Anda di halaman 1dari 3

1.

D
2. Aliran serba ruh
Aliran serba ruh berpendapat bahwa segala hakikat sesuatau yang ada did unia ini
ialah ruh. Juga hakikat manusia adlah ruh. Adapun zat itu adalah manifestasi dari pada ruh di
atas dunia ini.
Ruh adalah sesuatu yang tidak menempati ruang, sehingga tak dapat disentuh atau
dilihat oleh panca indera. Jadi berlawanan dengan zat yang menempati ruang betapapun
kecilnya zat itu. Istilah-istilah lain dari ruh yang artinya hampir sama dengan jiwa, sukma,
nyawa, semangat dan sebagainya. Fichte berkata sebagaimana yang dikutip oleh Sidi Gazalba
bahwa segala sesuatu yang lain (selain dari ruh) yang rupaynya ada dan hidup hanyalah suatu
jenis perupaan, perubahan atau penjelmaan dari pada ruh.
Dari paparan diatas penulis memahami serta penjelasan Zuhairini, dkk yang ada dalam
bukunya bahwa dasar pikiran dari aliran ini ialah ruh itu lebih berharga,lebih tinggi nilainya
daripada materi. Hal ini dapat kita buktikan sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya
seorang wanita atau pria yang kita cintai, kita tidak mau pisah dengannya. Tetapi kalau ruh
dari wanita atau pria yang kita cintai tidak ada pada badannya, berarti dia meninggal dunia,
maka mau tidak mau kita harus melepaskannya untuk dikubur. Kecantikan, kejelitaan,
kemolekan, kebagusan yang dimiliki oleh wanita atau pria tadi tidak akan ada artinya tanpa
ruh. Meskipun badannya masih utuh, lengkap anggota badannya tetapi kita mengatakan “dia
sudah tidak ada, dia sudah pergi, dia sudah menghadap Tuhannya. Dengan demikian aliran ini
menganggap bahwa ruh itu ialah hakikat, sedangkan badan adalah penjelmaan atau bayangan
saja.

3. Aliran dualisme
Aliran dualisme mencoba untuk mengawinkan kedua aliran diatas. Aliran ini
menganggap bahwa manusia itu pada hakikatnya terdiri dari dua subtansi yaitu jasmani dan
rohani. Kedua subtansi ini masing-masing merupakan unsur asal yang adanya tidak tergantung
satu sama lain. Jadi badan tidak berasal dari roh juga sebaliknya roh tidak berasal dari badan.
Hanya dalam perwujudannya, manusia itu serba dua, jasad dua roh, yang keduanya
berintegrasi membentuk yang disebut Manusia. Antara badan dan roh terjalin hubungan yang
bersifat kausal, sebab akibat. Artinya antara keduanya saling berpengaruh mempengaruhi.
Apa yang terjadi disatu pihak akan mempengaruhi di pihak yang lain. Sebagai contoh, orang
cacat jasmaninya akan berpengaruh pada perkembangan jiwanya. Sebaliknya orang yang
jiwanya cacat atau kacau akan berpengaruh pada fisiknya.

4. Aliran eksistensialisme
Aliran eksistensialisme adalah aliran filsafat modern dengan tekun berpikir lebih lanjut
tentang hakikat manusia mana yang merupakan eksistensi atau wujud sesungguhnya dari
manusia itu. Mereka mencari inti hakikat manusia yaitu apa yang menguasai manusia secara
menyeluruh. Dengan demikian aliran ini memandang manusia tidak dari sudut serba zat atau
serba ruh atau dualisme dari dua aliran itu, tetapi memandangnya dari segi eksistensi manusia
itu sendiri, yaitu cara beradanya manusia itu sendiri di dunia ini.

D. HAKIKAT MANUSIA DALAM KONSEP ISLAM

Islam berpandangan bahwa hakikat manusia ialah manusia itu merupakan perkaitan antara badan dan
roh. Badan dan roh masing-masing merupakan subtansi yang berdiri sendiri, yang tidak tergantung
adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan bahwa kedua-duanya adalah subtansi alam.
Sedang alam adalah makhluk. Maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha
Esa. Berikut penulis akan menguraikan ayat dan hadis yang membicarakan tentang proses kejadian
manusia. Firman Allah dalam al-Quran yang berbunyi :

Artinya : (12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. (13) kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). (14). Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu kami bungkus dengan daging. Kemudian kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka
Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

Kemudian nabi Muhammad Saw., mengulas ayat suci diatas dengan sabdanya :

Artinya : Bahwasanya seseorang kamu dihimpunkan kejadiannya di dalam perut ibu selama 40 hari,
kemudiaan merupakan alaqah (segumpal darah) seumpama demikian (selama 40 hari), kemudian
merupakan segumpal daging seumpama demikian 40 hari. Kemudian Allah mengutus Malaikat, maka
diperintahkan kepadanya empat perkataan dan dikatakan kepada engaku tuliskan amalannya, dan
rezekinya dan ajalnya, dan celaka atau bahagianya. Kemudiaan ditiupkanlah kepad amakhluk itu ruh.

Dari al-Quran dan Hadis di atas, jelaslah bahwa proses perkembangan dan pertumbuhan fisik manusia,
tidak ada bedanya dengan proses perkembangan dan pertumbuhan pada hewan. Semuanya
berproses pada hukum-hukum alam yang material. Hanya pada kejadian manusia, sebelum makhluk
yang disebut manusia itu dilhairkan dari rahim ibunya, Allah Swt meniupkan ruh ciptaan-Nya kedalam
tubuh mansuia. Ruh yang berasal dari Allah itulah yang menjadi hakikat manusia. Inilah yang
membedakan manusia dengan hewan, karena Allah tidak meniupkan ruh kepada hewan.

Dapat dipahami bahwa dalam diri manusia, pada hakikatnya terdapat sifat dan unsur-unsur
ketuhanan, karena dalam proses kejadiannya kepad amanusia telah ditiupkan ruh dari Allah Swt. Sifat
dan unsur ketuhanan dalam diri manusia tersebut, berupa potensi-potensi pembawaan yang dalam
proses kehidupannya, manusia merealisir dan menjabarkannya dalam tingkah laku dan perbuatan
nyata. Disamping itu, manusia sebagai khalifah Allah, juga merealisir fungsi ketuhanan, sehingga
manusia adalah berfungsi kreatif, mengembangkan diri dan memelihara diri dari kehancuran. Dengan
demikian hidup dan kehdiupan manusia itu berkembang dan mengarah kepada kesempuranaan.

Secara terminologi, ungkapan al-Quran untuk menunjukkan konsep manusia terdiri atas tiga kategori,
yaitu : al-insan, al-basyar, dan bani adam/anak adam/ keturunan adam menurut M. Dawam Raharjo
istilah manusia yang diungkapkan dalam Al-Qur’an seperti “basyar, insan” semuanya mengandung
petunjuk sebagai manusia dalam hakikatnya.

1. Konsep Al-Basyar
Secara etimologi al-Basyar juga diartikan mulamasah, yaitu persentuhan kulit antara laki-laki
dan perempuan. Makna ini dapat dipahami bahwa manusia merupakan makhluk yang
memiliki segala sifat kemanusiaan yang terbatas, seperti makan, minum, seks, keamanan,
kebahagiaan, dan lain sebagainya. Penunjkkan kata al-Basyar ditunjukan Allah kepada seluruh
manusia tanpa kecuali. Demikian pula halnya dengan para rasul-rasul Nya. Hanya saja kepada
mereka diberikan wahyu, sedangkan kepada manusia umumnya tidak diberikan.

Firman Allah Swt, dalam Surat al-Kahfi sebagai berikut :


Artinya : “Katakanlah : Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan
kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh
dan janganlah ia mempersekutukan seorangpund alam beribadat kepada Tuhannya.”

Dalam buku Al Rasyidin, Kata al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 36 kali
dan 25 diantaranya menjelaskan kemanusiaan para nabi dan rasul. Manusia disebut al-
Basywar karena memang kulitnya tampak jelas dilihat dan tidak ditutupi bulu tebal seperti
hewan. Karenanya, kata al-Basyar selalu dihadirkan al-Qur’an dalam arti fisik biologis manusia
yang tampak jelas. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai mengungkapkan Al-Qur’an
mengenai al-Basyar yang konteksnya selalu merujuk pada manusia sebagai makhluk biologis.
Dapat dipahami bahwa manusia memiliki ketergantungan yang sama dengan hewan
dan tumbuh-tumbuhan terhadap alam, seperti makan, minum dan lain sebagainya. Dengan
demikian penggunaan kata al-Basyar pad amanusia hanya menunjukkan persamaan dengan
makhluk Allah Swt lainnya pada aspek material atau dimensi alamiyahnya saja.
Selanjutnya al-Ghazali sebagaimana yang dikutip oleh Ramayulis bahwa manusia
merupakan ciptaan Allah Swt yang terdiri atas dan nsur jasmani dan rohani. Namun jika
manusia ingin hidup sesuai dengan fitrahnya, sehingga akan membedakan dirinya dengan
makhluk Allah lainnya, maka hendaklah ia mempergunakan unsur psikisnya secara domain.
Jika tidak, manusia akna kehilangan esensinya sebagai manusia.
Selanjutnya, Muhmidayeli menjelaskan bahwa manusia dalam bentuk fisik memiliki
proses perkembangan yang sama dengan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang menurut
ketentuan hukum natural bersifat terbatas pada ruang dan waktu. Berarti manusia dalam
konteks ini adalah makhluk yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang
tergantung pada proses alamiah yang sesuai dengan peredaran waktunya.
Dapat disimpulkan dari penjelasan diatas bahwa hakikat manusia dalam konsepal-
Basyar adalah seuluruh manusiaakan mengalami proses reproduksi seksual dan senantiasa
berupaya untuk memenuhi semua kebutuhan biologisnya memerlukan ruang waktu serta
tunduk terhadap hukum alamiyahnya. Untuk itu Allah Swt. Memberikan kebebasan dan
kekuatan kepada manusia sesuai dengan batas kebebasan dan potensi yang dimilikinya untuk
mengelila dan memanfaatkan alam semesta sebagai salah satu tugas kekhalifahannya di muka
bumi.

Anda mungkin juga menyukai