Kayu

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 10

21 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003

MANFAAT PENGGUNAAN METODA KONSOLIDASI TANAH


DALAM RANGKA PENATAAN WILAYAH PERKOTAAN

Hery Budiyanto*
ABSTRAK
Pertumbuhan dan perkembangan penduduk perkotaan di negara berkembang termasuk
Indonesia adalah sangat pesat, hal ini menimbulkan permasalahan penyediaan tanah untuk
perumahan dan fasilitas kota, sementara persediaan tanah untuk menghadapi perkembangan
penduduk semakin tidak mencukupi sehingga perlu dilakukan langkah-langkah inovatif agar masalah
ini bisa teratasi tanpa menimbulkan dampak sosial dan ekonomi. Salah satu solusi yang ditawarkan
adalah penggunaan metoda Konsolidasi Tanah. Tulisan ini akan menupas manfaat penggunaan serta
dasar-dasar metoda Konsolidasi Tanah.

Kata Kunci :
Konsolidasi tanah, Perencanaan Kota dan Wilayah
Kota-kota di Indonesia sejak awal abad taman-taman kota, dan lain-lain. Hal ini tentu
20 telah memperlihatkan pertumbuhan yang memerlukan lahan untuk keberadaannya.
pesat. Berdasarkan sensus penduduk tahun Dalam pembangunan perkotaan pada
1961, jumlah penduduk perkotaan di Indonesia dasarnya terdapat dua faktor kendala utama,
telah mencapai 15,6 %. Pada tahun 1971, yaitu masalah tanah dan masalah dana
jumlah penduduk perkotaan meningkat menjadi pembangunan. Faktor kendala pertama meliputi
17,2 %. Pada tahun 1980 telah meningkat lagi dua hal yaitu fragmentasi tanah dan harga
mencapai angka 23,7%, dan pada akhir tahun tanah. Proses fragmentasi tanah ini diawali oleh
1989 jumlah penduduk perkotaan mencapai adanya subdivisi tanah, yang mempunyai ciri
30,3 %. Apabila dihitung angka pertumbuhan bidang-bidang tanah terbagi dalam bidang-
penduduk perkotaan dalam kurun waktu 1961- bidang tanah dengan luas persil yang kecil dan
1971 sebesar 3,6 % per-tahun dan antara bentuknya tidak teratur serta batasnya tidak
tahun 1971-1989 rata-rata mencapai 5 % per- jelas. Tanah-tanah tersebut pada umumnya
tahun. Angka tersebut jelas lebih besar dari relatif belum terjangkau oleh prasarana kota,
angka pertumbuhan penduduk rata-rata dan kalaupun ada masih sangat terbatas.
nasional sebesar 2,32 % per-tahun. Akibat kurangnya dana pembangunan
Dengan pertumbuhan penduduk kota ini, maka pelayanan yang seharusnya
perkotaan yang begitu pesat ini, maka dengan diberikan oleh pemerintah jauh lebik kecil dari
sendirinya akan berkembang pula kebutuhan kebutuhan yang sesungguhnya, seperti
perumahan dan fasilitas pelayanan kota, seperti kebutuhan prasarana jalan dan fasilitas lainnya.
: air bersih, listrik, jalan, sarana pendidikan,

*)
Hery Budiyanto, Ir., MSA, PhD. adalah dosen Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang. 21
22 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
Di lain pihak pertumbuhan dan perkembangan harus diawasi oleh masyarakat demi
kota tidak dapat menunggu adanya pelayanan kepentingan umum.
pemerintah sehingga kota terus tumbuh tanpa Di dalam Undang-undang No.20 tahun
kendali secara tidak teratur serta menciptakan 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
kualitas lingkungan yang rendah. Agraria Pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tanah
Indonesia merupakan negara merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa
berkembang dengan jumlah penduduk ratusan serta merupakan milik Bangsa Indonesia. Pada
juta jiwa, sehingga mau tidak mau selalu Pasal 2 juga dijelaskan bahwa negara
mendapat permasalahan dalam pemenuhan mempunyai hak wewenang mengatur dan
kebutuhan lingkungan permukiman yang menyelenggarakan peruntukan, penggunaan,
memenuhi syarat bagi penduduk yang terus- persediaan, dan pemeliharaan bumi, air, dan
menerus tumbuh dan berkembang. Pemerintah ruang angkasa, dimana dalam hal ini termasuk
menghadapi suatu kesulitan yang besar karena tanah. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa
terbatasnya persediaan dana untuk tanah harus dipergunakan sepanjang masa
kepentingan pembangunan di suatu pihak dan oleh generasi yang akan datang. Lebih jauh
kebutuhan lingkungan permukiman yang terus dinyatakan secara tegas pada pasal 6 bahwa
berkembang di pihak lain. semua hak atas tanah mempunyai fungsi
Pemerintah dihadapkan kepada tiga sosial. Ini berarti bahwa hak atas tanah apapun
alternatif pemecahan masalah : yang berada pada seseorang tidaklah dapat
1. Menyediakan dana yang sangat besar untuk dibenarkan, jika tanah tersebut dipergunakan
keperluan pembangunan lingkungan (atau tidak dipergunakan) semata-mata untuk
permukiman yang memenuhi syarat; kepentingan pribadinya. Apalagi jika hal
2. Menghadapai kenyataan bahwa apabila tersebut menimbulkan kerugian bagi
dana yang diperlukan tidak dapat masyarakat. Penggunaan tanah harus
disediakan, maka kota akan ditentukan disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari
pertumbuhannya oleh kekuatan-kekuatan pada haknya sehingga bermanfaat bagi
pasar bebas dan akan berakibat adanya kesejahteraan dan kebahagiaan yang
pertumbuhan tang tidak terkendali dengan mempunyai maupun bermanfaat pula bagi
berbagai dampak negatifnya; masyarakat dan negara.
3. Mengadakan tindakan-tindakan inovatif Namun ketentuan tersebut tidak berarti
dalam pengelolaan sumber daya, antara lain bahwa kepentingan perorangan akan terdesak
lahan kota, dan mengikutsertakan sama sekali oleh kepantingan umum
masyarakat secara luas secara lebih efektif (masyarakat). Kepentingan perorangan dan
dalam pembangunan. kepentingan masyarakat haruslah saling
mengimbangi, sehingga pada akhirnya akan
MASALAH TANAH PERKOTAAN tercapai tujuan pokok, yaitu kemakmuran,
Konferensi PBB tentang Habitat pada keadilan, dan kebahagiaan bagi
tahun 1976 menekankan bahwa tanah rakyat/masyarakat seluruhnya.
merupakan sumber daya yang langka, yang Dengan bertambahnya penduduk yang
pengelolaannya harus diawasi oleh masyarakat pesat dan persediaan tanah yang semakin
terbatas di kota, maka menurut hasil penelitian
Hery Budiyanto, Manfaat Penggunaan Metode Konsolidasi Tanah Dalam Rangka Penataan Wilayah 23

Badan Penelitian dan Pengembangan KELEMAHAN MODEL PEMBANGUNAN


Pertanahan Departemen Dalam Negeri (1980) LINGKUNGAN PERMUKIMAN SECARA
akan menyebabkan terjadinya : KONVENSIONAL
1. Kenaikan harga tanah yang relatif tinggi; Model pembangunan lingkungan
2. Munculnya penyakit tanah yaitu karena permukiman secara konvensional ini
pewarisan yang turun temurun sehingga mempunyai banyak kelamahan.
mengakibatkan adanya subdivisi tanah 1. Kelemahan kebijaksanaan pengadaan tanah
maka bentuknya tidak teratur dan untuk prasarana jalan dan fasilitas umum
batasnya tidak jelas; Tanah tersebut lainnya dengan cara pembebasan tanah
biasanya belum terjangkau oleh prasarana oleh Pemerintah, antara lain :
kota; a. Pemerintah harus menyadiakan dana
3. Timbulnya spekulasi tanah, terutama di yang sangat besar;
daerah pinggiran kota yang harganya b. Pemilik tanah yang terkena
relatif masih murah. pembebasan tanah dapat mengalami
Kurangnya dana Pemerintah untuk kerugian atau kehilangan keuntungan
pembebasan tanah bagi pembangunan fasilitas dengan adanya pembebasan tanah
pelayanan perkotaan membuat wilayah tersebut;
tersebut kualitasnya semakin jelek. Untuk c. Di lain pihak, para pemilik tanah yang
mengatasi hal tersebut perlu disusun tidak terkena pembebasan tanah yang
kebijaksanaan tanah perkotaan yang akan lokasinya di pinggir areal pembebasan
menjamin kelancaran proses kegiatan ekonomi tanah akan mendapatkan keuntungan
yang akan menuju peningkatan kesejahteraan besar secara tiba-tiba tanpa berbuat
masyarakat dan lingkungan yang baik. dan berprestasi apapun dengan
kenaikan harga tanah yang melonjak
MODEL PEMBANGUNAN KONVENSIONAL dengan dibangunnya fasilitas umum
Dalam usaha melaksanakan tugas oleh pemerintah pada areal
penyediaan lingkungan permukiman/perkotaan, pembebasan tanah tersebut;
biasanya pemerintah menggunakan cara-cara : d. Terbuka kemungkinan adanya
1. Pembebasan tanah oleh pemerintah spekulasi dan manipulasi tanah yang
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam akan dibebaskan;
Negeri No. 15 tahun 1975, untuk e. Kemungkinan dapat terjadi kemacetan
kepantingan sarana dan prasarana umum, pelaksanaan pembangunan apabila
seperti : jalan, jalur hijau, sekolah, tidak terdapat kesepakatan harga dan
puskesmas, dan lain-lain; besarnya ganti rugi atau pun pemilik
2. Mengikutsertakan para pengusaha real tanah tidak berniat melepaskan
estate; tanahnya;
3. Menugaskan kepada Perum Perumnas f. Sering terjadi adanya sisa tanah yang
dan Bank Tabungan Negara untuk ikut pemanfaatannya tidak ekonomis
berperan. karena bentuknya kurang layak untuk
dibangun akibat adanya pembebasan
tanah
24 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003

2. Kelemahan kebijaksanaan pengadaan tanah timbul oleh sistem pelaksanaan pembangunan


untuk prasarana jalan dan fasilitas umum secara konvensional tersebut.
lainnya dengan cara penyerahan kepada Prinsip dasar penerapan Konsolidasi
real estate atau perumahan dengan fasilitas Tanah yaitu bagaimana membentuk suatu
KPR, antara lain : lingkungan permukiman yang memenuhi syarat
a. Apabila lokasi telah ditetapkan untuk dan siap bangun dengan mengikutsertakan
wilayah pembangunan suatu real estate partisipasi masyarakat secara aktif dalam
atau perumahan dengan fasilitas KPR, kegiatan tersebut, agar tercapai tujuan
maka akan mengakibatkan hilangnya pemerintah dan teratasi hambatan
hak azasi pemilik tanah untuk pembangunan yang terjadi pada pembangunan
menggunakan sendiri tanahnya sesuai secara konvensional.
dengan persyaratan pembangunan Cara yang ditempuh untuk tujuan
maupun hak untuk menawarkan tersebut adalah dengan mengadakan penataan
kepada orang lain dari pemilik tanah kembali petak/kapling pemilikan tanah di
dalam lokasi tersebut; wilayah rencana permukiman baru yang akan
b. Pemilik tanah dihadapkan pada suatu dibentuk, dari petak pemilikan yang semula
kenyataan harus menjual tanahnya tidak teratur dan tanpa prasarana yang
kepada perusahaan real estate atau memadahi, menjadi lingkungan permukiman
developer yang telah ditunjuk oleh dengan petak pemilikan yang lebih teratur,
Pemerintah dengan konsekuensi dengan prasarana yang memadahi dan
keterikatan terhadap harga yang telah memenenuhi persyaratan serta siap bangun.
ditetapkan; Pengadaan tanah baik untuk kepentingan jalan
c. Terjadinya penggusuran penduduk dari maupun untuk biaya konstruksi prasarana
wilayah tersebut yang akan menjadi umum serta biaya operasional penataan
wilayah permukiman baru dengan disediakan secara gotong-royong oleh
segala akibatnya; masyarakat / pemilik tanah melalui iuran peran
d. Dalam hal ini yang menikmati serta berupa pemotongan sejumlah prosentase
keuntungan adalah para developer tertentu dari jumlah luas pemilikan tanah
serta calon penghuni lokasi tersebut aslinya.
dengan adanya prasarana jalan dan Iuran peran serta tersebut sebagian
fasilitas umum lainnya yang pada akan dipergunakan untuk pembuatan jalan dan
umumnya hanya dinikmati oleh prasarana umum lainnya sesuai dengan
masyarakat golongan ekonomi kebutuhan suatu lingkungan permukiman dan
menengah dan kuat saja. sebagian lagi berupa CEL (cost equivalent
land) - tanah yang setara dengan biaya
KONSOLIDASI TANAH SEBAGAI pembangunan yang telah dikeluarkan oleh
PENGGANTI MODEL PEMBANGUNAN pemerintah atau badan tertentu untuk biaya
KONVENSIONAL konstruksi prasarana umum maupun biaya
Pelaksanaan Konsolidasi Tanah operasioanl penataan tersebut. Maka boleh
Perkotaan adalah salah satu cara untuk dikatakan bahwa pembangunan permukiman
mengatasi permasalahan-permasalahan yang baru model Konsolidasi Tanah adalah model
Hery Budiyanto, Manfaat Penggunaan Metode Konsolidasi Tanah Dalam Rangka Penataan Wilayah 25

pembangunan yang membiayai diri sendiri. Jika yaitu Undang-undang Pokok Agraria pasal 16,
pemerintah mengeluarkan biaya, maka biaya 18, 19; Undang-undang No. 20 tahun 1961
tersebut merupakan semacam panjar yang tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan
nantinya akan kembali dari hasil penjualan Benda-benda di Atasnya; Peraturan
CEL. Pemerintah No. 10 tahun 1961 tentang
Pengertian konsolidasi tanah perkotaan Pendaftaran Tanah; dan Inpres No.5 tahun
adalah serangkaian kegiatan menata kembali 1973 tentang Pencabutan Hak-hak atas
tanah-tanah perkotaan yang tidak beraturan Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.
bentuk dan letaknya, sehingga menjadi teratur Pegangan organisatoris (bagi penyelenggara
dimana masing-masing dengan luas tanah pembangunan) yaitu Undang-undang No.5
yang relatif sama seperti semula, melalui cara tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan
penggabungan, pemisahan, dan penukaran di Daerah; dan pegangan teknis yaitu tentang
tanah, sekaligus dilengkapi dengan berbagai prosedur pembangunan dan pengertian-
infrastruktur perkotaan yang diperlukan, sesuai pengertian teknis yang dipakai untuk
dengan rencana kota yang bersangkutan, pembangunan.
dimana pada prinsipnya segala biaya yang Pada pegangan politis, pegangan
diperlukan untuk itu menjadi tanggunan hukum dan pegangan teknis dari konsolidasi
bersama para pemilik tanah. Dengan demikian tanah perkotaan sebagai konsepsi
disamping secara langsung dapat menyehatkan pembangunan sudah dapat memenuhi
pemanfaatan tanah yang tidak ekonomis dan persyaratan tersebut di atas, hanya pada
tidak beraturan bentuknya, juga kesulitan pegangan organisatoris perli adanya
penyediaan tanah untuk pembangunan penjabaran agar tercipta suatu koordinasi yang
infrastruktur dan fasilitas lainnya menjadi baik antar penyelenggara pembangunan.
teratasi secara tertib dan terarah. Karena konsepsi pembangunan model
Konsolidasi tanah perkotaan dapat konsolidasi tanah perkotaan tersebut relatif
dijadikan sebagai suatu konsepsi masih baru, sangatlah penting untuk disuluhkan
pembangunan di dalam kebijaksanaan terutama kepada para pemilik tanah yang akan
penyediaan tanah untuk infrastruktur dan terkena konsolidasi.
fasilitas umum lainnya dalam pelaksanaan Selain koordinasi antar pelaksana
rencana kota. Agar konsepsi pembangunan pembangunan tersebut di atas, kunci utama
tersebut dapat dilaksanakan maka harus terlaksananya konsolidasi tanah adalah adanya
mempunyai empat pegangan (Sandy, 1983 : ii) kesepakatan dari para pemilik tanah. Melihat
yaitu : pegangan politis, pegangan hukum, kepada ruang lingkup yang luas dari
pegangan organisatoris, dan pegangan teknis. pelaksanaan konsolidasi tanah perkotaan,
Pegangan politis harus mengacu pada maka tidak ada satu instansipun yang dapat
GBHN, Krida Kabinet, Delapan Sukses, menangani secara keseluruhan kegiatan-
Persyaratan pembangunan : antara lain : Trilogi kegiatan tersebut. Dari hal tersebut diatas
Pembangunan dan Undang-Undang No.4 dapat dilihat bahwa ada tiga unsur kunci yang
Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan perlu kerjasama yaitu pemerintah dengan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; seluruh instansi terkait, para pemilik tanah, dan
Pegangan hukum (bagi angota masyarakat) perencana atau developer.
26 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003

KONSOLIDASI TANAH SEBAGAI MODEL memungkinkan penyediaan tanah untuk


IDEAL PENATAAN TANAH DI PERKOTAAN pembangunan tanpa ada pembebasan tanah
Konsolidasi tanah adalah istilah yang dan segala eksesnya. Dengan program
merupakan terjemahan dari kata “land Konsolidasi Tanah dapat diharapkan adanya
consolidation”, dalam pengertian yang sama, pembangunan yang tidak merugikan siapapun.
negara-negara lain menggunakan istilah-istilah Tentu saja untuk mendapatkan kepastian perlu
yang berbeda, antara lain : land readjustment, ada uji coba dengan persiapan yang matang. Di
land pooling, atau land reblocking. Indonesia, uji coba yang dilakukan bukan
Kesemuanya mempunyai pengertian yang semata-mata hanya suatu percobaan, namun
sama. Konsolidasi tanah tidak terlalu menonjol lebih cenderung langsung pelaksanaan di
di negara-negara Eropa dan Amerika, tetapi lapangan dalam bentuk proyek-proyek,
saat ini lebih banyak diterapkan di negara- terutama dikaitkan dengan tujuan “Catur Tertib”
negara Asia. Di Amerika Serikat, program Pertanahan. Ada dua proyek uji coba yang
konsolidasi tanah masih dalam tahap uji coba, sekaligus diamati dan diteliti perkembangannya
belum dilaksanakan dalam suatu program untuk maksud-maksud memperoleh pola yang
pembangunan pertanahan yang menyeluruh. mantap baik ditinjau dari aspek yuridis, aspek
Negara-negara yang telah sepenuhnya fisik, aspek kelembagaan, aspek kelayakan,
menggunakan konsep konsolidasi tanah untuk aspek kriteria pemilihan lokasi, aspek prosedur,
pengembangan kota-kotanya, antara lain : dan lain sebagainya. Kedua proyek tersebut
Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Jerman, dan berada di Babakan Surabaya Kotamadya
Australia. Indonesia mulai mengembangkan Bandung dan di Cibinong, Kotamadya Bogor.
konsep konsolidasi tanah sekitar 15 tahun yang Prinsip-prinsip dasar yang dipakai di
lalu. Indonesia masih banyak menggunakan konsep-
Pada umumnya, konsolidasi tanah konsep dari luar negeri, terutama dari program
lebih banyak dilaksanakan di wilayah “Kukaku Seiri”/land readjustment di Jepang.
perkotaan. Hal ini terutama atas pertimbangan Yang perlu diperhatikan adalah adanya
manfaat yang lebih besar dalam pemecahan perbedaan kondisi sosial, budaya dan nilai-nilai
berbagai masalah perkotaan, antara lain dalam yang berkembang dalam masyarakat,
rangka penyediaan tanah untuk pembangunan. berpengaruh cukup besar dalam penentuan
Dalam pengertian terbatas, konsolidasi langkah-langkah Konsolidasi Tanah, misalnya
tanah adalah kegiatan mengatur semua bentuk sifat gotong-royong dalam masyarakat kita
bidang tanah dalam suatu wilayah merupakan faktor pendukung kuat dalam
konsolidasiyang semula terpecah-pecah dan keberhasilan pelaksanaan Konsolidasi Tanah.
tidak teratur menjadi bidang-bidang tanah yang Di lain pihak Konsolidasi Tanah menjanjikan
bentuk dan letaknya tertata/teratur, sambil hal-hal positip untuk membantu memecahkan
menyediakan tanah untuk fasilitas umum sebagian masalah pembangunan kota, antara
disusul dengan pembangunan fisiknya, lain masalah dana dan pengadaan tanah.
disempurnakan dengan penertiban penguasaan
tanahnya (sertifikat), sehingga memenuhi KONSEP DASAR KONSOLIDASI TANAH
berbagai persyaratan. Satu hal yang perlu Bertitik tolak dari Pasal 6 Undang-
dicatat adalah bahwa Konsolidasi Tanah undang Pokok Agraria, kita melihat bahwa
Hery Budiyanto, Manfaat Penggunaan Metode Konsolidasi Tanah Dalam Rangka Penataan Wilayah 27

pemilikan atas tanah tidak diperkenankan langsung. Untuk itu diperlukan : penyuluhan,
dipakai untuk maksud-maksud yang merugikan ajakan, kesadaran dan pemahaman
kepentingan pihak lain. Penggunaan tanah sepenuhnya terhadap program keseluruhan;
harus memperhatikan kepantingan umum dan b. Tujuan Konsolidasi Tanah adalah
untuk kesejahteraan bersama. Inilah yang menciptakan lingkungan yang sehat dan
mendasari prinsip umum program Konsolidasi menyenangkan dilengkapi dengan berbagai
Tanah. Peranan para pemilik tanah dan kemudahan;
pemegang hak atas tanah amat menentukan c. Pelaksana Konsolidasi Tanah bertanggung
bagi keberhasilan pembangunan perkotaan, jawab terhadap para pemilik tanah sekaligus
terutama dalam penyediaan fasilitas umum pembangunannya, dengan menerapkan
yang pada gilirannya akan menguntungkan sistem dan peraturan yang obyektif;
mereka sendiri; Belum terhitung peningkatan
kualitas lingkungan, peningkatan nilai tanah
d. Pada dasarnya pemilik tanah adalah
penyedia anggaran proyek dengan jalan
dan kemudahan-kemudahan lainnya. Untuk itu
menyumbangkan sebagian tanahnya untuk
tidak terjadi penggusuran, kehilangan tanah
fasilitas umum (misalnya untuk membangun
(habis), bahkan bisa terjadi peserta Konsolidasi
jalan atau pelebaran jalan dan penyediaan
Tanah tidak mengeluarkan biaya sama sekali
tanah seharga biaya proyek);
karena cukup “dibiayai” dari sumbangan
sebagian tanahnya. Inipun dapat diatur secara
SIMPULAN
adil dimana pengorbanan tanah tadi besarnya
1. Pertumbuhan penduduk perkotaan di
sebanding dengan “kenikmatan” setelah proyek
Indonesia menunjukkan angka yang
selesai. Misalnya, penyumbang tanah dengan
sangat pesat sehingga selalu
prosentase lebih besar, bidangnya terletak di
membutuhkan lahan untuk perumahan dan
tepi jalan yang lebih lebar dalam wilayah
fasilitas-fasilitas kota lainnya;
Konsolidasi Tanah. Hal ini berarti apabila perlu
2. Kendala utama dalam pembangunan
ada penggeseran letak. Kemungkinan lain yang
perkotaan di Indonesia khususnya dan di
dapat terjadi adalah penggabungan,
negara-negara berkembang umumnya
pemecahan, penukaran, penataan letak,
adalah masalah penyediaan tanah dan
penghapusan, dan sebagainya. Sudah barang
dana untuk pembangunan;
tentu diperlukan adanya penataan kembali
3. Masalah-masalah pertanahan yang timbul
pemilikan tanah agar dapat ditertibkan
pada umumnya adalah : kenaikan harga
sekaligus pensertifikatan tanahnya. Penataan
tanah, munculnya penyakit tanah (antara
letak dan luas baru ini disebut “replotting”,
lain : fragmentasi tanah), timbulnya
setelah ada kesepakatan pemilik tanah (peserta
spekulasi tanah. Untuk mengatasi hal
program Konsolidasi Tanah).
tersebut diperlukan penyusunan
kebijaksanaan tanah perkotaan yang akan
Karakter Konsolidasi Tanah
menjamin terjadinya lingkungan kota yang
a. Konsolidasi Tanah adalah sebagian dari baik;
pembangunan perkotaan dimana pemilik 4. Model pengadaan tanah untuk
tanah dan pemegang hak atas tanah pembangunan secara konvensional yaitu :
mengambil bagian (berpartisipasi) secara pembebasan tanah dan model real estate,
28 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003

mempunyai banyak kelemahan sehingga 6. Konsolidasi tanah di Indonesia telah


diperlukan teknik yang dianggap layak berjalan selama 15 tahun dan telah
adalah KONSOLIDASI TANAH; berhasil dilaksanakan pada 135 proyek.
5. Konsolidasi tanah adalah serangkaian
kegiatan menata kembali tanah-tanah
perkotaan yang tidak beraturan bentuk dan
letaknya menjadi teratur, melalui cara-cara
: penggabungan, pemisahan, dan
penukaran tanah dengan biaya ditanggung
bersama oleh para pemilik tanah;
29 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003
DAFTAR RUJUKAN disampaikan dalam Diskusi Forum
Doktor, Malang: Universitas Merdeka
Acharya, Ballabh Prasad. 1988. The Malang, 5 Oktober 2001Departemen
Transferability of the Land- Dalam Negeri. 1985. Prosiding: Diskusi
Pooling/Readjustment Techniques. Konsolidasi Tanah Perkotaan dan
Habitat International Vol.12, No.4, Hasil-hasil Penelitian tentang
p.103-117, 1988. Pertanahan. Jakarta: Pusat Penelitian
Archer, R.W. 1990. Outline of a Land dan Pengembangan Pertanahan,
Management Approach for Badan Penelitian dan Pengembangan,
Guiding/Managing The Metropolitan Departemen Dalam Negeri. 1985.
Expansion of Asian Cities. Bangkok: Doebele, William A. 1982. Land Readjustment:
Urban Land Program, Human A Different Approach to Financing
Settlement Division, Asian Institute of Urbanization. Toronto: Lexington
Technology Bangkok, Thailand. July Books.
1990. Federal Department of Town and Country
Archer, R.W. 1994. Urban Land Consolidation Planning Malaysia. 1995. Proceeding
for Metropolitan Jakarta Expansion, of : National Land Readjustment,
1990-2010. Habitat International. Citizen Participation in National
Vol.18, No.4, p.37-52, 1994. Development. Langkawi: Joint
Badan Pertanahan Nasional. 1993. Proceeding organized by Federal Department of
of: The Seventh International Seminar : Town and Country Planning (JPBD)
Land Readjustment and Urban and Japan International Cooperation
Development. Denpasar: 8-18 Agency. 26-27 June 1995.
November 1993. Hayashi, Masayuki. 1994. JICA Expert on Land
Budiyanto, Hery, 2000. “ Evaluation of the Readjustment. Center for Research
Implementation of Urban Land and Development, State Ministry of
Consolidation Method in Indonesia, Agrarian Affairs/National Land Agency.
The Case Study of East Java Jakarta, March 1994.
Province”. Makalah disampaikan dalam International Engineering Construction
National Conference on Urban Issues Association. 1993. Project to Promote
and Challenges – Developing Solution Technology Transfer of Land
for the Cities in the 21 th Century. Readjustment. Tokyo: Ministry of
Selangor – Malaysia, 8-9 Mei 2000. Construction, Japan, 1993.
Serdang-Selangor: Faculty of Human Larsson, Gerhard. 1993. Land Readjustment: A
Ecology, Universiti Putra Malaysia. modern approach to urbanization. New
Budiyanto, Hery, 2001. “Model Penataan Tanah Castle : Avebury.
Perkotaan yang Berbasiskan pada
Kerakyatan di Era Otoda Dilihat dari
Kajian Peran Masyarakat terhadap
Perencanaan Penataan Tanah untuk
Pengembangan Perumahan”. Makalah
30 MINTAKAT, Jurnal Arsitektur, Volume 2 Nomer 1, September 2003

Ministry of Construction Proceedings of: The Fifth International Seminar


Japan. 1985. Proceeding of: : Land Readjustment and Urban
International Seminar on Development. Kuala Lumpur : 6 - 8
Kukaku Seiri. Tokyo: Ministry November 1989.
of Construction. Sujarto, Djoko. 1985. Konsolidasi Lahan
Nagamine, Haruo. 1986. The Land Perkotaan Sebagai Suatu Model
Readjustment Techniques of Japan. Pengelolaan Lahan. Bandung: Jurusan
Habitat International, Vol.10, No.12, Teknik Planologi - Institut Teknologi
p.51-58. Bandung.
National Land Agency Indonesia. 1993. Land
Consolidation in Indonesia. Jakarta:
National Land Agency Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai