BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
berpendidikan SMA, 14,7 % dilakukan orang berpendidikan lebih dari SMA dan 5,8
% dilakukan orang yang telah lulus kuliah (Nock dan Kessler, 2006).
Depresi seringkali disebut sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan
dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak semua orang yang melakukan usaha
bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi tidak selalu melakukan
usaha bunuh diri. Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang
lainnya akan meningkatkan risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963)
mengkaitkan dengan rasa duka setelah kehilangan seseorang yang dicintai karna
kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang. Secara tidak sadar orang
tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang yang dicintai. Pasien depresi
menjadi objek kemarahan dan kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka
diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan
terhadap orang yang meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang
meninggalkannya terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses
menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan.
Oleh karena banyaknya percobaan bunuh diri dengan penyebab dan faktor-
faktor yang sangat bervariatif maka penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran
dinamika percobaan bunuh diri pada pasien depresi berat.
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
BAB III
TINJAUAN KASUS
9
10
5) Tindakan kriminal √ 22
Jelaskan 1, 2, 3:
1. Pasien merasa kecewa dengan keluarga karena tidak menuruti
keingginannya.
2. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan tidak ada riwayat
ganguan jiwa
3. Pasien melakukan tindakan kriminal , ia menggunakan Napza kurang
lebih 2 tahun
MASALAH KEPERAWATAN :
1. Koping individu tidak efektif
2. Respon pasca troum
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak
ada
Hubungan keluarga:
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan:
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
11
3.3 FISIK
3.3.1 Tanda vital : TD: 120/80mmHg, HR : 90x/m, RR : 20x/m, T : 36,5˚C
3.3.2 Ukur : TB : 170cm, BB : 56kg
3.3.3 Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Jelaskan 1, 2, 3:
1. Pada saat pengkajian TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m
S:36,5.C
2. Tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg.
3. Tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
3.4 PSIKOSOSIAL
3.4.1 Genogram (terlampir)
Jelaskan : Pasien anak keduan dari 3 bersaudara
MASALAH KEPERAWATAN: Tidak ada masalah
3.4.2 Konsep diri
a. Gambaran diri :
Pasien mengatakan ia menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi ia tidak
terlalu menyukai bagian tubuh yang ada tato/ coretan.
b. Identitas :
Pasien dapat menyebut namanya Tn. A berjenis kelamin laki-laki berusia
2 tahun , anak 2 dari 3 bersaudara tinggal di rumah jln Mendawai
c. Peran :
Peran dirumah dan dimasyarakat :
Pasien mengatakan jika ia seorang anak
Peran di rumah sakit
12
- - - -
Cepat Keras Gagap Inkoheren
memulai pembicaraan
Jelaskan :
Pasien mampu berbicara dengan jelas dan mengerti
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
3. Aktivitas Motorik:
- gembira berlebihan
Jelaskan :
Roman wajah pasien dapat berubah-ubah karena saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Jelaskan :
Pasien pikir pasien masih normal, ia mengatakan ia adalahseorang manusia
biasa yang mempunyai kelebihan dan kekurangan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
√ Compos mentis Apatis somnolen Sopor Koma
Waktu Tempat Disorientasi Orang
Jelaskan :
Pasien dalam keadaan sadar penuh, ia menggerti dirinya sedang menjalani
perawatan di RSJ dan bisa membedakan pagi,siang, malam
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya jangka
pendek Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian daya ingat jangka panjang pasien baik
klien dapat mengingat nama, alamat rumah orang tua dan saudaranya, daya
ingat jangka pendek pasien baik
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : pada saat pengkajian pasien mampu berhitung dan mampu
berkonsentrasi
MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : pasien dapat mengambil keputusan sederhana bangun pagi mandi
dan mencuci tangan sebelum makan
MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada masalah
16
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan :
MASALAH KEPERAWATAN : pasien jika dirawat dirumah akan
berlomba
Lainnya : Lainnya :
Jelaskan : sebelum masuk rumah sakit jiwa, ketika ada pasien ada masalah
pasien bercerita dengan temanya (adaktif) pasien tidak dapat ber olah raga
seperti bermain voli (adaptif) . pasien ketika ada masalah lalu psien
berkumpul dengan teman temanya lalu minum obat. Minum minuman keras
beralkohol dan mengonsumsi obat obatan atau merokok (maladaktif) pasien
ketika dalam konsul terpuruk ingin mencederai dirinya (maladaftif)
MASALAH KEPERAWATAN : mekanisme koping tidak efektiff
Bunuh Diri
No DATA MASALAH
1 DS: Pasien mengatakan kecewa karena Mekanisme koping tidak efektif
keluarganya tidak mengikuti keinginannya
DS:- Pasien tampak murung
-Pasien jarang bercara
-Pasien selalu tidur
-Pasien terlihat tidak bersemangat
3.13 INTERVENSI
No DIAGNONSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
1 Mekanisme koping Koping individu Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping
individu tidak efektif menjadi tidak efektif 1. Pasien membina hubungan saling percaya 1. BHSP dengan klien dengan mengucapkan salam
dengan perawat terapeutik
2. Pasien dapat mengembangkan dan 2. Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
menggunakan keterampilan koping yang perasaannya
sesuai dengan usia dan dapat diterima sosial 3. Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping
saat pulang Lakukann tindakan SP 2 mekanisme koping
3. Pasien dapat mengungkapkan pikiran dan 1. Libatkan kline dalam setiap aktivitas kelompok terutama
perasaannya yang ia sukai
Setalah dilakukan interaksi dx diharapkan 2. Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan
Pasien terlibat dalam aktivitas kelompok yang dengan benar
pasien sukai 3. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan 4. Awasi kline saat minum obat
Pasien minum obat dengan benar dan teratur
23
3.14 INTERVENSI
No DIAGNONSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
2 Resiko bunuh diri Mengembalikan Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri
dorongan bunuh diri 1. Pasien membina hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
dengan perawat 2. Indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat,
2. Pasien mengetahui cara mengendalikan ancaman, percobaan
dorongan bunuh diri 3. Identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan
Setalah dilakukan interaksi dx diharapkan 4. Latihan mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
1. Pasien dapat berpikir positif terhadap bunuh daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif
diri Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri
2. Pasien dapat melakukan kegitan harian 1. Kaji ulang resiko bunuh diri
Setalah dilakukan interaksi diharapkan 2. Evaluasi kegiatan berpikir positif
1. Pasien dapat memperlihatkan perilaku positif 3. Latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri
2. Dapat merencanakan dan harapan dalam masa Lakukann tindakan SP 3 resiko bunuh diri
depan yang realistis 1. Kaji ulang resiko bunuh diri
Setelah dilakukan interaksi diharapkan 2. Evaluasi kegiatan berpikir positif terhadap diri sendiri,beri
1. Resiko bunuh diri tidak ada lagi pujian
2. Pasien dapat berpikir positif terhadap diri 3. Diskusikan harapan dan masa depan
sendiri 4. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan yang
3. Dapat mencapai masa depang yang realisitis realistis
5. Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depansecara
bertahap
Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri
1. Kaji ulang resiko bunuh diri
2. Evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri
3. Latih tahap kedua latihan mencapai masa depan
4. Latih klien untuk mendapat dukungan keluarga
5. Evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi
24
3.15 IMPLEMENTASI
Hari/tanggal : Senin 15 April 2019
No DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Mekanisme koping 1. Membina hubungan saling S : - klien mampu
tidak efektif percaya dengan mengontrol emosi dengan
menggunakan komunikasi cara yang dapat diterima
terapeutik - Klien mengatakan
2. Mengobservasi status koping mampu menerima
yang digunakan oleh klien keadaan kondisi
3. Membantu klien untuk social
mengidentifikasi stressor - Klien menunjukan
spesifik dan strategis untuk penerimaan
mengatasinya terhadap keadaan
4. Memberikan dukungan jika
klien mengungkapkan
perasaanya
5. Memotivasi klien untuk O : - klien dapat
melukan evaluasi dan menerapkan perubahan
perilaku sediri koping individu
6. Mengajarkan alternative - Klien memiliki
koping yang konstruktif beberapa cara
SP 1 mengatasi
1. Evaluasi jadwal kegiatan perubahan yang
harian pasien terjadi
mengidentifikasi aspek - Klien beradaptasi
positif klien dengan cara yang
2. Mendorong klien untuk dipilih
berpikir positif terhadap diri
3. Mendorong klien
menghargai diri sendiri A : Koping individu tidak
sebagai individ efektif tearasi sebagian
P : Evaluasi SP 1 ,
Modifikasi
25
P : Lanjutkan intervensi SP
2
26
A:Masalah RBB
teratasi.
P:Lanjutkan intervensi
SP3
27
P:Lanjutkan intervensi
SP4
28
A:Masalah RBB
teratasi sebagian.
P:Lanjutkan intervensi
SP4
29
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 April 2019
diruang ranap pria pada Tn. A dengan RBD di temukan keluhan utama dan alasan masuk
RSJ pada Tn. A yaitu Pasien megatakan iya mengamuk dirumah merusak barang barang,
karena meminta keluarga membayar utang 80 juta , iya mengancam ingin melakukan
percobaan bunuh diri. Dan ditemukan pemeriksaan fisik, yaitu keadaan umum pasien
compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C,
tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan
sehat-sehat saja.
Pengkajian menurut teori (Fitria, 2014) adalah tahap awal dari proses keprawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien .
Subjektif: Mengungkapkan keinginan bunuh diri, keinginan untuk mati, rasa bersalah
dan keputusasaan, ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga,
berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan, adanya
konflik interpersonal, telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil. Objektif :
Impulsif, menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh),
ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol), ada
riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal), pengangguran (tidak
bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier), umur 15-19 tahun atau
diatas 45 tahun, status perkawinan yang tidak harmonis.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan pada pasien Tn. A dengan
HDR yaitu keadaan umum pasien compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR;
90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C, tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada
keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja. Pasien mengatakan dirinya kecewa
karena keluarga tidak menuruti keingginannya dirinya juga mengaku menggunakan
Zapza: zankodin, komik, selleryl, alkohol setelah pasien mengkonsumsi obat tersebut
kurang lebih 2 tahun. Pasien merasa kecewa dengan keluarga karena tidak menuruti
keingginannya. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan tidak ada riwayat
ganguan jiwa Pasien melakukan tindakan kriminal , ia menggunakan Napza kurang lebih
2 tahun
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang ditemukan oleh penulis tanggal 15 April 2019 dirunag
Ranap Pria pada Tn. A dengan RBD diagnosa yang didapatkan adalah Mekanisme
koping tidak efektif, Resiko bunuh diri. Karena saat pengkajian data yang penulis
dapatkan pada yaitu keadaan umum pasien compos menthis, GCS 15, TD 120/80
29
30
mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C, tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg,
dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja. Pada pengkjian
sebelum masuk rumah sakit jiwa, ketika ada pasien ada masalah pasien bercerita dengan
temanya (adaktif) pasien tidak dapat ber olah raga seperti bermain voli (adaptif) . pasien
ketika ada masalah lalu psien berkumpul dengan teman temanya lalu minum obat.
Minum minuman keras beralkohol dan mengonsumsi obat obatan atau merokok
(maladaktif) pasien ketika dalam konsul terpuruk ingin mencederai dirinya (maladaftif).
Pasien mengatakan dirinya kecewa karena keluarga tidak menuruti keingginannya
dirinya juga mengaku menggunakan Zapza: zankodin, komik, selleryl, alkohol setelah
pasien mengkonsumsi obat tersebut kurang lebih 2 tahun. Pasien merasa kecewa dengan
keluarga karena tidak menuruti keingginannya. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat
di RSJ dan tidak ada riwayat ganguan jiwa Pasien melakukan tindakan kriminal , ia
menggunakan Napza kurang lebih 2 tahun
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau beresiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Nursalam, 2015). Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
RBD adalah sebagai berikut: Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh diri
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan diagnosa keperawatan pada
pasien Tn. M dengan RBD yaitu masalah Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh
diri sesaui dengan teoi yaitu Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh diri
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Menurut teori (Surhayanto, 2015) intervensi keperawatan adalah perilaku sfesifik
yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, setelah
merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan (Intervensi)
keperawatan, tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah
yang dirasakan oleh pasien. Adapun intevensi dengan Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan intervensi keperawatan
pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
32
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan selama satu hari pada tanggal 15 April 2019
dinas di Ruang Ranap Pria, yaitu diagnosa pertama dengan implementasi yaitu Membina
hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Mengobservasi
status koping yang digunakan oleh klien, Membantu klien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan strategis untuk mengatasinya, Memberikan dukungan jika klien
mengungkapkan perasaanya, Memotivasi klien untuk melukan evaluasi dan perilaku
sediri, SP 1: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mengidentifikasi aspek positif
klien, Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri, Mendorong klien
menghargai diri sendiri sebagai individ Mengajarkan alternative koping yang
konstruktif. Diagnosa kedua SP1 Membina hubungan saling percaya dengan klien
menggunakan salam terapeutik, Mengidentifikasi keputusasaan dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi,masalah resiko bunuh diri,isyarat,ancaman dan percobaan, Menjelaskan
cara mengontrol keputusasaan,bercakap-cakap, melakukan kegiatan. SP2
Mengidentifikasi aspek positif klien, Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap
dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Implementasi adalah tahap awal tindakan keperawatan menurut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan, menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan,
33
dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.
4.5 Evaluasi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama yang dilakukan di
Ruang Ranap Pria tanggal 15 April 2019 yaitu S : klien mampu mengontrol emosi
dengan cara yang dapat diterima, Klien mengatakan mampu menerima keadaan kondisi
social, Klien menunjukan penerimaan terhadap keadaan O : - klien dapat menerapkan
perubahan koping individu, Klien memiliki beberapa cara mengatasi perubahan yang
terjadi, Klien beradaptasi dengan cara yang dipilih, A : Koping individu tidak efektif
tearasi sebagian P : Evaluasi SP 1 , Modifikasi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua yang dilakukan di ranap
pada tanggal 16 April 2019 yaitu S : klien mengatakan sudah belajar mengontrol
keputusasaan,keinginan pasien untuk bunuh diri sudah tidak ada,klien mengatakan ingin
pulang dan ingin bekerja, setelah dari RSJ nanti, O : klien aktif dan memperhatikan
selama latihan berkomunikasi/berkenalan dengan perawat,pasien terlihat rileks., A :
Masalah Resiko Bunuh Diri terastasi, dan P : Lanjutkan intervensi SP 2
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dam kriteria hasil yang
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya. Berdasarkan menurut penulis
masalah mekanisme koping tidak efektif dan resiko bunuh diri belum teratasi modifikasi
intervensi.
35
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 April 2019
diruang ranap pria pada Tn. A dengan RBD di temukan keluhan utama dan alasan masuk
RSJ pada Tn. A yaitu Pasien megatakan iya mengamuk dirumah merusak barang barang,
karena meminta keluarga membayar utang 80 juta , iya mengancam ingin melakukan
percobaan bunuh diri. Dan ditemukan pemeriksaan fisik, yaitu keadaan umum pasien
compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C,
tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan
sehat-sehat saja. Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan diagnosa
keperawatan pada pasien Tn. M dengan RBD yaitu masalah Mekanisme koping tidak
efektif, dan Resiko bunuh diri sesaui dengan teoi yaitu Mekanisme koping tidak efektif,
Resiko bunuh diri.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan intervensi keperawatan
pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan implementasi
keperawatan pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta implementasi pada
diagnosa keperawatan mekanisme koping tidak efektif yaitu Membina hubungan saling
35
36
5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan RBD sebagai acuan atau referensi
mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya
5.2.2 RSJ.Kalawa Atei
Diharapkan RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya khususnya ruang rawat inap,
penulisan proposal seminar ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan RBD, serta sebagai masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan RBD.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
37
serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
38
DAFTAR PUSTAKA
Fitria, N. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.