Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM PERNAPASAN PADA TUAN D


DI PUSKESMAS RI TENAYAN RAYA

OLEH

IDAYANI
NIM.P031914401R30

POLITEKNIK KESEHATAN (POLTEKKES) KEMENKES RI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang Masalah ...................................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2
I.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II ISI
2.1 Konsep Dasar Proses Keperawatan ................................................................................... 3
2.2 Asuhan Keperawatan ......................................................................................................... 10
2.1.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................................................. 10
2.1.2 Diagnosa Keperawatan ................................................................................................... 11
2.1.3 Rencana Keperawatan ..................................................................................................... 11
2.1.4 Implementasi Keperawatan ............................................................................................. 13
2.1.5 Evaluasi ........................................................................................................................... 15

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
3.2 Saran .................................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelayanan kesehatan pada masa kini sudah merupakan industri jasa kesehatan utama
dimana setiap rumah sakit bertanggung gugat terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan.
Keberadaan dan kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan ditentukan oleh nilai-nilai dan
harapan dari penerima jasa pelayanan tersebut. Disamping itu, penekanan pelayanan kepada
kualitas yang tinggi tersebut harus dapat dicapai dengan biaya yang dapat dipertanggung-
jawabkan (Prof. Elly Nurachmah, 2001).
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan keperawatan
kepada klien, keluarga dan komunitas, serta merupakan metode yang efisien dalam membuat
keputusan klinik, serta pemecahan masalah baik aktual maupun potensial dalam
mempertahankan kesehatan. Asuhan keperawatan dapat diberikan pada setiap kasus, salah
atuny adalah tuberkolosis.
Tuberculosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman
TB ( Mycobacterium Tuberculosis) yang termasuk dalam family Mycobacteriaceace dan
termasuk dalam ordo Actinomycetales. Micobacteria Tuberculosis masih keluarga besar
genus Mycobacterium. Berdasarkan beberapa kompleks tersebut, Mycobacteria tuberculosis
merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai (Kemenkes, 2011). Sebagian
besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya, namun
yang palig sering terkenan adalah organ paru (90%) (Suarni. 2009)
Indonesia adalah negara dengan pravealensi TB ke-3 tertinggi didunia setelah
Tiongkok dan India pada tahun 1998 diperkirakan TB di Cina, India, dan Indonesia ikut-
turut 1828 dan 591 kasus. Perkiraan kejadian BTA disputum positif di Indonesia adalah 266
tahun 1998. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1885 dan survei kesehatan nasional
2001, TB menepati rsnking nomer 3 sebagai penyebab kematian di Indonesia. (Setiati, 2014)
Pada kota Pekanbaru sendiri ditemukan 4.372 kasus TB sepanjang tahun 2018 (Yusuf,
2019). Menurut data di Puskesmas Tenayan Raya sendiri ditemukan 56 kasus TB pada tahun
2018.
Berdasarkan data tersebut, maka penulis mengangkat kasus ashuhan keperawatan pada
pasien dengan sistem pernapasan TB Paru.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru di Puskesmas RI Tenayan Raya

1
1.3 Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru di Puskesmas RI
Tenayan Raya

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan wawasan tambahan bagi peneliti
mengenai ilmu dibidang kesehatan, khusunya mengenai asuhan keperawatan pasien
Tuberculosis Paru. Selain itu makalah ini dapat dijadikan referensi bagi petugasa kesehatan
di Puskesmas RI tenayan raya untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien TB Paru.

2
BAB II ISI

2.1 Konsep Dasar Proses Keperawatan

Banyak pakar telah merumuskan definisi dari proses keperawatan (Weitzel, Marriner,
Murray, Yura, Herber, dll). Secara umum dapat dikatakan bahwa proses keperawatan adalah
metode pengorganisasian yang sistematis, dalam melakuan asuhan keperawatan pada individu,
kelompok dan masyarakat yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respn
pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto & Wartonah, 2004).

1. Proses keperawatan adalah :


1. Suatu pendekatan sistematis untuk mengenal masalah-masalah pasien dan mencarikan alternatif
pemecahan masalah dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan pasien.
2. Merupakan proses pemecahan masalah yang dinamis dalam memperbaiki dan meningkatkan
kesehatan pasien sampai ke tahap maksimum.
3. Merupakan pendekatan ilmiah
4. Terdiri dari 4 tahap : pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Atau, ada pula yang
menterjemahkannya ke dalam 5 tahap : pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. PENGKAJIAN
a. Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya. Sering terjadi pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan. Pada masa puber
dan remaja dimana masa pertumbuhan yang cepat,kemungkinan infeksi cukup
tingggi karena diit yang tidak adekuat
b. Keluhan Utama
Keluhan yang sering menyebabkan klien dengan TB paru meminta pertolongan
dari tim kesehatan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
a. Keluhan respiratoris, meliputi:
- Batuk, nonproduktif/ produktif atau sputum bercampur darah
- Batuk darah, seberapa banyak darah yang keluar atau hanya berupa blood
streak, berupa garis, atau bercak-bercak darah
- Sesak napas
- Nyeri dada
b. Keluhan sistematis, meliputi:

3
- Demam, timbul pada sore atau malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul, dan semakin lama semakin panjang serangannya, sedangkan masa
bebas serangan semakin pendek
- Keluhan sistemis lain: keringat malam, anoreksia, penurunan berat badan dan
malaise.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ringkas dengan PQRST dapat lebih memudahkan perawat dalam
melengkapi pengkajian.
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab sesak
napas, apakah sesak napas berkurang apabila beristirahat?
b. Quality of Pain: seperti apa rasa sesak napas yang dirasakan atau digambarkan
c. klien, apakah rasa sesaknya seperti tercekik atau susah dalam melakukan inspirasi
atau kesulitan dalam mencari posisi yang enak dalam melakukan pernapasan?
d. Region: di mana rasa berat dalam melakukan pernapasan?
e. Severity of Pain: seberapa jauh rasa sesak yang dirasakan klien?
f. Time: berapa lama rasa nyeri berlangsung, kapan, bertambah buruk pada malam
hari atau siang hari, apakah gejala timbul mendadak, perlahan-lahan atau seketika
itu juga, apakah timbul gejala secara terus-menerus atau hilang timbul
(intermitten), apa yang sedang dilakukan klien saat gejala timbul, lama timbulnya
(durasi), kapan gejala tersebut pertama kali timbul (onset).
d. Riwayat penyakit Dahulu
Pengkajian yang mendukung adalah dengan mengkaji apakah sebelumnya klien
pernah menderita TB paru, keluhan batuk lama pada masa kecil, tuberkulosis dari
organ lain, pembesaran getah bening, dan penyakit lain yang memperberat TB paru
seperti diabetes mellitus.
Tanyakan mengenai obat-obat yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu
yang relevan, obat-obat ini meliputi obat OAT dan antitusif. Catat adanya efek
samping yang terjai di masa lalu. Kaji lebih dalam tentang seberapa jauh penurunan
berat badan (BB) dalam enam bulan terakhir.
Penurunan BB pada klien dengan TB paru berhubungan erat dengan proses
penyembuhan penyakit serta adanya anoreksia dan mual yang sering disebabkan
karena meminum OAT.
e. Riwayat penyakit Keluarga
Secara patologi TB paru tidak diturunkan, tetapi perawat perlu menanyakan
apakah penyakit ini pernah dialami oleh anggota keluarga lainnya sebagai faktor
predisposisi di dalam rumah
f. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Tanda Vital

4
Keadaan umum pada klien dengan TB paru dapat dilakukan secara selintas
pandang dengan menilai keadaaan fisik tiap bagian tubuh. Selain itu, perlu di
nilai secara umum tentang kesadaran klien yang terdiri atas compos mentis,
apatis, somnolen, sopor, soporokoma, atau koma.
TTV :
Suhu : Terjadi peningkatan suhu tubuh
Nadi : Denyut nadi meningkat seirama dengan frekuensi napas dan suhu tubuh
RR : frekuensi napas meningkat apabila disertai sesak napas
TD : tekanan darah biasanya sesuai dengan adanya penyulit seperti
hipertensi.
b. B1 (Breathing)
Pemeriksaan fisik pada klien dengan TB paru merupakan pemeriksaan fokus
yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
a) Inspeksi
Bentuk dada dan pergerakan pernapasan. Sekilas pandang klien dengan TB
paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat adanya penurunan proporsi
diameter bentuk dada antero-posterior dibandingkan proporsi diameter
lateral. Apabila ada penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang
masif, maka terlihat adanya ketidaksimetrian rongga dada, pelebar
intercostals space (ICS) pada sisi yang sakit. TB paru yang disertai atelektasis
paru membuat bentuk dada menjadi tidak simetris, yang membuat
penderitanya mengalami penyempitan intercostals space (ICS) pada sisi yang
sakit. Pada klien dengan TB paru minimal dan tanpa komplikasi, biasanya
gerakan pernapasan tidak mengalami perubahan. Meskipun demikian, jika
terdapat komplikasi yang melibatkan kerusakan luas pada parenkim paru
biasanya klien akan terlihat mengalami sesak napas, peningkatan frekuensi
napas, dan menggunakan otot bantu napas.

Batuk dan sputum.


Saat melakukan pengkajian batuk pada klien dengan TB paru, biasanya
didapatkan batuk produktif yang disertai adanya peningkatan produksi secret
dan sekresi sputum yang purulen. Periksa jumlah produksi sputum, terutama
apabila TB paru disertai adanya brokhiektasis yang membuat klien akan
mengalami peningkatan produksi sputum yang sangat banyak. Perawat perlu
mengukur jumlah produksi sputum per hari sebagai penunjang evaluasi
terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan.

5
b) Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernapasan. TB paru tanpa
komplikasi pada saat dilakukan palpasi, gerakan dada saat bernapas biasanya
normal seimbang antara bagian kanan dan kiri. Adanya penurunan gerakan
dinding pernapasan biasanya ditemukan pada klien TB paru dengan
kerusakan parenkim paru yang luas. Getaran suara (fremitus vokal). Getaran
yang terasa ketika perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran dalam laring arah
distal sepanjang pohon bronchial untuk membuat dinding dada dalam
gerakan resonan, teerutama pada bunyi konsonan. Kapasitas untuk merasakan
bunyi pada dinding dada disebut taktil fremitus.
c) Perkusi
Pada klien dengan TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan
didapatkan resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada klien dengan
TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi
redup sampai pekak pada sisi yang sesuai banyaknya akumulasi cairan di
rongga pleura. Apabila disertai pneumothoraks, maka didapatkan bunyi
hiperresonan terutama jika pneumothoraks ventil yang mendorong posisi paru
ke sisi yang sehat.
d) Auskultasi
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan (ronkhi) pada
sisi yang sakit. Penting bagi perawat pemeriksa untuk mendokumentasikan
hasil auskultasi di daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang
terdengar melalui stetoskop ketika klien berbica disebut sebagai resonan
vokal. Klien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pleura
dan pneumopthoraks akan didapatkan penurunan resonan vocal pada sisi
yang sakit.
c. B2 (Blood)
Pada klien dengan TB paru pengkajian yang didapat meliputi:
a) Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut dan keluhan kelemahan
fisik.
b) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah.
c) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran pada TB paru dengan
efusi pleura masif mendorong ke sisi sehat.
d) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan
biasanya tidak didapatkan.
d. B3 (Brain)

6
Kesadaran biasanya compos mentis dengan GCS (4-5-6), ditemukan adanya
sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat.
Pada pengkajian objektif, klien tampak dengan meringis, menangis, merintih,
meregang, dan menggeliat. Saat dilakukan pengkajian pada mata, biasanya
didapatkan adanya kengjungtiva anemis pada TB paru dengan gangguan fungsi
hati
e. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Oleh karena
itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria karena hal tersebut merupakan tanda
awal dari syok. Klien diinformasikan agar terbiasa dengan urine yang berwarna
jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai
ekskresi karena meminum OAT terutama rifampisin.
f. B5 (Bowel)
Klien biasanya mengalami mual, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat
badan.

g. B6 (Bone)
Aktivitas sehari-hari berkurang banyak pada klien dengan TB paru. Gejala yang
muncul antara lain kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, jadwal
olahraga menjadi tak teratur.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
2) Gangguan pertukaan gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,
penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3) Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi
4) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan peningkatan reflek batuk
5) Ketidakefektifan regime terapeutik keluarga berhubungan dengan ketidakteraturan
minum obat
(NANDA,NIC-NOC.2015)

3. INTERVENSI
1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam bersihan jalan napas efektif
Kriteria Hasil :

7
1. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal (18-20 x/menit), tidak ada suara
nafas tambahan (abnormal))
2. Mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah

Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji ulang fungsi pernapasan: 1. Rasional : Penurunan bunyi napas


bunyi napas, kecepatan, irama, indikasi atelektasis, ronki indikasi
kedalaman dan penggunaan otot akumulasi secret/ketidakmampuan
aksesori. membersihkan jalan napas sehingga
otot aksesori digunakan dan kerja
2. Observasi kemampuan untuk pernapasan meningkat
mengeluarkan secret atau batuk 2. Rasional: Pengeluaran sulit bila
efektif, catat karakter, jumlah sekret tebal, sputum berdarah akibat
sputum, adanya hemoptisis. kerusakan paru atau luka bronchial
yang memerlukan evaluasi/intervensi
3. Berikan pasien posisi semi fowler lanjut
(senyaman pasien), Bantu/ajarkan 3. Rasional: Meningkatkan ekspansi
batuk efektif dan latihan napas paru, ventilasi maksimal membuka
dalam. area atelektasis dan peningkatan
gerakan sekret agar mudah
4. Bersihkan sekret dari mulut dan dikeluarkan.
trakea, suction bila perlu. 4. Rasional: Mencegah
obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan
5. Pertahankan intake cairan minimal bila pasien tidak mampu
2500 ml/hari kecuali mengeluarkan sekret.
kontraindikasi. 5. Rasional: Membantu mengencerkan
6. Lembabkan udara/oksigen secret sehingga mudah dikeluarkan
inspirasi. 6. Rasional: Mencegah pengeringan
7. Kolaborasi pemberian obat: agen membran mukosa
mukolitik, bronkodilator, 7. Rasional: Menurunkan kekentalan
kortikosteroid sesuai indikasi. sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna jika terjadi
hipoksemia pada kavitas yang luas

2) Gangguan pertukaan gas berhubungan dengan kongesti paru, hipertensi pulmonal,


penurunan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam pertukaran gas efektif
Kriteria Hasil :
1. Tidak terjadi dispnea.
2. Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan BGA
dalam rentang normal.
3. Bebas dari gejala distress pernapasan.

8
Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji dispnea, takipnea, bunyi 1.Rasional: Tuberkulosis paru dapat


pernapasan abnormal. Peningkatan rnenyebabkan meluasnya jangkauan
upaya respirasi, keterbatasan dalam paru-pani yang berasal dari
ekspansi dada dan kelemahan. bronkopneumonia yang meluas
menjadi inflamasi, nekrosis, pleural
effusion dan meluasnya fibrosis
dengan gejala-gejala respirasi distress.
2. Evaluasi perubahan-tingkat 2.Rasional: Akumulasi secret dapat
kesadaran, catat tanda-tanda sianosis menggangp oksigenasi di organ vital
dan perubahan warna kulit, membran dan jaringan
mukosa, dan warna kuku
3.Rasional: Mengurangi konsumsi
3. Anjurkan untuk bedrest, batasi dan oksigen pada periode respirasi.
bantu aktivitas sesuai kebutuhan. 4.Rasional : Mengetahui kadar Oksigen
4. Kolaborasi dengan tim medis untuk ke jaringan
pemeriksaan analisa gas darah

3) Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakadekuatan intake nutrisi, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisiterpenuhi dan adekuat

Kriteria Hasil :
1. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn
normal dan bebas tanda malnutrisi.
2. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat.
Intervensi Rasionalisasi

1. Catat status nutrisi paasien: turgor 1.Rasional: Berguna dalam


kulit, timbang berat badan, mendefinisikan derajat masalah dan
integritas mukosa mulut, intervensi yang tepat.
kemampuan menelan, adanya
bising usus, riwayat mual/rnuntah
atau diare. 2.Rasional: Membantu intervensi
2. Kaji ulang pola diet pasien yang kebutuhan yang spesifik,

9
disukai/tidak disukai. meningkatkan intake diet pasien.
3.Rasional: Mengukur keefektifan
3. Monitor intake dan output secara nutrisi dan cairan.
periodik. 4.Dapat menentukan jenis diet dan
4. Catat adanya anoreksia, mual, mengidentifikasi pemecahan masalah
muntah, dan tetapkan jika ada untuk meningkatkan intake nutrisi.
hubungannya dengan medikasi.
Awasi frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar 5.Rasional: Mengurangi rasa tidak enak
(BAB). Rasional: dari sputum atau obat-obat yang
5. Lakukan perawatan mulut sebelum digunakan yang dapat merangsang
dan sesudah tindakan pernapasan. muntah.
6.Rasional: Memaksimalkan intake
6. Anjurkan makan sedikit dan sering nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.

4) IMPLEMENTASI
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perencanaan. Setiadi (2012)

5) EVALUASI
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
Setiadi (2012)

2.2 Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas
Nama : Tn. Drawik
Umur : 69 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
suku/bangsa : Melayu
alamat : Jl. Bakti Husada
jenis kelamin : laki-laki

10
b. Keluhan Utama
- Batuk berdahak lebih dari 1 bulan yang lalu, sesak, berat badan menurun sejak
1 bulan yang lalu
c. Riwayat penyakit Dahulu
Klien pernah minum obat OAT pada tahun 1998
d. Riwayat penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit pada keluarga
e. Pemeriksaan Fisik
TTV :
Suhu : 37,6oC
Nadi : 98 kali/menit
RR : 36 kali/menit
TD : 140/90 mmHg
BB : 37 kg

Pemeriksaan fisik:
1. Inspeksi : Normal
2. Palpasi : Normal
3. Perkusi : Resonan pada seluruh lapang paru
4. Auskultasi : Bunyi napas ronkhi

Kesadaran : kompos mentis

Eliminasi : BAK : 4x sehari

BAB : 1x sehari

Bowel : nafsu makan menurun 2x sehari posi kecil

Aktivitas : kurang

Data Penunjang: Hasil Lab sputum TB (+)

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
2. Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan intake nutrisi

2.2.3 Rencana Keperawatan


1) Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
Tujuan :
Setelah diberikan tindakan keperawatan 1 x 24 jam bersihan jalan napas efektif

11
Kriteria Hasil :
3. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal (18-20 x/menit), tidak ada suara
nafas tambahan (abnormal))
4. Mampu mengeluarkan sputum, bernafas dengan mudah

Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi

1. Kaji ulang fungsi pernapasan: 1. Rasional : Penurunan bunyi napas


bunyi napas, kecepatan, irama, indikasi atelektasis, ronki indikasi
kedalaman dan penggunaan otot akumulasi secret/ketidakmampuan
aksesori. membersihkan jalan napas sehingga
otot aksesori digunakan dan kerja
2. Observasi kemampuan untuk pernapasan meningkat
mengeluarkan secret atau batuk 2. Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret
efektif, catat karakter, jumlah sputum, tebal, sputum berdarah akibat
adanya hemoptisis. kerusakan paru atau luka bronchial
yang memerlukan evaluasi/intervensi
3. Anjurkan pasien posisi semi fowler lanjut
(senyaman pasien), Bantu/ajarkan 3. Rasional: Meningkatkan ekspansi
batuk efektif dan latihan napas dalam. paru, ventilasi maksimal membuka
area atelektasis dan peningkatan
4. Anjurkan pasien Pertahankan intake gerakan sekret agar mudah
cairan minimal 2500 ml/hari kecuali dikeluarkan.
kontraindikasi. 4. Rasional: Mencegah pengeringan
5. Kolaborasi pemberian obat: agen membran mukosa
mukolitik, bronkodilator, 5. Rasional: Menurunkan kekentalan
kortikosteroid sesuai indikasi. sekret, lingkaran ukuran lumen
trakeabronkial, berguna jika terjadi
hipoksemia pada kavitas yang luas

2) Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakadekuatan intake nutrisi, batuk yang sering, adanya produksi sputum, dispnea
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan kebutuhan
nutrisiterpenuhi dan adekuat

12
Kriteria Hasil :
3. Menunjukkan berat badan meningkat mencapai tujuan dengan nilai laboratoriurn
normal dan bebas tanda malnutrisi.
4. Melakukan perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan mempertahankan
berat badan yang tepat.

Intervensi :
Intervensi Rasionalisasi

1. Catat status nutrisi paasien: turgor 1. Rasional: Berguna dalam


kulit, timbang berat badan, integritas mendefinisikan derajat masalah
mukosa mulut, kemampuan menelan, dan intervensi yang tepat.
adanya bising usus, riwayat
mual/rnuntah atau diare.
2. Kaji ulang pola diet pasien yang 2.Rasional: Membantu intervensi
disukai/tidak disukai. kebutuhan yang spesifik, meningkatkan
intake diet pasien.
3. Monitor intake dan output secara 3.Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi
periodik. dan cairan.
4. Catat adanya anoreksia, mual, 4.Dapat menentukan jenis diet dan
muntah, dan tetapkan jika ada mengidentifikasi pemecahan masalah
hubungannya dengan medikasi. untuk meningkatkan intake nutrisi.
Awasi frekuensi, volume, konsistensi
Buang Air Besar (BAB). Rasional:
5.Rasional: Memaksimalkan intake
5. Anjurkan makan sedikit dan sering nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.
dengan makanan tinggi protein dan
karbohidrat.

2.2.4 Pelaksanaan/Tindakan/Implementasi Keperawatan

No Tanggal Diagnosa Implementasi


1 19/08/2019 Ketidak efektifan 1. Mengkaji ulang fungsi
bersihan jalan nafas pernapasan: bunyi napas,
berhubungan dengan kecepatan, irama,
bronkospasme kedalaman dan
penggunaan otot
aksesori.

13
2. mengobservasi untuk
mengeluarkan secret atau
batuk efektif, catat karakter,
jumlah sputum, adanya
hemoptisis.

3. Menganjurkan pasien untuk


sering melakukan posisi semi
fowler (senyaman pasien),
Bantu/ajarkan batuk efektif
dan latihan napas dalam.

4. Menganjurkan pasien
Pertahankan intake cairan
minimal 2500 ml/hari kecuali
kontraindikasi.

19/08/2019 Ketidakseimbangan 1. Mencatat status nutrisi


nutrisis kurang dari paasien: turgor kulit,
kebutuhan tubuh timbang berat badan,
berhubungan dengan integritas mukosa mulut,
ketidakadekuatan intake kemampuan menelan,
nutrisi, batuk yang adanya bising usus, riwayat
sering, adanya produksi mual/rnuntah atau diare.
sputum, dispnea 2. Mengkaji ulang pola diet
pasien yang disukai/tidak
disukai.
3. Anjurkan keluarga
untukmemonitor intake dan
output secara periodik.
4. Mencatat adanya anoreksia,
mual, muntah, dan tetapkan
jika ada hubungannya
dengan medikasi. Awasi
frekuensi, volume,
konsistensi Buang Air Besar
(BAB). Rasional:

14
5. menganjurkan makan sedikit
dan sering dengan makanan
tinggi protein dan
karbohidrat.

2.2.5 Evaluasi

No Tanggal Diagnosa Evaluasi


1 19/08/2019 Ketidak efektifan S : Masih sesak
bersihan jalan nafas O: Bunyi Napas : ronkhi,
berhubungan dengan kecepatan 32x permenit, irama
bronkospasme reguler
A : bersihan jalan napas masih
berlanjut
P : Rencana tindakan 2,3,4
dialnjutkan

19/08/2019 Ketidakseimbangan S : Tidak ada nafsu makan,


nutrisis kurang dari muntah (-)
kebutuhan tubuh O : BB; 37 kg. Turgor kulit
berhubungan dengan buruk, mukosa kering, bising
ketidakadekuatan intake usus (+)
nutrisi, batuk yang A : Ketidakseimbangan nutrisi
sering, adanya produksi masih berlanjut
sputum, dispnea P : rencana 2,5 dialnjutkan

15
BAB III
3.1 Kesimpulan

Kasus TB pada Tn D merupakan penyakit lanjutan dimana Tn. D pernah juga


mengalaminya 10 tahun yang lalu. Tuan.D mengalami sesak dengan diagnosa bersihan
napas tidak egfektif dan berat badan yang menurun dengan diagnosa ketidakseimbangan
nutrisi.Dari rencana tindakan dan impelemntasi ke[erawatan yang dialukan Tuan. D masih
mengalami sesak dan berat badannya belum naik.

3.2 Saran
3.2.1 Bagi Perawat
Tindakan keperawatan pada pasien TB paru dengan ketidakefektifan Jalan napas dan
ketidakseimbangan nutrisi membutuhkan lebih dari 3 kali kunjungan untuk mencapai
kriteria hasil.

3.2.2 Bagi Keluarga


Dengan adanya anggota keluarga yang menderita TB paru, keluarga memiliki peran
penting dalam penyembuhan penyakit TB paru, karena pada penyakit TB paru sangat
dibutuhkan PMO untuk mengontrol pengobatan pada pasien TB paru

16
DAFTAR PUSTAKA

Andra Saferi ,Wijaya. 2013. KMB1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep.Yogyakarta:Nuha Medika.
Ardiansyah, M. 2012 .Medikal Bedah Untuk mahasiswa. Yogyakarta : Diva Press
Kemenkes. 2011. Pedomasn nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia
Nurarif, Amin Hadi.2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC –NOC.
Mediaction : Jogjakarta
Somantri I. 2007. Keperawatan medikal bedah : Asuhan Keperawatan pada pasien gangguan
sistem pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
Yusuf, Muhammad, 2019 pada https://www.antaranews.com/berita/817316/4372-warga-
kota-pekanbaru-menderita-tb-paru

Anda mungkin juga menyukai