Anda di halaman 1dari 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PENTINGNYA PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI DAN MANFAAT


AIR SUSU IBU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak

Disusun oleh Kelompok 16 :


1. Moh. Adib Mabruri
2. Septi Nur Herlin
3. Ardhia Winda Prastia

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI NERS MALANG
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
PENTINGNYA PEMBERIAN KOLOSTRUM PADA BAYI

Pokok Bahasan : Pentingnya pemberian kolostrum pada bayi dan


manfaat air susu ibu
Subpokok Bahasan : Definisi kolostrum, kandungan yang terdapat
dalam kolostrum, manfaat kolostrum, fungsi
kolostrum, kapan waktu terbaik diberikan
kolostrum, keuntungan menyusui, apa yang
dilakukan bila ibu bekerja atau pergi?
Sasaran : Ruang 11 perinatologi
Tempat : Di RSSA Malang
Hari/ Tanggal : Rabu, 2 Oktober 2019
Waktu : 10.00 WIB

I. Latar Belakang
Kolostrum atau jolong berasal dari bahasa latin “colostrum” adalah jenis
susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan
beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum manusia warnanya
kekuningan dan kental. Kolostrum penting bagi bayi mamalia (termasuk
manusia) karena mengandung banyak gizi dan zatzat pertahanan tubuh.
Kolostrum (IgG) mengandung banyak karbohidrat, protein, antibody dan
sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi). Bayi memiliki sistem pencernaan
kecil, dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi. Kolostrum
juga mengandung zat yang mempermudah bayi buang air besar pertamakali
yang disebut meconium. Hal ini membersihkannya dari bilirubin, yaitu sel
darah merah yang mati yang di produksi ketika kelahiran (Proverawati, 2010).
WHO (World Health Organization) merekomendasikan pada ibu di
seluruh dunia untuk menyusui secara eksklusif pada bayinya dalam 6 bulan
pertama setelah lahir untuk mencapai pertumbuhan yang optimal,
perkembangan dan kesehatan (WHO, 2011). Hasil penelitian menunjukkan
penurunan penggunaan kolostrum (ASI stadium 1) di Indonesia. Berdasarkan
hasil Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia pada tahun 1997 bayi yang
mendapatkan kolostrum hanya 8% sedangkan pada tahun 2002 terjadi
penurunan menjadi 3,7% (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2002).
Sedangkan pemberian ASI pada satu jam pertama di tahun 2007 sebesar
44% (SDKI, 2007). Hal ini sungguh sangat jauh dari harapan yang ingin
dicapai dan menjadi pertanyaan serius terhadap program pemerintah yang
telah membuat program penyuksesan pemberian ASI.
Maka dari itu, dibuatlah Satuan Acara Penyuluhan (SAP) tentang
pentingnya pemberian kolostrum pada bayi supaya pada pelaksanaan
penyuluhan dapat tersampaikan secara tersusun dan dapat dipahami, serta
hasilnya sesuai dengan harapan.

II. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan mengenai pentingnya pemberian kolostrum
pada bayi dan setelah mengikuti pendidikan kesehatan pada ibu hamil
diharapkan mampu mengetahui Manfaat ASI.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan pendidikan kesehatan selama 15 menit
1) Memahami pengertian kolostrum
2) Menyebutkan kandungan yang terdapat dalam kolostrum
3) Memahami manfaat kolostrum
4) Menyebutkan fungsi kolostrum
5) Mengetahui kapan waktu terbaik kolostrum diberikan.
6) Menjelaskan Manfaat ASI dengan benar

7) Menyebutkan Manfaat ASI bagi Bayi

8) Menyebutkan Manfaat Ibu Menyusui dengan benar


III. Materi (Terlampir)
1. Pengetian kolostrum
2. Kandungan yang terdapat dalam kolostrum
3. Manfaat kolostrum
4. Fungsi kolostrum
5. Kapan waktu terbaik kolostrum diberikan.
6. Menjelaskan Manfaat ASI dengan benar

7. Menyebutkan Manfaat ASI bagi Bayi

8. Menyebutkan Manfaat Ibu Menyusui dengan benar

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Evaluasi

V. Media dan Alat Penyuluhan


1. Satuan Acara Penyuluhan
2. Leaflet
3. PPT

VI. Strategi Pelaksanaan


1. Persiapan
a. Survei karakter dan lokasi sasaran
b. Koordinasi dengan pihak keluarga
c. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Pelaksanaan

Meotde
No Tahap Kegiatan Respon
Penyuluhan
1. Pendahuluan Pembukaan:  Menjawab salam Ceramah
(3 menit)  Memberikan salam  Memperhatikan
 Memperkenalkan diri dan mendengarkan
 Mengingatkan  Menyepakati
kontrak kontrak
 Menjelaskan tujuan Menyimak.
dan pokok bahasan
yang akan
disampaikan
2. Penyajian  Menjelaskan materi Menyimak dan Ceramah dan
(7 Menit) tentang definisi mencatan diskusi
kolostrum, penjelasan yang
kandungan yang disampaikan
terdapat dalam penceramah
kolostrum, manfaat Menanyakan hal
kolostrum, fungsi yang kurang jelas
kolostrum, dan Menyimak
kapan waktu terbaik jawaban
kolostrum diberikan. penceramah.
 Menjelaskan manfaat
ASI dengan benar,
menyebutkan
manfaat ASI bagi
bayi, dan
menyebutkan
manfaat Ibu
menyusui dengan
benar

 Memberi
kesempatan pada
keluarga untuk
bertanya.
 Menjawab
pertanyaan dari
keluarga.
3. Penutup Terminasi:  Aktif menjawab Diskusi dan
(5 menit)  Evaluasi kegiatan  Mendengarkan ceramah
berupa tanya jawab  Menyepakati
 Menyimpulkan kontrak
kegiatan  Menjawab salam.
 Kontrak untuk
pertemuan
selanjutnya
 Mengucap salam.

VII. Evaluasi
1. Struktur
a. Ruangan kondusif untuk kegiatan
b. Peralatan memadai dan berfungsi, serta SDM memadai
c. Media (leaflet) dan materi tersedia
2. Proses
a. Ketepatan waktu pelaksanaan
b. Peran serta aktif audiens
c. Kesesuaian peran dan fungsi dari penyuluhan
Lampiran: (MATERI KOLOSTRUM)

1. Pengertian Kolostrum
Kolostrum adalah jenis susu yang diproduksi pada tahap akhir kehamilan
dan pada hari-hari awal setelah melahirkan. Menurut Astutik (2014),
Kolostrum merupakan cairan piscous kental dengan warna
kekuningkuningan dan lebih kuning dibandingkan susu yang matur.
Kolostrum juga dikenal dengan cairan emas yang encer berarna kuning (dapat
pula jernih) dan lebih menyerupai darah daripada susu karena mengandung sel
hidup menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan pada bayi. Kolostrum melapisi
usus bayi dan melindunginya dari bakteri. Dapat dikatakan bahwa kolostrum
merupakan urusurus untuk membersihkan saluran pencernaan dari kotoran
bayi dan membuat saluran tersebut siap menerima makanan.
Pembentukan Kolostrum pada tubuh ibu, mulai memproduksi kolostrum
pada saat usia kehamilan tiga sampai empat bulan. Tapi umumna para ibu
tidak memproduksi nya kecuali ASI ini bocor sedikit menjelang akhir
kehamilan. Pada tiga sampai empat bulan kehamilan, prolaktin dari
adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu ibu
untuk menghasilkan kolostrum. Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih
dihambat oleh estrogen dan progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat
hanya aktivitas dalam pembentukan kolostrum yang ditekan. Sedangkan pada
trimester kedua kahamilan, laktogen plasenta mulai merangsang pembuatan
klostrum. Keaktifan dari rangsangan hormon-hormon terhadap pengeluaran air
susu telah didemonstrasikan kebenarannya bahwa seorang ibu yang
melahirkan bayi berumur empat bulan diman bayinya meninggal tetap keluar
kolostrum. (Notoatmodjo, 2007).
Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing–masing
berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks
prolaktin. Seperti yang telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan
terutama hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum,
namun jumlah kolostrum terbatas karena aktivitas prolaktin dihambat oleh
estrogen dan progesteron yang kadarnya mememang tinggi. Setelah
melahirkan berhubung terlapasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus
luteum, maka estrogen dan progesteron sangat berkurang. Ditambah lagi
dengan hisapan bayi yang merangsang ujung syaraf sensorik yang berfungsi
sebagai reseptor mekanik (Idrus, 2011).
Rangsangan ini berlanjut ke hypothalamus yang akan menekan
pengeluaran factor–factor yang mengahmabt prolaktin dan sebaliknya,
merangsang adenohypofise (hipofise anterior) sehingga keluar prolaktin.
Hormone ini merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi membuat air susu.
Pada ibu menyusui kadar prolaktin akan normal tiga buat setelah melahirkan
(Purwanti, 2008).
Refleks ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi
menghisap payudara ibu, terjadi rangsangan neorohormonal pada putting susu
dan aerola ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus,
masuk ke peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI.
Kelenjar ini akan terangsang untuk menghasilkan ASI (Roesli, 2008).
Let down reflex (reflex milk ejection). Refleks ini membuat memancarkan
ASI keluar. Bayi didekatkan pada payudara ibu, maka bayi akan memutar
kepalanya kearah payudara ibu. Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara
ibu disebut rooting reflex (refleks menoleh). Bayi secara otomatis meghisap
putting susu ibu dengan bantuan lidahnya. Let down reflex mudah sekali
tertanggu, misalnya pada ibu yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa
dan gangguan pikiran. Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI
tidak keluar (Roesli, 2008).

2. Kandungan Kolostrum
Kolostrum penuh dengan zat antibody (zat pertahanan tubuh untuk
melawan zat asing yang masuk) dan immunoglobulin (zat kekebalan tubuh
untuk melawan infeksi penyakit). Kolostrum mengandung zat kekebalan
1017 kali lebih banyak dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang
terdapat pada ASI akan melindungi bayi dari penyakit diare. Kandungan dari
kolostrum antara lain:
a. Protein: 8,5 %
b. Lemak: 2,5%
c. Karbohidrat: 3,5%
d. Garam dan mineral (K, Na, dan Cl): 0,4%
e. Air: 85,1%
f. Vitamin A,B,C,D,E dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit.
g. Leukosit (sel darah putih)
Kekebalan bayi akan bertambah dengan adanya kandungan zat–zat dan
vitamin yang terdapat pada air susu ibu tersebut, serta volume kolostrun yang
meningkat dan ditambah dengan adanya isapan bayi baru lahir secara terus
menerus. Hal ini yang mengharuskan bayi segera setelah lahir ditempelkan ke
payudara ibu, agar bayi dapat sesering mungkin menyusui.
Kandungan kolostrum inilah yang tidak diketahui oleh ibu sehingga
banyak ibu dimasa setelah persalinan tidak memberikan kolostrum pada
bayinya karena pengetahuan tentang kolostrum itu tidak ada.

C. Manfaat Kolostrum
1. Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan
nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim.
2. Untuk mengenyangkan bayi pada harihari pertama hidupnya
3. Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi (perlindungan
terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu sebelumnya)
4. Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan
membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium
5. Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin (yang menyebabkan
bayi kuning) sehingga bayi lebih terhindar dari jaundice.
6. Kolostrum juga membantu pembentukan bakteri yang bagus untuk
pencernaan.
D. Fungsi Kolostrum
Fungsi kolostrum adalah memeberikan gizi dan proteksi, yang terdiri atas zat
sebagai berikut:
1. Imunoglobulin untuk melapisi dinding usus yang berfungsi untuk
mencegah penyerapan protein yang mungkin menyebabkan alergi.
2. Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi
terhadap zat besi. Kadar laktoferin yang tertinggi pada kolostrum dan air
susu ibu adalah pada tujuh hari pertama postpartum (setelah melahirkan).
Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan air susu ibu akan
mencegah perkembangan bakteri pathogen.
3. Lisosom berfungsi sebagai antibakteri dan menghambat pertumbuhan
berbagai virus.
4. Faktor antitripsin berfungsi menghambat kerja tripsin sehingga akan
menyebabkan immunoglobulin pelindung tidak akan dipecah oleh tripsin.
5. Lactobasillus ada di dalam usus bayi dan menghasilkan berbagai asam
yang mencegah pertumbuhan bakteri pathogen. Untuk pertumbuhannya,
Lactobasillus membutuhkan gula yang mengandung nitrogen yaitu faktor
“bifidus”. Faktor bifidus ini yang terdapat di dalam kolostrum dan air susu
ibu.

E. Manfaat ASI
a. Untuk Bayi
Berikut manfaat ASI untuk bayi :

1. Pemberian ASI merupakan metode pemberian makan bayi yang terbaik,


terutama pada bayi umur kurang dari 6 bulan, selain juga bermanfaat bagi
ibu. ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk
memenuhi seluruh gizi bayi pada 6 bulan pertama kehidupannya.
(Komposisi ASI ideal untuk bayi).
2. Komponen air susu ibu akan berubah sesuai perubahan nutrisi yang
diperlukan bayi ketika ia tumbuh.
a. Pada umur 6 sampai 12 bulan, ASI masih merupakan makanan
utama bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi.
Guna memenuhi semua kebutuhan bayi, perlu ditambah dengan
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

b. Setelah umur 1 tahun, meskipun ASI hanya bisa memenuhi 30%


dari kebutuhan bayi, akan tetapi pemberian ASI tetap dianjurkan
karena masih memberikan manfaat.

3. ASI mengandung antibodi yang berguna untuk kekebalan tubuh bayi dari
serangan penyakit. Immunoglobulin A (Ig.A) dalam kolostrum atau ASI
kadarnya cukup tinggi. Sekretori Ig.A tidak diserap tetapi dapat
melumpuhkan bakteri patogen E. coli dan berbagai virus pada saluran
pencernaan. Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan komponen
zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran pencernaan. Lysosim,
enzym yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. coli dan salmonella) dan
virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih banyak daripada susu sapi.
Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari 4000 sel per
mil.

Bayi yang minum ASI memiliki kekebalan lebih tinggi terhadap penyakit.
Contohnya, ketika si ibu tertular penyakit (misalnya melalui makanan seperti
gastroentretis atau polio), antibodi sang ibu terhadap penyakit tersebut diteruskan
kepada bayi melalui ASI

4. ASI mengandung asam amino DHA dan AA yang berguna untuk


perkembangan otak bayi. Komposisi Taurin, DHA dan AA pada ASI.
Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang terbanyak dalam ASI yang
berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting untuk proses
maturasi sel otak. Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid
(AA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty
acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin
pertumbuhan dan kecerdasan anak. Disamping itu DHA dan AA dalam
tubuh dapat dibentuk/disintesa dari substansi pembentuknya (precursor)
yaitu masing-masing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam
linoleat). Kandungan nilai gizi ASI sangat dibutuhkan untuk
perkembangan system syaraf otak yang dapat meningkatkan kecerdasan
bayi.
5. ASI akan menurunkan resiko terkena eksim dan asma. Pemberian ASI
setelah bayi 6 bulan mencegah risiko alergi dan asma. Salah satu cara
terbaik mencegah alergi dan asma adalah menyusui eksklusif selama enam
bulan dan meneruskannya hingga si kecil berusia 2 tahun. Memperpanjang
pemberian ASI berarti menunda selama mungkin bayi bersinggungan
dengan zat penyebab alergi. ASI sendiri membantu mempercepat
pematangan lapisan pelindung dalam usus bayi, melapisi usus bayi dan
menghalangi masuknya molekul penyebab alergi ke dalam darah bayi serta
memberi perlindungan antiradang sehingga menekan risiko infeksi pemicu
alergi.

6. Bayi yang minum ASI lebih bisa menghadapi efek kuning (jaundice).
Level bilirubin dalam darah bayi banyak berkurang seiring dengan
diberikannya kolostrum dan mengatasi kekuningan, asalkan bayi tersebut
disusui sesering mungkin dan tanpa pengganti ASI.

7. Dengan adanya kontak mata dan badan, pemberian ASI juga memberikan
kedekatan antara ibu dan anak. Bayi merasa aman, nyaman dan
terlindungi, dan ini mempengaruhi kemapanan emosi si anak di masa
depan.

8. Apabila bayi sakit, ASI adalah makanan yang terbaik untuk diberikan
karena sangat mudah dicerna. Bayi akan lebih cepat sembuh.

9. Bayi prematur lebih cepat tumbuh apabila mereka diberikan ASI perah.
Komposisi ASI akan teradaptasi sesuai dengan kebutuhan bayi, dan ASI
bermanfaat untuk menaikkan berat badan dan menumbuhkan sel otak pada
bayi prematur.

10. Dengan menghisap payudara, koordinasi syaraf menelan, menghisap dan


bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir dapat lebih sempurna.

b. Untuk Ibu
Berikut manfaat ASI untuk ibu menyusui:

1. Hisapan bayi membantu rahim menciut, mempercepat kondisi ibu untuk


kembali ke masa pra-kehamilan dan mengurangi risiko perdarahan

Saat bayi mengisap payudara ibu, tubuh ibu akan merespon isapan tersebut
dengan mengeluarkan sejenis horman (oksitosin) yang menimbulkan
kontraksi pada kandungan (uterus) ibu, sehingga kandungan ibu lebih
cepat untuk kembali ke ukuran normal serta mengurangi risiko perdarahan.
Produksi hormon terutama oksitosin pada akhirnya akan meningkatkan
produksi ASI.

2. Menyusui kadang membantu ibu menurunkan berat badan yang naik saat
hamil. Lemak di sekitar panggul dan paha yang ditimbun pada masa
kehamilan pindah ke dalam ASI, sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali.
3. Penelitian menunjukkan bahwa ibu yang menyusui memiliki resiko lebih
rendah terhadap kanker rahim dan kanker payudara.

4. ASI lebih hemat waktu karena tidak usah menyiapkan dan mensterilkan
botol susu, dot, dsb

5. ASI lebih praktis karena ibu bisa jalan-jalan ke luar rumah tanpa harus
membawa banyak perlengkapan seperti botol, kaleng susu formula, air
panas, dsb

6. ASI lebih murah, karena tidak usah selalu membeli susu kaleng dan
perlengkapannya
7. ASI selalu bebas kuman, sementara campuran susu formula belum tentu
steril

8. Penelitian medis juga menunjukkan bahwa wanita yang menyusui bayinya


mendapat manfaat fisik dan manfaat emosional

ASI tidak bakalan basi. ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah
payudara. Bila gudang ASI telah kosong. ASI yang tidak dikeluarkan akan
diserap kembali oleh tubuh ibu. Jadi, ASI dalam payudara tak pernah basi dan
ibu tak perlu memerah dan membuang ASI-nya sebelum menyusui.
Daftar Pustaka

Astutik, Y. Reni. (2014). Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.


Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Roesli, Utami. (2010). Menyusui (http://www.webcache.googleusercontent.com.
Diakses oleh: Evierny Cikita Simatupang, 10 Mei 2010, 06.11 WIB).
Setiadji, Andi. 2010. Sumber Informasi, (http://mediavet.blogspot.com, diakses
oleh : Evierny Cikita Simatupang, 23 Mei 2010, 16:22 WIB).
Anna, sudariana. (2014). Sumber informasi,
(https://annasudariana1993.wordpress.com/2014/05/25/sap/. Diakses
oleh: Andi Saputra, 22 February 2017, 21:22 WIB).

Anda mungkin juga menyukai