Kayu
Kayu
Kayu
Hery Budiyanto*
ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk perkotaan di negara berkembang termasuk
Indonesia adalah sangat pesat, hal ini menimbulkan permasalahan penyediaan tanah untuk
perumahan dan fasilitas kota, sementara persediaan tanah untuk menghadapi perkembangan
penduduk semakin tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan langkah-langkah inovatif agar masalah
ini bisa teratasi tanpa menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Salah satu solusi yang ditawarkan
adalah penggunaan metoda Konsolidasi Tanah. Tulisan ini akan menupas manfaat penggunaan serta
dasar-dasar metoda Konsolidasi Tanah.
Kata Kunci :
Konsolidasi tanah, Perencanaan Kota dan Wilayah
Kota-kota di Indonesia sejak awal abad taman-taman kota, dan lain-lain. Hal ini tentu
20 telah memperlihatkan pertumbuhan yang memerlukan lahan untuk keberadaannya.
pesat. Berdasarkan sensus penduduk tahun Dalam pembangunan perkotaan pada
1961, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia dasarnya terdapat dua faktor kendala utama,
telah mencapai 15,6 %. Pada tahun 1971, yaitu masalah tanah dan masalah dana
jumlah penduduk perkotaan meningkat menjadi pembangunan. Faktor kendala pertama meliputi
17,2 %. Pada tahun 1980 telah meningkat lagi dua hal yaitu fragmentasi tanah dan harga
mencapai angka 23,7%, dan pada akhir tahun tanah. Proses fragmentasi tanah ini diawali oleh
1989 jumlah penduduk perkotaan mencapai adanya subdivisi tanah, yang mempunyai ciri
30,3 %. Apabila dihitung angka pertumbuhan bidang-bidang tanah terbagi dalam bidang-
penduduk perkotaan dalam kurun waktu 1961- bidang tanah dengan luas persil yang kecil dan
1971 sebesar 3,6 % per-tahun dan antara bentuknya tidak teratur serta batasnya tidak
tahun 1971-1989 rata-rata mencapai 5 % per- jelas. Tanah-tanah tersebut pada umumnya
tahun. Angka tersebut jelas lebih besar dari relatif belum terjangkau oleh prasarana kota,
angka pertumbuhan penduduk rata-rata dan kalaupun ada masih sangat terbatas.
nasional sebesar 2,32 % per-tahun. Akibat kurangnya dana pembangunan
Dengan pertumbuhan penduduk kota ini, maka pelayanan yang seharusnya
perkotaan yang begitu pesat ini, maka dengan diberikan oleh pemerintah jauh lebik kecil dari
sendirinya akan berkembang pula kebutuhan kebutuhan yang sesungguhnya, seperti
perumahan dan fasilitas pelayanan kota, seperti kebutuhan prasarana jalan dan fasilitas lainnya.
: air bersih, listrik, jalan, sarana pendidikan,
*)
Hery Budiyanto, Ir., MSA, PhD. adalah dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. 21
22 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
Di lain pihak pertumbuhan dan perkembangan harus diawasi oleh masyarakat demi
kota tidak dapat menunggu adanya pelayanan kepentingan umum.
pemerintah sehingga kota terus tumbuh tanpa Di dalam Undang-undang No.20 tahun
kendali secara tidak teratur serta menciptakan 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
kualitas lingkungan yang rendah. Agraria Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tanah
Indonesia merupakan negara merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
berkembang dengan jumlah penduduk ratusan serta merupakan milik Bangsa Indonesia. Pada
juta jiwa, sehingga mau tidak mau selalu Pasal 2 juga dijelaskan bahwa negara
mendapat permasalahan dalam pemenuhan mempunyai hak wewenang mengatur dan
kebutuhan lingkungan permukiman yang menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
memenuhi syarat bagi penduduk yang terus- persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan
menerus tumbuh dan berkembang. Pemerintah ruang angkasa, dimana dalam hal ini termasuk
menghadapi suatu kesulitan yang besar karena tanah. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
terbatasnya persediaan dana untuk tanah harus dipergunakan sepanjang masa
kepentingan pembangunan di suatu pihak dan oleh generasi yang akan datang. Lebih jauh
kebutuhan lingkungan permukiman yang terus dinyatakan secara tegas pada pasal 6 bahwa
berkembang di pihak lain. semua hak atas tanah mempunyai fungsi
Pemerintah dihadapkan kepada tiga sosial. Ini berarti bahwa hak atas tanah apapun
alternatif pemecahan masalah : yang berada pada seseorang tidaklah dapat
1. Menyediakan dana yang sangat besar untuk dibenarkan, jika tanah tersebut dipergunakan
keperluan pembangunan lingkungan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk
permukiman yang memenuhi syarat; kepentingan pribadinya. Apalagi jika hal
2. Menghadapai kenyataan bahwa apabila tersebut menimbulkan kerugian bagi
dana yang diperlukan tidak dapat masyarakat. Penggunaan tanah harus
disediakan, maka kota akan ditentukan disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari
pertumbuhannya oleh kekuatan-kekuatan pada haknya sehingga bermanfaat bagi
pasar bebas dan akan berakibat adanya kesejahteraan dan kebahagiaan yang
pertumbuhan tang tidak terkendali dengan mempunyai maupun bermanfaat pula bagi
berbagai dampak negatifnya; masyarakat dan negara.
3. Mengadakan tindakan-tindakan inovatif Namun ketentuan tersebut tidak berarti
dalam pengelolaan sumber daya, antara lain bahwa kepentingan perorangan akan terdesak
lahan kota, dan mengikutsertakan sama sekali oleh kepantingan umum
masyarakat secara luas secara lebih efektif (masyarakat). Kepentingan perorangan dan
dalam pembangunan. kepentingan masyarakat haruslah saling
mengimbangi, sehingga pada akhirnya akan
MASALAH TANAH PERKOTAAN tercapai tujuan pokok, yaitu kemakmuran,
Konferensi PBB tentang Habitat pada keadilan, dan kebahagiaan bagi
tahun 1976 menekankan bahwa tanah rakyat/masyarakat seluruhnya.
merupakan sumber daya yang langka, yang Dengan bertambahnya penduduk yang
pengelolaannya harus diawasi oleh masyarakat pesat dan persediaan tanah yang semakin
terbatas di kota, maka menurut hasil penelitian
Hery Budiyanto, Manfaat Penggunaan Metode Konsolidasi Tanah Dalam Rangka Penataan Wilayah 23
pembangunan yang membiayai diri sendiri. Jika yaitu Undang-undang Pokok Agraria pasal 16,
pemerintah mengeluarkan biaya, maka biaya 18, 19; Undang-undang No. 20 tahun 1961
tersebut merupakan semacam panjar yang tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan
nantinya akan kembali dari hasil penjualan Benda-benda di Atasnya; Peraturan
CEL. Pemerintah No. 10 tahun 1961 tentang
Pengertian konsolidasi tanah perkotaan Pendaftaran Tanah; dan Inpres No.5 tahun
adalah serangkaian kegiatan menata kembali 1973 tentang Pencabutan Hak-hak atas
tanah-tanah perkotaan yang tidak beraturan Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.
bentuk dan letaknya, sehingga menjadi teratur Pegangan organisatoris (bagi penyelenggara
dimana masing-masing dengan luas tanah pembangunan) yaitu Undang-undang No.5
yang relatif sama seperti semula, melalui cara tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
penggabungan, pemisahan, dan penukaran di Daerah; dan pegangan teknis yaitu tentang
tanah, sekaligus dilengkapi dengan berbagai prosedur pembangunan dan pengertian-
infrastruktur perkotaan yang diperlukan, sesuai pengertian teknis yang dipakai untuk
dengan rencana kota yang bersangkutan, pembangunan.
dimana pada prinsipnya segala biaya yang Pada pegangan politis, pegangan
diperlukan untuk itu menjadi tanggunan hukum dan pegangan teknis dari konsolidasi
bersama para pemilik tanah. Dengan demikian tanah perkotaan sebagai konsepsi
disamping secara langsung dapat menyehatkan pembangunan sudah dapat memenuhi
pemanfaatan tanah yang tidak ekonomis dan persyaratan tersebut di atas, hanya pada
tidak beraturan bentuknya, juga kesulitan pegangan organisatoris perli adanya
penyediaan tanah untuk pembangunan penjabaran agar tercipta suatu koordinasi yang
infrastruktur dan fasilitas lainnya menjadi baik antar penyelenggara pembangunan.
teratasi secara tertib dan terarah. Karena konsepsi pembangunan model
Konsolidasi tanah perkotaan dapat konsolidasi tanah perkotaan tersebut relatif
dijadikan sebagai suatu konsepsi masih baru, sangatlah penting untuk disuluhkan
pembangunan di dalam kebijaksanaan terutama kepada para pemilik tanah yang akan
penyediaan tanah untuk infrastruktur dan terkena konsolidasi.
fasilitas umum lainnya dalam pelaksanaan Selain koordinasi antar pelaksana
rencana kota. Agar konsepsi pembangunan pembangunan tersebut di atas, kunci utama
tersebut dapat dilaksanakan maka harus terlaksananya konsolidasi tanah adalah adanya
mempunyai empat pegangan (Sandy, 1983 : ii) kesepakatan dari para pemilik tanah. Melihat
yaitu : pegangan politis, pegangan hukum, kepada ruang lingkup yang luas dari
pegangan organisatoris, dan pegangan teknis. pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan,
Pegangan politis harus mengacu pada maka tidak ada satu instansipun yang dapat
GBHN, Krida Kabinet, Delapan Sukses, menangani secara keseluruhan kegiatan-
Persyaratan pembangunan : antara lain : Trilogi kegiatan tersebut. Dari hal tersebut diatas
Pembangunan dan Undang-Undang No.4 dapat dilihat bahwa ada tiga unsur kunci yang
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan perlu kerjasama yaitu pemerintah dengan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; seluruh instansi terkait, para pemilik tanah, dan
Pegangan hukum (bagi angota masyarakat) perencana atau developer.
26 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
pemilikan atas tanah tidak diperkenankan langsung. Untuk itu diperlukan : penyuluhan,
dipakai untuk maksud-maksud yang merugikan ajakan, kesadaran dan pemahaman
kepentingan pihak lain. Penggunaan tanah sepenuhnya terhadap program keseluruhan;
harus memperhatikan kepantingan umum dan b. Tujuan Konsolidasi Tanah adalah
untuk kesejahteraan bersama. Inilah yang menciptakan lingkungan yang sehat dan
mendasari prinsip umum program Konsolidasi menyenangkan dilengkapi dengan berbagai
Tanah. Peranan para pemilik tanah dan kemudahan;
pemegang hak atas tanah amat menentukan c. Pelaksana Konsolidasi Tanah bertanggung
bagi keberhasilan pembangunan perkotaan, jawab terhadap para pemilik tanah sekaligus
terutama dalam penyediaan fasilitas umum pembangunannya, dengan menerapkan
yang pada gilirannya akan menguntungkan sistem dan peraturan yang obyektif;
mereka sendiri; Belum terhitung peningkatan
kualitas lingkungan, peningkatan nilai tanah
d. Pada dasarnya pemilik tanah adalah
penyedia anggaran proyek dengan jalan
dan kemudahan-kemudahan lainnya. Untuk itu
menyumbangkan sebagian tanahnya untuk
tidak terjadi penggusuran, kehilangan tanah
fasilitas umum (misalnya untuk membangun
(habis), bahkan bisa terjadi peserta Konsolidasi
jalan atau pelebaran jalan dan penyediaan
Tanah tidak mengeluarkan biaya sama sekali
tanah seharga biaya proyek);
karena cukup “dibiayai” dari sumbangan
sebagian tanahnya. Inipun dapat diatur secara
SIMPULAN
adil dimana pengorbanan tanah tadi besarnya
1. Pertumbuhan penduduk perkotaan di
sebanding dengan “kenikmatan” setelah proyek
Indonesia menunjukkan angka yang
selesai. Misalnya, penyumbang tanah dengan
sangat pesat sehingga selalu
prosentase lebih besar, bidangnya terletak di
membutuhkan lahan untuk perumahan dan
tepi jalan yang lebih lebar dalam wilayah
fasilitas-fasilitas kota lainnya;
Konsolidasi Tanah. Hal ini berarti apabila perlu
2. Kendala utama dalam pembangunan
ada penggeseran letak. Kemungkinan lain yang
perkotaan di Indonesia khususnya dan di
dapat terjadi adalah penggabungan,
negara-negara berkembang umumnya
pemecahan, penukaran, penataan letak,
adalah masalah penyediaan tanah dan
penghapusan, dan sebagainya. Sudah barang
dana untuk pembangunan;
tentu diperlukan adanya penataan kembali
3. Masalah-masalah pertanahan yang timbul
pemilikan tanah agar dapat ditertibkan
pada umumnya adalah : kenaikan harga
sekaligus pensertifikatan tanahnya. Penataan
tanah, munculnya penyakit tanah (antara
letak dan luas baru ini disebut “replotting”,
lain : fragmentasi tanah), timbulnya
setelah ada kesepakatan pemilik tanah (peserta
spekulasi tanah. Untuk mengatasi hal
program Konsolidasi Tanah).
tersebut diperlukan penyusunan
kebijaksanaan tanah perkotaan yang akan
Karakter Konsolidasi Tanah
menjamin terjadinya lingkungan kota yang
a. Konsolidasi Tanah adalah sebagian dari baik;
pembangunan perkotaan dimana pemilik 4. Model pengadaan tanah untuk
tanah dan pemegang hak atas tanah pembangunan secara konvensional yaitu :
mengambil bagian (berpartisipasi) secara pembebasan tanah dan model real estate,
28 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003