Anda di halaman 1dari 38

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Era globalisasi ditandai semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, namun perkembangan itu diringi oleh peningkatan berbagai persoalan
kehidupan manusia, termasuk kesulitan ekonomi, lapangan pekerjaan, pendidikan,
pergaulan dan lain-lain. Dalam menghadapi persoalan tersebut, masing-masing
individu berbeda sehingga bagi individu dapat memunculkan berbagai gangguan
suasana perasaan. Gangguan perasaan ini pada tingkat akut akan memberikan
dorongan bagi individu yang bersangkutan untuk bertindak tidak rasional. Dewasa
ini, bunuh diri telah dipandang sebagai salah satu penyelesaian masalah. Bagi
sebagian orang, bunuh diri telah menjadi satu-satunya jalan menuju solusi dari
masalah hidup yang menekan. Bagai melihat melalui celah pipa, tidak ada harapan
dan penyelesaian lain yang tersisa. Sakit yang dirasakan dan pikiran yang
berkecamuk sungguh tak bisa lagi dibendung. Mereka melihat tidak ada titik terang
di masa depan dan sulit bagi mereka menemukan alasan untuk hidup lebih lama lagi.
Mengakhiri hidup menjadi alternatif untuk bebas dari masalah hidup. Bunuh diri
telah menjadi suatu masalah global.
Data World Health Organization (WHO) pada tahun 2006 melaporkan bahwa
setiap tahunnya di dunia terdapat 10-20 juta orang yang berupaya melakukan bunuh
diri dan 1 juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri. WHO memperkirakan
angka ini sama dengan satu orang melakukan bunuh diri setiap menit dan satu orang
mencoba bunuh diri setiap 3 detik. Berdasarkan data dari WHO tahun 2005, jumlah
rata-rata penduduk Indonesia yang meninggal 3 akibat bunuh diri mencapai 24 orang
dari 100 ribu penduduk. Melihat jumlah populasi Indonesia yang sekarang sebanyak
220 juta orang, berarti ada 50 ribu orang yang bunuh diri setiap tahunnya dengan usia
rata-rata korban yang bervariasi dari belasan tahun sampai dengan 65 tahun
(Surilena, 2005: 27). Di Amerika persentase percobaan bunuh diri 41% dilakukan
oleh orang berpendidikan kurang dari SMA, 38,5 % dilakukan oleh orang

1
2

berpendidikan SMA, 14,7 % dilakukan orang berpendidikan lebih dari SMA dan 5,8
% dilakukan orang yang telah lulus kuliah (Nock dan Kessler, 2006).
Depresi seringkali disebut sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan
dengan tingkah laku bunuh diri. Namun tidak semua orang yang melakukan usaha
bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi tidak selalu melakukan
usaha bunuh diri. Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor risiko yang
lainnya akan meningkatkan risiko terjadinya usaha bunuh diri. Freud (1963)
mengkaitkan dengan rasa duka setelah kehilangan seseorang yang dicintai karna
kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang. Secara tidak sadar orang
tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang yang dicintai. Pasien depresi
menjadi objek kemarahan dan kebenciannya sendiri. Selain itu, ia tidak suka
diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-dosanya yang nyata atau yang dibayangkan
terhadap orang yang meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang
meninggalkannya terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses
menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang berkelanjutan.
Oleh karena banyaknya percobaan bunuh diri dengan penyebab dan faktor-
faktor yang sangat bervariatif maka penulis ingin mengetahui bagaimana gambaran
dinamika percobaan bunuh diri pada pasien depresi berat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah sebagai
berikut : “Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan masalah Resiko
Bunuh Diri di Ruang Ranap Pria RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi ?

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Teoritis
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu
profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah Resiko Bunuh Diri.
1.4.2 Praktis
1.4.2.1 Bagi Mahasiswa
3

Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari


asuhan keperawatan pada klien dengan masalah Resiko Bunuh Diri. Serta sebagai
acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya.
1.4.2.2 RSJ Kalawa Atei
Untuk RSJ Kalawa Atei Bukit Rawi khususnya ruang Ranap Pria, penulisan
laporan studi kasus ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah Resiko Bunuh Diri, serta sebagai
masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada
pasien dengan masalah Resiko Bunuh Diri.
1.4.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
4

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Pengertian
Risiko bunuh diri adalah risiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa
alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/ gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan marah/
bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara untuk
mengakhiri keputusasaan (Stuart, 2007).
2.1.2 Rentang Respon
Rentang respons Risiko Bunuh Diri menurut keliat (1999) dalam Fitria
(2014):
Respons Adaptif Respons Maladaptif

- Peningkatan diri - Berisiko - Bunuh Diri


Destruktif
- Destruktif Diri
- Pencederaan Diri
2.1.3 Faktor predisposisi menurut Fitria, 2014
1. Diagnosis Psikiatrik : Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri
hidupnya dengan cara bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk melakukan
tindakan bunuh diri adalah gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan
skizofrenia.

4
5

2. Sifat Kepribadian : Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan


besarnya resiko bunuh diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan Psikososial : Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri,
diantaranya adalah pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial,
kejadian-kejadian negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau
bahkan perceraian. Kekuatan dukungan social sangat penting dalam
menciptakan intervensi yang terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui
penyebab masalah, respons seseorang dalam menghadapi masalah tersebut,
dan lain-lain.
4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri
merupakan factor penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan
tindakan bunuh diri.
5. Faktor Biokimia : Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh
diri terjadi peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti
serotonin, adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat
melalui rekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG).(Fitria,
2012).
2.1.4 Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami
oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca
melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh
diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan. ( Fitria,
2014).
2.1.5 Manifestasi klinis / tanda Gejala menurut Fitria (2014)
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri, Mengungkapkan keinginan untuk mati
b. Mengungkapkan rasa bersaah dan keputusasaan, Impulsif
c. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan ( menjadi sangat patuh)
d. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri, Verbal terselubung ( berbicara
tentang kematian)
e. Menanyakan tentang obat dosis mematikan
6

f. Status emosional ( harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah,


mengasingkan diri)
g. Kesehatan mental ( secara klinis klien terlihat sangat depresi, psikosis, dam
menyalahgunakan alkohol)
h. Kesehatan fisik ( biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal)
i. Pengangguran, Kehilangan pekerjaan atau kegagagalan dalam karir
j. Umur 15- 19 tahun atau di atas 45 tahun
k. Status perkawinan ( mengalami kegagalan dalam perkawinan), Pekerjaan
l. Konflik interpersonal, Latar belakang keluarga, Orientasi seksual
m. Sumber-sumber personal, Sumber-sumber sosial, Menjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil, Mandi / hygiene (Fitria, 2014).
2.1.6 Pohon Masalah / Patway menurut Fitria (2014)
Effect Bunuh Diri
Core Problem Risiko Bunuh Diri
Causa Isolasi Sosial: Menarik Diri
Harga Diri Rendah Kronis
2.1.7 Proses Keperawatan
1 Pengkajian menurut Fitria (2014):
Subjektif: Mengungkapkan keinginan bunuh diri, keinginan untuk mati, rasa
bersalah dan keputusasaan, ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga, berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan, adanya konflik interpersonal, telah menjadi
korban perilaku kekerasan saat kecil.
Objektif : Impulsif, menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya
menjadi sangat patuh), ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol), ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal), pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau
kegagalan dalam karier), umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun, status
perkawinan yang tidak harmonis.
2 Diagnosa keperawatan : Risiko Bunuh Diri
3 Rencana tindakan keperawatan : melaksanakan SP Risiko bunuh diri
7

2.1.8 Strategi Pelaksanaan Tindakan


1 SP Klien : SP I
a Mengidentifikasi benda-benda yang dapat membahayakan klien
b Mengamankan benda-benda yang dapat membahayakan klien
c Melakukan contact treatment
d Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
e Melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri
2 SP II
a Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klienMengidentifikasi aspek positif
klien
b Mendorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
c Mendorong klien untuk menghargai diri sebagai individu
3 SP III
a Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.Mengidentifikasi pola koping
yang biasa dilakukan klien
b Menilai pola koping yang biasa dilakukan klien
c Mengidentifikasi pola koping konstruktif
d Mendorong klien memilih pola koping yang konstruktif
e Menganjurkan klien menerapkan pola koping knstruktif dalam kegiatan
harian.
4 SP IV
a Membuat rencana masa depan yang realistis bersama klien
b Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis
c Memberi dorongan klien melakukan kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang relistis
5 SP Keluarga : SP I
a Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
b Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya risiko
bunuh diri.
c Menjelaskan cara merawat klien risiko bunuh diri.
6 SP II
8

a Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien risiko bunuh diri.


b Melatih keluarga melakukan cara merawat klien risiko bunuh diri.
7 SP III
a Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning).
b Menjelaskan follow up klien setelah pulang
9

BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal pengkajian : 15 April 2019


Jam : 18.00 Wib

3.1 DATA DEMOGRAFI


3.1.1 Biodata
- Nama ( inisial ) : Tn.A
- Usia / tanggal lahir : 22 Tahun/06.08.1996
- Jenis kelamin : Laki-laki
- Alamat : Jl Mendawai
- Suku / bangsa : Dayak/ indonesia
- Status pernikahan : Belum Menikah
- Agama / keyakinan : Kristen
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Swasta
- Diagnosa medik : F.19.56
- No. medical record : 00.4
- Tanggal masuk : 09.04.2019
3.1.2 Penanggung jawab
- Nama : Ny. M
- Usia : 23 Tahun
- Jenis kelamin : Perempuan
- Pekerjaan / sumber penghasilan : Swasta
- Hubungan dengan pasien : Kakak

3.2 ALASAN MASUK DAN KELUHAN UTAMA:


Keluarga mengatakan pasien mengamuk di rumah merusak harta benda
meminta keluarga membayar utang 80 juta. Kemudian di bawa keluarga ke BNN
pasien mengamuk di BNN mengancam melakukan percobaan bunuh diri, lalu
disarankan untuk di bawa ke RSJ Kalawa Atei

9
10

3.3 FAKTOR PRESIPITASI DAN FAKTOR PREDISPOSISI


3.3.1 Faktor Presipitasi
Pasien mengatakan dirinya kecewa karena keluarga tidak menuruti
keingginannya dirinya juga mengaku menggunakan Zapza : zankodin, komik,
selleryl, alkohol setelah pasien mengkonsumsi obat tersebut kurang lebih 2 tahun.
3.3.2 Faktor predisposisi
1) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu? Tidak pernah
2) Pengobatan sebelumnya : Tidak pernah
3.3.3 Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1) Aniaya fisik
2) Aniaya seksual
3) Penolakan
4) Kekerasan dalam keluarga

5) Tindakan kriminal √ 22
Jelaskan 1, 2, 3:
1. Pasien merasa kecewa dengan keluarga karena tidak menuruti
keingginannya.
2. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan tidak ada riwayat
ganguan jiwa
3. Pasien melakukan tindakan kriminal , ia menggunakan Napza kurang
lebih 2 tahun
MASALAH KEPERAWATAN :
1. Koping individu tidak efektif
2. Respon pasca troum
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa: Tidak
ada
Hubungan keluarga:
Gejala :
Riwayat pengobatan/perawatan:
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
11

4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan pengalaman yang tidak menanyakan ketika ia
dibawa oleh pihak BNN dan di sel.
MASALAH KEPERAWATAN :

3.3 FISIK
3.3.1 Tanda vital : TD: 120/80mmHg, HR : 90x/m, RR : 20x/m, T : 36,5˚C
3.3.2 Ukur : TB : 170cm, BB : 56kg
3.3.3 Keluhan fisik : Ya √ Tidak
Jelaskan 1, 2, 3:
1. Pada saat pengkajian TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m
S:36,5.C
2. Tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg.
3. Tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah

3.4 PSIKOSOSIAL
3.4.1 Genogram (terlampir)
Jelaskan : Pasien anak keduan dari 3 bersaudara
MASALAH KEPERAWATAN: Tidak ada masalah
3.4.2 Konsep diri
a. Gambaran diri :
Pasien mengatakan ia menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi ia tidak
terlalu menyukai bagian tubuh yang ada tato/ coretan.
b. Identitas :
Pasien dapat menyebut namanya Tn. A berjenis kelamin laki-laki berusia
2 tahun , anak 2 dari 3 bersaudara tinggal di rumah jln Mendawai
c. Peran :
 Peran dirumah dan dimasyarakat :
Pasien mengatakan jika ia seorang anak
 Peran di rumah sakit
12

Pasien mengatakan dirinya seorang pasien yang dirawat untuk


pengobatan agar sembuh
d. Ideal diri :
Pasien mengatakan inggin diterima dan dihargai oleh orang tua dan
saudara- saudara di rumah
e. Harga diri :
Passien menggatakan ingin di terima dan dihargai oleh orang tua dan
saudara-saudara dirumah.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada
3.4.3 Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti :
Orang tua dan adik/ kakaknya
2. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Pasien ingin berkumpul bersama teman temannya.
3. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan bagi dirinya untuk berhubungan dengan orang lain
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada
4. Spiritual
- Nilai dan keyakinan
Pasien beragama Kristen
- Kegiatan ibadah
Saat sakit pasien beribadah kegereja dengan kelurga/ pacar
Saat sakit pasien hanya dapat membaca alkitab di tempat tidur
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah

3.4 STATUS MENTAL


1. Penampilan
Tidak rapi √ Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak
sesuai seperti biasanya
Jelaskan :
Pasien rapi, rambut pendek penggunaan sesuai
13

MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah−


2. Pembicaraan

- - - -
Cepat Keras Gagap Inkoheren

- Apatis - Lambat - Membisu - tidak mampu

memulai pembicaraan
Jelaskan :
Pasien mampu berbicara dengan jelas dan mengerti
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif


Jelaskan :
Kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti berulang kali
contohnya; seperti makan, minum obat, berkomunikasi dengan yang lain
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
4. Alam perasaaan
- Khawatir
- Sedih - ketakutan - putus asa

- gembira berlebihan

Jelaskan : Pasien mampu mengatakan ia merasa tenang setelah diberikan


perawatan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
5. Afek
√ Adekuat Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
14

Jelaskan :
Roman wajah pasien dapat berubah-ubah karena saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

√ Kontak mata (+) Defensif Curiga


Jelaskan :
Selama interaksi kontak mata dapat dipertahankan jawab.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
7. Persepsi
- Pendengaran - Penglihatan - Perabaan - Derealisasi

- Pengecapan - Penghidu - Depersonalisasi

Jelaskan : Tidak ada masalah


MASALAH KEPERAWATAN :
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
flight of idea blocking bicara cepat/logorea

pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan :
Pasien mampu berpikir positif seperti tidak menyalahkan orang lain
kemudian ia mampu menjawab semua pertanyaan jenis perawat berbicara
jelas dan dimengerti.
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia pesimisme
Rendah diri Ide yang terkait Pikiran magis
Agama Somatikk Kebesaran Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir Kontrol-pikir
15

Jelaskan :
Pasien pikir pasien masih normal, ia mengatakan ia adalahseorang manusia
biasa yang mempunyai kelebihan dan kekurangan
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
10. Tingkat kesadaran
√ Compos mentis Apatis somnolen Sopor Koma
Waktu Tempat Disorientasi Orang
Jelaskan :
Pasien dalam keadaan sadar penuh, ia menggerti dirinya sedang menjalani
perawatan di RSJ dan bisa membedakan pagi,siang, malam
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah keperawatan
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang Gangguan daya jangka
pendek Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi
Jelaskan : saat dilakukan pengkajian daya ingat jangka panjang pasien baik
klien dapat mengingat nama, alamat rumah orang tua dan saudaranya, daya
ingat jangka pendek pasien baik
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : pada saat pengkajian pasien mampu berhitung dan mampu
berkonsentrasi
MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada masalah
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan Gangguan bermakna
Jelaskan : pasien dapat mengambil keputusan sederhana bangun pagi mandi
dan mencuci tangan sebelum makan
MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada masalah
16

14. Daya tilik diri


Mengingkari penyakit yang diderita
Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : pasien mengatakan menerima keadaan sekarang dan tidak
menyalahkan siapa pun.
MASALAH KEPERAWATAN : tidak ada maslah

3.5 KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : pasien mampu makan sendiri
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : pasien BAB/BAK sendiri
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : pasien mampu mandi sendiri
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan : pasien mampu berpakaian sendiri
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : 1-2 jam
Tidur malam lama : 7-8 jam
Kegiatan sebelum/sesudah tidur: tidak ada
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan : pasien minum obat sendiri
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak
Perawatan pendukung Ya tidak
17

Jelaskan : Klien mengatakan membutuhkan perawatan lanjutan jam


pendampingan keluarga
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan √ Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah √


Ya tidak

Mencuci pakaian √ Ya tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak


Jelaskan : Pasien akan melakukan kegiatan ini jika dirumah nanti
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya tidak
Transportasi Ya tidak

Lain-lain Ya tidak
Jelaskan :
MASALAH KEPERAWATAN : pasien jika dirawat dirumah akan
berlomba

3.6 MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain √ Minum alcohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri


18

Lainnya : Lainnya :
Jelaskan : sebelum masuk rumah sakit jiwa, ketika ada pasien ada masalah
pasien bercerita dengan temanya (adaktif) pasien tidak dapat ber olah raga
seperti bermain voli (adaptif) . pasien ketika ada masalah lalu psien
berkumpul dengan teman temanya lalu minum obat. Minum minuman keras
beralkohol dan mengonsumsi obat obatan atau merokok (maladaktif) pasien
ketika dalam konsul terpuruk ingin mencederai dirinya (maladaftif)
MASALAH KEPERAWATAN : mekanisme koping tidak efektiff

3.7 MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: pasien mengatakan tidak
pernah ikut kelompok apapun
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik: pasien mengatakan
tidak ada maslah
Masalah dengan pendidikan, spesifik: pasien mengatakan putus sekolah
karna ingin bekerja
Masalah dengan pekerjaan, spesifik : pasien mengatakan tidak ada masalah
Masalah dengan perumahan, spesifik : pasien mengatakan ada masalah
keluarga
Masalah ekonomi, spesifik : pasien mengatakan tidak ada masalah
ekonomi
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : pasien mengatakan saat di
BNN iya merasa stress karena menurut pasien pelayanan kesehatan yang
diberikan sangat mengekang pasien, sehingga pasien mengancam ingin
melakukaan tindakan bunuh diri.
Masalah lainnya, spesifik :
Jelaskan :
MASALAH KEPERAWATAN : Tidak ada masalah
19

3.8 Pengetahuan kurang tentang



Penyakit jiwa System pendukung
√ Faktor presipitasi Penyakit fisik
√ Koping √ obat-obatan
Lainnya :
Jelaskan : pasien mengatakan kurang mengerti tentang penyakit jiwa atau
faktor yang mencetus bahwa pasien sakit jiwa, koping dan obat - obatan
MASALAH KEPERAWATAN : kurang pengetahuan

3.9 ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : F 19.56
Terapi :
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Lodomer 1 mg IM Depresi endogen tanpa agitasi, gangguan
neurologis, dengan gejala piramidal atau
ektra piramidal, koma, depresi SSP,
Hipersensitip
2 Diazepam 1 mg IM Gangguan kecemasan, insomnia,
melemaskan otot kejang – kejang karena
epilepsi, gejala putus alkohol, anastesi`
3 Prestin 20 mg PO Untuk mengatasi depresi, gangguan
1-0-0 obsessif bulimia kompulsif dan gangguan
panik.
4 Risperidone 1 mg PO Untuk mengataasi gangguan mental atau
1-0-1 mood tertentu, seperti Schizophenia,
gangguan bipolar dan iritabilitas yang
berhubungan dengan gangguan autis.

5 Clozapine 25 mg PO Untuk mengataasi Schizophenia berat,


1-0-1 juga digunakan untuk mengurangi resiko
bunuh diiri pada penderita Schizophenia
atau gangguan serupa`
20

3.10 POHON MASALAH

Bunuh Diri

Resiko bnuh diri

Mekanisme koping tidak efektif

3.11 PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Mekanisme koping tidak efektif
2. Resiko bunuh diri
21

3.12 ANALISA DATA


Hari Tanggal:

No DATA MASALAH
1 DS: Pasien mengatakan kecewa karena Mekanisme koping tidak efektif
keluarganya tidak mengikuti keinginannya
DS:- Pasien tampak murung
-Pasien jarang bercara
-Pasien selalu tidur
-Pasien terlihat tidak bersemangat

2 DS: Pasien megatakan iya mengamuk Resiko bunuh diri


dirumah merusak barang barang, karena
meminta keluarga membayar utang 80 juta ,
iya mengancam ingin melakukan percobaan
bunuh diri.
DO: - pasien terlihat rapi
2. Pasien terlihat senang
3. Pasien berbicara jelas dan di mengerti
4. Kontak mata dapat dipertahankan
5. afekadekuat
22

3.13 INTERVENSI
No DIAGNONSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
1 Mekanisme koping Koping individu Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping
individu tidak efektif menjadi tidak efektif 1. Pasien membina hubungan saling percaya 1. BHSP dengan klien dengan mengucapkan salam
dengan perawat terapeutik
2. Pasien dapat mengembangkan dan 2. Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
menggunakan keterampilan koping yang perasaannya
sesuai dengan usia dan dapat diterima sosial 3. Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping
saat pulang Lakukann tindakan SP 2 mekanisme koping
3. Pasien dapat mengungkapkan pikiran dan 1. Libatkan kline dalam setiap aktivitas kelompok terutama
perasaannya yang ia sukai
Setalah dilakukan interaksi dx diharapkan 2. Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan
Pasien terlibat dalam aktivitas kelompok yang dengan benar
pasien sukai 3. Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan 4. Awasi kline saat minum obat
Pasien minum obat dengan benar dan teratur
23

3.14 INTERVENSI
No DIAGNONSA TUJUAN UMUM TUJUAN KHUSUS INTERVENSI
2 Resiko bunuh diri Mengembalikan Setelah dilakukan intervensi 2x diharapkan: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri
dorongan bunuh diri 1. Pasien membina hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya
dengan perawat 2. Indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat,
2. Pasien mengetahui cara mengendalikan ancaman, percobaan
dorongan bunuh diri 3. Identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan
Setalah dilakukan interaksi dx diharapkan 4. Latihan mengendalikan diri dari dorongan bunuh diri: buat
1. Pasien dapat berpikir positif terhadap bunuh daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif
diri Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri
2. Pasien dapat melakukan kegitan harian 1. Kaji ulang resiko bunuh diri
Setalah dilakukan interaksi diharapkan 2. Evaluasi kegiatan berpikir positif
1. Pasien dapat memperlihatkan perilaku positif 3. Latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri
2. Dapat merencanakan dan harapan dalam masa Lakukann tindakan SP 3 resiko bunuh diri
depan yang realistis 1. Kaji ulang resiko bunuh diri
Setelah dilakukan interaksi diharapkan 2. Evaluasi kegiatan berpikir positif terhadap diri sendiri,beri
1. Resiko bunuh diri tidak ada lagi pujian
2. Pasien dapat berpikir positif terhadap diri 3. Diskusikan harapan dan masa depan
sendiri 4. Diskusikan cara mencapai harapan dan masa depan yang
3. Dapat mencapai masa depang yang realisitis realistis
5. Latih cara-cara mencapai harapan dan masa depansecara
bertahap
Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri
1. Kaji ulang resiko bunuh diri
2. Evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri
3. Latih tahap kedua latihan mencapai masa depan
4. Latih klien untuk mendapat dukungan keluarga
5. Evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi
24

3.15 IMPLEMENTASI
Hari/tanggal : Senin 15 April 2019
No DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Mekanisme koping 1. Membina hubungan saling S : - klien mampu
tidak efektif percaya dengan mengontrol emosi dengan
menggunakan komunikasi cara yang dapat diterima
terapeutik - Klien mengatakan
2. Mengobservasi status koping mampu menerima
yang digunakan oleh klien keadaan kondisi
3. Membantu klien untuk social
mengidentifikasi stressor - Klien menunjukan
spesifik dan strategis untuk penerimaan
mengatasinya terhadap keadaan
4. Memberikan dukungan jika
klien mengungkapkan
perasaanya
5. Memotivasi klien untuk O : - klien dapat
melukan evaluasi dan menerapkan perubahan
perilaku sediri koping individu
6. Mengajarkan alternative - Klien memiliki
koping yang konstruktif beberapa cara
SP 1 mengatasi
1. Evaluasi jadwal kegiatan perubahan yang
harian pasien terjadi
mengidentifikasi aspek - Klien beradaptasi
positif klien dengan cara yang
2. Mendorong klien untuk dipilih
berpikir positif terhadap diri
3. Mendorong klien
menghargai diri sendiri A : Koping individu tidak
sebagai individ efektif tearasi sebagian

P : Evaluasi SP 1 ,
Modifikasi
25

3.16 IMPLEMENTASI ( Catatan Perkembangan )


Hari/tanggal : Senin, 16 April 2019
No. DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
2 Resiko bunuh diri SP 1 S : klien mengatakan
1. Bina hubungan saling percaya sudah belajar mengontrol
dengan klien menggunakan keputusasaan,keinginan
salam terapeutik pasien untuk bunuh diri
2. Mengidentifikasi sudah tidak ada,klien
keputusasaan dengan mengatakan ingin pulang
mengidentifikasi dan ingin bekerja, setelah
isi,frekuensi,masalah resiko dari RSJ nanti
bunuh diri,isyarat,ancaman
dan percobaan
3. Menjelaskan cara mengontrol O : klien aktif dan
keputusasaan,bercakap-cakap, memperhatikan selama
melakukan kegiatan latihan
berkomunikasi/berkenalan
dengan perawat,pasien
terlihat rileks.

A : Masalah Resiko Bunuh


Diri terastasi

P : Lanjutkan intervensi SP
2
26

3.17 IMPLEMENTASI ( Catatan Perkembangan )


Hari/tanggal : Senin, 22 April 2019
No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1. Resiko mencederai diri Sp 2 S :Klien mengatakan ia
sendiri : Resiko bunuh 1..Mengidentifikasi aspek sangat berharga di mata
diri positif klien keluarga dan ia juga
2.Mendorong pasien untuk menatakan mempunyai
berpikir positif terhadap keahlian di bilang olah
dirinya. raga,ia berencana ingin
3.Mendorong pasien untuk berkarya
menghargai dirinya
sebagai individu yang
berharga.
O :Klien dapat menilai
aspek positif jari-
jarinya positif.seperti
berolah raga.

A:Masalah RBB
teratasi.

P:Lanjutkan intervensi
SP3
27

3.18 IMPLEMENTASI ( Catatan Perkembangan )


Hari/tanggal : Senin, 22 April 2019
No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1. Resiko mencederai diri Sp 3 S :Klien mengatakan ia
sendiri : Resiko bunuh 1..Mengidentifikasi pola sangat berarti bagi
diri koping yang biasa keluarga,klien ingin
diterapkan klien. setelah dirawat dari RSJ
kalawa Atei ia mau
2.Memulai pola koping bekerja.
yang biasa dilakukan
.
3.mengidentifikasi pola O :-Klien sudah terlihat
koping yang konstruktif. -klien sudah dapat
menilai aspek positif
4.mendorong klien dari dirinya.
memilih koping
konstruktif.

5.menganjurkan pasien A:Masalah RBB


menerapkan pola koping teratasi.
konstukrif dalam kegiatan
harian,.

P:Lanjutkan intervensi
SP4
28

3.19 IMPLEMENTASI ( Catatan Perkembangan )


Hari/tanggal : Selasa, 23 April 2019
No Diagnosa Implementasi
Keperawatan
1. Resiko mencederai diri Sp 4 S :Klien mengatakan
sendiri : Resiko bunuh 1..Membuat rencana masa setelah sembuh nanti ia
diri depan yang realistis ingin bekerja keluar
bersama pasien kota.
2.Mengidentifikasi cara
mencapai rencana masa O :-pasien terlihat
depan yang realistis. bersemangat saat
. merencanakan masa
3.Memberi dorongan pada depan
pasien melakuka kegiatan .
dalam rangka meraih masa
depan yang realistis.

A:Masalah RBB
teratasi sebagian.

P:Lanjutkan intervensi
SP4
29

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 April 2019
diruang ranap pria pada Tn. A dengan RBD di temukan keluhan utama dan alasan masuk
RSJ pada Tn. A yaitu Pasien megatakan iya mengamuk dirumah merusak barang barang,
karena meminta keluarga membayar utang 80 juta , iya mengancam ingin melakukan
percobaan bunuh diri. Dan ditemukan pemeriksaan fisik, yaitu keadaan umum pasien
compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C,
tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan
sehat-sehat saja.
Pengkajian menurut teori (Fitria, 2014) adalah tahap awal dari proses keprawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk menegvaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien .
Subjektif: Mengungkapkan keinginan bunuh diri, keinginan untuk mati, rasa bersalah
dan keputusasaan, ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga,
berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan, adanya
konflik interpersonal, telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil. Objektif :
Impulsif, menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh),
ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol), ada
riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal), pengangguran (tidak
bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier), umur 15-19 tahun atau
diatas 45 tahun, status perkawinan yang tidak harmonis.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan pada pasien Tn. A dengan
HDR yaitu keadaan umum pasien compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR;
90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C, tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada
keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja. Pasien mengatakan dirinya kecewa
karena keluarga tidak menuruti keingginannya dirinya juga mengaku menggunakan
Zapza: zankodin, komik, selleryl, alkohol setelah pasien mengkonsumsi obat tersebut
kurang lebih 2 tahun. Pasien merasa kecewa dengan keluarga karena tidak menuruti
keingginannya. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat di RSJ dan tidak ada riwayat
ganguan jiwa Pasien melakukan tindakan kriminal , ia menggunakan Napza kurang lebih
2 tahun
4.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan diagnosa yang ditemukan oleh penulis tanggal 15 April 2019 dirunag
Ranap Pria pada Tn. A dengan RBD diagnosa yang didapatkan adalah Mekanisme
koping tidak efektif, Resiko bunuh diri. Karena saat pengkajian data yang penulis
dapatkan pada yaitu keadaan umum pasien compos menthis, GCS 15, TD 120/80

29
30

mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C, tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg,
dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan sehat-sehat saja. Pada pengkjian
sebelum masuk rumah sakit jiwa, ketika ada pasien ada masalah pasien bercerita dengan
temanya (adaktif) pasien tidak dapat ber olah raga seperti bermain voli (adaptif) . pasien
ketika ada masalah lalu psien berkumpul dengan teman temanya lalu minum obat.
Minum minuman keras beralkohol dan mengonsumsi obat obatan atau merokok
(maladaktif) pasien ketika dalam konsul terpuruk ingin mencederai dirinya (maladaftif).
Pasien mengatakan dirinya kecewa karena keluarga tidak menuruti keingginannya
dirinya juga mengaku menggunakan Zapza: zankodin, komik, selleryl, alkohol setelah
pasien mengkonsumsi obat tersebut kurang lebih 2 tahun. Pasien merasa kecewa dengan
keluarga karena tidak menuruti keingginannya. Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat
di RSJ dan tidak ada riwayat ganguan jiwa Pasien melakukan tindakan kriminal , ia
menggunakan Napza kurang lebih 2 tahun
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia
(status kesehatan atau beresiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana
perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(Nursalam, 2015). Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
RBD adalah sebagai berikut: Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh diri
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan diagnosa keperawatan pada
pasien Tn. M dengan RBD yaitu masalah Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh
diri sesaui dengan teoi yaitu Mekanisme koping tidak efektif, Resiko bunuh diri

4.3 Intervensi Keperawatan


Intervensi menurut fakta yang ditemukan pada Tn. A dengan RBD pada tanggal 15
April 2019 diruang Ranap Pria yaitu dengan diagnosa keperawatan Mekanisme koping
tidak efektif yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien
dengan mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
31

positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Menurut teori (Surhayanto, 2015) intervensi keperawatan adalah perilaku sfesifik
yang diharapkan dari pasien atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat, setelah
merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat perencanaan (Intervensi)
keperawatan, tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan, mencegah
yang dirasakan oleh pasien. Adapun intevensi dengan Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan intervensi keperawatan
pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
32

saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.

4.4 Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan selama satu hari pada tanggal 15 April 2019
dinas di Ruang Ranap Pria, yaitu diagnosa pertama dengan implementasi yaitu Membina
hubungan saling percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Mengobservasi
status koping yang digunakan oleh klien, Membantu klien untuk mengidentifikasi
stressor spesifik dan strategis untuk mengatasinya, Memberikan dukungan jika klien
mengungkapkan perasaanya, Memotivasi klien untuk melukan evaluasi dan perilaku
sediri, SP 1: Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mengidentifikasi aspek positif
klien, Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri, Mendorong klien
menghargai diri sendiri sebagai individ Mengajarkan alternative koping yang
konstruktif. Diagnosa kedua SP1 Membina hubungan saling percaya dengan klien
menggunakan salam terapeutik, Mengidentifikasi keputusasaan dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi,masalah resiko bunuh diri,isyarat,ancaman dan percobaan, Menjelaskan
cara mengontrol keputusasaan,bercakap-cakap, melakukan kegiatan. SP2
Mengidentifikasi aspek positif klien, Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap
dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Implementasi adalah tahap awal tindakan keperawatan menurut perawat
mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam tindakan. Persiapan tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan: Review tindakan keperawatan yang diidentifikasi pada tahap
perencanaan, menganalisa pengetahuan dan keterampilan keperawatan yang diperlukan,
33

mengetahui komplikasi dari tindakan keperawatan yang mungkin timbul, menentukan


dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan, mempersiapkan lingkungan yang
konduktif sesuai dengan yang akan dilaksanankan mengidentifikasi aspek hukum dan
etik terhadap resiko dari potensial tindakan. Adapun implementasi pada diagnosa
keperawatan mekanisme koping tidak efektif yaitu Membina hubungan saling percaya
dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Mengobservasi status koping yang
digunakan oleh klien, Membantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
strategis untuk mengatasinya, Memberikan dukungan jika klien mengungkapkan
perasaanya, Memotivasi klien untuk melukan evaluasi dan perilaku sediri, SP 1:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mengidentifikasi aspek positif klien,
Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri, Mendorong klien menghargai diri
sendiri sebagai individ Mengajarkan alternative koping yang konstruktif. Diagnosa
resiko bunuh diri SP1 Membina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan
salam terapeutik, Mengidentifikasi keputusasaan dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi,masalah resiko bunuh diri,isyarat,ancaman dan percobaan, Menjelaskan
cara mengontrol keputusasaan,bercakap-cakap, melakukan kegiatan. SP2
Mengidentifikasi aspek positif klien, Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap
dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan implementasi
keperawatan pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta implementasi pada
diagnosa keperawatan mekanisme koping tidak efektif yaitu Membina hubungan saling
percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Mengobservasi status koping yang
digunakan oleh klien, Membantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
strategis untuk mengatasinya, Memberikan dukungan jika klien mengungkapkan
perasaanya, Memotivasi klien untuk melukan evaluasi dan perilaku sediri, SP 1:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mengidentifikasi aspek positif klien,
Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri, Mendorong klien menghargai diri
sendiri sebagai individ Mengajarkan alternative koping yang konstruktif. Diagnosa
resiko bunuh diri SP1 Membina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan
salam terapeutik, Mengidentifikasi keputusasaan dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi,masalah resiko bunuh diri,isyarat,ancaman dan percobaan, Menjelaskan
cara mengontrol keputusasaan,bercakap-cakap, melakukan kegiatan. SP2
Mengidentifikasi aspek positif klien, Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap
34

dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Dari penatalaksanaan yang telah dilakukan penulis menyimpulkan bahwa,
penatalaksanaan sesuai dengan intervensi keperawatan yang direncanakan.

4.5 Evaluasi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa pertama yang dilakukan di
Ruang Ranap Pria tanggal 15 April 2019 yaitu S : klien mampu mengontrol emosi
dengan cara yang dapat diterima, Klien mengatakan mampu menerima keadaan kondisi
social, Klien menunjukan penerimaan terhadap keadaan O : - klien dapat menerapkan
perubahan koping individu, Klien memiliki beberapa cara mengatasi perubahan yang
terjadi, Klien beradaptasi dengan cara yang dipilih, A : Koping individu tidak efektif
tearasi sebagian P : Evaluasi SP 1 , Modifikasi
Berdasarkan evaluasi keperawatan pada diagnosa kedua yang dilakukan di ranap
pada tanggal 16 April 2019 yaitu S : klien mengatakan sudah belajar mengontrol
keputusasaan,keinginan pasien untuk bunuh diri sudah tidak ada,klien mengatakan ingin
pulang dan ingin bekerja, setelah dari RSJ nanti, O : klien aktif dan memperhatikan
selama latihan berkomunikasi/berkenalan dengan perawat,pasien terlihat rileks., A :
Masalah Resiko Bunuh Diri terastasi, dan P : Lanjutkan intervensi SP 2
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dam kriteria hasil yang
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya. Berdasarkan menurut penulis
masalah mekanisme koping tidak efektif dan resiko bunuh diri belum teratasi modifikasi
intervensi.
35

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 15 April 2019
diruang ranap pria pada Tn. A dengan RBD di temukan keluhan utama dan alasan masuk
RSJ pada Tn. A yaitu Pasien megatakan iya mengamuk dirumah merusak barang barang,
karena meminta keluarga membayar utang 80 juta , iya mengancam ingin melakukan
percobaan bunuh diri. Dan ditemukan pemeriksaan fisik, yaitu keadaan umum pasien
compos menthis, GCS 15, TD 120/80 mmHg ,HR; 90x/menit RR : 20x/m S:36,5.C,
tinggi badan pasien 170 cm, BB 58 kg, dan tidak ada keluhan fisik, pasien mengatakan
sehat-sehat saja. Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan diagnosa
keperawatan pada pasien Tn. M dengan RBD yaitu masalah Mekanisme koping tidak
efektif, dan Resiko bunuh diri sesaui dengan teoi yaitu Mekanisme koping tidak efektif,
Resiko bunuh diri.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan intervensi keperawatan
pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta Mekanisme koping tidak efektif
yaitu: Lakukan tindakan SP 1 Mekanisme koping: BHSP dengan klien dengan
mengucapkan salam terapeutik, Dorong kline unutk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya, Ajarkan kline teknik relaksasi dan mekanisme koping, Lakukann tindakan
SP 2 mekanisme koping, Libatkan klien dalam setiap aktivitas kelompok terutama yang
ia sukai, Berikan pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar, Ajarkan
klien cara meminum obat dengan benar, Awasi kline saat minum obat. Diagnosa yang
kedua resiko bunuh diri yaitu: Lakukan tindakan SP 1 resiko bunuh diri, bina hubungan
saling percaya, indentifikasi beratnya masalah resiko bunuh diri, isyarat, ancaman,
percobaan, identifikasi benda-benda berbahaya dan amankan, latihan mengendalikan diri
dari dorongan bunuh diri: buat daftar aspek positif diri sendiri, latih berpikir positif.
Lakukann tindakan SP 2 resiko bunh diri, kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan
berpikir positif, dan latih mengendalikan doromgan-dorongan bunuh diri. Lakukann
tindakan SP 3 resiko bunuh diri: kaji ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir
positif terhadap diri sendiri, beri pujian, diskusikan harapan dan masa depan, diskusikan
cara mencapai harapan dan masa depan yang realistis, dan latih cara-cara mencapai
harapan dan masa depansecara bertahap. Lakukann tindakan SP 4 resiko bunuh diri: kaji
ulang resiko bunuh diri, evaluasi kegiatan berpikir positif diri sendiri, latih tahap kedua
latihan mencapai masa depan, latih klien untuk mendapat dukungan keluarga, dan
evaluasi apakah resiko bunuh diri teratasi.
Berdasarkan fakta dan teori diatas ditemukan persamaan implementasi
keperawatan pada pasien Tn. A dengan RBD yaitu berdasarkan fakta implementasi pada
diagnosa keperawatan mekanisme koping tidak efektif yaitu Membina hubungan saling

35
36

percaya dengan menggunakan komunikasi terapeutik, Mengobservasi status koping yang


digunakan oleh klien, Membantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan
strategis untuk mengatasinya, Memberikan dukungan jika klien mengungkapkan
perasaanya, Memotivasi klien untuk melukan evaluasi dan perilaku sediri, SP 1:
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien mengidentifikasi aspek positif klien,
Mendorong klien untuk berpikir positif terhadap diri, Mendorong klien menghargai diri
sendiri sebagai individ Mengajarkan alternative koping yang konstruktif. Diagnosa
resiko bunuh diri SP1 Membina hubungan saling percaya dengan klien menggunakan
salam terapeutik, Mengidentifikasi keputusasaan dengan mengidentifikasi
isi,frekuensi,masalah resiko bunuh diri,isyarat,ancaman dan percobaan, Menjelaskan
cara mengontrol keputusasaan,bercakap-cakap, melakukan kegiatan. SP2
Mengidentifikasi aspek positif klien, Mendorong pasien untuk berpikir positif terhadap
dirinya, Mendorong pasien untuk menghargai dirinya sebagai individu yang berharga.
SP3 Mengidentifikasi pola koping yang biasa diterapkan klien, Memulai pola koping
yang biasa dilakukan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif., mendorong klien
memilih koping konstruktif, menganjurkan pasien menerapkan pola koping konstukrif
dalam kegiatan harian. SP4 Membuat rencana masa depan yang realistis bersama pasien,
Mengidentifikasi cara mencapai rencana masa depan yang realistis, Memberi dorongan
pada pasien melakuka kegiatan dalam rangka meraih masa depan yang realistis.
Evaluasi adalah penilaian terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
terhadap pasien mengacu pada skala penilaian berupa tujuan dam kriteria hasil yang
ditetapkan dalam perencanaan keperawatan sebelumnya. Berdasarkan menurut penulis
masalah mekanisme koping tidak efektif dan resiko bunuh diri belum teratasi modifikasi
intervensi.

5.2 Saran
5.2.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam
mempelajari asuhan keperawatan pada pasien dengan RBD sebagai acuan atau referensi
mahasiswa dalam penulisan laporan studi kasus selanjutnya
5.2.2 RSJ.Kalawa Atei
Diharapkan RSJ.Kalawa Atei Palangka Raya khususnya ruang rawat inap,
penulisan proposal seminar ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien dengan RBD, serta sebagai masukan untuk
meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan RBD.
5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka
Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang
37

serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu
keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasiaan.
38

DAFTAR PUSTAKA

Fitria, N. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis
Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Stuart, G.W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai