Anda di halaman 1dari 10

A.

SIKAP DAN KEPRIBADIAN KEWIRAUSAHAAN


Kewirausahaan pada dasarnya adalah sifat, ciri dan watak seseorang yang
memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara
kreatif. Secara ekstrim wirausaha didefinisikan sebagai seseorang yang dapat mengubah
sampah menjadi emas. Kata wiraswastawan/wirausaha (entrepreneur) dikenalkan oleh
Joseph Schumpeter seorang ahli ekonomi berkebangsaan Austria pada tahun 1883-1950.
Schumpeter berpendapat bahwa proses perubahan ekonomi pada dasarnya dipengaruhi
oleh perilaku tiap-tiap pribadi yakni sang entrepreneur sendiri sebagai pelaku usaha.
Oleh karena itu kewirausahaan (entrepreneurship) selalu mencari hal-hal yang baru
sebagai tantangan untuk berubah dan dengan perubahan tersebut dimanfaatkan sebagai
peluang. Dalam hal memanfaatkan peluang, seorang wiraswastawan dituntut untut selalu
memiliki sikap kreatif dan inovatif. Kreatif pada dasarnya adalah bagaimana
menghadirkan sesuatu benda atau hal yang sebelumnya belum ada untuk dipergunakan.
Dalam prakteknya ide kreatif dapat melibatkan sebuah usaha penggabungan dua
hal atau lebih ide-ide secara langsung (John Adair,1996). Kreativitas merupakan usaha
memikirkan sesuatuatau kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru
baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relative berbeda dengan apa yang telah
ada sebelumnya. Sementara inovasi merupakan suatu proses untuk menemukan dan
mengimplementasikan sesuatu yang baru ke dalam situasi/kondisi yang belum ada dan
belum dipikirkan sebelumnya. Dengan kata lain, inovasi adalah bagaimana memikirkan
dan melakukan sesuatu yang baru yang dapat menambah atau menciptakan nilai-nilai
manfaat, baik secara sosial maupun secara ekonomik (Gde Raka,2001). Walaupun
dalam penulisan dan pengucapan kata kreatif dan inovatif sering beriringan, akan tetapi
hal itu tidak menunjukkan kesamaan artinya. Kreativitas merujuk kepada pembentukan
ide-ide baru, sementara inivasi adalah upaya untuk menghasilkan uang dengan
menggunakan ide-ide baru tersebut, Nahiyah JF,dkk. (2010:6). Jika ingin berhasil dalam
berbisnis, seorang wirausaha harus bisa menggambungkan sifat keduanya yakni
bersikap kreatif dan berpikir inovatif ditengah-tengah persaingan.
Persaingan bisnis saat ini semakin ketat seiring dengan cepatnya arus perubahan
informasi dan teknologi dalam era persaingan global. Dalam situasi sekarang ini tidak
ada cara yang baik untuk bertahan dan memenangkan persaingan kecuali dengan
membangun dan mengembangkan sikap kreatif dan inovatif. Hanya dengan bersikap
kreatif dan inovatif, kita akan menjadi “berbeda” dibanding yang lain, menjadi unik

1
sehingga berpotensi untuk menjadi pemenang (champion) dalam setiap persaingan.
Setiap orang pada dasarnya memiliki sikap kreatif dan inovatif, akan tetapi tidak semua
orang bisa mengembangkan sikap kreatif dan inovatifnya tersebut secara maksimal.
Untuk bisa mengembangkan sikap kreatif dan inovatif dibutuhkan usaha yang sungguh-
sungguh, tekun, konsisten, dan penuh dedikasi yang tinggi. Dalam mengembangkan
sikap kreatif dan inovatif harus dibarengi dengan usaha mentoring dan triggering dari
para praktisi dan pelaku bisnis yang lebih dulu sukses dengan pengalaman kegagalan
demi kegagalan yang dialami sebelumnya.
Perlu diingat bahwa walupun dalam implementasi menerapkan ide kreatif dan
inovatif hampir tidak terbatas oleh ruang dan waktu, namun hendaknya ide-ide tersebut
tetap mendasarkan pada kebutuhan pasar yang ada. Sebaik dan sebagus apapun ide
kreatif jika tidak memperhitungkan kebutuhan, maka hanya akan menjadi mimpi yang
tidak pernah akan terwujud. Suatu hasil pemikiran inovasi yang dibutuhkan adalah
kemampuan seorang wirausahawan yang biasa menciptakan produk baru atau bisa
menambahkan nilai guna/nilai manfaat terhadap suatu produk dan menjaga mutu produk
dengan memperhatikan kebutuhan pasar (market oriented) sehingga laku dijual. Dengan
bertambahnya nilai guna atau manfaat pada sebuah produk, maka meningkat pula daya
jual produk tersebut di mata konsumen, karena adanya peningkatan nilai ekonomis bagi
produk tersebut bagi konsumen Wirausaha adalah orang yang memiliki jiwa dan
kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. Ia adalah seseorang yang memiliki
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new
and different) atau kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan seseorang yang kreatif
dan inovatif secara riil tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha
(start up), kemampuan untuk mengerjakan sesuatu yang baru (creative), kemauan dan
kemampuan untuk mencari peluang (opportunity), kemampuan dan keberanian untuk
menanggung risiko (risk bearing) dan kemampuan untuk mengembangkan ide dan
mengelola sumber daya yang dimiliki.
Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan terutama untuk:
a. Melakukan proses/ teknik baru (the new technik)
b. Menghasilkan produk atau jasa baru (the new product or new service)
c. Menghasilkan nilai tambah baru (the new value added)
d. Merintis usaha baru (new businesess)
e. Mengembangkan organisasi baru (the new organisaton)

2
B. Kemampuan Manajemen Waktu dalam Kewirausahaan

1. Pengertian Manajemen Waktu

Edwin (dalam Mooduto, 2014) mendefinisikan manajemen waktu sebagai


suatu ilmu dan seni yang mengatur pemanfaatan waktu secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu melalui unsur- unsur yang ada didalamnya. Hal ini
sejalan dengan pendapat Lakein (dalam Mooduto, 2014) ia mengatakan bahwa
manajemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan produktivitas waktu. Waktu merupakan salah satu sumber daya yang
harus dikelola secara efektif dan efisien untuk menunjang aktivitas.

Menurut Hasan, dkk (2015) Manajemen waktu merupakan perencanaan,


pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi
salah satu sumber daya unjuk kerja. Sumber daya yang mesti dikelola secara efektif
dan efisien. Efektivitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya dan efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna
pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu
yang ada. Manajemen waktu bertujuan kepada produktivitas yang berarti rasio output
dengan input. Tampak dan dirasakan seperti membuang-buang waktu dengan
mengikuti fungsi manajemen dalam mengelola waktu. Merencanakan terlebih dahulu
penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan
arah bahkan pengawasan terhadap waktu. Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan
yang hendak dikerjakan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas
hubungan antar aktivitas yang akan dikerjakan sendiri serta dikerjakan bersama
atau didisposisi kepada orang lain.

Masalah yang sering muncul adalah rasa percaya diri dapat cepat bila
dikerjakan sendiri dimana itu perasaan yang kurang tepat. Setelah pengorganisasian
terjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri
dan pemberian motivasi kepada pemegang delegasi. Satu hal yang penting ialah
komitmen kuat untuk konsisten pada rencana dan mengeliminasi gangguan-gangguan
termasuk permintaan bantuan dari atasan maupun bawahan dengan berani.

3
Sesudah menyelesaikan pekerjaan hingga tuntas dilakukan pengawasan
berdasarkan rencana, yang tidak lupa memberikan reward terhadap keberhasilan.
Dalam situasi waktu sesuai rencana belum habis sedangkan pekerjaan telah tuntas
seyogyanya dipergunakan untuk menambah kuantitas, merencanakan pekerjaan
selanjutnya dan atau investasi waktu. Pendek kata, kualitas manajamen waktu
berpedoman kepada empat indikator, yaitu: tetap merencanakan, tetap
mengorganisasikan, tetap menggerakkan, dan tetap melakukan pengawasan. Empat
prinsip tersebut, applicable dalam semua pekerjaan. Variasi terjadi dalam kerumitan
dan kecepatan setiap tahap dilakukan. Perencaaan jangka panjang jelas lebih rumit dan
relatif lama dari perencanaan jangka pendek, bahkan karena begitu pendeknya
dimungkinkan perencanaan begitu singkat yang berlangsung dalam hitungan detik.
Manajemen Waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan
pengawasan serta pengendalian suatu produktivitas pada waktu. Waktu inilah yang
akan menjadi salah satu sumber daya bagi kerjadan kegiatan apapun. Sumber
daya harusnya dapat dikelola secara efesien dan efektif

2. Pentingnya Manajemen Waktu

Agar dapat memanajemen waktu yang tepat, kita harus cermat dalam mengatur
porsi baik untuk beribadah (untuk Tuhan), untuk diri sendiri, untuk bekerja, bahkan
untuk kegiatan sosial yang lain. Sebagai mahasiswa, tentu ingin lebih produktif
dibandingkan saat menjadi seorang siswa SMA. Kita pasti tidak ingin menjadi
mahasiswa 3K yang kegiatan sehari – harinya hanya kos, kampus, kantin. Untuk
menjadi mahasiswa yang luar biasa, kita harus aktif mengikuti kuliah, kegiatan
kampus, serta berorganisasi. Maka dari itulah sebagai mahasiswa perlu adanya
manajemen waktu yang tepat. Manajemen waktu harus di lakukan dengan tepat karena
hal ini berkaitan dengan waktu yang sifatnya tidak dapat disewa, dipinjam, dibeli,
tidak bisa berubah, tidak bisa disimpan, dan dikumpulkan, serta tidak ada
penggantinya. Kita harus selalu memperhatikan waktu yang kita punya. Kita juga
harus merefleksikan bagaimana kita menghabiskan waktu, kapan kita mengahabiskan
waktu dengan sia – sia, serta mengetahui cara untuk menjadi lebih produktif.

4
Agar waktu habis dengan produktif, kita harus merencanakannya dengan baik.
Misalnya dengan membuat jadwal harian, jadwal mingguan, jadwal bulanan dan
jadwal tahunan. Selain itu kita juga harus menentukan target dan mimpi kita dalam
jangka pendek dan jangka panjang.

Untuk mengatur jadwal agar lebih produktif maka kita dapat menyusunnya
seperti berikut.

1. Buatlah rencana harian


2. Diawali dengan menentukan prioritas
a. Penting mendesak
b. Penting tidak mendesak
c. Mendesak tidak penting
d. Tidak penting, tidak mendesak
3. Batasi waktu setiap pekerjaan
4. Gunakan kalender dan tulislah semua pekerjaan
5. Deadline
6. Belajar berkata tidak
7. Tentukan target lebih awal
8. Atur reminder sebelumnya
9. Fokus
10. Cegahlah perampok waktu

Cara di atas dapat digunakan dengan maksimal maka manajemen waktu kita tentu
akan lebih baik. Kesempatan untuk mencapai mimpi juga akan lebih dipermudah.

3. Meningkatkan Manajemen Waktu


Cara meningkatkan kemampuan dalam manajemen waktu belum banyak diketahui
oleh masyarakat. Cara meningkatkan kemampuan manajemen waktu ini dapat membantu
yakni triknya adalah mengatur pekerjaan dan menggunakan waktu secara efektif untuk
menyelesaikan pekerjaan lebih banyak setiap harinya. Hal ini bisa membantu mengurangi
stres dan bekerja lebih baik. Ada beberapa cara yang bisa digunakan untuk
meningkatkan kemampuan manajeman waktu dan meningkatkan produktivitas yakni
(Hazan, 2015).

5
1. Memprioritaskan Pekerjaan: Sebelum memulai hari, buatlah daftar pekerjaan yang
membutuhkan perhatian, karena pekerjaan yang tidak penting dapat menggunakan banyak
waktu berharga Anda. Beberapa pekerjaan harus diselesaikan pada hari itu dan pekerjaan
lainnya bisa diselesaikan pada keesokan harinya. Prioritaskan pekerjaan yang lebih penting.
2. Hindari Menunda-nunda: Menunda-nunda adalah salah satu hal yang mempengaruhi
produktifitas Anda secara negatif. Hal ini bisa membuat Anda membuang-buang waktu
serta tenaga Anda yang berharga. Menunda-nunda harus dihindari, apapun yang terjadi. Hal
ini akan menjadi masalah besar pada kehidupan pribadi dan karir.
3. Menjadwalkan Pekerjaan: Bawalah buku catatan dan buatlah catatan dari semua pekerjaan
yang ada dipikiran Anda. prioritaskan pekerjaan, dan pastikan pekerjaan tersebut dapat
diselesaikan. Anda sebaiknya membuat 3 daftar ini: pekerjaan kantor, rumah, dan pribadi.
4. Hindari Stres: Stres seringkali terjadi ketika Anda mengerjakan pekerjaan diluar dari
kemampuan Anda. hasilnya adalah tubuh Anda akan merasa lelah, yang akan
mempengaruhi produktifitas Anda. Hindari pekerjaan yang bisa Anda limpahkan kepada
orang lain, dan pastikan Anda memiliki waktu untuk bersantai.
5. Aturlah Deadline: saat anda sedang mengerjakan sesuatu, aturlah deadline realistis dan
ikuti. Cobalah untuk mengaturmengaturdeadline beberapa hari sebelum pekerjaan selesai
sehingga Anda dapat menyelesaikan pekerjaan lainnya yang mungkin akan mengganggu
Anda. tantang diri Anda sendiri dan penuhi deadline. Hadiahi diri Anda sendiri saat
melewati tantangan yang ada.
6. Mulailah Lebih Awal: Kebanyakan orang sukses memiliki satu hal yang mirip. Mereka
memulai hari lebih awal, memberikan mereka waktu untuk duduk, berpikir, dan
merencanakan harinya. Ketika Anda bangun pagi, Anda akan merasa lebih tenang,
kreatif, dan dengan pikiran yang bersih. Dan seiring berjalannnya hari, tingkat energi Anda
akan menurun, dan mempengaruhi produktifitas Anda.

C. Keberanian Mengambil Resiko

Terdapat 15 alasan yang membuat seseorang tidak berbisnis atau tidak ingin menjadi
entrepreneur diantaranya (a) ketakutan, (b) tidak memiliki koneksi yang baik, (c) sudah
terlambat, (d) banyak orang yang tidak peduli, (e) tidak punya uang, (f) tidak punya waktu, (g)
tidak menguasai bidang, (h) tidak memiliki ide bagus, (i) tidak berani mengambil risiko, (j)

6
tidak mahir mengeksekusi, (k) menunggu semuanya hingga sempurna, (l) tidak tenang dalam
berbisnis, (m) tak Ada satupun yang mengerti, (n) bisnis yang terlau sulit, dan (o) sangat
memalukan jika gagal. Dari beberapa alasan tersebut, pengambilan risiko Merupakan salah
satu bagian yang harus dihadapi jika seseorang ingin menjadi seorang entrepreneur.
Risiko adalah sesuatu yang dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya sesuatu
yang akan merugikan secara tidak terduga dan tidak diharapkan (Basrowi, 2011). Seorang
wirausaha selalu diharuskan untuk menghadapi suatu risiko maupun peluang yang akan
muncul dalam proses berwirausahanya. Bagi seorang wirausaha, menghadapi risiko adalah
tantangan karena mengambil risiko berkaitan dengan kreativitas dan inovasi serta merupakan
bagian penting dalam mengubah ide. Dengan adanya risiko usaha yang dihadapi maka
seorang entrepreneur dapat memperbaiki diri dengan belajar cara baru, gigih, ulet dan kerja
keras agar dapat meraih keberhasilan. Ketika seseorang tidak memiliki kesediaan dan
keberanian untuk mengambil risiko yang ada maka mereka tidak akan pernah dapat
mewujudkan bakat berwirausaha dan semangat kewirausahaan. Kebanyakan orang takut
untuk mengambil risiko karena seseorang tetap ingin berada di zona aman dan tidak ingin
menghadapi suatu kegagalan. Padahal salah satu ciri seorang entrepreneur yang sukses adalah
seseorang yang berani mengambil risiko yang ada dengan memperhitungkan risiko secara
finansial dan mental. Seseorang yang berani mengambil risiko adalah orang yang yang
memiliki jiwa berwirausaha. Orang yang berjiwa wirausaha tentunya menginginkan
keberhasilan dalam usahanya.
Keinginan untuk mengambil risiko merupakan salah satu kunci utama dalam
berwirausaha. Seorang pengusaha yang memulai bisnis baru dengan motivasi yang tinggi
untuk fleksibilitas dan kebebasan diri tentunya akan berani mengambil risiko yang lebih besar
dan meningkatkan pengeluaran dalam bisnisnya. Pengambilan risiko adalah hal yang hakiki
dan wajar dalam merealisasi potensi diri sebagai wirausaha. Pengambilan risiko dalam hidup
melibatkan suatu kesadaran akan peristiwa-peristiwa yang terjadi, perhatian untuk masa depan
dan keinginan hidup di masa sekarang. Sebagai seorang wirausaha harus sadar bahwa
pertumbuhan usaha di masa yang akan datang merupakan hasil keuntungan peluang usaha
masa sekarang dan dalam pengambilan risiko untuk mencapai tujuan usaha atau bisnis.
Pengambilan risiko adalah variabel psikologis yang mencerminkan kemampuan
seseorang untuk mengambil risiko yang sudah diperhitungkan dan tantangan yang dapat

7
dicapai. Pengambilan risiko merupakan salah satu bagian dari mencari sensasi, yang artinya
sebagai suatu sifat yang menggambarkan kecenderungan orang untuk mencari berbagai
macam sensasi dan pengalaman baru secara konsisten dan kompleks serta kesediaan untuk
mengambil risiko. Pengambilan risiko (risk taking) merupakan bagian dari karakteristik
kepribadian seseorang.
Menurut Zuckerman (1984), seseorang yang berani mengambil risiko didorong oleh 4
faktor yaitu:
1. Pencairan gairah dan petualangan (thrill and adventure seeking)
Seseorang yang mencari gairah dan petualangan akan memiliki keinginan untuk terlibat dalam
aktivitas fisik, yang berisiko tinggi, berbahaya, mengandung unsur petualangan, mengandung
aspek kecepatan, serta sesuatu yang baru dan luar biasa.
2. Pencarian pengalaman baru (experience seeking)
Seseorang yang berani mengambil risiko adalah seseorang yang terus mencari pengalaman
baru, melakukan aktivitas tertentu bertujuan untuk mendapatkan pengalaman baru melalui
pikiran dan sensasi dengan aktivitas-aktivitas yang perlu pernah dilakukan sehingga indiviu
akan terdorong untuk mengeksploitasi stimulus yang mengandung sejumlah informasi baru.
3. Perilaku tanpa ikatan (disinhibition)
Seseorang yang berani mengambil risiko adalah orang yang ingin melakukan segala sesuatu
tanpa adanya ikatan dari siapapun seperti teman dan lingkungan sekitar karena sesuatu yang
dilakukan oleh seseorang tersebut terkadang sesuatu yang dapat menimbulkan suatu risiko
tertentu.
4. Mudah merasa bosan (beredeom susceptibility)
Seseorang yang berani mengambil risiko seseorang yang mudah merasakan kebosanan dan
bahkan akan terjadi penolakan terhadap hal hal yang bersifat rutin yang menjadi suatu
rutinitas setiap hari, berulang – ulang dan mudah ditebak. Pasa saat seseorang memulai usaha,
mereka akan menghadapi risiko – risiko yang dapat merugikan usahanya.
Menurut Basrowi (2011) macam – macam risiko yang mungkin terjadi ketika
menjalani suatu usaha, diantaranya (a) risiko teknis (kerugian), (b) risiko pasar, dan (c) risiko
di luar kemampuan manusia.

8
a. Risiko Teknis (Kerugian)
Risiko ini terjadi akibat kurang mampunya manajer atau wirausaha dalam mengambil
keputusan risiko yang sering terjadi berhubungan dengan :
 Biaya produksi yang tinggi (inefisien).
 Risiko karena adanya pemogokan karyawannya, akibat kesejahteraan kurang
diperhatikan.
 Pemakaian sumber daya yang tidak seimbang (tenaga kerja banyak).
 Terjadi kebakaran akibat keteledoran dan kurang kecermatan
 Terjadi pencurian atau penipuan karena pengawasan yang kurang baik
 Terus menerus mengalami kerugian karena biaya yang terus membengkak serta
harga jual tidak berubah.
 Penempatan tenaga kerja yang kurang tepat sehingga produktivitas kerja menurun.
 Perencanaan dan desain yang salah, sehingga sulit dioperasionalkan, serta hal-hal
yang berhubungan dengan ketatalaksanaan perusahaan.
 Risiko karena tidak dipercaya oleh perbankan akibat terjadi kredit macet di dalam
perusahaan.

b. Risiko Pasar

Risiko ini terjadi akibat produk yang dihasilkan kurang laku atau tidak laku di pasar.
Produk telah menjadi kuno (absolensence) akibat penerimaan (revenue) yang diperoleh
terus menurun dan terjadi kerugian. Hal ini akan menjadi bencana usaha yang berakibat
usahanya sampai di terminal alias gulung tikar. Risiko pasar yang lain adalah persaingan.
Kegiatan bisnis yang dilakukan oleh suatu perusahaan, selalu diamati oleh perusahaan
lain (pesaing). Oleh karena itu para bisnis tidak boleh lengah terhadap kegiatan-kegiatan
yang sedang berkembang agar tidak berakibat yang fatal karena tindakan para pesaing.

c. Risiko di Luar Kemampuan Manusia (force mayor)

Risiko ini terjadi di luar kuasa manusia seperti: bencana alam, gempa bumi, tanah longsor,
tsunami, kebanjiran. Karena kemungkinan terjadi sangat kecil risiko ini dianggap tidak
ada. Untuk mengalihkan risiko ini dapat memanfaatkan jasa perusahaan asuransi.

9
Ada beberapa cara untuk mengatasi risiko usaha yang terjadi diantaranya sebagai
berikut (a) memperbaiki usaha, memperbaiki tampilan, mengganti nama, mengganti personil,
melengkapi alat-alat, mengganti strategi pemasaran, memperbaiki cara produksi atau cara
kerja, (b) melakukan pengalihan usaha dari usaha satu ke usaha yang lain, (c) berpindah
tempat usaha, (d) mencari investor untuk mengajak berinvestasi, (e) meminta pihak lain untuk
mengakuisisi atau membeli sebagian besar saham.

10

Anda mungkin juga menyukai