan per karyawan, pertumbuhan unit
penjualan, pengunjung ke sebuah Website yang unik,
penjualan same-store, dan penjualan per kaki persegi untuk
pengecer.
ii. Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan tolak ukur atau
benchmarking terhadap pesaing utama.
3. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. dokumen
dan catatan hukum yang diperlukan adalah akte pendirian dan
anggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan kontrak.
a) Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari
pemahaman strategis atas bisnis dan industri klien untuk menilai
risiko bisnis klien, yaitu risiko bahwa klien akan gagal dalam
mencapai tujuannya.
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
a) Auditor melaksanakan prosedur analitis pendahuluan untuk
memahami dengan lebih baik bisnis klien dan untuk menilai risiko
bisnis klien. Salah satu prosedur tersebut membandingkan rasio
klien dengan benchmark industri atau pesaing untuk
mengindikasikan kinerja perusahaan.
b) Dalam mengidentifikasi area-area risiko yang spesifik, auditor
cenderung berfokus pada rasio-rasio likuiditas.
5. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat
diterima dan risiko bawaan.
6. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko
pengendalian.
7. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh.

Prosedur analitis adalah salah satu dari delapan jenis bukti audit.
Penekanan pada prosedur analitis dalam definisi SAS 56 tertuju pada
ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Sebagai contoh, auditor dapat
membandingkan beban komisi yang tercatat selama tahun berjalan dengan
total penjualan yang tercatat dikalikan dengan tingkat komisi rata-rata
sebagai satu pengujian atas kewajaran komisi yang dicatat secara
keseluruhan.
Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu
selama penugasan :
1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk
membantu menentukan sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur
audit. Ini membantu auditor mengidentifikasikan hal-hal signifikan
yang nantinya memerlukan perhatian khusus dalam penugasan.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
2. Prosedur analitis sering kali dilakukan selama tahap pengujian audit
sebagai pengujian substantif untuk mendukung saldo akun.
3. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit.
Pengujian semacam itu berfungsi sebagai review akhir atas salah saji
yang material atau masalah keuangan, dan membantu auditor
mengambil “pandangan objektif” akhir pada laporan keuangan yang
telah diaudit.

Kertas Kerja adalah catatan-catatan yang dibuat atau dikumpulkan dan


disimpan oleh akuntan publik mengenai prosedur pemeriksaan yang
ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, keterangan yang diperolehnya,
dan kesimpulan yang ditariknya sehubungan dengan pemeriksaannya.
Isi dan pengorganisasian kertas kerja dimulai dari informasi umum seperti
data perusahaan, dan berakhir dengan laporan keuangan dan laporan audit.
Di antaranya keduanya terdapat kertas kerja yang mendukung pengujian.
Tujuan Kertas Kerja yaitu untuk membantu auditor memberikan
keyakinan memadai bahwa audit yang layak telah dilakukan sesuai dengan
standar auditing yang telah ditetapkan IAI.
Tujuan spesifik kertas kerja:
1. Dasar untuk perencanaan audit.
2. Catatan bahan bukti yang dikumpulkan dan hasil pengujian.
3. Data untuk menentukan jenis laporan audit yang pantas.
4. Dasar untuk penelaahan oleh penyelia dan partner.

Isi dan Pengorganisasian Kertas Kerja


1. Berkas permanen, berisi data historis atau yang bersifat berkelanjutan
mengenai klien.
2. Berkas tahun berjalan, mencakup seluruh kertas kerja yang berkaitan
untuk tahun yang diaudit (program audit, informasi umum, neraca saldo,
jurnal koreksi/reklasifikasi, dan daftar-daftar pendukung).

Kertas kerja harus mencakup kriteria:


1. Diidentifikasi secara pantas (nama klien, periode yang dicakup,
deskripsi isi, dll).
2. Diindeks dan diacu silang untuk memudahkan dalam pengorganisasian
dan pengarsipan.
3. Dengan jelas menunjukkan pelaksanaan pekerjaan audit.
4. Berisi informasi yang cukup untuk memenuhi tujuan perancangan.
5. Kesimpulan dinyatakan dengan sederhana.

Kertas kerja merupakan milik auditor dan yang mempunyai hak untuk
memeriksa kertas kerja hanya pengadilan sebagai bahan bukti yuridis formal.
Auditor harus menjaga kerahasiaan, kecuali dikehendaki oleh hukum atau
negara atau profesinya.

Materialitas merupakan pertimbangan utama dalam penetapan laporan


auditor yang layak. FASB No. 2 mendefinisikan materialitas sebagai jumlah
atau besarnya kekeliruan salah saji dalam informasi akuntansi yang mungkin
akan membuat pertimbangan pengambilan keputusan pihak yang
berkepentingan berubah atau terpengaruh oleh salah saji tersebut.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
Tujuan Penetapan Materialitas untuk membantu auditor merencanakan
pengumpulan bahan bukti yang cukup.
Faktor Yang Mempengaruhi Pertimbangan Awal Jumlah Materialitas:
1. Materialitas sebagai konsep yang relatif dan bukan absolut salah saji
dalam jumlah: salah saji dalam jumlah tertentu dianggap material
oleh perusahaan kecil tapi tidak material bagi perusahaan besar.
2. Beberapa dasar yang dibutuhkan untuk menetapkan materialitas,
misal laba sebelum pajak.
3. Faktor-faktor kualitatif yang mempengaruhi materialitas: beberapa
salah saji tertentu akan lebih penting daripada yang lain, walaupun
jumlahnya sama. Misal: salah saji yang disengaja dalam persediaan
akan dianggap lebih penting dari kekeliruan klerikal walaupun
jumlahnya sama.

Langkah-langkah Penetapan Materialitas


1. Tentukan pertimbangan awal mengenai materialitas, yaitu jumlah
maksimum suatu salah saji dalam laporan keuangan yang dianggap tidak
mempengaruhi pengambilan keputusan dari pemakai.
2. Alokasikan pertimbangan awal mengenai materialitas ke dalam
segmen.
3. Estimasikan total salah saji dalam segmen.
4. Estimasikan salah saji gabungan.
5. Bandingkan estimasi gabungan dengan pertimbangan awal mengenai
materialitas.

Risiko adalah suatu tingkat ketidakpastian tertentu dalam pelaksanaan


audit. Model Risiko Audit digunakan terutama untuk tahap perencanaan
dalam menentukan berapa besar bahan bukti yang harus dikumpulkan dalam
tiap siklus.
Rumusnya : PDR = AAR
IR x CR
PDR = Risiko penemuan yang direncanakan (Planned Detection Risk),
adalah risiko bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal
menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, apabila
salah saji semacam itu timbul.

AAR = Risiko audit yang dapat diterima (Acceptable Audit Risk), adalah
ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan salah
saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat wajar tanpa
pengecualian telah diberikan.

IR = Risiko bawaan (Inherent Risk), adalah penetapan auditor akan


kemungkinan adanya salah saji alam segmen audit yang melewati batas
toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.
Risiko bawaan merupakan faktor kerentanan laporan keuangan terhadap
salah saji yang material, dengan asumsi tidak ada pengendalian intern.

CR = Risiko pengendalian (Control Risk), adalah ukuran penetapan auditor


akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang
melewati batas toleransi, yang tidak terdeteksi atau tercegah oleh struktur

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-
pengendalian intern klien. Risiko usaha adalah tingkat risiko bahwa KAP akan
menderita kerugian yang diakibatkan oleh hubungannya dengan klien,
walaupun laporan keuangan yang diberikan suah pantas. Apabila pemakai
memiliki ketergantungan yang besar pada laporan keuangan, risiko audit
perlu diperkecil.
Faktor yang dapat dijadikan petunjuk tingkat ketergantungan pemakai
pada suatu laporan keuangan:
1. Ukuran perusahaan klien
2. Distribusi kepemilikan
3. Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan

Risiko Bawaan adalah perkiraan salah saji sebelum mempertimbangkan


pengaruh pengendalian intern. Risiko bawaan berbanding terbalik dengan
risiko penemuan, berbanding lurus dengan bahan bukti. Faktor-faktor yang
harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan:
1. Sifat bidang usaha klien.
2. Integritas manajemen.
3. Motivasi klien.
4. Hasil audit sebelumnya.
5. Penugasan pertama atau penugasan ulang.
6. Hubungan istimewa.
7. Transaksi tidak rutin.
8. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan
transaksi secara benar.
9. Kerentanan terhadap kecurangan.
10. Unsur-unsur populasi.

Ilmu itu bukan yang dihafal, melainkan yang bermanfaat -Imam Syafi’I-

Anda mungkin juga menyukai