Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan

kesehatan yang dapat menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan

(Kamaruzzaman, 2009). Di era globalisasi ini pelayanan keperawatan yang

diberikan akan berdampak pada pasien sebagai penerima jasa layanan

keperawatan. Faktor lain adalah sumber daya perawat, lingkungan kerja,

kesadaran akan tujuan pekerjaan, hubungan antara manusia harmonis,

pembagian tugas dan tanggung jawab, minat kerja, karakteristik pekerjaan,

kebijakan manajemen, kepribadian dan gaya kepemimpinan yang

digunakan oleh pemimpin. Maka masalah yang biasa muncul adalah

masalah pelayanan keperawatan yang pada akhirnya akan menurunkan

motivasi kerja perawat dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit

(Arwani, 2005).

Pelayanan keperawatan di Amerika Serikat, Kanada, Inggris dan

Jerman menunjukkan bahwa 41% perawat di rumah sakit mengalami

penurunan dengan pekerjaannya dan 22% diantaranya merencanakan

meninggalkan pekerjaannya dalam satu tahun (Foronda & Bauman, 2014).

Perawat mengalami penurunan dalam pelayanan keperawatan baik rendah

hingga sedang, dari fenomena ini menunjukkan bahwa masih banyak

masalah pelayanan keperawatan di luar negeri yang menurunkan motivasi

kerja perawat (Curtis, 2007).


Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes bekerja sama dengan

World Health Organization (WHO) mengadakan penilaian tentang

pelayanan keperawatan di Kalimatan Timur, Sumatra Utara, Jawa Barat,

Jawa Timur, dan DKI menunjukkan bahwa: 70,9% perawat selama 3 tahun

terakhir tidak pernah mengikuti pelatihan dan menunjukan motivasi kerja

perawat yang masih jauh dari harapan. Penelitian Mulyono, Hamzah dan

Abdullah (2014) melaporkan motivasi kerja perawat di RS Tingkat III

Ambon yang berkategori rendah sebesar 64,29%. Penelitian yang sama

dilakukan Budiawan (2015) juga memperlihatkan motivasi kerja perawat

rendah sebesar 60,1% di Rumah Sakit Jiwa Bali. Penelitian diatas

memberikan arti bahwa fenomena motivasi kerja perawat di Indonesia masi

rendah termasuk di jawa barat.

Di Jawa Barat dari data hasil penelitian Muhaimin (2016), di RSU

Hasanah Graha Afiah Depok, Jawa Barat motivasi kerja perawat yang

memiliki presepsi kondisi kerja rendah dan motivasi kerja rendah sebesar

67,5% sedangkan yang memiliki presepsi kondisi kerja rendah dan motivasi

kerja tinggi sebesar 32,5% sehingga motivasi kerja perawat masih menjadi

salah satu masalah dalam pelayanan keperawatan menjadi salah tugas

kepala ruangan untuk meningkatkan motivasi kerja perawat pelaksana

dengan gaya kepemimpinan kepala ruangan.

Gaya Kepemimpinan adalah suatu pendekatan yang dapat

digunakan oleh seorang pemimpin untuk memahami kesuksesan

kepemimpinan tersebut, dalam hubungan dimana kita memusatkan


perhatian dan pada apa yang dilakukan oleh pemimpin kerja (Winardy,

2000). Gaya kepemimpinan yang efektif atau baik adalah gaya

kepemimpinan yang dapat menyesuaikan dengan kematangan bawahan

sehingga dapat meningkatkan motivasi kerja dari bawahan (Thoha, 2007).

Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada di

dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta

mengarahkan perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam

lingkup pekerjaannya. Namun demikian, untuk menumbuhkan motivasi

kerja perawat, tidak semudah yang di perkirakan. Permasalahannya adalah,

pimpinan yang mendorong seorang perawat bekerja sangat bervariasi dan

berbeda kapabilitasnya satu dengan lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam satu

unit keperawatan, ada perawat yang rajin dan tekun dalam bekerja, sangat

produktif dan mempunyai kemampuan tinggi dalam menyelesaikan tugas

dan tanggung jawabnya serta sebaliknya ada perawat yang malas, dan

kurang memiliki semangat dan gairah kerja, sehingga produktivitas kinerja

perawatnya rendah (Hakim, 2006) .

Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam

mengimplementasikan sebaik–baiknya suatu wewenang, tugas dan

tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi

dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi. Kinerja perawat

sebenarnya sama dengan prestasi kerja diperusahaan. Perawat ingin diukur

kinerjanya berdasarkan standar objektif yang terbuka dan dapat

dikomunikasikan. Jika perawat diperhatikan dan dihargai sampai


penghargaan superior, mereka akan lebih terpacu untuk mencapai prestasi

pada tingkat lebih tinggi (Faizin dan Winarsih, 2008).

Untuk mencapai prestasi pada tingkat yang lebih tinggi serta

memotivasi perawat pelaksana menurut teory Jane Watson (1999),

Transpersonal caring relationship berkarakteristikkan hubungan khusus

manusia yang tergantung pada moral perawat yang berkomitmen,

melindungi, dan meningkatkan martabat manusia seperti dirinya atau lebih

tinggi dari dirinya. Gaya kepemimpinan kepala ruangan menjadi perhatian

penting untuk menjadikan motivasi bagi perawat pelaksanan. Pendekatan

ini melihat keunikan dari kedua belah pihak, yaitu kepala ruangan dan

perawat pelaksana , dan juga hubungan saling menguntungkan antara dua

individu, yang menjadi dasar dari suatu hubungan dalam pelayanan

keperawatan.

Dari jurnal yang berjudul Hubungan perencanaan dan pengaruh

kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di RS Pameumpeuk Garut

tahun 2017 menurut Andhika lungguh perceka (2018:58-59) dalam

penelitiannya menunjukkan bahwa (55,8%) motivasi kerja perawat di RS

Pameungpeuk Garut Tahun 2017 masih rendah. Hasil penelitian ini

menunjukan bahwa motivasi rendah dipengaruhi oleh bagaimana gaya

kepemimpinan merencanakan suatu pekerjaan dengan baik. Bila gaya

kepemimpinan yang disusun oleh atasan baik, maka motivasi kerja perawat

meningkat. Penelitian ini diperkuat oleh peneliti-peneliti lainnya, yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan antara fungsi manajemen


perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan

motivasi perawat pelaksana. Makna dari peneltian tersebut dinyatakan

bahwa motivasi perawat akan meningkat bilamana gaya kepemimpinan

kepala ruangan yang diberiakn kepada perawat pelaksana tepat (Yulia, Devi

Putri 2015) .

Disamping itu terdapat fenomena yang menarik ketika dilakukan

pengamatan saat survey pendahuluan di RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur

bahwa dari wawancara tidak terstruktur yang telah dilakukan kepada 3

kepala ruangan, terdapat 2 kepala ruangan yang kurang berkomunikasi

dengan perawat pelaksana dan kurang memberi reward (penghargaan)

terhadap perawat pelaksana sehingga mereka kurang termotivasi dalam

bekerja kemudian ketika dilakukan wawancara tidak terstruktur kepada 7

perawat pelaksana 5 diantaranya mengatakan bahwa kepala ruang

melakukan pertemuan atau rapat dengan perawat pelaksana hanya

dilakukan minimal sebulan sekali. Dalam pertemuan itu membahas sistem

yang digunakan, operan dan jadwal shift serta kepala ruang juga

memberikan motivasi kerja kepada perawat pelaksana hanya dilakukan

apabila diperlukan dan dalam kondisi tertentu saja. Sedangkan

kecenderungan gaya kepemimpinan yang dipakai lebih mengarah ke

musyawarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan akan tetapi ketika

dalam situasi tertentu kepala ruang juga menerapkan gaya kepemimpinan

otoriter yang ditujukan kepada beberapa perawat pelaksana dalam


menyelesaikan beberapa hal sehingga membuat kineja perawat pelaksana

menurun.

Dengan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk meneliti

bagaimana hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi

kerja perawat pelaksana di ruang perawatan Rs Dr. Hafiz (RSDH) Cianjur.

B. Rumusan Masalah

Dari survey pendahuluan di RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur dilakukan

wawancara tidak terstruktur kepada 3 kepala ruangan, terdapat 2 kepala

ruangan yang kurang berkomunikasi dengan perawat pelaksana dan kurang

memberi reward (penghargaan) terhadap perawat pelaksana sehingga

mereka kurang termotivasi dalam bekerja kemudian ketika dilakukan

wawancara tidak terstruktur kepada 7 perawat pelaksana 5 diantaranya

mengatakan bahwa kepala ruang melakukan pertemuan atau rapat dengan

perawat pelaksana hanya dilakukan minimal sebulan sekali. Dalam

pertemuan itu membahas sistem yang digunakan, operan dan jadwal shift

serta kepala ruang juga memberikan motivasi kerja kepada perawat

pelaksana hanya dilakukan apabila diperlukan dan dalam kondisi tertentu

saja. Sedangkan kecenderungan gaya kepemimpinan yang dipakai lebih

mengarah ke musyawarah untuk mencapai tujuan yang diharapkan akan

tetapi ketika dalam situasi tertentu kepala ruang juga menerapkan gaya

kepemimpinan otoriter yang ditujukan kepada beberapa perawat pelaksana

dalam menyelesaikan beberapa hal sehingga membuat kineja perawat

pelaksana menurun maka penulis dapat merumuskan masalah penelitian


adalah “apakah ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala ruang

dengan motivasi kerja perawat pelaksan di RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gaya kepemimpinan kepala

ruangan dengan motivasi kerja perawat pelaksana di RS DR. Hafiz

(RSDH) Cianjur tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi gaya kepemimpinan kepala ruang di

RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur.

b. Untuk mengidentifikasi tentang motivasi kerja perawat

pelaksana di RS DR. Hafiz (RSDH) Cianjur.

c. Untuk menganalisa hubungan gaya kepemimpinan kepala

ruangan dengan motivasi kerja perawat pelaksana di RS DR.

Hafiz (RSDH) Cianjur

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Aplikatif

Dari hasil penelitian Dengan diketahuinya hubungan gaya

kepemimpinan kepala ruangan dengan motivasi kerja perawat di

ruang perawatan maka dapat dijadikan bahan masukan untuk

kepala ruangan supaya dapat memperbaiki gaya kepemimpinannya

dan pengembangan sumber daya manusia, sehingga peningkatan


motivasi kerja perawat di ruang perawatan Rumah Sakit DR. Hafiz

(RSDH) Cianjur dapat tercapai.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini akan memberi sumbangan

saran dalam pengembangan ilmu manajemen keperawatan serta

penelitian ini diharapkan dapat melengkapi kajian teoritis yang

berkaitan dengan hubungan gaya kepemimpinan kepala ruangan

dengan motivasi kerja perawat.

3. Manfaat Metodelogis

Dari hasil penelitian dapat digunakan sebagai data dasar

untuk penelitian berikutnya terutama yang berhubungan dengan

penelitian tentang gaya kepemimpinan kepala ruangan dengan

motivasi kerja perawat.

Anda mungkin juga menyukai