Anda di halaman 1dari 55

TINJAUAN TEORI DAN TINJAUAN KASUS

A. TINJAUAN TEORI
1. Konsep Dasar Benigna Prostat Hipertropi (BPH)
a. Pengertian
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah kondisi patologis yang yang
paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering
untuk intervensi medis pada pria diatas usia 60 tahun ke atas.
(Brunner and Suddarth, 2.001)
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah pertumbuhan dari nodula-
nodula fibrioadenomatosa majemuk dalam prostat.
(Sylvia A. Price, 1995)
BPH (Benigna Prostat Hipertropi) adalah hiperplasia kelenjar peri
uretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan
menjadi simpai bedah.
(Arif Mansjoer, 2000)
Klasifikasi Prostat
Terdapat beberapa jenis klasifikasi yang dapat digunakan untuk
membantu diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit,
diaraaranya skor international gejala-gejala pr0stat WHO dan skor
madsen Iversen.
 Skor Madsen-Iversen

Pertanyaan 1 2 3 4 5
- Pancaran Normal Berubah- Lemah Menetes
- Mengedan pada saat Tidak ubah Ya
berkemih
- Harus menunggu Tidak Ya
saat akan kencing
- Buang air kencing Tidak Ya
terputus-putus
- Kencing tidak Tidak Tidak 1 kali >1 kali

0
lampias Tahu Berubah- Lampias retensi retensi
- lnkontenensia ubah Ya
- Kencing sulit Sedang berat
ditunda Tidak ada 3–4 >4
- Kencing malam hari 0 – 1 Ringan Setiap 1- 2 < 1 jam
- Kencing siang hari >3 jam 2 jam sekali sekali
Sekali Setiap 2-3
jam sekali

 Skor International Gejala-Gejala- Prostat WHO


Pertanyaan Jawaban dan Skor
Tidak sama < 1 sampai >5 sampai 15 Lebih Hampir
Keluhan pada bulan terakhir
sekali 5x < 15x kali dari 15x selalu
- Apakah anda merasa buli-buli 0
tidak kosong setelah buang air
kecil?
- Berapa kali anda hendak 0 1 2 3 4 5
buang air kecil lagi dalam
waktu 2 jam setelah buang air
kencing?
- Berapa kali terjadi air kencing 0 1 2 3 4 5
berhenti sewaktu buang air
kencing?
- Berapa kali anda tidak dapat 0 1 2 3 4 5
menahan keinginan buang air
kecil?
- Berapa kali arus air seni lemah 0 1 2 3 4 5
sekali sewaktu buang air
kecil?
- Berapa kali terjadi anda 0 1 2 3 4 5
rnengalami kesulitan memulai
buang air kecil (harus
mengejan)?
- Berapa kali anda bangun untuk 0 1 2 3 4 5

1
buang air kecil di waktu
malam?

b. Patofisiologi
Penyebab terjadinya BPH (Benigna Prostat Hipertropi)
didasarkan pada teori dehidrotestosteron (DHT), teori hormon, serta
kebangkitan kembali (reawakening). Pada teori dehidrotestosteron
disebabkan oleh aksis hipotesis testis dan reduksi testosteron menjadi
dehidrostesteron dalam sel prostat menjadi faktor terjadinya penetrasi
dehidrotestosteron ke dalam inti sel yang. menyebabkan inskripsi pada
RNA sehingga terjadi sintesis protein. Proses ini difasilitasi oleh
enzim 5 reduktase, enzim 5 reduktase dihasilkan oleh ydig testis
98% akan menjadi sekes hormon dan testosteron bebas 2%.
Testosteron bebas sel target akan melewati membran prostat sehingga
akan dapat merusak struktur sel RNA sehingga RNA akan mensintesa
protein akan menimbulkan nodul/stroma. Peningkatan hormon
androgen menyebabkan pembebasan prostat sedangkan kebangkitan
kembali (rea wakening)/reduksi sinus urogenital berproliferasi dan
membentuk jaringan prostat sehingga menimbulkan hiperplasia.
Ketiga penyebab tersebut dapat menyebabkan manifestasi klinis
berupa inkontinensia urine, kebocoran urine, disuria, hesistency,
nocturia, intermittency, terminal drebling, urgency, polikisuria,
kencing terputus- putus, hematuria, sulit memulai kencing,
pembesaran lobus prostat, residu urine, gelisah, keletihan, anoreksia,
mual-muntah, dan sering bertanya-tanya tentang penyakit. Sehingga
dapat memunculkan komplikasi seperti retensi urine, hidroureter,
hidronefrosis, gagal ginjal, sistitis, pielonefritis, batu kandung kemih,
azotemia, hernia/haemoroid, parolitik ileus, hematuria, hidrocele,
infeksi, ataupun gejala generalisata lainnya.

c. Pemeriksaan Penunjang

2
1) Pemeriksaan Laboratorium / Diagnostik
 Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri dan infeksi. Bila terdapat
hematuria, harus diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan
pada saluran kemih, batu, infeksi saluran kemih, walaupun BPH
sendiri dapat menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum
dan kreatinin darah merupakan informasi dasar dari fungsi ginjal
dan status metabolik.
 Pemeriksaan Prostate Spesific Antigen (PSA) diiakukan sebagai
dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini
keganasan. Bila nilai PSA <4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Sedangkan bila nilai PSA 4-10 ng/ml hitunglah Prostate Spesific
Antigen (PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume
prostat. Bila PSAD > 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi
prostat, demikian pula nilai PSA > 10 ng/ml.
 Pemeriksaan residu urine dimana dilakukan untuk mengetahui
berat obstruksi jumlah sisa urine miksi spontan dengan cara
mengukur urine yang dapat spontan dengan kateter, sisa dengan
USG buli-buli setelah miksi sisa > 100 cc indikasi sebagai
hipertropi prostat.
 USG (Ultra Sonografi) / foto abdomen. Tujuan pemeriksaan
pencitraan ini adalah untuk memperkirakan volume BPH,
menentukan derajat disfungsi buli-buli dan volume residu urine,
divertikulum/tumor buli-buli, batu ginjal, memeriksa massa
ginjal, baik yang berhubungan maupun tidak dengan BPH.
Selain. itu dapat dilihat adanya batu pada traktus urinarius.
Pembesaran ginjal atau buli-buli lesi ostcoblastik sebagai tanda
metastasis dari kegunaan prostat serta osteoporosis akibat
kegagalan ginjal.
 Pemeriksaan pielografi intravena dapat dilihat suprsi komplit
dari fungsi renal, hidronefrosis dan hidroureter, fish hook

3
appearance (gambaran ureter berbelok-belok di vesika),
indentasi pada dasar buli-buli, divertikel, residu urine, atau
filling defect divesika.
2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan rectal toucher (colok dubur) untuk mengetahui
konsistensi prostat. Biasanya pada BPH konsistensinya kenyal.
d. Penatalaksanaan Medis dan Pembedahan
1) Penatalaksanaan Medis
a) Konservatif
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi minum setelah makan malam
- Mengurangi minum kopi
- Tidak diperbolehkan minum alkohol
- Mengurangi intake protein
- Waterisasi
b) Terapi Medikamentosa
(1) Menghambat Adrenegik 
Obat – obat yang sering dipakai adalah prozosin, dexasosin,
terazozin, afluzosin atau yang lebih selektif  1a
(tamsulosin). Dosis dimulai 1 mg/hari sedangkan dosis
tamsulosin adalah 0,2-0,4 mg/hari, penggunaan antagonis
-l adrenergik karena secara selektif mengurangi obstruksi
pada buli-buli tanpa merusak kontraktilitas detrusor. Obat
ini menghambat reseptor-reseptor yang banyak ditemukan
pada otot polis ditrigonum, leher vesika, pro stat dan kapsul
prostat sehingga terjadi relaksasi di daerah prostat, Hal ini
akan menurunkan tekanan pada urethra pars prostatika
sehingga gangguan aliran air seni dan gejala-gejala
berkurang. Biasanya pasien mulai merasakan berkurangnya
keluhan dalam wkatu 1-2 minggu setelah ia mulai memakai
obat, efek samping yang mungkin timbul adalah pusing-

4
pusing (dizziness), capek, sumbatan hidung, dan rasa lemah.
(2) Penghambat enzim 5--reduktase
Obat yang dipakai adalah fimisteride (proscar) dengan dosis
1 x 5mg/hari. Obat golongan ini dapat menghambat
pembentukan DHT sehingga prostat yang membesar akan
mengecil. Namun obat ini bekerja lebih lambat daripada
golongan  dan bloker dan manfaatnya hanya jelas pada
prostat yang sangat besar. Efektivitasnya masih
diperdebatkan karena baru menunjukkan perbaikan sedikit
dari keluhan pasien setelah 6-12 bulan pengobatan bila
dimakan terus menerus. Salah satu efek samping obat ini
adalah melemahkan libido, ginekomastria, dan dapat
menurunkan nilai PSA (masking effect).
(3) Fitoterapi
Pengobatan fitoterapi yang ada di Indonesia antara lain
exiprostat, substansinya misalnya pxgeum afficanum, saw
pal metto, serenoa repeus, dan lain-lain, efeknya diharapkan
terjadi setelah pemberian selama 1-2 bulan.
2) Pembedahan
a) TURP (Transurethral Incision of The Prostate) adalah prosedur
yang paling umum dan dapat dilakukan melalui endoskopi.
Instrumen bedah dan optikal dimasukkan langsung melalui
uretra ke dalam prostat yang kemudian dapat dilihat secara
langsung. Kelenjar diangkat dalam irisan kecil dengan loop
pemotong listrik. Prosedur ini tidak memerlukan insisi, dan
digunakan untuk kelenjar dalam ukuran yang beragam dan ideal.
Bagi pasien yang mempunyai kelenjar kecil dan yang
dipertimbangkan mempunyai risiko bedah yang buruk. TURP
masih merupakan standar emas, indikasi TURP ialah gejala-
gejala sedang sampai berat, volume prostat kurang dari 90 gram
dan pasien cukup sehat untuk menjalani operasi. Sedangkan

5
apabila keluhan sedang atau berat dengan volume prostat normal
atau kecil, atau ditemukan kontraktur leher vesika atau prostat
fibrotik dapat dilakukan TUIP (Transurethral Incision of The
Prostate). Adapun keuntungan dalam melakukan tindakan ini
adalah menghindari insisi abdomen, lebih aman bagi pasien
berisiko bedah, hospitalisasi dan periode pemulihan lebih
singkat, angka morbiditas lebih rendah, menimbulkan sedikit
nyeri. Kerugian melakukan tindakan adalah membutuhkan
dokter bedah yang ahli, obstruksi kambuhan, trauma urethral,
dan dapat terjadi struktur, perdarahan lama dapat terjadi,
hiponatremia, ataupun retensio urine, striktur uretra, ejakulasi
retrograde dan impotensi.
b) TUIP (Transurethral Incision of The Prostate) adalah prosedur
lain untuk menangani BPH (Benigna Prostat Hipertropi) dengan
cara memasukkan instrumen melalui uretra. Satu atau dua buah
insisi dibuat pada prostat dan kapsul prostat untuk mengurangi
tekanan prostat pada uretra dan mengurangi konstriksi uretral.
TUIP diindikasikan ketika kelenjar prostat berukuran kecil (30
gram atau kurang) dan akan efektif dalam mengobati banyak
kasus BPH. Prosedur ini dapat dilakukan di klinik rawat jaian
dan mempunyai angka komplikasi yang lebih rendah dibanding
prosedur bedah prostat lainnya. Komplikasi yang menyertai
biasanya ejakulasi retrograde.
c) Prostatektomi suprapubik adalah salah satu metode
pengangkatan kelenjar melalui insisi abdomen. Suatu insisi
abdomen dibuat ke dalam kandung kemih, dan kelenjar prostat
diangkat dari atas. Pendekatan demikian dapat dilakukan/
digunakan untuk kelenjar dengan segala ukuran, dan beberapa
komplikasi terjadi, meskipun kehilangan darah mungkin lebih
banyak dibanding dengan metode lainnya. Kerugian lainnya
adalah insisi abdomen akan disertai bahaya dari semua prosedur

6
bedah abdomen mayor, urin dapat bocor di sekitar tuba
suprapubis, pembedahan dilakukan melalui kandung kemih, dan
pemulihan mungkin lama dan tidak nyaman.
d) Prostatektomi perineal adalah mengangkat kelenjar melalui
suatu insisi dalam perineum. Pendekatan ini lebih praktis ketika
pendekatan lainnya tidak memungkinkan, dan sangat berguna
untuk biopsi terbuka. Memungkinkan drainase oleh bantuan
gravitasi terutama efektif untuk terapi kanker radikal. Angka
mortalitas rendah, insiden syock lebih rendah, ideal bagi pasien
dengan prostat yang besar, risiko bedah buruk, pasien sangat tua
dan ringkih. Dari sekian keuntungan seperti di atas dapat pula
timbul kerugian seperti, insiden impotensi dan inkontinensia
urin pasca operatif tinggi, kemungkinan kerusakan pada rektum
dan spinkter eksternal, bidang operatif terbatas, dan potensial
terhadap infeksi lebih besar.
e) Prostatektomi retropubik adalah teknik lain dan lebih umum
dibanding pendekatan suprapubik. Dimana dilakukan insisi
abdomen rendah mendekati kelenjar prostat, yaitu antara arkus
pubis dan kandung kembih tanpa memasuki kandung kemih.
Prosedur ini cocok untuk kelenjar besar yang terletak tinggi
dalam pubis. Meskipun darah yang hilang lebih dapat dikontrol
baik dan letak bedah lebih mudah untuk dilihat, infeksi dapat
cepat terjadi dalam ruang retropubis. Periode pemulihan lebih
singkat dan kerusakan spinkter kandung kemih lebih sedikit.
Namun, terkadang muncul pula insiden hemoragi akibat pleksus
venosa prostat meningkat & oesteitis pubis.

Dari sekian terapi pembedahan yang dapatdilakukan pada pasien yang


menderita BPH (Benigna Prostat Hipertropi) seperti uraian di atas,
waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya
gejala dan komplikasi. Indikasi absolut untuk terapi bedah, yaitu:

7
1) Retensio berulang
2) Hematuria
3) Tanda penurunan fungsi ginjal
4) lnfeksi saluran kemih berulang
5) Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel, hidroureter, dan
hidronefrosis
6) Ada batu saluran kemih.

2. Kosep Dasar Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
1) Identitas
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Status :
Suku/bangsa :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Alamat :
Penanggung
2) Keluhan
 Sering kencing
 Sering terbangun untuk kencing pada malam hari (nocturia)
 Perasaan ingin kencing yang sangat mendesak (urgensi)
 Nyeri pada saat kencing (disuria)
 Pancaran melemah
 Rasa tidak puas setelah kencing
 Kalau mau kencing hams menunggu lama (hesitancy)
 Sering mengedan saat kencing (straining)
 Kencing terputus-putus (intermitency)

8
 Waktu kencing memanjang yang akhirnya akan menjadi retensi
urine dan inkontinensia karena over flow.
3) a) Pre Operasi
 Data subyektif
- Pasien mengatakan panas saat kencing
- Pasien mengatakan sering kencing di malam hari
- Pasien saat kencing sedikit mengedan
- Pasien mengatakan kencingnya terputus-putus
- Pasien mengatakan nyeri saat berkemih
- Pasien mengatakan cemas dengan penyakitnya dan
prosedur pembedahan
- Pasien mengeluh lemas
- Pasien mengatakan sering terbangun dimalam hari untuk
kencing.
 Data obyektif
- Pasien tampak meringis
- Pasien tampak gelisah dan sering bertanya-tanya tentang
penyakitnya
- Wajah pasien tampak tegang
- Konjungtiva pucat
- Pasien tampak lemah
b) Post Operasi
 Data obyektif
- Pasien merasa cemas dengan keadaannya.
- Pasien mengeluh kencing tidak terasa
- Pasien mengatakan ragu untuk berkemih

 Data obyektif
- Pasien terpasang tree way kateter
- Terdapat luka post operasi
- Terdapat pendarahan post operasi

9
- Terdapat cairan draine berwarna merah, dan tertampung
dalam urine bag.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Pre Operasi
a) Retensi urine berhubungan dengan pembesaran prostat
b) Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih
c) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan/
mengingat informasi.
f) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder terhadap nokturia.
2) Post operasi
a) Perubahan pola eliminasi urine berhubuDgan dengan pasca
pemasangan kateter.
b) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kesulitan mengontrol perdarahan.
c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif, irigasi kandung kemih, dan kateter.
d) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur bedah, dan tekanan
dari balon kandung kemih (traksi).
e) Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
ancaman konsep diri atau pcrubahan status kesehatan
c. Perencanaan
1) Pre Operasi
a) Retensi urine berhubungan dengan pembesaran prostat
Tujuan: Berkemih dalam jumlah yang cukup.
Kriteria hasil: Berkemih dengan lancar, tidak teraba distensi
kandung kemih.
lntervensi

10
(1) Dorong masukan cairan sampai 3000 ml sehari, dalam
toleransi jantung bila diindikasikan.
Rasional : Peningkatan aliran cairan mempertahankan
perfusi ginjal dan membersihkan ginjal dan
kandung kemih dari pertumbuhan bakteri.
(2) Observasi aliran urine, perhatikan ukuran dan kekuatan
Rasional : Berguna untuk mengevaluasi obstruksi dan
pilihan intervensi.
(3) Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila tiba-
tiba dirasakan.
Rasional : Meminimalkan retensi urine, distensi
berlebihan pada kandung kemih.
(4) Awasi dan catat waktu dan jumlah tiap berkemih.
Rasional : Retensi urine meningkatkan tekanan dalam
saluran perkemihan atas yang dapat
mempengaruhi fungsi ginjal.
(5) Awasi tanda vital dengan ketat
Rasional : Kehilangan fungsi ginjal mengakibatkan
penurunan eleminasi cairan dan akumulasi sisa
toksik dapat berlanjut ke penurunan ginjal total
b) Nyeri akut berhubungan dengan distersi kandung kemih
Tujuan : Nyeri berkurang/hilang
Kriteria hasil : Ungkapan nyeri berkurang/terkontrol, tampak
rileks, mampu untuk tidur atau istirahat dengan
tepat.
lntervensi:
(1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas (skala 0-10),
lamanya.
Rasional : Memberikan informasi untuk membantu dalam
menentukan pilihan atau keefektifan
intervensi.

11
(2) Pertahankan tirah baring bila diindikasikan
Rasional : Tirah baring mungin diperlukan pada awal
selama fase retensi akut. Namun ambulasi dini
dapat memperbaiki pola berkemih normal dan
menghilangkan nyeri kolik.
(3) Berikan tindakan kenyamanan, contoh: pijatan punggung,
membantu pasien melakukan posisi yang nyaman
mendorong penggunaan relaksasil latihan nafas dalam =
aktivitas terapeutik.
Rasional : Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan kaping.
(4) Masukkan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase
Rasional : Meningkatkan relaksasi otot.
(5) Kolaborasi dengan tim medis lainnya dalam pemberian
analgetik
Rasional : Diberikan untuk menghilangkan nyeri berat,
memberikan relaksasi mental dan fisiko
c) Risiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ketidakseimbangan elektrolit (disfungsi ginjal).
Tujuan : Volume cairan adekuat.
Kriteria hasil: Hidrasi adekuat, tanda-tanda vital stabil, nadi
perifer teraba, pengisian kapiler baik, membran
mukosa lembab.
Intervensi:
(1) Awasi keluaran dengan hati-hati tiap jam bila diindikasikan.
Perhatikan keluaran 100-200 ml/jam.
Rasional : Diuresis cepat dapat menyebabkan kekurangan
volume total cairan, karena ketidakcukupan
jumlah natrium diabsorpsi dalam tubulus
ginjal.

12
(2) Dorong peningkatan pemasukan oral berdasarkan
kebutuhan individu.
Rasional : Pasien dibatasi pemasukan oral dalam upaya
mengontrol gejala urinaria, hemostatik
pengurangan cadangan dan peningkatan risiko
dehidrasi/hipovolemia.
(3) Awasi TD, Nadi dengan sering. Evaluasi pengisian kapiler
dan membran mukosa oral.
Rasional : Memampukan deteksi dini/intervensi
hipovolemik sistemik.
(4) Tingkatkan tirah baring dengan kepala tinggi
Rasional : Menurunkan kerja jantung, memudahkan
homeostasis sirkulasi.
(5) Kolaborasi dalam pemberian cairan IV (garam faal
hipertonik) sesuai kebutuhan dan pemeriksaan laboratorium
(elektrolit; natrium).
Rasional : Menggantikan kehilangan cairan dan natrium
untuk mencegah atau memperbaiki
hipovolemia dan apabila pengumpulan cairan
dari area ekstraselular natrium dapat mengikuti
perpindahan, menyebabkan hiponatremia.
d) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
Tujuan : Cemas pasien berkurang.
Kriteria hasil: Tampak rileks, menyatakan tidak khawatir, tidak
emosi, pasien dapat menyebutkan hal-hal yang
menyebabkan dirinya cemas, pasien tidak
bertanya-tanya lagi.
lntervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional : Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
membantu. Membantu dalam diskusi subjek

13
sensitif.
(2) Berikan informasi tentang prosedur dan tes khusus, dan apa
yang terjadi. Contoh kateter, urine berdarah, iritasi kandung
kemih, ketahui seberapa banyak informasi yang diinginkan
pasien.
Rasional : Membantu pasien memahami tujuan dari apa
yang dilakukan, dan mengurangi masalah
karena ketidaktahuan termasuk ketakutan akan
kanker. Namun kelebihan informasi tidak
membantu dan dapat meningkatkan ansietas.
(3) Pertahankan prilaku nyata dalam melakukan prosedur/
menerima pasien, lindungi privasi pasien.
Rasional : Menyatakan penerimaan dan menghilangkan
rasa malu pasien.
(4) Motivasi pasien/orang terdekat untuk menyatakan
masalah/perasaan
Rasional : Mendefinisikan masalah, memberikan
kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
memperjelas kesalahan konsep, dan solusi
pemecahan masalah.
(5) Beri penguatan informasi pasien yang telah diherikan
sebelumnya.
Rasional : Memungkinkan pasien untuk menerima
kenyataan dan menguatkan kepercayaan pada
pemberian perawatan dan pemberian
informasi.

e) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang


terpajan/mengingat informasi
Tujuan : Pengetahuan pasien bertambah.
Kriteria hasil: Menyatakan pemahaman proses penyakit/

14
prognosis mengidentifikasi hubungan/ tanda
gejala proses penyakit melakukan perubahan
pola hidup/perilaku yang perlu berpartisipasi
dalam program pengobatan.
Intervensi:
(1) Kaji ulang proses penyakit, pengalaman pasien
Rasional : Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien
dapat membuat pilihan informasi terapi.
(2) Dorong menyatakan rasa takut/perasaan dan perhatian.
Rasional : Membantu pasien mengalami perasaan dapat
merupakan rehabilitasi vital.
(3) Anjurkan menghindari makanan berbumbu, kopi, alkohol,
mengemudikan mobil lama, pemasukan cairan cepat.
Rasional : Dapat menyebabkan iritasi prostat dengan
masalah kongesti. Peningkatan tiba-tiba pada
aliran urine dapat menyebabkan distersi
kandung kemih dan kehilangan tonus kandung
kemih, mengakibatkan retensi urinaria akut.
(4) Berikan informasi tentang anatomi dasar seksual, dorong
pertanyaan dan tingkatkan dialog tentang masalah
Rasional : Memiliki informasi tentang anatomi
membantu pasien memahami implikasi
tindakan lanjut, sesuai dengan efek
penampilan seksual.
(5) Beri penguatan pentingnya evaluasi medik untuk sedikitnya
6 bulan - 1 tahun termasuk pemeriksaan rektal urinalisa.
Rasional : Hipertrofi berulang dan atau infeksi
disebabkan oleh organisme yang sama atau
berbeda. Tidak umun dan akan memerlukan
perubahan terapi untuk mencegah komplikasi
serius.

15
f) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder terhadap nokturia.
Tujuan : Istirahat tidur pasien terpenuhi.
Kriteria hasil: Melaporkan perbaikan dalarn pernenuhan
istirahat/tidur. Mengungkapkan peningkatan
rasa sejahtera dan segar.
lntervensi:
(1) Tentukan kebiasaan tidur dan perubahan yang terjadi.
Rasional : Mengkaji perlunya dan mengidentifikasi
intervensi yang tepat.
(2) Berikan tempat tidur yang nyaman dan beberapa milik
pribadi, misal: bantal, guling.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan tidur serta
dukungan fisiologis/ psikologis.
(3) Motivasi posisi nyaman, bantu dalam mengubah posisi.
Rasional : Perubahan posisi mengubah area tekanan dan
meningkatkari istirahat tidur.
(4) Tingkatkan regimen kenyamanan pada waktu tidur, misal:
mandi hangat dan massage, segelas susu hangat pada waktu
tidur.
Rasional : Meningkatkan efek relaksasi, pemberian susu
dapat meningkatkan sintesis serotonin,
neurotransmiter yang membantu pasien
tertidur dan tidur lebih lama.
(5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemasangan kateter.
Rasional : Meningkatkan kenyamanan pasien karena
tidak perlu lagi.
2) Post Operasi
a) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan reseksi
pembedahan dan irigasi kandung kemih.
Tujuan: Pola eliminasi kembali normal

16
Kriteria hasil : Berkemih dengan jumlah normal tanpa retensi,
berkemih dengan jumlah normal dan pola
biasanya, tidak mengalami obstruksi
Intervensi
(1) Kaji uretra atau kateter supra pubis terhadap kepatenan.
Rasional : Mempertahankan kepatenan kateter pada
tempatnya.
(2) Kaji warna, karakter, dan aliran urine serta adanya bekuan
melalui kateter tiap 2 jam.
Rasional : Mengindikasikan adanya sumbatan oleh
karena perdarahan pembentukan bekuan, dan
pembenaman kateter pada distensi kandung
kemih.
(3) Catat jumlah irigasi dan haluaran urine, kurangi irigan
dengan haluaran, laporkan retensi dan haluaran urine < 30
ml/jam.
Rasional : Mempertahankan hidrasi adekuat dan perfusi
ginjal untuk aliran urin, penjadwalan masukan
cairan menurunkan berkemih atau gangguan
tidur selama malam hari.
(4) Pertahankan irigasi kandung kemih kontinu sesuai pesanan.
Rasional : Menghindari terjadinya obstruksi, mencuci
kandung kemih dari bekuan darah atau debris
sehingga mempertahankan patensi kateter atau
aliran urin.
(5) Gunakan salin normal steril untuk irigasi sesuai pesanan,
pertahankan teknik steril dan atur aliran, lakukan 40 sampai
60 tetes/mnt.
Rasional : Irigasi dengan salin normal (isotonik) akan
meminimalkan kehilangan untuk
mempertahankan urin jernih.

17
(6) Setelah kateter dilepas ukur urine setiap berkemih, observasi
kekuatan aliran.
Rasional : Berkemih dapat berlanjut menjadi masalah
untuk beberapa waktu karena edema uretra dan
kehilangan tonus.
b) Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan
dengan kesulitan mengontrol perdarahan.
Tujuan : Volume cairan adekuat dan tidak ada perdarahan aktif.
Kriteria hasil: Hidrasi adekuat, tanda-tanda vital stabil, nadi
perifer teraba, pengisian kapiler baik, membran
mukosa lembab.
lntervensi:
(1) Awasi TD Nadi dengan sering. Evaluasi pengisian kapiler
dan membran mukosa oral.
Rasional : Memampukan deteksi dini/intervensi
hipovolemik sistemik.
(2) Awasi pemasukan dan pengeluaran cairan.
Rasional: Indikator keseimbangan cairan dan kebutuhan
penggantian.
(3) Motivasi pemasukan cairan 3000 ml/hari kecuali
kontraindikasi.
Rasional: Membilas ginja1/kandung kemih dari bakteri
dan debris tetapi dapat mengakibatkan
intoksikasi cairan/ kelebihan cairan bila tidak
diawasi dengan ketat.
(4) Evaluasi warna konsistensi urine (merah terang, keruh gelap,
atau dengan bekuan gelap)
Rasional : Mengindikasikan perdarahan arterial dan perlu
terapi cepat, perdarahan dari vena, atau
menunjukkan diskrasia darah (masalah
pembekuan sistemik).

18
(5) Kendorkan traksi 4-5 jam. Catat periode pemasangan dan
pengendoran traksi, bila digunakan.
Rasional : Traksi lama dapat menyebabkan trauma/
masalah permanen dalam mengontrol urine.
(6) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi, contoh: HB, HT, jumlah sel
darah merah.
Rasional : Untuk evaluasi kehilangan darah/kebutuhan
penggantin.
c) Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur
invasif irigasi kandung kemih, dan kateter
Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil: Mencapai waktu penyembuhan, tidak
mengalami tanda infeksi.
Intervensi:
(1) Awasi tanda-tanda vital, terutama suhu, nadi dan respirasi
Rasional : Pasien yang menjalani TURP berisiko untuk
syock bedah/septik sehubungan dengan
manipulasil instrumentasi.
(2) Pertahankan sistem kateter steril (perawatan kateter regular
dengan sabun dan air)
Rasional : Mencegah pemasukan bakteri dan infeksi/
sepsis lanjut.
(3) Ambulasi dengan kantung drainase dependen
Rasional : Menghindari refleks balik urine, yang dapat
memasukkan bakteri ke dalam kandung kemih.

(4) Observasi drainase dari luka, sekitar kateter suprapubik.


Rasional : Adanya drain, insisi suprapubik meningkatkan
risiko untuk memberikan media untuk
pertumbuhan bakteri, peningkatan risiko

19
infeksi luka.
(5) Ganti balutan dengan sering, pembersihan dan pengeringan
kulit sepanjang waktu.
Rasional : Balutan basah menyebabkan kulit iritasi dan
memberikan media untuk pertumbuhan
bakteri, peningkatan risiko infeksi luka.
d) Nyeri akut berhubungan dengan prosedur bedah dan tekanan
dari balon kandung kemih (traksi)
Tujuan : Nyeri berkurang / hilang.
Ktiteria hasil : Melaporkan nyeri hilang/terkontrol,
menunjukkan penggunaan ketrampilan relaksasi
dan aktivitas terapeutik sesuai indikasi untuk
situasi individu, tampak rileks, tidur/istirahat
dengan tepat.
Intervensi:
(1) Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas berdasarkan
PQRST.
Rasional : Nyeri tajam, intermitten dengan dorongan
berkemih/pasase urine di sekitar kateter
menunjukkan spasme kandung kemih yang
cenderung lebih berat pada pendekatan
suprabuik atau TUR (biasanya menurun
setelah 48 jam).
(2) Pertahankan patensi kateter; dan sistem drainase.
Pertahankan selang behas dari lekukan dan bekuan.
Rasional : Mempertahankan fungsi kateter dan drainase
sistem, menurunkan risiko distensi/kandung
kemih.
(3) Berikan pasien informasi yang akurat te'ntang kateter,
drainase, dan spasme kandung kemih.
Rasional : Menghilangkan ansietas dan meningkatkan

20
kerja sama dengau-prosedur tertentu.
(4) Berikan tindakan kenyamanan (sentuhan terapeutik,
pengubahan posisi, pijatan punggung) dan aktivitas
terapeutik. Dorong penggunaan teknik relaksasi (nafas
dalam, visualisasi, pedoman imajinasi).
Rasional : Menurunkan tegangan otot, memfokuskan
kembali perhatian, dan dapat meningkatkan
kemampuan koping.
(5) Kolaborasi dalam pemberian antispasmodik
Rasional : Merilekskan otot polos, untuk memberikan
penurunan spasme dan nyeri.
e) Risiko tinggi terhadap disfungsi seksual berhubungan dengan
ancaman konsep dirilperubahan status kesehatan
Tujuan : Gangguan disfungsi seksual tidak terjadi.
Kriteria hasil : Tampak Tileks. dan melaporkan ansietas
menurun sampai tingkat dapat diatasi,
menyatakan pemahaman situasi individual,
menunjukkan ketrampilan pemecahan mrisalah.
lntervensi:
(1) Bina hubungan saling percaya
Rasional : Menunjukkan perhatian dan keinginan untuk
membantu, membantu dalam diskusi tentang
subjek sensitif.
(2) Berikan informasi akurat tentang harapan kembalinya
fungsi seksual.
Rasional : Impotensl fisiologis terjadi bila saraf perineal
dipotong selama prosedur radikal, pada
pendekatan lain, aktivitas seksual dapat
dilakukan biasa dalam 6-8 minggu.
(3) Diskusikan dasar anatomi, jujur dalam menjawab
pertanyaan pasien

21
Rasional : Saraf pleksus mengontrol aliran secara
posterior ke prostat melalui kapsul pada
prosedur yang tidak melibatkan kapsul prostat,
impoten dan strelisitas biasanya tidak menjadi
konsekuensi. Prosedur bedah mungkin tidak
memberikan pengobatan permanen, dan
hipertrofi dapat berulang.
(4) Instruksikan latihan perineal dan interupsi/kontinu aliran
urine.
Rasional : Meningkatkan peningkatan kontrol otot
kontinensia urinaria dan fungsi seksual.
(5) Kolaborasi dengan tim medis (penasehat seksual) sesuai
indikasi.
Rasional : Masalah menetap/tidak teratasi memerlukan
intervensi profesional.

d. Pelaksanaan
lntervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku
spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus
dilakukan oieh perawat. Tindakan/intervensi keperawatan dipilih
untuk membantu pasien dalam mencapai hasil pasien yang.
diharapkan dan tujuan pemulangan. Harapannya adalah bahwa
perilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan
masalah yang diidentifikasi dan tujuan yang telah dipilih. lntervensi
mempunyai maksud mengindividualkan perawatan dengan memenuhi
kebutuhan spesifik pasieri.
e. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses keperawatan.
Dimana dalam evaluasi, perawat dapat melakukan penilaian terhadap
keefektifan tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien.

22
Adapun evaluasi yang di dapat dari pelaksanaan di atas,
adalah:
1) Evaluasi tindakan keperawatan Pre Operatif
a) Retensi urine tidak terjadi
b) Nyeri berkuraIig/hilang
c) Kebutuhan cairan seimbang
d) Ansietas pasien berkurang atau hilang
e) Pengetahuan pasien bertambah.
f) Istirahat tidur pasien terpenuhi
2) Evaluasi tindakan keperawatan Intra Operasi
a) Hipotermi tidak terjadi
b) Perdarahan terkontrol
c) Hiponatremia tidak terjadi
d) Pola nafas pasien efektif
e) Kebutuhan cairan seimbang .
3) Evaluasi tindakan keperawatan Post Operasi
a) Pola eliminasi normal
b) Kebutuhan cairan seimbang
c) Infeksi tidak terjadi
d) Nyeri berkurang atau hilang
e) Disfungsi seksual tidak terjadi

23
B. TINJAUAN KASUS
1. Pengkajian
Pengkajian dibagi menjadi tiga ruangan diantaranya di ruang
persiapan jam 09.00 - 09.30 Wita, di ruang tindakan jam 09.30 Wita dan
di ruang pemulihan (Recovery Room) jam 10.00-10.10 Wita pada tanggal
30 Juni 2008 di Instalasi Bedah Sentral (IBS) BPRSUD Wangaya dengan
teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan dokumentasi pasien.
a. Pengkajian di ruang persiapan pukul 09.00 - 09.30 Wita
1) Identitas Pasien Penanggung
(Pasien)
Nama NR NR
Umur 66 tahun 66 tahu
Jenis Kelamin Laki –laki laki-laki
Status Kawin Kawin
Suku/Bangsa Bali/Indonesia Bali/Indonesia
Agama Hindu Hindu
Pendidikan S1 S1
Pekerjaan PNS PNS
Alamat Jl. Tk. Balian Jl. Tk. Balian
No. 10 No. 10
2) Alasan dirawat
a) Keluhan utama pasien
(1)Keluhan saat masuk rumah sakit tanggal 30 Juni 2008 pasien
mengatakan saat mengakhiri kencing terasa panas, dan
keluarnya air kencing menetes.
(2)Keluhan saat pengkajian pasien mengatakan takut dan cemas
dengan proses operasi yang akan dilakukan.
b) Riwayat penyakit
Pasien mengatakan mengalami gangguan kencing  2 bulan.
Dalam kurun waktu, 2 bulan pasien memeriksakan diri ke dokter
praktek swasta. Berbagai dokter praktek swasta pernah

24
dikunjungi oleh pasien, tetapi keluhan yang dialami oleh pasien
masih saja sama dan tidak ada perubahan. Pasien mengatakan
hanya dianjurkan untuk banyak minum air putih ( 3000
liter/hari) dan dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan USG
abdomen karena dicurigai mengalami gangguan pada
prostatnya. Pada tanggal 29 Mei 2008 pasien melakukan
pemeriksaan laboratorium yakni USG abdomen disalah satu lab
swasta di Denpasar.
Dari hasil pemeriksaan USG abdomen tersebut pasien
didiagnosis menderita BPH (Benigna Prostat Hipertropi) grade
2. Pasien sempat mengkonsulkan hasil pemeriksaannya tersebut
ke praktek dokter swasta spesialis urologi dan disarankan untuk
dilakukan tindakan operasi.
Tetapi sebelumnya pasien diharuskan untuk melakukan
pemeriksaan lab. lainnya seperti; kultur urine, darah lengkap,
elektrolit, fungsi jantung atau EKG. Pasien kembali
memeriksakan dirinya ke ruang (poliklinik) BRSUD Wangaya
pada tanggal 06 Juni 2008 sampai dengan 15 Juni 2008 Pasien
kembali disarankan untuk segera dilakukan tindahm operasi.
Pasien menyetujuinya tetapi masih merundingkan dengan pihak
keluarga. Pasien mengatakan memiliki riwayat hipertensi
dimana tekanan darah pasien pernah sampai 200 mmHg
(sistole). Pasien sebelumnya juga pernah menjalani rawat inap di
BRSUD Wanganya oleh karena anemia, dimana pasien dirawat
selama 5 hari. Setelah pulang dari rumah sakit pasien dapat
melakukan aktivitas seperti biasa meskipun tidak optimal.
Pasien mengatakan sejak saat itu sering mengontrol
kesehatannya baik ke dokter praktek swasta ataupun poliklinik.
Oleh karena dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan bahwa
pasien menderita BPH (Benigna Prostat Hipertropi) grade 2 dan
disarankan untuk menjalani rawat inap untuk dilakukan tindakan

25
operasi, pada tanggal 29 Juni 2008 2000 pasien bersedia
menjalaninya dan masuk melalui Unit Gawat Darurat (UGD)
BRSUD Wangaya kemudian pasien menjalani rawat inap di
ruang Flaminggo. Untuk persiapan operasi. Adapun persiapan
sebelum menjalani operasi pasien dipasang IVFD RL 20 us/mnt,
mendapatkan antiprofilaksis berupa sulferazon 3 x 1 gram,
ulceranin 3 x 1 ampul. Pada tanggal 30 Juni 2007 pukul 09.00
Wita pasien memasuki ruang operasi TUR-P (Transurethral
Resection of Prostate) di Instalasi Bedah Sentral (IBS) BRSUD
Wangaya.
c) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit seperti pasien sekarang, dan didalam
keluarga juga ada yang menderita penyakit hipertensi yaitu:
ibunya, istrinya, dan pasien itu sendiri.
d) Riwayat Penyakit Menular
Pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit menular seperti TBG & Hepatitis.
e) Diagnosa Medis
BPH Grade II Pro TURP
f) Therapy tanggal 30 Juni 2007
 IVFD RL 20 tts/mnt.
 Sulferazon 3 x 1 gram
 Ulceranin 3 x 1 ampul
3) Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a) Biologis
(1)Bernafas
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tidak
mengalami gangguan dalam menarik maupun
menghembuskan nafas.
(2)Makan dan minum

26
Makan: Sebelum sakit pasien mengatakan makan 3 kali
dalam sehari dengan konsistensi lembek, 1 porsi
dengan nasi lauk, sayuran, dan kadang-kadang buah.
Pasien juga mengatakan suka makan hati sapi dan
saat pengkajian pasien puasa.
Minum: Sebelum sakit pasien mengatakan minum  3000
cc/hari. Saat pengkajian pasien puasa, pasien puasa
10 jam dari jam 24.00 wita sampai 10.00 wita.
(3)Eliminasi
BAB: Pasien mengatakan sebelum sakit BAB 2 kali sehari
dengan konsistensi lembek warna coklat dan bau
khas feces, saat pengkajian pasien belum BAB.
BAK: Sebelum sakit pasien mengatakan bAK  4-5 kali
sehari setiap kali BAK  200 cc. Saat sakit pasien
mengatakan BAK  10 kaki/hari setiap kali BAK 
50 cc dengan warna kuning, jernih; bau khas urine.
(4)Gerak dan Aktivitas
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa melakukan
pekerjaannya sehari-hari. Saat pengkajian pasien mengatakan
masih dibantu sebagian baik oleh perawat atau keluarga.
(5)Istirahat tidur
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa tidur pukul 20.00-
05.00 wita. Siang hari pasien mengatakan tidur  1 jam. Saat
pengkajian pasien mengatakan istirahat tidurnya terganggu
pada malam hari karena sering kencing di malam hari tetapi
tersendat-sendat. Pasien merasa lemas pada sekujur
tubuhnya. Pasien tampak lemah.
(6)Kebersihan diri
Sebelum sakit pasien mengatakan biasa mandi 2 kali sehari,
gosok gigi 2x sehari keramas 3x seminggu. Saat pengkajian
pasien mengatakan sudah mandi dibantu oleh keluarga.

27
(7)Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit dan saat pengkajian pasien mengatakan tindak
mengalami peningkatan suhu tubuh (36-37°C).
b) Data Psikologis
(1)Rasa nyaman (nyeri)
Pasien mengatakan nyeri pada perutnya bagian bawah. Pasien
tampak meringis kesakitan, nyeri dirasakan pada saat
berkemih. Skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang diberikan.
Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk.
(2)Rasa aman (cemas)
Pasien mengatakan takut menjalani operasi, pasien
mengatakan sangat cemas, wajah pasien tampak tegang dan
pasien tampak bertanya-tanya tentang tindakan atau prosedur
yang akan dilakukan.
c) Data Sosial
Pasien sangat kooperatif, hubungan antara pasien dengan
keluarga dokter, perawat, dan pasien lainnya baik. Pasien
tampak ditunggu oleh keluarganya.
d) Pengetahuan
Pasien mengatakan tahu tentang penyakitnya karena sudah
diberikan penjelasan oleh dokter dan perawat. Pasien
mengatakan bahwa ia mengalami gangguan di prostatnya.
e) Spiritual
Pasien beragama Hindu. Pasien mengatakan biasa sembahyang
setiap hari raya/rerahinan seperti Purnama, Tilem, dan terahinan
lainnya. Saat pengkajian pasien mengatakan hanya berdoa di
tempat tidur.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan fisik
Kesadaran : CM (Compos 1-1entis) E4 V5 M6
Bangun tubuh : Sedang

28
Postur tubuh : tegak
Keadaan kulit : tidak ada edema, tidak ada stanosis, turgor
kulit elastis.
b) Gejala kardinal
S : 36,5°C R : 20x/mnt
N : 80x/mnt TD : 130/90 mmHg
c) Ukuran-ukuran lain
TB : 160 cm
BB sebelum sakit : 60 kg
BB saat pengkajian: 58 kg
d) Keadaan fisik
(1) Kepala
Bentuk simetris, penyebaran rambut merata, warna rambut
hitam, nyeri tekan tidak ada, luka tidak ada, benjolan tidak.
(2) Mata
Bentuk simetris, penyebaran bulu mata merata, sklera putih,
konjunctivapucat, pupil isokor, pergerakan bola mata baik,
nyeri tekan tidak ada, luka tidak ada.
(3) Hidung
Mukosa hidung merah muda, bentuk simetris, tidak ada,
sekret persebaran bulu hidung merata, penciuman baik,nyeri
tekan tidak ada.
(4) Telinga
Bentuk simetris, luka tidak ada, serumen tidak ada, nyeri
tekan tidak ada.
(5) Mulut
Mukosa bibir lembab, caries tidak ada, pembesaran tonsil
tidak ada, penyebaran gigi merata, nyeri tekan tidak ada, luka
tidak ada

(6) Leher

29
Tidak ada pembesaran vena jugularis, nyeri tekan tidak ada,
luka tidak ada, lesi tidak ada.
(7) Abdomen
Lesi tidak ada, terdapat distensi abdomen, asites tidak ada,
nyeri tekan di area perut bagian bawah, bising usus 9-12
x/mnt.
(8) Thorax
Retraksi otot dada tidak ada, pergerakan simtris, wheezing
-/-, Rhonchi -/-,S IS2 tunggal reguler.
(9) Ekstremitas
Atas : Fleksi dan ekstensi, terkordinir dengan baik,
edema tidak ada, nyeri tekan tidak, ada, luka
tidak ada, terpasang IVfb. RL 29 Us/mnt di
tangan kiri.
Bawah : Fleksi dan ekstensi terkordinir dengan baik,
edema tidak ada, nyeri tekan, tidak ada, lesi
tidak ada.

Kekuatan otot : 555 555


444 444

(10) Genetalia
Pasien tidak menggunakan kateter.
(11) Anus
Tidak dapat dio bservasi.
5) Pemeriksaan Penunjang
a) Hasil USG Urologi tanggal 29 Mei 2008
Diagnosa : BPH CRD
Kesan : Vesika urinaria terisi urin, tidak tampak batu,
penonjolan prostat IPP 7,7 - 9 mm.
Kesimpulan : Tidak tampak nefrolitiasis atau hidronefrosis
tidak tampak benda insufisien ginjal. Hipertropi
prostat grade 2.

30
b) Hasil pemeriksaan kultur urine tanggal 06 Juni 2008
Pemeriksaan kultur urine (-) negatif.
c) Hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 15 Juni
2008
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
WBC 7,31 4,00 - 11,00
RBC 3,28 M: 45-65; F: 30-60
HGB 10,9 M: 13,5-18,0; F:11,5-
HCT 32,6 16,5
MCV 99,4 M: 40-45; F: 35-47
MCH 33,2 M: 80-94; F: 79-97
MCHC 33,4 27 - 31
RDW-SD 62,9 32 - 36
RDW-CV 18,S 35- 47
PLT 237 10-16
PPW 8,S 150 - 450
MPV 5,2 8 - 18
P-LCR 13,0 6 – 10
PCT 0,19 15 - 25
13
E0 0,08 10 /uL 0,2 - 0,5
Baso 0,01 1013/uL 0,00 - 0,20
13
Neut 1,92 10 /uL 0,00 - 0,10
Lymph 2,47 1013/uL 2,20 - 6,80
Mono 2,83 1013/uL 1,00 - 3,60
Eo% 1-1 % 0,10 - 0,90
Baso% 0-1% 1-2
Neut% 26,3 % 0-1
Lymph% 33,8% 54 - 62
Mono% 38,7% 25 - 33
BT 1 - 00 menit 37
CT 7 – 30 menit 1 - 6 menit
10 - 15 menit

d) Hasil pemeriksaan thorax foto 15 Juni 2008

31
Kesan: Sinus dan diafragma baik, tidak tampak kardiomegali,
dan tidak tampak proses spesifik.
e) Hasil pemeriksaan elektrolit 15 Juni 2008

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Na+ 141 135 - 155 mmol/L
K+ 3,6 - 5,5 mmol/L
Cl- 11 - 2 95 - 108 mmol/L
Ca 8-1-10,4 mg/dL
Mg 19 - 2,5 mg/dL

f) Hasil pemeriksaan kimia klinik 15 Juni 2008

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Gula darah puasa 7,0-105 mg/dl


G1ukosa Gula darah 2 jam PP 70-120 mg/dl
Gula darah sewaktu 134 70-110 mf/dl

SGOT/AST 35 L<40; P<33 u/L


LFT
SGPT/ALT 29 L<41; P<32 u/L
Ureum 30 10-50 mg/dL
RFT
Kreatinin 15 0,6-1,1 mg/dL

g) Hasil pemeriksaan EKG tang gal 15 Juni 2008


Kesan : normal
b. Pengkajian di ruang tindakan pukul 09.30 - 10.00 Wita
Pasien masuk ke ruang OK 3 pukul 09.30 wita. Pasien
mengeluh kedinginan. Pasien tampak menggigi1, suhu lingkungan
22°C. Kemudian dilakukan anastesi dengan teknik BSA (Block Spinal
Anastesi) atau Regional Anastesi (RA) dengan Marcain Spinal 0,5% 5
ml. Pasien kemudian ditidurkan dengan posisi litotomi dimna area
operasi didesinfektan dengan betadine, area operasi kemudian di fokus
dengan menutup area operasl sekelilingnya dengan duksteril.

32
Kemudian dilakukan TUR-P (Transurethral Resection of Prostate)
dimana dilakukan endoskopi instrumen bedah dan optikal yang
dimasukkan secara langsung melalui uretra ke dalam prostat dimana
dapat dilihat secara langsung kelenjar prostat dapat diangkat dalam
irisan kecil dengan loop pemotong listrik. Dimana tekanan darah
pasien 130/80 mmHg, N = 10Ux/mnt, R : 20x/rnnt, S:35,2°C. Cairan
masuk dari pukul 09.30 -10.00 wita 700 cc, cairan keluar dari pukul
09.30 - 10.00 wita 100cc, perdarahan  5 cc. Tampak pasien terpasang
irigator aqua steril  7000 cc
c. Pengkajian di ruang pemulihan pukul 10.00 - 10.10 wita
Setelah selesai operasi pasien diobservasi  10 menit. Dalam
10 menit pasien mengalami muntah  2 cc, drain  900 cc. Sebelum
pindah ke ruang ICU (Intensif Care Unit), pasien belum merasakan
nyeri. Pasien dipindahkan pukul 10.10 wita. Pasien terpasang three
way kateter.
Data Tambahan:
Pasien masuk ke ruang OK 3 pukul 09.30-10.00 wita, saat
masuk ruang tindakan. pasien mengeluh ingin BAK dan pasien BAK
 100 cc, kemudian dilakukan anastesi dengan teknik Regional
Anastesi (BSA) dengan Marcain Spinal 0,5 ml di daerah lumbal 4 -
lumbal 5. Pasien terpasang infus RL (Ringer laktat) dengan jumlah
cairan  300 cc sisa dari ruang persiapan sesampai di ruang tindakan
(operasi) sisa infus RL  300 cc tersebut diberikan dengan tetesan
grujug dan setelah itu diganti dengan expafusin 500 cc, dengan tetesan
20 tts/menit. Pasien kemudian ditidurkan dengan posisi lototomi
dimana area operasi didesinfektan dengan Betadine. Area operasi
kemudian difokuskan dengan menutup area operasi sekelilingnya
dengan duk steril. Kemudian dilakukan TUR-P (Transurethral
Resection of Prostate) dimana dilakukan endoskopi instrumen bedah
dan optikal yang dimasukkan seeara langsung melalui urethra ke

33
dalam prostat, dimana dapat dilihat secara langsung kelenjar prostat
dapat diangkat dalam irisan kecil dengan loop pemotong listrik.
Perdarahan 5 cc untuk mencegah terjadinya sumbatan selama proses
pembedahan, pasien terpasang irigator. Cairan irigator yang digunakan
adalah air steril sebanyak  7000 cc. Kemudian setelah itu pasien
diberikan furosemid 2 cc. Kemudian setelah itu pasien dipasang three
way kateter dimana pasien dilakukan irigasi dengan menggunakan
NaCI 1000 cc. Operasi berakhir, pasien dirapikan dengan kateter three
way ditraksi di paha sebelah kiri. Selama di ruang tindakan tersebut
infus expafusin sisa + 100 cc diganti dengan infus IVFD RL 500 cc
dengan tetesan 20 tts/mnt di ruang pemulihan. Selain itu pasien
terpasang drip petidin 100 mg dan ketorolac 2 ampul (60 mg) dalam
IVFD Ecosol dengan tetesan 40 tts/mnt (tetesan mikro). Cairan keluar
berupa drain yang tertampung dalam urine bag  900 cc dengan warna
kemerahan. Pasien keluar dari ruang operasi sempat muntah  2 cc, di
ruang pemulihan. Kemudian pasien dirawat di ruang lCU untuk
mendapatkan perawatan yang lebih lanjutnya.

34
d. Analisa Data
Analisa Data Keperawatan pada Pasien NR
Dengan Pro TUR-P oleh karena BPH Grade II di Ruang
IBS (Instalasi Bedah Sentra) BRSU Tabanan
Tanggal 3 Juni 2008

1) Ruang Persiapan
No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
1 2 3 4
1 - Pasien mengatakan Pasien tampak Cemas
sangat cemas bertanya-tanya
- Pasien mengatakan tentang tindakan
takut sebab kan yang akan
menjalani operasi dilakukan
- Wajah pasien
tampak tegang
- N = 80x/mnt
- TD = 130/90
mmHg
- R = 20 x/mnt
2 - Pasien mengatakan - Pasien tampak Nyeri akut
nyeri pada perutnya di meringis
bagian bawah kesakitan
- Nyeri dirasakan - Skala nyeri 5
seperti ditusuk-tusuk dari 10 skala
- Pasien mengatakan nyeri yang
nyeri saat berkemih  diberikan
2 bulan yang lalu
3 - Pasien mengatakan - Pasien tampak Gangguan istirahat
istirahat tidurnya lemah. tidur
terganggu pada - HGB 10,9 g/dL
malam hari karena
sering kencing di
malam hari tetapi

35
tersendat-sendat.
- Pasien merasa lemas.
4 - Pasien mengatakan - Hasil Retensi urin
Bak  10 kali/hari pemeriksaan
setiap kali BAK  50 USG; vesika
cc dengan warna urinaria terisi
kuning jernih. ruin tidak
- Ps mengatakan tampak batu,
mengalami gangguan penonjolan

kencing  2 bulan. prostat IPP 7,7-


9 MM.

2) Ruang Tindakan
No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
1 2 3 4
1 - Pasien mengeluh - Pasien tampak Hipotermi
kedinginan menggigil
- Suhu 35,2°C
- Suhu lingkungan
22°C
2 - - CM =  700cc Risiko kekurangan
(sisa cairan infus volume cairan.
300 cc di ruang
persiapan +
cairan
exfapusin)
- CK =  5cc
(Perdarahan) 
100 (kencing)
300 cc (drain)
- Pasien puasa
dari jam 24.00 –

36
10.00 wita.
- Selama puasa
pasien hanya
mendapat cairan
infus  500 cc
RL.
- Pasien tampak -
terpasang
irigator dengan
jumlah cairan 
7000 cc.

3) Ruang Pemulihan
No Data Subyektif Data Obyektif Kesimpulan
1 2 3 4
1 - Pasien terpasang Risiko tinggi
treeway kateter infeksi
- Drain + urin  900
cc
- Pasien post op
TUR-P
2 - Pasien terpasang Perubahan pola
treeway kateter eleminasi urin
- Pasien post op
TUR-P
- Pasien masih
dalam pengaruh
anastesi (regional
anastesi)
3 Pasien mengatakan - Pasien menjalani Risiko disfungsi
tidak tahu tentang tindakan TUR-P. seksual
pantang tidak - Pasien bertanya-

37
melakukan hubungan tanya tentang efek
seks setelah tindakan dari pembedahan
operasi terhadap fungsi
seksual.
4 - Pasien terpasang Risiko
cairan irigasi gangguan
dengan jumlah keseimbangan
cairan 1000 cc cairan dan
- Pasien terpasang elektrolit
elektrolit tree way
kateter
- Adanya luka pos -
op TUR-P
- Drain  900 cc
dengan merah
warna
- Pasien tampak
irigator terpasang
dengan jumlah
cairan  7000.cc.

e. Rumusan Masalah
1) Ruang Persiapan
a) Cemas
b) Nyeri akut
c) Gangguan istirahat tidur
d) Retensi urine
2) Ruang Tindakan
a) Hipotermi
b) Risiko kekurangan volume cairan
3) Ruang Pemulihan

38
a) Risiko tinggi infeks
b) Perubahan pola eliminasi urin
c) Risiko disfungsi seksual
d) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

f. Analisa Masalah
1) Ruang Persiapan
a) P : Cemas
E : Kurangnya informasi tentang proses dalam pengobatan
serta prosedur pembedahan.
S : Pasien mengatakan sangat cemas, pasien mengatakan takut
sebab akan menjalani operasi. Pasien tampak, bertanya-
tanya tentang tindikan yang akan dilakukan, wajah pasien
tegang, N = 80x/mnt, TD = 130/90 mmHg, Respirasi
20x/mnt.
Proses terjadinya:
Karena pasien baru pertama kali melakukan operasi, pasien
merasa takut dan stres psikologis.
Akibat bila tidak ditanggulangi
Pasien akan bertambah stres.
b)P : Nyeri akut
E : Distensi kandung kemih
S : Pasien mengatakan nyeri pada perutnya di bagian bawah,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien mengatakan
nyeri saat berkemih  2 bulan yang lalu, pasien tampak
meringis kesakitan, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang
diberikan
Proses terjadinya:
Adanya pembesaran kelenjar prostat menyebabkan distensi
kandung kemih dimana banyak urin yang tertampung dalam
vesika urinaria, hal inilah yang menyebabkan nyeri akut

39
pada pasien.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Ruptur vesika urinaria.
c) P : Gangguan istirahat tidur
E : Sering terbangun sekunder terhadap nokturia
S : Pasien mengatakan istirahat tidurnya terganggu pada malam
hari karena sering kencing di malam hari, pasien merasa
lemas, pasien tampak lemah, konjungtiva pucat, HGB 10,9
g/dL.
Proses terjadinya:
Karena pasien mengalami nokturia dan retensi urin
menyebabkan frekuensi berkemih lebih sering di malam
hari yang mengakibatkan pasien sering terbangun di malam
hari, hal inilah yang menyebabkan kuantitas tidur pasien
tidak terpenuhi.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Dapat memperburuk keadaan pasien.
d)P : Retensi urin
E : Pembesaran prostat
S : Pasien mengatakan BAK  10 kali/hari, setiap kali BAK 
50 cc dengan warng kuning jernih. Pasien mengatakan
mengalami gangguan kencing 2 bulan, hasil pemeriksaan
USG: Vesika Urinaria terisi urin tidak tampak batu,
penonjolan prostat IPP 7,7-9 mm.
Proses terjadinya:
Karena adanya pembesaran prostat menyebabkan aliran urin
dari kandung kemih ke uretra terganggu, hal ini
menyebabkan sering kencing tersendat dan kencing pasien
menetes setelah berkemih.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Dapat terjadinya gangguan eleminasi urin.

40
2) Ruang Pemulihan
a) P : Risiko tinggi infeksi
Faktor risiko:
Pasien terpasang tree way kateter, drain + urin 900cc, pasien
post op TUR-P.
Proses terjadinya:
Adanya luka post tindakan TUR-P yang merupakan jalan
masuk sekunder yang memudahkan organisme masuk ke
dalam tubuh dan berkembang biak pada daerah luka
sehingga cenderung mengakibatkan terjadinya infeksi.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Infeksi terjadi.
b)P : Perubahan pola eliminasi
E : Pasca pemasangan kateter
S : Pasien terpasang tree way kateter, pasien post op TUR P,
pasien masih dalam pengaruh anastesi (regional anastesi).
Proses terjadinya:
Karena pemasangan kateter menyebabkan otot-otot saluran
perkemihan tidak berfungsi normalnya.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Ketergantungan menggunakan alat bantu perkemihan
(kateter).
c) P : Risiko disfungsi seksual
Faktor risiko:
Pasien mengatakan tidak tahu tentang pantangan tidak
melakukan hubungan seks, pasien menjalani tindakan TUR-
P, pasien betanya-tanya tentang efek dari pembedahan
terhadap fungsi seksual.
Proses terjadi:
Pada proses tindakan TUR-P dimana prostat diinsisi
sehingga fungsi prostat yang menghasilkan hormon yang

41
berperan dalam seksualitas (ejakulasi) akan mengalami
penurunan. Hal ini menyebabkan gangguan seksualitas pada
pria terganggu.
Akibat bila tidak ditanggulangi:
Disfungsi seksual permanen.
d)P : Risiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
Faktor risiko:
Pasien terpasang cairan irigasi dengan jumlah cairan 1000
cc, pasien terpasang tree way kateter, adanya luka post op
TUR-P, drain + 900 cc dengan warna merah, pasien tampak
terpasang irigator dengan jumlah cairan  7000 cc.
Proses terjadinya:
Karena cairan irigasi (Aquades) yang bersifat hipotonik
sedangkan cairan tubuh bersifat isotonik, dimana terjadi
perpindahan cairan dari hipotonik ke isotonik sehingga
terjadi peningkatan volume darah dan penurunan
konsentrasi elektrolit dalarn tubuh.
Akibat bilatidak ditanggulangi:
Syok hipovolemik.

g. Diagnosa Keperawatan
1) Ruang Persiapan
a) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
dalam pengobatan serta prosedur pembedahan ditandai dengan
pasien mengatakan sangat cemas, pasien mengatakan takut
sebab akan menjalani operasi. Pasien tampak bertanya-tanya
tentang tindakan yang akan dilakukan, wajah pasien tegang, N =
80x.menit, TD= 130190 mmHg, respirasi 20x/menit.
b) Nyeri akut berhubungan dengan distersi kandung kemih ditandai
dengan pasien mengatakan nyeri pada perutnya di bagian
bawah, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, pasien meagatakan

42
nyeri saat berkemih  2 bulan yang lalu, pasien tampak
merinigis kesakitan, skala nyeri 5 dari 10 skala nyeri yang
diberikan
c) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder terhadap nokturia ditandai dengan pasien mengatakan
tidurnya terganggu pada malam hari karena sering kencing di
malam hari, pasien merasa lemas, pasien tampak lemah,
konjungtiva pucat, HGB = 10,9 g/dl
d) Retensi urin berhubungan dengan pembesaran prostat ditandai
dengan pasien mengatakanBAK  10 kali/hari setiap kali BAK
 50 cc dengan warna kuning jernih, pasien mengatakan
mengalami gangguan kencing  2 bulan, hasil pemeriksaan USG
= Vesika Urinaria terisi urin tidak tampak batu, penonjolan
prostat IPP 7,7-9 mm.
2) Ruang Pemulihan
a) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pasien terpasang tree
way kateter, drain + urin 900 cc, pasien pos op TUR-P.
b) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan pasca
pemasangan kateter ditandai dengan pasien terpasang anastesi
(regional anastesi).
c) Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan pasien
mengatakan tidak tahu tentang pantangan tidak melakukan
hubungan seks, pasien menjalani tindakan TUR-P, pasien
bertanya-tanya tentang efek dari pembedahari terhadap fungsi
seksual.
d) Risiko gangguan keseimbangan cairan dan ekletrolit
berhubungan dengan pasien terpasang cairan irigasi dengan
jumlah cairan 1000 cc, pasien terpasang tree way kateter, adanya
luka post op TUR-P, drain  900 cc dengan warna merah, pasien
tampak terpasang irigator dengan jumlah cairan  7000 cc

43
2. Perencanan
a. Prioritas diagnosa keperawatan
Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan berat ringannya masalah.
1) Ruang Persiapan.
a) Retensi urine berhubungan dengan pembesaran prostat.
b) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang –
penyakit, proses dan pengobatan serta pembedahan.
c) Nyeri akut berhubungan dengan distensi kandung kemih.
d) Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan sering terbangun
sekunder terhadap nocturia
2) Ruang Pemulihan
a) Risiko gangguan keseimbangan cairan. dan elektrolit
berhubungan dengan pasien terpasang cairan irigasi dengan
jumlah cairan 1000 cc, pasien terpasang tree way kateter, adanya
luka post op TUR.P, drain  900 cc dengan warna merah, pasien
tampak terpasang irigator dengan jumlah cairan  7000 cc.
b) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan pasien terpasang tree
way kateter, drain + min 900 cc. Pasien pos op TUR-P.
c) Perubahan pola eleminasi berhubungan dengan pasca
pemasangan kateter.
d) Risiko disfungsi seksual berhubungan dengan pasien
mengatakan tidak tahu tentang. pantangan tidak melakukan
hubungan seks, pasien menjalani tindakan TUR-P, pasien
bertanya-tanya tentang efek dari pembedahan terhadap fungsi
seksual.

RENCANA KEPERAWATAN PADA PASIEN NR DENGAN PRO TUR-P


OLEH KARENA BPH GRADE II DI RUANG FLAMINGO BPRSUD
WANGAYA TANGGAL 30 JUNI 2008

Hr/Tgl/Jam Dx Rencana Tujuan Rencana Tindakan Rasional


1 2 3 4 5
Rabu, 30 1 Setelah diberikan asuhan 1. Motivasi pasien 1. Meminimalka

44
Juni 2008 keperawatan selama 1 x 30 untuk berkemih n retensi urine,
Pkl. 09.00 menit diharapkan pasien tiap 2-4 jam dan distensi
Wita dapat berkemih dalam bila tiba-tiba berlebihan
jumlah yang cukup dengan dirasakan. pada kandung
kriteria hasil: 2. Observasi aliran kemih
1. Pasien dapat berkemih urine, perhatikan 2. Berguna untuk
dengan lancar ukuran dan mengevaluasi
2. Kencing pasien tidak kekuatan obstruksi dan
menetes 3. Awasi dan catat pilihan
3. Pasien berkemih 0,5–1 waktu dan intervensi
kk BB/Jam jumlah tiap 3. Retensi urine
berkemih meningkatkan
4. Motivasi tekanan dalam
masukan cairan saluran
sampai 3000 ml perkemihan
sehari, dalam atas yang
toleransi jantung dapat
bila mempengaruhi
diindikasikan fungsi ginjal
5. 4. Peningkatan
aliran cairan
mempertahank
an perfusi
ginjal dan
kandung
kemih dalam
pertumbuhan
bakteri
2 Setelah diberikan asuhan 1. Bina hubungan 1. Menunjukkan
keperawatan selama 1 x 30 saling percaya perhatian dan
menit diharapkan cemas dengan pasien keinginan

45
pasien berkurang dengan atau orang untuk
kriteria hasil: terdekat membantu
1. Pasien tidak khawatir 2. Berikan 2. Membantu
2. Pasien tidak cemas informasi tentang pasien dalam
3. Pasien dapat prosedur memahami
menyebutkan hal-hal tindakan yang tujuan dan apa
akan dilakukan yang
3. Berikan penguat dilakukan
informasi yang serta
telah diberikan mengurangi
sebelumnya masalah
4. Motivasi pasien ketidaktahuan
untuk termasuk
mengungkapkan ketakukan
perasaannya 3. Memungkin
kan pasien
untuk
menerima
kenyataan dan
menguatkan
kepercayaan
pada pemberi
informasi
4. Perawat dan
klien dapat
berdiskusi
mengenai
masalah yang
dihadapi
3 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji skala nyeri 1. Memberikan
keperawatan selama 1 x 30 pasien informasi

46
menit diharapkan nyeri berdasarkan untuk
pasien berkurang sampai PQRST membantu
dengan hilang dengan 2. Pertahankan tirah dalam
kriteria hasil : baring bila menentukan
1. Pasien mengatakan rasa diindikasikan pilihan atau
nyerinya berkurang. 3. Berikan tindakan keefektifan
2. Pasien tidak meringis kenyamanan intervensi
lagi (bantu pasien 2. Tirah baring
3. Skala nyeri 1-3 dari 10 dalam posisi mungkin
skala nyeri yang yang nyaman), diperlukan
diberikan mendorong pada awal dan
penggunan selama fase
relaksasi dan retensi akut.
distraksi 3. Meningkatkan
4. Kolaborasi relaksasi
dengan tim memfokuskan
medis lainnya kembali
dalam pemberian perhatian dan
analgetik meningkatkan
kemampuan
koping
4. Dengan
pemberikan
analgetik
dapat
mengurangi
nyeri,
memberikan
relaksasi
mental dan
fisik

47
4 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji kebutuhan 1. Mengetahui
keperawatan selama 1 x 30 istirahat tidur kualitas dan
menit diharapkan pasien pasien. kuantitas tidur
dapat memenuhi istirahat 2. Kaji penyebab pasien
tidurnya dengan kriteria gangguan sehingga dapat
hasil: istirahat tidur diberikan
1. Pasien mengerti pasien intervensi.
penyebab gangguan 3. Anjurkan pasien 2. Memberikan
istirahat tidur. tidak minum intervensi
2. Pasien memahami yang banyak yang tepat
pentingnya istirahat pada malam hari. 3. Mengurangi
tidur 4. Anjurkan pasien produksi urin
3. Pasien mau berkemih sehingga
melaksanakan anjuran sebelum tidur frekuensi
perawat 5. Anjurkan untuk berkurang
menaruh botol 4. Agar tidak
uarmal di dekat terbangun
tempat tidur. karena ingin
6. Kolaborasi berkemih
pemasangan 5. Memudahkan
kateter pasien untuk
berkemih
6. Pasien bisa
berkemih tepat
waktu tanpa
harus bangun
dari tempat
tidur.
Rabu 30 1 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi cairan 1. Indikator
Juni 2008 keperawatan selama 1x100 masuk dan kesimbangan
Pkl. 10.00 menit diharapkan keluar cairan dan

48
Wita gangguan keseimbangan 2. Observasi TTV kebutuhan
cairan dan elektrolit tidak (TD, N, S, RR) pengganti.
terjadi dengan kriteria: 3. Observasi cairan 2. Mengetahui
1. Cairan irigasi lancar irigasi keadaan
baik aliran masuk 4. Kolaborasi umum pasien
maupun keluar dengan tim 3. Mengetahui
2. TTV dalam batas medis untuk jumlah cairan
normal: pemberian yang
TD:110/70-120/80 diuretik diabsorbsi
mmHg dalam tubuh
N : 80-100 x/mnt melalui kateter
RR: 12-20x/mnt 4. Diuretik
S : 36-370C membantu
pengeluaran
cairan melalui
urine
Rabu, 2 Setelah diberikan asuhan 1. Observasi tanda- 1. Pasien yang
30 Juni keperawatan selama 1x10 tanda vital, mengalami
2008 menit diharapkan inferksi perhatikan TUR-P
tidak terjadi dengan demam ringan berisiko syok
kriteria hasil: menggigil nadi bedah/ spetik
dan pernafasan sehubungan
yang cepat, dengan
gelisah. instrumentasi
2. Pertahankan 2. Mencegah
sistem kateter masuknya
secara steril kuman atau
berikan bakteri
perawatan 3. Menghindari
kateter secara reflek balik
siseptik setiap urine, yang

49
hari dapat
3. Anjurkan memasukkan
ambulasi bakteri ke
kantung drainase dalam
dependen kandung
4. Kolaborasi kemih.
dalam pemberian 4. Diberikan
antibiotik sesuai secara
indikasi profilatik
sehubungan
dengan
peningkatan
risiko infeksi
pada
prostatektomi
3 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pengetahuan 1. Dengan
keperawatan selama 1x10 pasien tentang mengkaji
menit diharapkan pasien pola pengetahuan
mengerti tentang eliminasinya pasien dapat
perubahan eliminasinya 2. Beri HE tentang memudahkan
dengan kriteria hasil: pengobatan yang pemberian
1. Pasien atau dan dijalani informasi.
memahami tentang pola 3. Anjurkan pasien 2. Pasien dapat
eliminasinya melatih otot-otot mengerti
2. Pasien menerima perkemihnya, perubahan
keadaannya sekarang sepinter yang terjadi
dengan perubahan pada perkemihannya pada pola
pola eliminasinya 4. Anjurkan pasien eleminasinya.
3. Pasien mau melakukan untuk menjaga 3. Diharapkan
anjuran perawat selang kateter otot- otot
tetap pada perkemihan

50
posisinya dan spinternya
tidak terlipat atau dapat
tertindih berfungsi
5. Anjurkan dengan baik.
membung urine 4. Aliran urin
bag bila sudah lancar dan
mendekati penuh tidak terjadi
refluks ke VU
(Vesika
Urinaria)
5. Mencegah
terjadi refluks
urina ke VU/
distensi
kandung
kemih
4 Setelah diberikan asuhan 1. Kaji pengetahuan 1. Dengan
keperawatan selama 1x10 tentang mengkaji
menit diharapkan pasien perubahan pengetahuan
mengertian tentang seksual yang pasien dapat
disfungsi seksualnya terjadi memberikan
dengan kriteria hasil: 2. Beri HE tentang intervensi
1. Pasien mengerti tentang keadaan yang tepat.
disfungsi seksualnya. seksualnya 2. Pasien dapat
2. Pasien menerima sekarang memahami
tentang disfungsi 3. Anjurkan pasien dan tahu
seksualnya. untuk melakukan keadaan
3. Pasien mau hubungan seksualnya
melaksanakan untuk seksual selama 3. Agar tidak
tidak melakukan 6-8 minggu terjadi
hubungan seks. 4. Beri HE pada komplikasi

51
istri tentang lebih lanjut
perubahan 4. Agar istri tahu
seksual yang dan mengerti
terjadi pada dengan
pasien keadaan
suaminya dan
mendukung
program terapi
suaminya/
pasien

52
WEB OF CAUTION:
ETIOLOGI
   
Hipofisis testis & reduksi testosteron Hormon estrogen Kebangkitan kembali (Reawakening) Mikrotrauma
  
Enzim 5  Reduktase Reinduksi mesenkim sinus urogenital Basic fibroblast
  
Dehidrosteron Diikat Berproliferasi Growth factor
 
Testis Kelenjar adrenal Jaringan prostat Melewati stroma

Testosteron Interaksi Stroma dan epitel

Aliran darah

Testosteron Diikat Globulin

Seks Hormon (98%) Testosteron bebas (2%)



Sel target melewati
membran prostat

Merusak struktur
sel inti cromatin/RNA

Nodul/Stroma
BPH

Manifestasi Klinis

Pre operasi Post Operasi

- Hesistency - Pasien - Disuria - Pasien gelisah - Konjunctiva pusat - Luka post - Pasien terpasang - Nyeri pada penis - Luka post - Haluaran urine
- Urgency puasa - Pasien sering bertanya- - Lingkaran hitam di operasi three way kateter saat melakukan operasi berlebihan
- Terminal - Mukosa meringis tanya ttg bawah kelompak mata - Terpasang - Pasien mengeluh hubungan seks terpasang - Turgor kulit
drebling bibir kering - Nyeri otot penyakitnya & - Pasien mengeluh lemas threeway kencing tidak terasa bila telah post tree way menurun
- Inkontinensia abdomen prosedur - Pasien tampak lemah kateter - Pasien mengatakan operasi dari 6-8 kateter - Mukosa bibir
urine Risiko tinggi pembedahan - Sering terbangun pada - Nyeri luka ragu untuk berkemih minggu kering
terhadap Gangguan - Wajah pasien malam hari operasi - Pasien puasa
Retensi kekurangan Rasa nyaman tegang Gangguan
Urine volume cairan nyeri Gangguan Risiko tinggi Perubahan Pola Resiko Disfungsi rasa nyaman Risiko tinggi terhadap
Ansietas istirahat Tidur Infeksi Eliminasi Seksual nyeri kekurangan volume
cairan
Kurang
pengetahuan

53
54

Anda mungkin juga menyukai